Anda di halaman 1dari 23

PERINGATAN:

BERBAGAI BENTUK KECURANGAN (SEPERTI MENCONTEK DAN


BEKERJASAMA) AKAN DIKENAKAN

SANKSI NILAI E UNTUK SELURUH MATA KULIAH DI SEMESTER


TERSEBUT.
PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE

THESIS

Disusun oleh

FALIH BAGUS PRASETYO

2401191024

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE

THE EFFECT OF SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND


AWARENESS TOWARDS REPURCHASE INTENTION WITH BUYING
INTEREST AS INTERVENING VARIABLE OF TAEYANG KULTURE
THESIS
Disusun oleh

FALIH BAGUS PRASETYO

2401191024

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen

Program Studi Magister Manajemen

Disusun oleh

FALIH BAGUS PRASETYO

2401191024

Pembimbing

Dr. TEGUH WIDODO, S.E, S.T., M.M.

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

CV Matahari Pranata Kreatif

CV Matahari Pranata Kreatif merupakan sebuah perusahaan utama yang


membawahi dua anak perusahaan yakni Taeyang Kulture dan Taeyang Trip.
Perusahaan ini didirikan oleh pasangan Arman Blanesta Widjajapraja dan
Devayuga Leonymara. Perusahaan ini telah berdiri sejak 8 Oktober 2016 dan
bertempat di Jl Batununggal Indah Raya No.199 Kota Bandung.
Khususnya yang menjadi objek penelitian oleh penulis merupakan salah satu
anak perusahaan dari CV Matahari Pranata kreatif yakni Taeyang Kulture.
Perusahaan ini merupakan sebuah tempat kursus bahasa asing yang bermula dari
hanya menyediakan layanan kursus bahasa Korea yang dilakukan secara Private
atau pribadi hanya tatap muka antara tutor dan murid. Pelaksanaan kursus secara
offline lain nya dilakukan di gerai - gerai kopi Roempi yang tersebar di seluruh
penjuru Kota Bandung, dan sudah memiliki izin untuk bekerja sama untuk
menjadikan Roempi Coffee sebagai tempat utama Taeyang Kulture untuk
melakukan praktek kursus bahasa Korea. Aktifitas kursus yang dilakukan secara
offline ini biasanya dipimpin oleh satu tutor dan 5 murid kursus bahasa asing ini.
Menurut Devayuga dan Arman, Taeyang Kulture berdiri atas dasar kekaguman
nya terhadap Negara Korea Selatan, kesukannya pada drama korea atau K -
Drama, budaya masyaratkat Korea Selatan. Arman dan Deva kerap kali
melakukan perjalanan ke Korea Selatan untuk melihat lebih dekat mengenai
budaya - budaya maupun bagaimana perilaku masyarakat Korea Selatan dan
menjadikan mereka lebih yakin untuk memulai perusahaan ini.
Berangkat dari hanya murid yang berasal dari lingkungan teman - teman
Deva dan Arman, dengan jumlah tutor sebanyak 3 orang pada tahun 2016.
Dengan murid yang hanya satu orang setiap tutor, Taeyang Kulture dapat
menghasilkan murid - murid yang berkualitas yang akhirnya menciptakan
resonansi terhadap masyarakat bahwa ada tempat kursus Bahasa Korea
berkualitas di Kota Bandung. Hingga pada tahun 2020, Taeyang Kulture memiliki
total murid lebih dari 1000 orang dan murid aktif sebanyak 741 orang per tanggal
31 Oktober 2020, tutor sebanyak 40 orang dan 10 orang bagian manajemen.

1.1.2 Motto
“See The World Through Language”

1.1.3 Logo Taeyang Kulture

Gambar 1.1 Logo Taeyang Kulture

1.2 Latar Belakang


Pemasaran merupakan unsur penting bagi sebuah perusahaan agar dapat
bertahan hidup, dibantu dengan adanya strategi khusus dalam memsarkan layanan
atau pun produknya. Pada dasarnya pemasaran bertujuan untuk membangun citra
produk pada pikiran konsumen. Konsumen memandang merek sebagai bagian
penting dari suatu produk dan citra produk sangat penting dari suatu produk dan
citra produk sangat penting untuk melakukan pemilihan dan keputusan
pembelian. Berbagai strategi pemasaran harus di lakukan seperti contoh,
pemasaran media sosial atau Social Media Marketing
1.2.1 Media Sosial Taeyang Kulture
Sebagai bisnis yang dimulai pada tahun 2016. Keadaan sosial yang sudah
tidak asing dengan teknologi media sosial menjadi latar belakang Taeyang
Kulture untuk melakukan kegiatan pemasaran mengenai layanan dan produk yang
ditawarkan nya melalui media sosial. Berikut merupakan beberapa saluran
pemasaran media sosial yang dimiliki oleh Taeyang Kulture

