Anda di halaman 1dari 10

Tokyo, KompasOtomotif – Setelah kurang lebih dua tahun proses kemitraan seolah hilang kabar,

dua pabrikan mobil Jepang, Toyota dan Mazda resmi mengumumkan kerjasamanya pada Jumat
(4/8/2017) ini. Dalam kesepakatan tersebut, seperti mengutip Autonews, Jumat (4/8/207), Toyota
akan mengambil 5 persen saham dari saingan kecilnya, sebagai bagian dari joint venture baru,
sementara Mazda akan mengambil 0,25 persen saham di Toyota. Membangun Pabrik Toyota dan
Mazda berencana membangun pabrik perakitan di Amerika Serikat senilai 1,6 miliar dolar atau
Rp 21 triliun. Fasilitas tersebut bakal beroperasi pada 2021, dengan kapasitas produksi mencapai
300.000 unit per tahun, yang dibagi untuk kedua produsen tersebut. Kedua pembuat mobil
tersebut berencana memproduksi sedan Toyota Corolla dan crossover Mazda baru di sana.
Mazda, yang penjualan kendaraan global tahunannya tak sebesar Toyota, coba mengincar pasar
lebih spesifik, yang sebagian besar ada di Amerika Utara, dengan model yang populer adalah
sedan dan SUV. Baca juga : Toyota Bentuk Aliansi Baru dengan Mazda Mazda mengincar
kesepakatan ini juga sebagai batu pijakan untuk melakukan produksi di Amerika Serikat. Saat
ini, Mazda mengapalkan semua kendaraan yang dijual di AS sebagai pasar terbesarnya, dari
pabriknya di Jepang dan Meksiko. Sementara Toyota, yang pada awalnya berencana untuk
memproduksi Corolla di pabrik baru yang saat ini sedang dibangun di Meksiko, akan
mengalihkannya ke Amerika Serikat. Kemudian pabrik Meksiko direncanakan bakal
menghasilkan model truk Tacoma. Mobil Listrik dan Otonomos Tak berhenti sampai situ,
keduanya juga bersama-sama mengembangkan teknologi kendaraan listrik. Mazda mengaku
kekurangan anggaran R&D, yang hanya sekitar 140 miliar yen tahun ini (Rp 16 triliun), untuk
mengembangkan mobil listriknya sendiri. Angka tersebut jauh lebih kecil dibanding Toyota yang
mencapai 1 triliun yen (Rp 120 triliun) Mereka ingin ikut mengeluarkan mobil listriknya tepat
waktu, bersamaan dengan berlakunya peraturan pengetatan emisi global, yang mendorong lebih
banyak pembuat mobil untuk mengembangkan mobil bertenaga baterai. Toyota dan Mazda juga
akan bekerja sama mengembangkan teknologi informasi dalam mobil dan fungsi mengemudi
otomatis (otonomos/self-driving), yang bergerak menjadi tren di industri otomotif global

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Detail Kerjasama Toyota dan Mazda",
https://otomotif.kompas.com/read/2017/08/05/074200215/ini-detail-kerjasama-toyota-dan-
mazda.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Tokyo - Persaingan yang ketat memaksa produsen mobil untuk selalu berpikir kreatif. Toyota
memutuskan untuk beraliansi dengan Mazda. Toyota dan Mazda meneken perjanjian bersama
hari ini.

Dalam siaran pers Toyota disebutkan 5 poin alinasi Toyota-Mazda. Pertama mendirikan
perusahaan bersama joint venture) untuk memproduksi mobil di Amerika, kedua
mengembangkan teknologi mobil listrik, ketiga mengembangkan teknologi mobil terhubung,
keempat bekerja sama dalam hal teknologi keamanan dan terakhir mengembangkan
complementary products bagi kedua pabrikan.

Dalam aliansi ini, Toyota membeli saham Mazda sebanyak 31.928.500 lembar saham senilai 50
miliar yen. Itu berarti Toyota memiliki saham sebesar 5,05 persen.

