Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) BERMAIN PADA

ANAK USIA PRASEKOLAH

Disusun Oleh :

1. Hengki Suseno
2. Deva Natarumanda (1914314201037)
3. Husnur Robbani (1914314201046)
4. Khunatul Iqfiyah (1914314201049)
5. Maulida Nafatin (1914314201053)
6. Mutia Widya (1914314201055)
7. Tri Anggun (1914314201066)
8. Uut Febby (1914314201067)
9. Eva Maulidyah (1914314201109)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Satuan Acara
Penyuluhan (SAP) Bermain pada Anak Usia Prasekolah“ Makalah ini berisikan
tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada
anak usia prasekolah.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
puzzle. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang, 06 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Pengertian bermain puzzel.............................................................................3
2.2 Tujuan bermain puzzel...................................................................................3
2.3 Fungsi bermain puzzel...................................................................................3
2.4 Kategori bermain............................................................................................6
2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan.....................................................................6
2.6 Bentuk-bentuk permainan menurut usia........................................................7
2.7 Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain...............................................9
2.8 Tahap perkembangan bermain.......................................................................9
2.9 Hambatan yang mungkin muncul..................................................................10
2.10 Antisipasi hambatan..................................................................................10
2.11 Cara bermain puzzel..................................................................................10
BAB III SAP BERMAIN...........................................................................................11
BAB IV PENUTUP...................................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat
di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit
pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi
sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan
penelitian seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat
meningkatkan kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat
mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010).
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang
diruangan anak kronis dan akut didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5
tahun) sebanyak 15 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu
dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih
kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan

1
gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau
orang
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak
selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu
terampil dalam meletakkan gambar yang telah di bongkar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bermain puzzle?
2. Bagaimana tujuan bermain puzzle?
3. Apa saja fungsi bermain puzzle?
4. Bagaimana kategori bermain?
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan?
6. Bagimana bentuk-bentuk permainan menurut usia?
7. Bagimana SAP Bermain pada anak usia prasekolah?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan
mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dengan lingkungan
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
2. Tujuan Umum
a) Agar memahami pengertian bermain puzzle
b) Agar memahami tujuan dari bermain puzzle
c) Agar memahami fungsi bermain puzzle
d) Agar memahami hal-hal yang perlu diperhatikan
e) Agar memahami bentuk-bentuk permainan menurut usia
f) Agar memahami SAP Bermain pada anak usia prasekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bermain puzzel


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
(aziz alimul, 2009).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari
bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
2.2 Tujuan Bermain puzzel
Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
2.3 Fungsi Bermain Puzzel
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.

3
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan
yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-
motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti
ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak
usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang

4
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak
mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam
hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik
dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan
anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang
dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat.
Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti
baik/buruk atau benar/salah.

5
2.4 Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara
bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam
bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka
sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
a) Bermain aktif
- Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
- Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
- Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
- Bermain bola, tali, dan sebagainya
b) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contohnya:
- Melihat gambar- gambar dibuku- buku/majalah
- Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi
2.5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.

6
4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
2.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
- Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
- Melatih kerjasama mata dan tangan.
- Melatih kerjasama mata dan telinga.
- Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
- Melatih mengenal sumber asal suara.
- Melatih kepekaan perabaan.
- Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau
dipegang.
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
- Alat permainan berupa selimut dan boneka.
b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
- Memperkenalkan sumber suara.
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
- Melatih imajinasinya.
- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
- Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal:
cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember,

7
waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
c. Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah ;
- Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
- Mengembangkan keterampilan berbahasa.
- Melatih motorik halus dan kasar.
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
- Melatih kerjasama mata dan tangan.
- Melatih daya imajinansi.
- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
- Alat-alat untuk menggambar.
- Lilin yang dapat dibentuk
- Pasel (puzzel) sederhana.
- Manik-manik ukuran besar.
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
- Bola.
d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
- Mengembangkan kemampuan berbahasa.
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
- Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).
- Membedakan benda dengan permukaan.
- Menumbuhkan sportivitas.
- Mengembangkan kepercayaan diri.
- Mengembangkan kreativitas.

8
- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
lari, dll).
- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik
halus dan kasar.
- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan
orang diluar rumahnya.
- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
- Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
- Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah
anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air, dll.
- Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan à senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi
2.8 Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi : Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara
bermain
b. Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam
tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan : Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun : Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan
permainan berikutnya.

9
2.9 Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar anak tidak dalam satu kelompok usia
b. Anak tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
2.10 Antisipasi hambatan
1. Mencari anak dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
2.11 Cara Bermain Puzzel
1. Sediakan kertas puzzel bergambar
2. Bongkar kertas pazzel tersebut
3. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm
kertas puzzel di bongkar

10
BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

Topik : Terapi Bermain Pada Anak Usia Prasekolah


Sasaran : Anak Usia 3 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Materi : Memberikan makanan kecil tapi sering untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Tempat Bermain       : Ruang arena bermain PAUD
Peserta                       : Siswa PAUD
Peserta terdiri dari : Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 3 orang
didampingi keluarga
Target : 3 orang
Sarana dan Media
Sarana:
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
Media:
Gambar yang belum disusun
Waktu pelaksanaan : Sabtu, 06 Maret 2021
Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator orang dan 1 orang observer
dengan susunan sebagai berikut:
Co leader : Uut Febby
Leader        : Khunatul Iqfyah
Observer       : Deva Natarumanda
Fasilitator     : Husnur Robani
Pembagian Tugas :
1. Peran Leader
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya.

11
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Peran Co Leader
- Mengidentifikasi issue penting dalam proses
- Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
- Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan dating
- Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
- Mempertahankan kehadiran peserta
- Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
- Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
- Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
- Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
- Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
- Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
Setting Tempat
Keterangan

= Pembimbing = Peserta = orang tua

= Observer = Fasilitator

= Co Leader = Leader

12
Susunan Kegiatan

No Waktu Terapi Anak Ket


1 5 Pembukaan:
menit 1. Co-Leader membuka 1. Menjawab salam
dan mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Memperkenalkan 3. Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak 4. Mendengarkan
satu persatu dan anak dan saling
saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan 5. Mendengarkan
anak
6. Mempersilahkan Leader 6. Mendengarkan
2 20 Kegiatan bermain :
menit 1. Leader menjelaskan cara 1. Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, 2. Menjawab
anak mau bermain atau pertanyaan
tidak
3. Menbagikan permainan 3. Menerima
permainan
4. Leader ,co-leader, dan 4. Bermain
Fasilitator memotivasi
anak
5. Fasilitator mengobservasi 5. Bermain
anak
6. Menanyakan perasaan 6. Mengungkapkan
anak perasaan
3 5 Penutup :
menit 1. Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan

13
2. Menanyakan perasaan 2. Mengungkapkan
anak perasaan
3. Menyampaikan hasil 3. Mendengarkan
permainan
4. Memberikan hadiah pada 4. Senang
anak yang cepat
menyelesaikan
gambarnya dan bagus
5. Membagikan 5. Senang

souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
6. Menanyakan perasaan 6. Mengungkapkan

anak perasaan

7. Co-leader menutup acara 7. Mendengarkan

8. Mengucapkan salam 8. Menjawab salam

Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
- Alat-alat yang digunakan lengkap
- Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
- Terapi dapat berjalan dengan lancar
- Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
- Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
- Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
- Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
- Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
- Anak merasa senang
- Anak tidak takut lagi dengan perawat

14
- Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
- Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain

15
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak
tersebut, Salah satunya adalah puzzel. Menurut Patmonodewo (Misbach,
Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki
atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang
dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
3.2 Saran
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak
agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat
dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai