Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

TENTANG

“MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI (CIVIL SOCIETY) ”

MPI 1 C

OLEH

KELOMPOK 1 :

SUCI FEBRIANTI USWATUN HASANAH

SELSA HANIFAH PUTRI YULI NOVIA

ULFAH FADILLAH TRI SURYANI

DOSEN PENGAMPU

SYAIFUL MARWAN,M.Pd

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2020
DAFTAR ISI

Daftar isi ………………………………………………………………………………2

Kata Pengantar………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang……………………………………………………………………..4

1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………………5

1.3.Tujuan Makalah……………………………………………………………….......5

1.4.Manfaat Makalah…………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Konsep Masyarakat Madani (Civil Society)……………………………………....6

2.2.Nilai-Nilai Masyarakat Madani (Civil Society)…………………………………...7

2.3.Posisi Masyarakat Madani (Civil Society) Dalam Negara Demokrasi…………...8

2.4.Perkembangan Masyarakat Madani (Civil Society) Di Indonesia………………..8

2.5.Praktek Nilai dan Semangat Masyarakat Madani Dalam Keidupan Sehari-Hari…10

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan…………………………………………………………………………13

3.2.Kritik dan Saran…………………………………………………………………….13

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..14
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. karena rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah singkat ini mengenai “MEMBANGUN MASYARAKAT
MADANI (SIVIL SOCIETY)”. Makalah ini kami susun berdasarkan referensi dan
pengetahuan yang kami miliki. Adapun Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah tak lain
untuk membantu pembaca memahami pembelajaran yang berhubungan dengan masyarakat
madani pada mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Mengingat penyusun ini adalah manusia yang tak luput dari segala kesalahan, maka
apabila terdapat kesalahan di dalam makalah ini kami memohon maaf dan mohon kritik dan
saran yang membantu dari pembaca demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua. Amin

Batusangkar, 29 Desember 2020

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana
yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan,muncul seperti demokrasi. Cita-
cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya
manusia. Hal ini terlaksana apabila semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang
menjadikan manusia sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian
keilmuan dapat menyentuh keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan
masyarakat merupakan sebuah proses yang dapat merubah watak, sikap dan perilaku
masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-citakan. Indikator dalam menentukan
kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta kebutuhan
masyarakatnya.

Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas dari
kondisi politik negara yang berlangsung selama ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat
belum merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum
banyak memberi kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya
secara maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani,
asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan
dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk
itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat
martabat manusia menuju masyarakat madani itu sendiri.

Konsep masyarakat madani merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai


torobosan di dalam berpikir, penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain,
dalam menghadapi perubahan masyarakat dan zaman,diperlukan suatu paradigma baru di
dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filsuf Kuhn. Karena menurut
Kuhn, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma
lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan.
1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa konsep masyarakat madani?


2. Apa sajakah nilai-nilai masyarakat madani?
3. Bagaimanakah posisi masyarakat madani dalam Negara demokrasi?
4. Bagaimanakah perkembangan masyarakat madani di Indonesia?
5. Apa praktek nilai dan semangat masyarakat madani dalam kehidupan sehari-hari?

1.3.Tujuan Makalah.

Dalam penulisan makalah ini kami mencoba menjelaskan mengenai masyarakat


madani atau biasa disebut dengan civil society untuk mejelaskan tentang konsep masyarakat
madani dan perkembangan masyarakat madani di Indonesia.

1.4.Manfaat Makalah.

1) Dengan makalah ini kami berharap semoga pembaca semakin paham tentang
konsep masyarakat madani.
2) Dengan makalah ini kami berharap semoga pembaca semakin paham
mengenai nilai-nilai masyarakat madani.
3) Dengan makalah ini kami berharap semoga pembaca semakin paham tentang
posisi masyarakat madani dalam Negara demokrasi.
4) Dengan makalah ini kami berharap semoga pembaca semakin paham
mengenai perkembangan masyarakat madani di Indonesia.
5) Dengan makalah ini kami berharap semoga pembaca semakin bisa
mempraktekkan nilai dan semangat masyarakat madani dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Konsep Masyarakat Madani (Civil Society).

Untuk pertama kali istilah masyarakat madani dimunculkan oleh Anwar


Ibrahim,mantan wakil perdana Menteri Malaysia.menurut anwar,sebagaimana dikutip
Dawam Rahardjo,masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, Pelaksanaan
pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu.ibrahim juga menyebutkan definisi negatif dengan melukiskan keadaan manusia
yang bertentangan dengan ciri-ciri masyarakat madani.lebih lanjut iamengatakan,

Kemelut yang diderita umat manusia seperti meluasnya keganasan,sikap melampaui


dan tidak tasamuh,kemiskinan dan kemelaratan,ketidak adilan dan kebejatan sosial,kejahilan
kelesuan intelektual serta kemuflisan budaya adalah manifestasi kritis masyarakat
madani.kemelut ini kita saksikan dikalangan masyarakat islam,baik di asia maupun
afrika,seolah-olah umat terjerumus kepada satu kezaliman. kezaliman akibat kediktatoran
atau kezaliman yang timbul dari runtuhnya atau ketiadaan order politik serta peminggiran
rakyat dari proses politik.