"Buah dari kerja sama kami dengan Mazda adalah kami menemukan partner yang benar-benar
menyukai mobil, yang sudah memercikkan semangat kompetisi Toyota, memunculkan niat untuk tidak
kalah dari Mazda. Inilah kerja sama antara mereka yang sangat berhasrat dengan mobil dan akan
bersama-sama membuat mobil yang lebih baik. Ini juga merupakan realisasi dari keinginan kami untuk
tidak membiarkan mobil menjadi komoditas belaka," ujar Presiden Toyota Akio Toyoda.

"Tidak ada yang memuaskan saya selain aliansi ini, kami bisa membantu untuk memberikan energi
untuk industri otomotif, dan menciptakan penggemar baru dengan menggabungkan semangat bersaing
kami. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah inovasi dan memupuk bakat dan pemimpin," ujar
Presiden Mazda Masamichi Kogai.
Sebelumnya, Nissan membentuk aliansi dengan Renault dan Mitsubishi. Hasilnya aliansi Renault-
Mitsubishi dan Nissan menjadi yang terbesar di dunia saat ini mengalahkan VW dan Toyota.

TOKYO— Toyota dan Mazda resmi mengumumkan kerjasama. Langkah tersebut terhitung
mulai awal Agustus 2017. Dalam kesepakatan tersebut Toyota mengambil lima persen saham
Mazda. Sementara Mazda mengambil 0,25 persen saham di Toyota.

Keduanya berencana membangun pabrik perakitan di Amerika Serikat (AS) senilai 1,6 miliar
dolar atau Rp 21 triliun. Orientasi kerjasama ini mencakup rencana produksi mobil listrik.
Fasilitas tersebut bakal beroperasi pada 2021 dan menciptakan tenaga kerja 4.000 orang. Meski
lokasi produksi belum mereka umumkan, kapasitas produksinya diperkirakan mencapai 300 ribu
unit per tahun, yang dibagi berdua.

Sejumlah analis memandang kerjasama Toyota-Mazda tersebut lebih dari sekadar langkah
politis. Kerjasama tersebut mengarah pada strategi menghadapi para saingan lama serta para
pendatang baru dalam perlombaan mengembangkan mobil listrik. Ini mengingat bahwa regulasi
global tentang emisi kian ketat.

“Ada beberapa pemain baru dalam industri mobil global dewasa ini, antara lain dua perusahaan
IT Apple dan Google. Kami dituntut bersaing dengan mereka,” kata Presiden Toyota Akio
Toyoda, cucu pendiri Toyota.

Akio Toyoda dipilih tahun lalu untuk memimpin divisi mobil listrik, sebuah disvisi baru di
dalam tubuh perusahaan Toyota. Begitu memegang kepemimpinan, Akio Toyoda segera
menegaskan komitmen total perusahaan untuk mengembangkan mobil listrik, hal yang selama
ini dilakukan Toyota tanpa sepenuh hati.

“Sekarang beda dengan sebelum ini. Sekarang semua serba cepat dan serba tiba-tiba, tanpa harus
ada aba-aba lebih dulu. Harus ada berbegai alternatif bagi mobil berteknologi pembarakan yang
konvensional,” katanya.

Sebelum ini, kerjasama strategis juga dilakukan oleh Nissan dan Mitsubishi. Kesepakatan
keduanya ditandai dengan pembelian saham 34 persen Mitsubishi oleh Nissan. (*)
PROKAL.CO, Awal Agustus lalu, Toyota baru saja membuat pengumuman mengejutkan.
Merek kenamaan asal Jepang ini baru saja ‘menikah’ dengan Mazda.

HAL itu ditandai dengan pembelian saham Mazda sebanyak 31.928.500 lembar atau senilai JPY
50 miliar. Artinya Toyota memiliki sekitar 5,05 persen saham Mazda. Kesepakatan ini juga
membuka kesempatan bagi kedua merek menciptakan kerja sama di masa mendatang.