1.2.1.1 Instagram
Akun Instagram yang dimiliki oleh Taeyang Kulture sudah memulai
unggahan pertamanya sejak tahun 2013 untuk sekedar berbagi ilmu dan
pengetahuan mengenai Korea Selatan, dan juga beberapa unggahan yang
menghibur untuk mendapatkan engagement dari pengikut akun Instagram
mereka. Konten yang disajikan pada Instagram ini berupa gambar desain grafis,
fotografi dan juga video maksimal 1 menit untuk di unggah pada bagian Feed,
dan 1 jam untuk Instagram TV Atau IGTV. Akun ini bernama
@Taeyang_Kulture. Terhitung sejak tanggal 5 Januari 2021, Instagram Taeyang
Kulture sudah menyentuh angka 32.700 pengikut dan jumlah unggahan sebanyak
363.

Gambar 1.2 Akun Instagram Taeyang Kulture


1.2.1.2 TikTok
Muncul nya UMKM atau Usaha Kecil Mikro Menengah ditengah keberadaan
masyarakat sebagai mata pencaharian dan sarana menafkahi keluarga. UMKM
dapat berasal dari berbagai macam jenis usaha. Yakni, Kuliner, jasa, hiburan,
produksi dan lain - lain. UMKM sendiri memiliki peran penting dalam
pembangunan ekonomi nasional. Pada artikel yang ditulis oleh Fahira Nabila(
https://smartlegal.id/ ) tentang “Klasifikasi UKM dan UMKM di Indonesia”,
World Bank memberikan klasifikasi UMKM sebagai berikut:

Skala Usaha Jumlah Karyawan Pendapatan Kepemilikan Aset


Setahun
Usaha Mikro <10 Orang < $100 Ribu < $100 Ribu
Usaha Kecil < 30 Orang < $ 3 Juta < $ 3 Juta
Usaha Menengah Maksimal 300 Orang $15 Juta $15 Juta

Tabel 1: Klasifikasi UMKM menurut World Bank


Sumber: https://smartlegal.id/

Sedangkan untuk di Indonesia, menurut Undang - undang No. 20 Tahun 2008


yang memberikan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah aset dan omset setiap
skala usaha sebagai berikut:

Skala Usaha Kekayaan Bersih / Aset Hasil Penjualan/Omset


Usaha Mikro <= Rp 50 Juta <= Rp 300 Juta
Usaha Kecil > Rp 50 Juta - Rp 500 Juta > Rp 300 Juta - Rp 2.5 Milyar
Usaha Menengah > Rp 500 Juta - Rp 10 > Rp 2,5 Milyar - Rp 50 Milyar
Milyar

Tabel 1: Klasifikasi UMKM menurut Undang - undang No. 20 Tahun 2008


Sumber: https://smartlegal.id/

Dilansir oleh Tim Redaksi https://jabarekspres.com/. Jumlah UMKM yang


terdaftar di Kota Bandung setelah program subsidi modal yang diberikan oleh
pemerintah pada bulan September 2020 ini yaitu sebanyak 150.557 pelaku
UMKM yang terdaftar di Kota Bandung.
Banyaknya pengguna media sosial di Indonesia di Tahun 2020 berjumlah 160
Juta orang atau sebesar 59% dari total populasi di Indonesia yakni 272.1 Juta
Orang(Hootsuite, 2020).