Mengacu pada defenisi ideal dan kondisi berlawanan masyarakat madani,menurut


Ibrahim masyarakat sipil dikawasan asia dan afrika masih jauh dari ciri-ciri ideal masyarakat
madani.masyarakat sipil di belahan dunia ini masih berkutat dengan kemiskinan,
ketidakadilan, ketiadaan tatanan, peminggiran politik dan kentalnya budaya tidak toleran.
Dari kesimpulan Ibrahim, Nampak sekali citra ideal masyarakat sipil yang hendak ia
rumuskan masih bersumber pada realitas sosial masyarakat sipil didunia barat. Menurut
anwar Ibrahim,masyarakat madani mempunyai ciri-cirinya yang khas kemajuan budaya,
hubungan timbal balik dan sikap saling memahami dan menghargai. Lebih lanjut anwar
Ibrahim menegaskan bahwa karakter masyarakat madani ini merupakan “guilding ideas”
mendasari masyarakat madani yaitu prinsip moral,keadilan,keseksamaan,musyawarah dan
demokrasi.

Sejalan dengan gagasan anwar Ibrahim, Dawam Rahardjo mendefenisikan masyarakat


madani sebagai proses penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan
Bersama. Menurutnya,dalam masyarakat madani warga negara bekerja sama membangun
ikatan sosial, jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non negara.
Selanjutnya dawam menjelaskan dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan
integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik
dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Sejalan dengan ide-ide diatas, menurut Azyumar di Azra, masyarakat madani lebih dari
sekedar gerakan pro-demokrasi, karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat
berkualitas dan bertamadun. Sejalan dengan pandangan diatas, Nurcholish Madjid
menegaskan bahwa makna masyarakat madani berakar dari kata “civility” yang mengandung
makna toleransi, kesediaan pribadi-pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan
politik dan tingkah laku sosial.

2.2.Nilai-Nilai Masyarakat Madani (Civil Society).

Menurut John Locke dalam teorinya tentang masyarakat madani, menyatakan bahwa
kekuasan negara tidak boleh mutlak, tetapi harus ada batas-batasnya. Batas-batas yang
dimaksud merupakan “”hak asasi manusia yang paling dasar” atau yang dikenal sebagai basic
human rights. Menurut Locke, hak-hak manusia yang paling dasar tersebut adalah hak atas
kehidupan, hak atas kemerdekaan dan hak atas kepemilikan.

Jika dilihat dari pengertian John Locke, maka masyarakat madani adalah masyarakat
di mana dijaminnya hak-hak asasi manusia yang mendasar, yang disebut juga dengan civil
right. Perbedaannya dengan masyarakat politik adalah kekuasaan negara di dalam
masyarakat madani dibatasi. Sedangkan perbedaannya dengan masyarakat alamiah adalah
masyarakat boleh berkuasa namun peran negara tidak sepenuhnya hilang.

Dalam masyarakat madani terdapat beberapa nilai-nilai yang harus dimaknai dan
ditanamkan sejak dini ke dalam diri setiap individu, yaitu :

1). Toleransi, yakni sikap menghargai serta menghormati perbedaan yang terdapat di dalam
masyarakat.

2). Keadilan Sosial, yakni sikap tidak membeda-bedakan dalam pemenuhan hak dan
pelaksaan kewajiban setiap anggota masyarakat.

3). Demokrasi, yakni kedaulatan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat


berinteraksi dengan sekitarnya secara demokratis tanpa mempermaslahkan perbedaan sosial
yang ada. Demokratis meliputi aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, ekonomi dan
pendidikan. Oleh karena itu, penting juga bagi anggota masyarakat madani untuk mengerti
sistem politik demokrasi.

4). Pluralisme, yakni keberadaan masyarakat yang majemuk sehingga setiap individu harus
memahami dan menyikapi perbedaan dengan sikap yang tulus. Maka dari itu, penerimaan
dari setiap individu terhadap perbedaan sosial adalah salah satu cara merawat kemajemukan
bangsa Indonesia.

2.3.Posisi Masyarakat Madani (Civil Society) Dalam Negara Demokrasi.

DEMOKRASI menjadi satu sistem yang dianut mayoritas negara-negara di dunia


meskipun isi dan cara perwujudannya bisa berbeda-beda antara negara yang satu dengan yang
lainnya. Dalam sistem demokrasi, hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
digunakan secara langsung oleh setiap warga negara. Dalam pandangan struktural, demokrasi
adalah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan consensus.