Menanggapi soal tren aliansi antar-pabrikan otomotif ini, Executive General Manager PT
Toyota-Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, keputusan untuk melakukan
aliansi berdasarkan banyak faktor. Misalnya menekan biaya riset dan pengembangan teknologi
yang membutuhkan biaya tak sedikit. Saat ini, pabrikan dituntut untuk menciptakan mobil ramah
lingkungan dan mobil swakemudi.

“Seperti sekarang arah pengembangan ke electric, tapi cost untuk produk itu ‘kan tinggi. Kami
menyebut ini sebagai kompetisi yang kolaboratif, jadi agar cost tidak besar bisa saling sinergi,”
katanya dalam gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, pekan lalu.

Sementara itu, Soerjopranoto belum dapat memberikan kepastian apa kerja sama dua merek ini
akan memberikan dampak hingga ke pasar Indonesia. Ia menambahkan, aliansi tak hanya
menguntungkan dari sisi biaya, tetapi juga teknologi. Menurutnya, suatu saat kedua pihak bisa
berkolaborasi dan menelurkan produk terbaru. Apalagi mengingat beberapa teknologi Mazda
turut mencuri perhatian pasar.

Salah satu contoh teknologi SkyActive yang bisa dikombinasikan dengan teknologi milik Toyota.
“Sudah ada pembicaraan itu, tapi kami lihat lagi nanti. Suzuki dan Toyota sudah ada kerja sama
proyek di India. Lalu, Mazda dengan Toyota di Amerika. Ada kemungkinan juga di Indonesia,
seperti Toyota dan Daihatsu,” imbuhnya.

Ia mengungkapkan, aliansi dapat melayani kebutuhan produk negara berkembang. Dengan


karakteristik produk compact, namun ukuran yang lebih ramping alias kecil. Sejauh ini, Toyota
telah berusaha menjawab kebutuhan itu. Caranya dengan kolaborasi bersama Daihatsu. Walhasil,
kini mereka mengembangkan produk seperti Avanza, Calya, dan Rush.

Pria yang akrab disapa Soerjo itu menegaskan, sementara ini aliansi Toyota dengan Mazda hanya
berlaku untuk pasar Amerika Serikat saja. Belum ada keputusan untuk memperluas kerja sama
tersebut ke negara lain. Terdapat lima poin utama dalam kerja sama tersebut. Di antaranya
mendirikan perusahaan bersama atau joint venture untuk memproduksi mobil di Amerika.

Poin lainnya mengembangkan teknologi mobil listrik, teknologi mobil terhubung dan teknologi
keamanan. Serta pengembangan complementary products. Nantinya, Toyota dan Mazda akan
mendirikan pabrik berkapasitas 300 ribu unit per tahun. Ditaksir pabrik ini memiliki nilai
investasi sebesar Rp 21 triliun atau USD 1,6 miliar. Rencananya pabrik akan beroperasi pada
2021
Seri UKM: Bentuk Usaha Kemitraan:
Keuntungan dan Kerugian
Tyas Utomo Soekarsono, Agustus 2001,
Ketua Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia 2001-20010

Selain bentuk usaha perorangan yang telah dibahas dalam tulisan yang lalu, bentuk usaha lainnya
adalah kemitraan (partnership).  Kemitraan  adalah kerjasama dua orang atau lebih yang
bersama-sama memiliki sebuah bisnis dengan tujuan menghasilkan laba.  Bentuk kemitraan yang
kita kenal adalah firma dan CV.  Firma adalah bentuk kemitraan dimana seluruh mitra
berpartisipasi aktif dalam menjalankan usaha dan bertanggung jawab secara bersama-sama.  CV
adalah bentuk kemitraan yang mengenal adanya mitra aktif dan pasif (komanditer).  Mitra aktif
adalah mitra yang iut memiliki, mengoperasikan, dan mengelola bisnis serta memiliki kewajiban
tidak terbatas terhadap hutang persekutuan, sedangkan mitra komanditer adalah anggota
kemitraan yang tidak berperan aktif dalam mengelola perusahaan dan kewajibannya pada hutang
kemitraan sebatas uang yang ditanamkannya.

Keuntungan Kemitraan

Pendirian yang Mudah.  Sebagamana pendirian perusahaan perorangan, pendirian kemitraan


dapat dilakukan dengan cara informal saja bila belum dirasa perlu untuk menjadikan usaha
kemitraan tersebut formal dan tercatat.

Ketrampilan yang Saling Melengkapi.  Salah satu alasan memilih mitra adalah keterbatasan
dalam mengerjakan sesuatu.  Sebagai contoh, apabila usaha masih kecil, segala kegiatan mulai
dari mencari pelanggan hingga memproduksi dapat dilakukan sendiri.  Namun demikian, bila
prospek usaha semakin besar, terkadang kegiatan marketing yang memakan banyak waktu
dengan rapat-rapat dan lobi mengharuskan seorang pengusaha memerlukan partner yang
mengawasi masalah teknis produksi.

                Pembagian Laba Relatif lebih Mudah. Hal ini dapat dilakukan dengan kesepekatan
bersama yang ditentukan di awal kerja sama.  Pembagian laba belum tentu sama dengan
perbandingan modal, mengingat beban kerja dan tanggung jawab dalam menjalankan bisnis itu.

                Kemudahan dalam mencari Mitra Pasif (Komanditer).  Mitra komanditer dianggap
sebagai suatu bentuk kelebihan bentuk usaha kemitraan karena dapat mengakomodasi orang-
orang yang bersedia berinvestasi tanpa mau terlibat langsung dalam bisnis, dan bersedia
mengambil risiko hanya sebatas uang yang ditanam tersebut.  Selain itu, dengan adanya bentuk
kemitraan seperti ini, membuka peluang untuk mencari modal yang lebih besar lagi bagi
penggagas suatu usaha (mitra aktif).

                Pengumpulan Modal yang lebih besar.  Bila memang mendatpatkan mitra yang sangat
cocok, dan bersedia untuk sama-sama menanam modal serta aktif dalam usaha yang dibangun
bersama, tentunya hal ini membuat modal awal sebuah usaha menjadi lebih besar.  Apalagi bila
ditambah dengan komitmen yang mencapai harta pribadi, membuat kemungkinan untuk
perluasan usaha karena modal yang lebih besar menjadi sangat memungkinkan.

Keluwesan.   Karena bentuk kemitraan ini memang biasanya untuk bentuk usaha yang kecil,
maka keluwesan dalam beradaptasi dengan dunia bisnis dan kecepatan dalam mengambil
keputusan merupakan sebuah keunggulan.

Kelemahan Kemitraan

Kewajiban tidak Terbatas.  Sebagaimana perusahaan perorangan, bentuk usaha kemitraan ini
juga mengharuskan pemilik mempertanggungjawabkan kewajibannya hingga ke harta pribadi
(kecuali mitra pasif).

                Akumulasi modal masih kurang optimal.  Walau pun bentuk usaha kemitraan masih
lebih baik dalam mencari modal yang lebih besar dibanding mitra perorangan, bentuk usaha ini
masih dianggap kurang efektif bila dibandingkan dengan usaha perseoran.

Kesulitan untuk keluar dari Kemitraan.  Salah satu kesulitan dalam kemitraan ini adalah apabila
salah seorang ingin keluar dari kemitraan, hal ini tidak dapat dilakukan tanpa membubarkan
kemitraan terebut.  Hal ini terjadi karena dalam sebuah kemitraan, bila ingin menarik diri,
biasanya saham yang ingin melepaskan diri harus dijual ke mitra yang lain.  Padahal, seringkali
mitra yang lain tidak berniat atau tidak memiliki dana untuk membeli saham mitra yang ingin
keluar.  Sshingga seringkali kemitraan harus dibubarkan.  Hal ini membuat permasalahan
menjadi lebih rumit, apalagi  seringkali nama menjadi trade mark yang diingat oleh para
pelanggan.  Oleh karena itulah, apabila membubarkan kemitraan dan menggunakan nama baru,
hal ini menyebabkan usaha dalam mensosialisasikan nama baru ini cukup memakan waktu dan
uang.

Kurang berkesinambungan.  Selain disebabkan oleh mitra yang keluar, kematian salah seorang
mitra akan menyebabkan usaha menjadi bubar.  Hal ini dpat terjadi bila ahli waris dari pihak
yang meninggal tidak mau berpartner dengan mitra sang pewaris.

                Potensi konflik.  Sebagaimana umumnya sebuah interaksi, sebaik mungkin hubungan
seseorang, potensi konflik tidaklah mungkin untuk dihilangkan.  Hal ini lebih diperbesar dengan
kondisi dimana dalam operasional usaha akan terjadi saat-saat dimana kondisinya sangat tegang
dan kondisi-kondisi stress dapat terjadi.  Di sinilah sebuah kemitraan benar-benar diuji, dan
menurut hemat saya, kunci terpenting dari kelanggengan hubungan ini adalah kesungguhan dan
tenggang rasa.    Kesungguhan dalam bekerja dimana komitmen-komitmen kerjasama
dilaksanakan dengn sungguh-sungguh oleh kedua belah pihak, dan tenggng rasa dalam
menghadapi kelemahan mitra kerja kita.

Menjadi Mitra Pasif atau Pemberi Pinjaman?

            Sebagai semacam pentunjuk yang umum bagi kita semua, saya ingin menggambarkan
faktor-faktor apa yang menentukan apakah sebuah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dalam
bentuk pinjaman atau penyertaan modal.  Yang menjadi kunci di sini adalah faktor keyakinan,
baik keyakinan bagi pemilik uang mau pun keyakinan pemilik usaha.

Apabila seorang pemilik usaha membutuhkan dana untuk pengembangan usaha, maka kita bisa
melihat apabila yang diminta adalah pinjaman, maka itu dapat diartikan bahwa yang
bersangkutan yakin dapat mengembalikan uang pinjaman tersebut.  Namun apabila yang diminta
adalah penyertaan, maka hal itu dapat diartikan bahwa yang bersangkutan kurang yakin dengan
pengembalian dan mengharapkan pemilik uang untuk bersama-sama menanggung risiko.

Sebaliknya bagi pemilik uang.  Apabila dia yakin dengan proposal bisnis yang diajukan, maka
sang pemilik uang akan cenderung untuk berinvestasi, karena akan menghasilkan lebih besar
dibandingkan hanya sekedar memberi pinjaman.  Apabila proposal bisnis kurang meyakinkan,
maka memberi pinjaman lebih disukai dibandingkan dengan menjadi mitra pasif.
Ciri-ciri Keuntungan Dan Kerugian Bentuk Kerjasama Bisnis
Posted: 22 November 2013 in

1. Joint Venture

Joint venture adalah bentuk kerjasama antar beberapa perusahaan yang berasal dari beberapa neg
ara menjadi satu perusahaan untuk mencapai konsentrasi kekuatan-kekuatanekonomi yang lebih 
padat.

Ciri-ciri Joint Venture;

a) Merupakan perusahaan baru yang didirikan bersama oleh beberapa perusahaan.

b) Modal terdiri dari pengetahuan dan modal yang disediakan para pendiri.

c) Joint venture antara perusahaan asing dengan modal nasional harus berbentuk Perseroan Terba
tas.

Keuntungan :

ü Kekuasaan dan hal suara didasarkan pada banyaknya saham yang ditanam oleh masing – masin
g Perusahaan Pendiri.

ü Perusahan Join Venture tetap memiliki eksistensi dan kebebasan masing – masing.