Gambar 1: Jumlah pengguna media sosial di Indonesia


Sumber: We Are Social 2020

Hal ini juga didukung oleh terjadinya wabah Covid-19 yang menganjurkan warga
untuk melakukan segala aktifitasnya dari rumah sehingga terjadi peningkatan
jumlah pengguna media sosial di Indonesia.Menurut penelitian yang dilakukan
oleh TechCrunch dari tanggal 14 Hingga 24 Maret 2020. Pengguna WhatsApp
dan Instagram mengalami peningkatan hingga 40% selama pandemi virus corona.
Hal ini disebabkan orang orang harus tetap bisa berkomunikasi di tengah wilayah
karantina atau Lockdow(Katadata.co.id, 2020).
Dari observasi peneliti. Pada daerah tempat tinggal peneliti yaitu
Margawangi Estate Kelurahan Margacinta, Kecamatan Buah Batu, Kota
Bandung. Sudah ada 22 UMKM baru yang terlahir ditengah situasi pandemi virus
corona ini. Setelah survey yang dilakukan oleh peneliti, hanya terdapat sebesar
7% nya yang menggunakan media sosial untuk melakukan aktifitas pemasaran.
Berdasarkan hal di atas tersebut, penulis berencana untuk mencari apakah
Social Media Marketing berpengaruh dalam mengantarkan nilai nilai yang
terdapat pada Brand Equity(Brand Awareness, Brand Loyalty, Perceived Quality,
Brand Association) untuk menciptakan keputusan pembelian pada konsumen.
Jika hasilnya signifikan, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan yang kuat
mengapa perusahaan micro hingga perusahaan besar harus bisa mengoptimalkan
aktifitas Social Media Marketing untuk memasarkan produk, jasa, layanan yang
ditawarkan oleh perusahaan.

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
2. Bagaimanakah pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Kesadaran Merek (Brand Awareness)
3. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
4. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
5. Bagaimanakah pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Minat Beli (Willingness to Buy)
6. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
7. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
8. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)

Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
2. Untuk menguji pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Kesadaran Merek (Brand Awareness)
3. Untuk menguji pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
4. Untuk menguji pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
5. Untuk menguji pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Minat Beli (Willingness to Buy)
6. Untuk menguji pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
7. Untuk menguji pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
8. Untuk menguji pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)

Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku pelaku UMKM dan
yang baru memulai langkahnya di dunia bisnis untuk mulai menggunakan Social
Media Marketing sebagai salah satu cara untuk menyampaikan value yang
mereka tawarkan kepada audience dan khalayak umum untuk mendapatkan
pembeli.
2. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti akan mendapatkan wawasan
tambahan terkait efektifitas penggunaan Social Media Marketing untuk
penggunaannya dalam sebuah bisnis atau perusahaan.
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistematika penulisan ini disusun berdasarkan bab demi
bab yang akan diuraikan sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Berisi mengenai landasan teori dan jurnal terdahulu yang
menjadi ilmu dasar yang digunakan peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Berisi tentang populasi dan sampel, jenis data dan sumber
data, variabel dan definisi operasional variabel dan pengukuran
operasional variabel, teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang hasil penelitian secara sistematika kemudian
dianalisis dengan menggunakan metodologi penelitian yang
telah ditettapkan untuk selanjutnya diadakan pembahasan.

BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil oenelitian
yang sudah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori
1. Pemasaran
Menurut Kotler (2016:27) Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu penjelasan pemasaran terpendek yang
paling menjelaskan adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”.
Menurut AMA dalam Kotler & Keller (2016:27) juga mengatakan bahwa.
Pemasaran adalah aktifitas, rangkaian institusi dan proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan, dan pertukaran penawaran yang bernilai
bagi pelanggan, klien, mitra kerja dan masyarakat luas.
Menurut Sunyoto (2015:191) pemasaran adalah fungsi bisnis yang
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan menghasilkan alat pemuas kebutuhan
yang berupa barang ataupun jasa
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah sebuah aktifitas atau
rangkaian proses yang diciptakan oleh industri, untuk mengkomunikasikan
sebuah produk atau mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan masyarakat
terhadap sebuah produk.
2. Taktik Pemasaran
Strategi pemasaran adalah rencana menyeluruh, terpadu, dan menyatu
dibidang pemasaran yang memberikan pedoman tentang kegiatan yang akan
dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan melalui periklanan, program
promosi, penjualan, program produk, dan pendistribusian.10 Menurut Buchari
Alma, strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisa pasar sasaran yang
merupakan suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan atau usaha
dan menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan dapat memuaskan
pasar sasaran tersebut.
Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha dan pemasaran perusahaan dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta lokasinya, terutama sebagai
tanggapan perusahaan yang selalu berubah

3. Pemasaran Digital
Menurut Dave Chaffey (2016 : 11) Digital Marketing adalah kiat yang
dilakukan untuk mencapai tujuan melalui media dan teknologi digital. Digital
Marketing memiliki aktifitas menangani bentuk bentuk kehadiran perusahaan
pada media online, seperti website perusahaan dan media sosial perusahaan.

4. Pemasaran Media Sosial


Menurut Gunelius (2011:10) social media marketing merupakan suatu bentuk
pemasaran langsung ataupun tidak langsung yang digunakan untuk membangun
kesadaran, pengakuan, daya ingat, dan tindakan untuk merek, bisnis, produk,
orang, atau entitas lainnya dan dilakukan dengan menggunakan alat dari web
sosial seperti blogging, microblogging, social networking, social bookmarking,
dan content sharing. Social media marketing adalah sebuah proses yang
mendorong individu untuk melakukan promosi melalui situs web, produk, atau
layanan mereka melalui saluran sosial online dan untuk berkomunikasi dengan
memanfaatkan komunitas yang jauh lebih besar yang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk melakukan pemasaran daripada melalui saluran periklanan
tradisional (Weinberg, 2009:3-4).
Social media marketing merupakan bentuk periklanan secara online yang
menggunakan konteks kultural dari komunitas sosial meliputi jejaring sosial,
dunia virtual, situs berita sosial, dan situs berbagi pendapat sosial untuk menemui
tujuan komunikasi (Tuten, 2008:19). Menurut Gunelius (2011:59-62) terdapat
empat elemen yang dijadikan sebagai variabel kesuksesan social media marketing
:
1. Content Creation
Konten yang menarik menjadi landasan strategi dalam melakukan pemasaran
media sosial. Konten yang dibuat harus menarik serta harus mewakili kepribadian
dari sebuah bisnis agar dapat dipercaya oleh target konsumen.

2) Content Sharing
Membagikan konten kepada komunitas sosial dapat membantu memperluas
jaringan sebuah bisnis dan memperluas online audience. Berbagi konten dapat
menyebabkan penjualan tidak langsung dan langsung tergantung pada jenis
konten yang dibagikan.

3) Connecting
Jejaring sosial memungkinkan seseorang bertemu dengan lebih banyak orang
yang memiliki minat yang sama. Jaringan yang luas dapat membangun hubungan
yang dapat menghasilkan lebih banyak bisnis. Komunikasi yang jujur dan hati-
hati harus diperhatikan saat melakukan social networking.

4) Community Building Web sosial merupakan sebuah komunitas online besar


individu dimana terjadi interaksi antar manusia yang tinggal di seluruh dunia
dengan menggunakan teknologi. Membangun komunitas di internet yang
memiliki kesamaan minat dapat terjadi dengan adanya social networking

5. Merek
Menurut AMA (American Marketing Association) merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasinya yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sebuah barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok
penjual yang membedakan mereka dari para pesaing. Merek adalah produk atau
jasa yang dimensinya dapat membedakan merek tersebut dengan beberapa cara
dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
sama. (Kotler & Keller 2012:258)
Aaker (2014:XV) mengatakan bahwa merek lebih dari sekedar logo, merek
merupakan sebuah janji satu organisasi kepada pelanggan untuk memberikan apa
yang menjadi prinsip merek itu, tidak hanya dalam hal manfaat 11 fungsional,
tetapi juga manfaat emosional, ekspresi diri, dan sosial. Namun, sebuah merek itu
lebih dari sekedar memenuhi sebuah janji. Sebuah merek juga merupakan satu
perjalanan, sebuah hubungan yang berkembang melalui persepsi dan pengalaman
yang sudah dimiliki pelanggan setiap kali mereka berhubungan dengan merek
tersebut.
Menurut Tjiptono (2011:24) dalam melakukan keputusan branding terdapat
enam aspek utama, yaitu:
a) Keputusan branding, yakni keputusan menyangkut apakah akan
menggunakan merek atau tidak untuk produk yang dihasilkan.
b) Keputusan brand sponsor, yakni keputusan berkenaan dengan siapa yang
harus mensponsori merek
c) Kaputuan brand hierarchy, yakni keputusan menyangkut apakah setiap
produk perlu diberi merek sendiri ataukah menggunakan coorporate
brand.
d) Keputusan brand extension, yakni keputusan menyangkut apakah nama
merek spesifikasi perlu diperluas pada produk-produk lain.
e) Keputusan brand repositioning, yaitu keputusan untuk mengubah produk
dan citranya agar dapat lebih memenuhi ekspektasi pelanggan.
6. Ekuitas Merek
Menurut Aaker dalam Tjiptono (2011:97) menjabarkan aset merek yang
berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi, yaitu:
kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi
merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty), seperti terlihat
pada tampilan gambar di bawah ini:

Gambar 2.1: Dimensi Ekuitas Merek

a) Brand Awareness
Kesadaran merek adalah sebuah kemampuan pelanggan untuk mengenali
dan mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan suatu
produk tertentu. Kesadaran merek melibatkan pengakuan sebuah merek dan
ingatan tentang sebuah merek. Pengakuan merek melibatkan orang – orang
yang akan mampu mengenali merek tersebut sebagiai sesuatu yang berbeda
dengan merek – merek yang lain. Kesadaran merek ini membuat mereka
mengenal sebuah merek hanya dengan melihat logonya, ataupun mendengar
slogannya
Kesadaran merek memiliki tingkatan dalam ingatan konsumen dalam
menciptakan suatu nilai. Menurut Aaker (2013:205) tingkatan tersebut
adalah :
Top Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden
atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu
i. kategori produ
b) Perceived Quality
Persepsi Kualitas terhadap merek menggambarkan respon keseluruhan
pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan merek. Karena
perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality
tidak dapat ditentukan secara objektif, persepsi pelanggan akan melibatkan
apa yang penting bagi pelanggan yang harus diberikan oleh perusahaan.

c) Brand Association
Asosiasi Merek (Brand associations) berkenaan dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan ingatan pelanggan terhadap sebuah merek. Karena itu
dalam asosiasi merek menurut Temporal (2002:44) “Agar benar – benar bisa
menonjol diantara merek – merek lainnya suatu merek harus mempunyai
hubungan emosional yang unik”.

d) Brand Loyalty
Loyalitas merek adalah komitmen kuat dalam berlangganan atau
membeli kembali sebuah merek secara terus menerus atau konsisten di masa
depan. Konsumen yang setia berarti konsumen yang melakukan aktifitas
pembelian secara berulang ulang Secara umum, langkah – langkah untuk
memelihara dan meningkatkan brand loyalty adalah dengan melakukan
pemasaran hubungan (relationship marketing), pemasaran frekuensi
(frequency marketing), pemasaran keanggotaan (membership marketing) dan
memberikan hadian (reward) (Aaker, 2013:206).
7. Minat Beli
a) Pengertian Minat beli
Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku
dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen
membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam
perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada
suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk
membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan
(Pramono, 2012:136).
Pengertian minat beli menurut Kotler dan Keller (2013:15), “Minat beli
merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang
menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian”. Menurut
Durianto dan Liana (2004:44), “Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu”. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang
merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Suatu produk dikatakan telah dikomsumsi oleh konsumen apabila produk
tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Karakteristik pribadi
konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan sangat komplek, dan
salah satunya adalah asanya dorongan atau motivasi konsumen untuk membeli.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah
kesungguhan hati untuk memiliki sesuatu pengorbanan dimana minat beli itu
timbul karena konsumen merasa puas terhadap kualitas produk yang diberikan
oleh perusahaan.
Perilaku seseorang sangat tergantung pada minatnya, sedangkan minat
berperilaku sangat tergantung pada sikap dan norma subyektif atas perilaku.
Keyakinan atas akibat perilaku sangat mmepengaruhi sikap dan norma
subyektifnya. Sikap individu terbentuk dari kombinasi antara keyakinan dan
evaluasi tentang keyakinan penting seseorang konsumen, sedangkan norma
subyektif ditentukan oleh keyakinan dan motivasi.
b) Faktor Faktor yang mempengaruhi Minat Beli Konsumen
8. Keputusan Pembelian
Menurut Peter Jerry C. Olson(2013), suatu keputusan(Decision) mencakup
suatu pilihan diantara dua atau lebih tindakan atau perilaku alternatif. Pemasar
secara khusus tertarik pada perilaku pembeli, terutama pilihan konsumen
mengenai merek - merek yang akan di beli. Proses inti dalam pengambilan
keputusan konsumen adalah proses integrasi yang digunakan untuk
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih satu diantaranya. Hasil proses integrasi tersebut adlah
suatu pilihan (choice), serta kognitif menunjukan intensi perilaku.