Karena itu, demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat persaingan dan


pertentangan di antara individu, di antara berbagai kelompok, di antara individu dan
kelompok, individu dan pemerintah, kelompok dan pemerintah, bahkan di antara lembaga-
lembaga pemerintah.

Akan tetapi, demokrasi hanya akan menoleransi konflik yang tidak menghancurkan
sistem politik demokrasi menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan
menyalurkan konflik sampai pada penyelesaian dalam bentuk kesepakatan. Prinsip ini pula
yang mendasari pembentukan identitas bersama, hubungan kekuasaan legitimasi
kewenangan, dan hubungan politik dengan ekonomi. Sistem ini pula yang berlaku di
Indonesia.Proses masyarakat madani memiliki hubungan yang erat dan saling tergantung satu
dengan yang lain. Masyarakat madani hanya dapat terbentuk dan tegak berdiri pada kondisi
kehidupan masyarakat yang demokrasi nya cukup tinggi, bukan hanya demokrasi yang di
rekayasa atu bahkan demokrasi yang yang melahirkan otoritaritarianisme. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa demokrasi dan masyarakat madani bagaikan dua sisi uang yan saling
memiliki keterkaitan.

2.4.Perkembangan Masyarakat Madani (Civil Society) di Indonesia.


Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani.bahkan jauh sebelum negara
bangsa berdiri,masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam
organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam perjuangan merebut
kemerdekaan.selain berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan
terhadap kekuasaan kolonial,organisasi berbasis islam,seperti sarekat islam, nahdhatul ulama
dan Muhammadiyah,telah menunjukkan kiprahnya sebagai komponen masyarakat madani
yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia. Sifat kemandirian
dan kesukarelaan para pengurus dan anggota organisasi tersebut merupakan karakter khas
dari sejarah masyarakat madani di Indonesia.terdapat beberapa strategi yang ditawarkan
kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di
Indonesia. Pertama, pandangan integrasi nasional dan politik, pandangan ini menyatakan
bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari
dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi
pengikut pandangan ini praktek berdemokrasi ala barat hanya akan berakibat konflik antar
sesame warga baik sosial maupun politik. Demokrasi tanpa kesadaran berbangsa dan
bernegara yang kuat di kalangan warga negara, demokrasi hanya akan dipahami sebagai
kebebasan tanpa batas yang diwujudkan dengan tindakan-tindakan anarkhis yang berpotensi
pada lahirnya kekacauan sosial,ekonomi,danpolitik.

Sikap curiga terhadap demokrasi liberal seringkali melahirkan sikap represif negara
terhadap apa saja yang bersifat berlawanan yang berasal dari kelompok-kelompokmasyarakat
madani.pada saat bersamaan pada umumnya negara mendahulukan pembangunan ekonomi
sembari melakukan tindakan represif terhadap kekuatan-kekuatan masyarakat madani,
sebagaimana dilakukan oleh rezim orde baru selama puluhan tahun. Akibatnya peranan
masyarakat madani sangat lemah sementara negara sangat dominan tanpa kontrol masyarakat
sipil. Akumulasi dari kondisi ini adalah tindakan monopoli elit penguasa orde baru melalui
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang merugikan negara.

Kedua,pandangan reformasi sistem politik demokrasi,yakni pandangan yang


menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidah usah terlalu bergantung pada
pembangunan ekonomi. Dalam tataran ini, pembangunan institusi-institusi politik yang
demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan ekonomi. Model
pengembangan demokrasi ini pun pada kenyataannya tidaklah menjamin demokrasi berjalan
sebagaimana layaknya. Kegagalan demokrasi di sejumlah negara dalam banyak hal
berhubungan dengan tingkat kemiskinan warga negaranya. Ketiga, paradigma membangun
masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan demokrasi.pandangan ini merupakan
paradigmaalternative diantara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam
pengembangandemokrasi.

Pandangan ini lebih menekankan proses Pendidikan dan penyadaran politik warga
negara,khususnya kalangan kelas menengah. Hal itu mengingat bahwa demokrasi
membutuhkan topangan kultural,selain dukungan struktural. Usaha-usaha Pendidikan dan
penyadaran politik warga Negara merupakan upaya membangun budaya demokrasi
dikalangan warga negara. Secarateoritis, upaya Pendidikan dan penyadaran politik kelas
menengah dapat dianggap sebagai bagian dari proses penyadaran ideologis warga
negara,sebagaimana pernah disinggung oleh Gramsci. Melalui proses Pendidikan politik,
diharapkan lahir kelas menengah yang secara ekonomi dan politik mandiri. Kemandirian
kelas menengah pada akhirnya akan melahirkan kelompok masyarakat madani yang mampu
melakukan control terhadap hegemoni negara. Menurut Dawam Rahardjo,masyarakat madani
Indonesia masih merupakan lembaga-lembaga yang dihasilkan oleh sistem politik represif.
Ciri kritisnya lebih menonjol daripada ciri konstruktifnya. Menurutnya lebih banyak
melakukan protes dari pada mengajukan solusi, lebih banyak menuntut dari pada memberikan
sumbangan terhadap pemecahan masalah.

Menurut AS.Hikam, karakter masyarakat madani di Indonesia, masih sangat


bergantung terhadap negara sehingga selalu berada pada posisi subordinat, khususnya bagi
mereka yang berada pada strata sosial bawah. Oleh karena itu, Hikam dalam konteks
pengembangan demokrasi kenyataannya ini merupakan tantangan mendesak untuk
memperlancar proses demokratisasi. Mahasiswa merupakan salah satu komponen startegis
bangsa Indonesia dalam pengembangan demokrasi dan masyarakat madani. Peran strategis
mahasiswa dalam proses perjuangan reformasi menumbangkan rezim otoriter seharusnya
ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokratisasi bangsa dan
pengembangan masyarakat madani di Indonesia. Sebagai bagian dari kelas menengah,
mahasiswa mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap nasib masa depan demokrasi dan
masyarakat madani di Indonesia.

2.5.Praktek Nilai dan Semangat Masyarakat Madani Dalam Kehidupan Sehari-hari.

Indonesia Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan
jauh sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili
oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam dalam
perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan
HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial, organisasi berbasis islam, seperti Serikat
Islam (SI), Hahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai
komponen civil society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di
Indonesia. Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia.

Pertama, pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa
sistem demokrasi tidak munkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam
masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Kedua, pandangan reformasi sistem politk demokrasi, yakni pandangan yang


menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada
pembangunan ekonomi, dalam tataran ini, pembangunan institusi politik yang demokratis
lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan ekonomi.

Ketiga, paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama


pembangunan demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua
pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan demokrasi, berbeda
dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan
penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah.

Bersandar pada tiga pilar diatas, pengembangan demokrasi dan masyarakat madani
selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan tersebut, sebaliknya untuk
mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan negara dibutuhkan
gabungan strategi dan paradigma, setidaknya tiga pilar ini dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan demokrasi di masa transisi sekarang melalui cara:

1). Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas menengah
untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik dan
ekonomi, dengan pandangan ini, negara harus menempatkan diri sebagai regulator dan
fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi global
mengharuskan negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses
pengembangan masyarakat madani yang tangguh.

2). Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga- lembaga


demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi, sikap pemerintah untuk tidak
mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif
merupakan salah satu komponen penting dari pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.

3). Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara secara
keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan demokrasi yang dilakukan
secara terus-menerus melalui keterlibatan semua unsur masyarakat melalu prinsip pendidikan
demokratis, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga Negara.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan.

Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Kata
madani sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah
masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society, yang berarti
masyarakat yang berperadaban. Nilai-nalai yang terkandung dalam masyarakat madani
adalah toleransi, keadaan sosial, demokrasi, dan pluralisme. Masyarakat Madani adalah
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.
Masyarakat Madani merupakan tiang utama dalam kehidupan politik berdemokratis. Wajib
bagi setiap Masyarakat Madani yang tidak hanya melindungi warga negara dalam berhadapan
dengan negara, namun Masyarakat Madani juga dapat merumuskan dan menyuarakan
aspirasi masyarakat.

Perkembangan masyarakat madani, Ekses dari gerakan Reformasi yang berhasil


menggulingkan rezim Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 masih terus belum teratasi, seperti
kerusuhan berbau SARA. Hal itu terjadi karena baik pemerintah maupun masyarakat masih
belum berpengalaman dalam berdemokrasi, sehingga pengembangan masyarakat madani bisa
menjadi hambatan bagi demokrasi, karena demokrasi dianggap sebagai distribusi kekuasaan
politik dengan tujuan pemerataan pembagian kekuasaan, bukan pada aturan main.

3.2.Kritik dan Saran.

Itulah pemaparan materi mengenai masyarakat madani. Semoga makalah ini


bermanfaat untuk kita semua. Dan semoga dengan makalah ini kita dapat mengetahui lebih
dalam mengenai konsep masyarakat madani dan perkembangan masyarakat madani di
Indonesia.

Demikianlah makalah ini kami susun. Kami paham bahwa dalam penyusunan
makalah ini terdapat berbagai kesalahan. Oleh karena itu, kami mohon untuk saran dan kritik
dari pembaca semua. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ubaidillah,Abdul Razak.2000.Pendidikan Kewarganegaraan:Demokrasi,HAM dan


Masyarakat Madani.Jakarta:IAIN Jakarta Press.

https://www.slideshare.net/mobile/yogafir/masyarakat-madani-37149461

Anda mungkin juga menyukai