Anda di halaman 1dari 2

Nurmila Awalia P

5D

1185030147

Pokok-pokok Analitik Bahasa George Moore

Filsafat dan bahasa sendiri memiliki hubungan erat sebagaimana disebutkan oleh para
ahli filsafat. Mereka sependapat dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah
analisis konsep-konsep dan konsep-konsep tersebut disampaikan melalui bahasa. Maka analisis
tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan dalam membahas konsep-
konsep tersebut. Santoso menyebutkan dalam (Hidayat, 2006:11-12) Filsafat dan bahasa
merupakan dua buah entitas yang tidak bisa dipisahkan ibarat sekeping mata uang. Jika filsafat
dipahami sebagai metode berpikir secara logis (masuk akal), mendalam (radikal) dan bersifat
universal mengenai segala sesuatu yang ada seperti keberadaan Tuhan, alam semesta, dan
manusia dengan segala bentuk relasi dalam kehidupannya.

Menurut Rudolph Carnap filsafat analitik adalah pengungkapan secara sistematik tentang
syntax logis (struktur gramatikal dan aturan-aturannya) dari konsep-konsep dan bahasa
khususnya bahasa ilmu yang semata-mata formal. Salah satu tokoh dan pelopor analitik bahasa
yaitu George Moore. Moore adalah filsuf asal Inggris yang menjadi terkenal karena pemikiran
analisisnya mengenai konsep-konsep akal sehat, sumbangannya terhadap etika,
epistemologi, metafisika, dan karakter moral.

Kenyataan yang terjadi di masyarakat awam, mereka tidak memahami bahasa filsafat
yang katanya mempunyai arti yang dalam. Padahal filsafat penting untuk memberikan analisis
yang tepat mengenai konsep atau proposisi. Moore melihat kebanyakan karya filsafat itu
sesungguhnya tidak lebih hanya semacam godaan untuk menjawab persoalan yang kemudian
menimbulkan persoalan-persoalan lain tanpa henti-hentinya. Ini terjadi karena pengabaian atas
logika dan penggunaan bahasa yang nyaris semena-mena. Karena itulah Moore menawarkan
untuk berhenti mempersulit pemaknaan kata. Karena semakin sulit kata itu dimengerti malah
akan menjadi membingungkan dan akan mengaburkan arti yang sebenarnya. Oleh karena itu,
Moore mengangkat bahasa sehari-hari sebagai alat untuk berfilsafat.

Moore mengatakan bahwa kaum idealism atau disebut juga neohegelianisme tidak dapat
Mengenai metafisika dan idealisme dipahami oleh akal sehat karena tidak berdasarkan pada
logika. Karena dalam filsafat neohegelianisme banyak dijumpai ungkapan- ungkapan metafisis,
seperti: “ waktu adalah tidak real”, “jiwa itu adalah abadi”, “ dunia merupakan kesatuan
realitas, yaitu Roh Absolut”. Ungkapan-ungkapan seperti ini menurut pendapatnya merupakan
jenis ungkapan yang tidak dapat dipahami oleh akal sehat. Spekulasi metafisis yang tidak dapat
dimengerti itu tidak dibutuhkan. Moore berpendapat bahwa common language sudah cukup
untuk menjadi sumber akal sehat, karena itu filsafat harus berpihak kepada akal sehat dan alatnya
adalah analisis bahasa.

Bagi Moore, tugas filsafat yang sebenarnya bukanlah menjelaskan atau menafsirkan
tentang pengalaman kita, melainkan memberikan penjelasan terhadap suatu konsep yang siap
untuk diketahui melalui kegiatan analisis bahasa berdasarkan akal sehat (common sense).
Kegiatan analisis di sini dapat diartikan sebagai kegiatan menjelaskan suatu pikiran, suatu
konsep yang diungkapkan, mengeksplisitkan semua yang tersimpul di dalamnya, merumuskan
dengan kata- kata lain, memecahkan suatu persoalan ke dalam detail- detail kecil. Menurut
Moore dalam menjalankan tugas memberikan penjelasan terhadap suatu konsep, filsafat harus
melalui kegiatan analisisis bahasa berdasarkan akal sehat. Kegiatan analisis ini merupakan suatu
kegiatan untuk menjelaskan suatu pikiran atau mengungkapkan suatu konsep.

Menurut saya, saya setuju dengan pandangan George Moore. Kegiatan berfilsafat
memang penting untuk memikirkan sesuatu secara mendalam dan berpikir kritis yang mana pasti
akan sangat berguna bagi kehidupan, tetapi bahasa filsafat yang dipakai terlalu berat dan rumit
untuk dimengerti orang awam. Masyarakat akan bingung duluan sebelum sempat memahami apa
itu filsafat. Dengan menggunakan bahasa sehari-hari tentu akan lebih diterima di masyarakat.
Sebagaimana disebutkan Moore bahwa common language merupakan akal sehat yang sudah
mencukupi, karena mau bagaimana juga dikehidupan sehari-hari pasti akan lebih sering
menggunakan bahasa sehari-hari. Mengenai metafisika yang dikritisi oleh Moore menurut saya
ada benarnya karena otak manusia rasanya sedikit tidak mungkin dapat berpikir mengenai
seluruh dunia yang sangat luas ini. Selalu ada aspek atau hal yang tidak mampu dipikirkan
manusia. Dalam islam saya percaya akan adanya Tuhan, akhirat, dan siksa kubur. Semua itu
rasanya sulit untuk dibuktikan secara ilmiah dan sulit untuk dibayangkan oleh manusia.
Keberadaan realitas seperti Tuhan dan malaikat sulit untuk dibuktikan secara nyata dan sains
dengan akal manusia.

REFERENSI

Aswira, Humairah, Irma Erfiani, dan Siti Aisyah Amini Herman. 2016. Filsafat Analitik Bahasa.
Universitas Negeri Alaudin Makasar.

Sanusi, Agus. 2017. G.E Moore: Kembali kepada yang “Baik”. https://teman.psi.id/g-e-moore-
kembali-kepada-yang-baik/ (diakses pada 14 Oktober 2020)

Santoso, Iman. 2017. Perkembangan Filsafat Analitika Bahasa: dari G.E Moore hingga J.L
Austin. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai