PENDAHULUAN
merupakan faktor yang penting dalam membangun sumber daya manusia Indonesia
yang seutuhnya. Tuntutan global yang menuntut kesehatan merupakan salah satu
aspek yang mesti diperhatikan dalam human investment. Globalisasi bagi Indonesia
berarti menuntut kesiapan diri optimal untuk mampu bersaing dengan negara lain.
kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang mana salah satunya yaitu melalui
sektor kesehatan.
dicanangkannya Repelita I pada tahun 1969 yang secara nyata telah berhasil
ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 cukup mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Krisis ekonomi menyebabkan segenap risorsis yang kita miliki
kesehatan yang semakin komprehensif yang melibatkan seluruh pihak baik negara,
Pembangunan kesehatan dan upaya kesehatan tidak bisa dilepaskan dari peran
tentu saja penyediaan sarana dan prasarana kesehatan ini tidak bisa terlepas pula dari
berpikir untuk merangsang partisipasi aktif semua pihak. Partisipasi itu tentu saja
tentu saja tidak cukup sekedar penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, tetapi juga
menjadi investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
kreativitas tenaga kerja dalam menghasilkan barang, jasa, dan karya-karya yang
bermutu dan inovatif. Profil Kesehatan Indonesia 2000 (Depkes RI, 2001)
2
peningkatan, namun dibandingkan dengan negara-negara tetangga masih relatif
rendah.
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk
keliling (pusling). Selain itu, untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan,
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
sampai dengan akhir tahun 2009 sebanyak 8.737 unit dengan rincian jumlah
puskesmas perawatan 2.704 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.033 unit.
3
terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun
waktu 2005 hingga 2009, rasio ini menunjukkan adanya peningkatan. Rasio
puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar 3,50 pada tahun 2009
puskesmas perawatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2005-2009
telah terjadi peningkatan jumlah puskesmas perawatan dari 2.077 unit pada tahun
2005 menjadi 2.704 unit pada tahun 2009 (Profil kesehatan indonesia, 2009).
Upaya kesehatan yang dilakukan masih belum mampu secara efektif dalam
rangka mengatasi permasalahan kesehatan yang ada selama ini. Maka diperlukan
pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kinerja sektor kesehatan semata,
melainkan juga sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dari berbagai sektor.
Salah satu kendala dalam pembangunan kesehatan adalah keterbatasan anggaran yang
bersumber daerah, oleh karena itu dalam peningkatan pelayanan kesehatan perlu
mandiri.
kesehatan. Persoalan kualitas pelayanan kesehatan masih menjadi isu yang penting
4
untuk diperhatikan, seperti masih belum meratanya pelayanan puskesmas, rendahnya
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas juga membina dan membantu
wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes nomor 128 tahun 2004, peran puskesmas
kesehatan masyarakat menjadi faktor penentu kesehatan, baik di tingkat rumah tangga
5
dan individu. Puskesmas menjadi pilihan utama rumah tangga di perdesaan karena
Sejak dikenalkan konsep Puskesmas tersebut pada tahun 1968, telah tampak
berbagai perbaikan, terutama dalam hal penurunan angka kematian ibu dan bayi serta
tingkat status sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar wilayah perkotaan-perdesaan
yang cukup tinggi. Angka kematian bayi dan balita pada golongan termiskin hampir
empat kali lipat dibanding pada golongan terkaya. Angka kematian ibu dan bayi lebih
tinggi di perdesaan, juga di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk dengan
tingkat pendidikan rendah. Persentasi anak balita yang berstatus gizi kurang dan
Demikian juga dengan cakupan imunisasi pada golongan miskin lebih rendah
dasar.
relatif perlu peningkatan. Demikian juga bagi anak balita, pemanfaatan fasilitas
kesehatan tentu saja diperlukan untuk peningkatan status kesehatan anak balita,
6
terutama dalam rangka penurunan angka kematian bayi dan balita. Penurunan angka
kematian bayi dan balita masih merupakan salah satu prioritas pembangunan
2014.
Dalam laporan hasil Riskesdas Nasional 2007 terungkap bahwa salah satu
penyebab disparitas status kesehatan adalah adanya persoalan akses dan utilitas
layanan kesehatan oleh masyarakat. Persoalan akses umumnya terkait dengan jarak
dan waktu tempuh tempat tinggal ke fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengakses
sarana pelayanan kesehatan rumah sakut, puskesmas, pustu, dokter praktik dan bidan
praktik (sarana yankes), sebanyak enam persen rumah tangga berada lebih dari 5 km
dari lokasi tersebut. Dari segi waktu tempuh ke sarana yankes, sebanyak 67,2 persen
dapat mencapainya kurang atau sama dengan 15 menit, sebanyak 23,6 persen dapat
mencapainya antara 16-30 menit, dan 9,2 persen yang memerlukan waktu lebih dari
jalan di puskesmas dalam satu tahun terakhir hanya sebesr 1,3 persen.
persen balita yang mengalami keluhan sakit namun tidak mencari atau mendapatkan
pengobatan medis. Dari total balita yang mengalami sakit atau mengeluh sakit, 21,6
persen melakukan pengobatan sendiri, 4,7 persen diobati oleh dukun tradisional, dan
kesehatan, rendahnya melek media massa, dan lama waktu mengalami keluhan sakit.
7
Strauss, et.al. (2004) mengungkapkan terjadi penurunan dalam pemanfaatan
semua jenis fasilitas kesehatan oleh balita dari sekitar 60 persen lebih pada tahun
1997 menjadi sekitar 55 persen lebih pada tahun 2000 (penurunan 5,3 persen bagi
balita laki-laki dan 7,5 persen bagi perempuan). Penurunan yang cukup besar terjadi
dalam pemanfaatan pelayanan posyandu oleh balita dari 52 persen di tahun 1997
pada pemanfaatan praktik kesehatan swasta, yaitu pada perawat praktik dan bidan
praktik swasta.
pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain:
c. tarif pelayanan;
pemberi pelayanan, sehingga pelanggan mempunyai posisi tawar yang lebih baik, dan
8
2000) dalam Susanto dan Hasanbasri (2006: 2). Hasil studi kualitatif yang dilakukan
Triratnawati (2006) pada Februari dan Maret 2000 pada puskesmas di Kabupaten
Permasalahan yang dijumpai anatara lain (1) sedikitnya jumlah kunjungan pasien
setiap hari; (2) adanya pasien yang tidak dapat dilayani karena ketiadaan dokter pada
saat jam kerja atau singkatnya jam pelayanan di puskesmas; dan (3) lamanya waktu
penyakit-penyakit ringan seperti influenza, batuk, demam atau penyakit pada balita.
sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat dan kegiatan sumber daya manusia.
puskesmas dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor masyarakat sebagai
pengguna pelayanan kesehatan maupun faktor puskesmas itu sendiri sebagai penyedia
pelayanan kesehatan.
secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data provinsi yang kunjungan ke
puskesmas kurang dari 6 % antara lain : Sumatera Utara (5.8 %), Banten (5,7 %),
Kalimantan Tengah (5.7 %) dan Riau (5.5 %). Banten, Sumatera Utara dan Riau
9
fasilitas kesehatan modren yang ada. Kemungkinan besar karena masalah terbatasnya
fasilitas yang ada dan jarak fasilitas yang cukup jauh berdasarkan susenas (2005) dalam
Purba (2009).
Hal ini sesuai dengan penelitian Hasibuan (1993) dalam Siregar (2004) yang
menyatakan bahwa pemerataan pelayanan yang belum baik, mutu pelayanan yang belum
pola pembiayaan dan pelayanan yang kurang baik, mutu sumber daya manusia yang
memberikan pelayanan masyarakat masih rendah, ketersediaan dan bahan peralatan yang
pengetahuan apa yang ditawarkan dalam pelayanan, bagaimana, kapan, oleh siapa dan
dengan biaya berapa pelayanan kesehatan dapat diperoleh. Jadi pemanfaatan pelayanan
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam
2009)
kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka kemungkinan
10
masyarakat akan menggunakan pelayanan kesehatan juga akan berubah seiring dengan
pelayanan puskesmas harus didukung dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap
seperti penelitian Lubis (2006) dalam Hasibuan (2008) yang mengatakan bahwa semakin
Indonesia?
Puskesmas?
komprehensif seperti yang dimiliki Indonesia Family Life Survey (IFLS) atau Survei
untuk melakukannya dengan memanfaatkan data IFLS tahun 2007. Dalam IFLS,
11
mengenai aspek kehidupan rumah tangga dan masyarakat, termasuk di antaranya
aspek kesehatan.
Adapun tujuan dan manfaat dari studi ini diharapkan dapat melihat tren
kesehatan di Indonesia.
Bagi pembuat kebijakan, dapat menjadi acuan dalam menentukan arah dan
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, dapat menjadi acuan dalam
survei boleh dikatakan sangat jarang dilakukan. Diharapkan dengan adanya studi ini
dapat merangsang minat para mahasiswa lain -dari semua level- khususnya
12
Bab I Pendahuluan
Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I adalah pengantar yang akan
menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan pustaka, kerangka konsep, dan definisi
operasional yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Bab III adalah bagian
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, unit analisis, serta alat
penelitian dan analisis data. Bab IV adalah analisis data yang berisi gambaran umum
Kemudian pada bagian akhir Bab IV akan dibahas mengenai hasil analisis tersebut.
Dan terakhir adalah Bab V yang merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran
atas hasil penelitian. Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis yang didapatkan dari
penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian, saran yang disampaikan sebagai
13