Hipotesis
1. Pengaruh pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
(Deskripsi)
H1: Brand Awareness memiliki pengaruh signifikan terhadap Willingness to Buy
2. Pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Kesadaran Merek (Brand Awareness)
(Deskripsi)
H2: Social Media Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap Brand
Awareness
3. Pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
(Deskripsi)
H3: Brand Awareness memiliki pengaruh signifikan terhadap Repurchase
Intention
4. Pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
(Deskripsi)
H4: Social Media Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap Repurchase
Intention.
5. Pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
(Deskripsi)
H5: Social Media Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap Willingness
to Buy
6. Pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan Pembelian
(Repurchase Intention)
(Deskripsi)
H6: Willingness to Buy memiliki pengaruh signifikan terhadap Repurchase
Intention.
7. Pengaruh pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
(Deskripsi)
H7: Willingness to Buy memperkuat pengaruh Brand Awareness terhadap
Repurchase Intention.
8. Pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi hubungan
antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
(Deskripsi)
H8: Willingness to Buy memperkuat pengaruh Social Media Marketing terhadap
Repurchase Intention.

Theoretical Framework
Pengaruh Social Media Marketing, Brand Awareness Terhadap Keputusan
Pembelian Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening Pada Taeyang
Kulture
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitain


Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu menurut
pengertian Cooper & Schindler (2011) adalah metode penelitian yang mencoba
melakukan pengukuran yang akurat terhadap perilaku, pengetahuan, opini, atau
sikap. Menurut Sugiyono ( 2014:8) Metode penelitan kuantitatif adalah metode
penelitian yang belandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan.
Berdasarkan tujuan, penelitian ini masuk ke dalam jenis kausalitas. Studi
kausalitas adalah sebuah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari
suatu masalah atau lebih, yang nantinya bisa melihat faktor - faktor yang
mempengaruhi antara variabel satu sama lain (Sekaran, 2011:164)

3.2 Alat Pengumpulan Data


3.2.1 Jenis Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari prang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh
penneliti untuk diteliti dan kemudian diambil kesimpulannya(Sugiyono,
2014:38) Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu
variabel eksogen dan endogen.
Variabel eksogen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lain. Dalam penelitian ini yang termasuk kedalam variabel eksogenus antara
lain Social Media Marketing, variabel endogen antara lain Brand Awareness,
Minat Beli, dan Keputusan Pembelian.

3.2.2 Operasional Variabel

Tabel 3.2.2.1 Variabel Eksogen


Variabel Definisi
Social Media Marketing

Tabel 3.2.2.2 Variabel Endogen


Variabel Definisi
Brand Awarenes
Minat Beli
Keputusan Pembelian

Daftar Pustaka
Aaker, David. (2014). Aaker on Branding “20 Prinsip Esensial Mengelola dan
Mengembangkan Brand”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. (2012). Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Erlangga.

Zikmund, William G. et.al. (2003). Customer RelationshipManagement:


Integrating Marketing Strategy and Information Technology. New Jersey:
John Wiley and Sons.

Gunelius, Susan. 2011. 30 Minute Social Media Marketing. United States :


McGraw Hill

Weinberg, Tamar. 2009. The New Community Rules : Marketing on the Social
Web.
California : O’ Reilly
Danang, Sunyoto. (2012). Manajemen Pemasaran, Yogyakarta: Buku Seru.

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. (2008). Consumer Behavior : Perilaku


Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta : Erlangga

D. Durianto, dan Liana. C, (2004). Analisi efektivitas iklan televisi softener soft
& fresh di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan consumen
decision model, Jurnal Ekonomi Perusahaan,Vol.11 (no.1): 35-55

Paul Temporal dan K.C.Lee. Hi-Tech Hi Touch Branding, Salemba Empat,


Yogyakarta, 2001.

https://jabarekspres.com/2020/150-557-umkm-kota-bandung-sudah-diajukan-ke-
pusat-untuk-dapat-bantuan-modal-usaha/ Diakses pada tanggal 4
Novermber 2020

https://katadata.co.id/febrinaiskana/digital/5e9a41f84eb85/penggunaan-whatsapp-
dan-instagram-melonjak-40-selama-pandemi-corona Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2020

https://smartlegal.id/smarticle/2019/02/13/klasifikasi-ukm-dan-umkm-di-
indonesia/ Diakses pada tanggal 2 November 2020

https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia Diakses pada tanggal 20


September 2020

Anda mungkin juga menyukai