ü Dapat memanfaatkan skala ekonomi dan spesialisasi.

Kelemahan :

ü Tanggung jawab terhadap semua resiko dibagi antar masing – masing patner (Perusahaan – per
usahaan yang berlainan).

2. Trust / Marger

Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiridengan na
ma perseroannya sementara yang lain lenyap dengan segala nama dankekayaannya dimasukan da
lam perseroan yang tetap berdiri tersebut

Merger terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Merger Horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama),misalny
a merger antara dua perusahaan Roti, merger perusahaan sepatu.

2. Merger vertikal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling berhubu
ngan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan, Contohnya: perusahaan pemintalan benang 
merger dengan perusahaan kain.
3. Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai produk ya
ng berbeda – beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger dengan perusaha
an elektronik.

Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan Badan Usaha dengan cepat dan m
endapatkan hasil yang lebih baik

Keuntungan :

ü Dapat mengeluarkan saham dan obligasi.

ü Kebebasan masing – masing perusahan yang mengadakan fusi (peleburan) sama sekalihilang

Kelemahan :

ü Resiko tetap menjadi tanggung jawab dari perusahaan – perusahaan yang bergabung.

ü ketergantungan pada mesin-mesin serta barang-barang modal yg ada.

3. Holding Company / Akuisisi

Holding company adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu ata
u lebih perusahaan lain atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut.

Keuntungan :

ü Dapat memanfaatkan skala ekonomi  yg ada ( tingkat produksi yang paling besar ).

ü Perusahaan yang sahamnya sudah di beli tidak lagi mempunyai kekuasaan, semua kekuasaan di
tentukan olah holding company

Kelemahan :

ü Ada penyesuaian organisasi  dari perusahaan yang diambil alih pada organisasi induk.

ü Semua resiko di tanggung oleh perusahaan yang  mengambil alih.

4. Sindikat

Sindikat merupakan kerja sama antara beberapa orang untuk  melaksanakan proyek khusus diba
wah suatu perjanjian. Pembentukan sindikat biasanya di lakukan pada perusahaan penjamin (und
erwriter).

5. Kartel
Kartel yaitu suat kesepakatan (tertulis) antara beberapa perusahaan produsen dan lain-lain yang s
ejenis untuk mengatur dan mengendalikan beberapa hal, seperti harga, wilayah pemasaran dan se
bagainya, dengan tujuan menekan persaingan dan meraih keuntungan.

ü kartel daerah yaitu membagi daerah pemasaran setiap sekutu.

ü kartel produksi yaitu menentukan luas produksi setiap sekutu.

ü Kartel kondisi yaitu penentuan syarat penjualan seperti potongan, tempat penjualan.

ü kartel harga yaitu penetapan harga minimum.

ü kartel pembagian laba yaitu penentuan cara pembagian laba setiap sekutu.

Keuntungan :

ü Kedudukan monopoli dari kartel di pasar menyebabkan kartel mempunyai posisi yang baik did
alam menghadapi persaingan.

ü Resiko penjualan barang-barang yang dihasilkan dan resiko kapital para anggota dapat dimini
malkan, karena baik produksi maupun penjualan dapat diatur dan dijamin jumlahnya.

ü Kartel itu dapat melaksanakan rasionalisasi, sehingga harga barang-barang yang dijual diprodu
ksi kartel itu cenderung turun

Kelemahan :

ü Dalam berbagai kemungkinan, saingan kartel dapat menyelundup ke dalam anggota kartel.

ü Dalam kehidupan masyarakat luas, kartel dianggap sebagai sesuatu yang merugikan masyaraka
t, Karena kartel itu praktis dapat meninggikan harga dengan gaya yang lebih leluasa.

ü Peraturan-peraturan yang dibuat bersama diantara mereka dengan sanksi-sanksi interen kartel it
u akan mengikat kebebasan para anggota yang bergabung didalam kartel ini.

Anda mungkin juga menyukai