Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RUSLAN

KELAS : 2 A

Tanggung jawab dan Akuntabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tanggung jawab adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Artinya, ketika seseorang memiliki tanggung jawab
untuk melakukan sesuatu, tetapi ia tidak melakukannya atau ternyata hasil pekerjaannya
tidak sesuai, ia akan mendapat konsekuensi. Dalam dunia kerja, tanggung jawab membantu
seseorang untuk berkomitmen terhadap pekerjaannya dan menyelesaikannya sesuai yang
diharapkan.

Sedangkan, akuntabilitas mengacu pada suatu keadaan di mana seseorang dapat dimintai
pertanggungjawaban. Ketika Anda mendapatkan tanggung jawab, Anda dituntut untuk
memiliki akuntabilitas. Dengan akuntabilitas, Anda memiliki dorongan dalam diri untuk
menyelesaikan tanggung jawab tersebut. Biasanya, orang yang tidak memiliki akuntabilitas
akan menyalahkan orang atau pihak lain apabila terjadi kesalahan pada suatu pekerjaan
atau proyek yang menjadi tanggung jawabnya.

Memberikan lebih dari ekspektasi


Tanpa adanya tanggung jawab dan akuntabilitas, seorang karyawan biasanya tidak memiliki
etika kerja yang baik. Ia hanya akan bekerja seperlunya dan tak berniat memberikan lebih.
Namun, orang yang memiliki etika kerja maksimal akan bersedia mengemban tanggung
jawab dari proyek yang mereka kerjakan. Mereka tak hanya menunjukkan kerja keras untuk
memastikan bahwa proyek tersebut berjalan lancar, tetapi juga bersedia menerima
tanggung jawab atas hasilnya. Mereka akan memberikan lebih dari yang diminta dan selalu
memastikan bahwa mereka telah bekerja sebaik mungkin.

Jangan bersikap acuh tak acuh


Apakah ada seseorang di tempat kerja yang kerap menjawab “itu bukan salah saya” ketika
proyek tidak memberikan hasil sesuai target? Tandanya, ia merupakan orang yang tidak
bersedia menerima tanggung jawab apalagi memiliki akuntabilitas. Bukannya melakukan
follow up ke seluruh anggota tim untuk memastikan bahwa proyek berjalan lancar dan
sesuai jadwal, ia cenderung acuh tak acuh dalam menjalankan proyek. Ketika ternyata
proyek tersebut mundur dari deadline, ia tidak mau disalahkan dan memastikan semua
orang tahu bahwa ia telah melakukan perannya.

Tanggung jawab tak lepas dari akuntabilitas


Ketika seseorang mendapatkan tanggung jawab, maka mau tak mau ia juga harus
menunjukkan akuntabilitas. Dengan adanya akuntabilitas, artinya Anda telah mengambil
keputusan pribadi untuk terlibat dalam sebuah situasi dan menunjukkan bahwa Anda siap
memberikan apa pun untuk mencapai hasil yang diperlukan dari situasi tersebut. Dengan
kata lain, akuntabilitas dapat dikatakan sebagai sebuah pilihan. Semua orang bisa
mendapatkan atau menerima tanggung jawab, tetapi tidak semuanya memiliki akuntabilitas
untuk menyelesaikan tanggung jawab tersebut.

Di dunia kerja, tanggung jawab dan akuntabilitas tak dapat dipisahkan. Tanpa keduanya,
nantinya Anda hanya akan memberikan setengah-setengah pada pekerjaan Anda. Jika hal
tersebut terus dibiarkan, bagaimana Anda bisa mendapat hasil yang “penuh” dan sesuai
dengan target

tanggung jawab = keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Artinya missal kita dapat
amanah untuk menyelesaikan suatu pekerjaan kita akan dapat konskeuensi apabila
pekerjaan itu kurang memuaskan atau tidak kita kerjakan

akuntabilitas = keadaan di mana seseorang dapat dimintai pertanggungjawaban

Dengan akuntabilitas, seseorang memiliki dorongan dalam diri untuk menyelesaikan


tanggung jawab tersebut.

Di instansi tempat saya bertugas, kami mndapatkan tugas masing2 yang harus
dipertanggung jawabkan tiap2 individu, tetapi terkadang ada juga rekan kerja yg suka
menunda nunda pekerjaan. Dengan demikian sebagai tim kami bertanggung jawab saling
mengingatkan demi tercapainya goal pekerjaan. Di sisi lain apabila terdapat kesalahan,
pimpinan akan mengakui hal tersebut dan Bersama-sama memperbaikinya, bukan
menyalahkan pihak-pihak tertentu.
Menciptakan budaya akuntabilitas

1. Contoh sikap akuntabilitas.


Tidak bisa dipungkiri jika banyak organisasi yang tidak mau mengakui adanya
kesalahan atau ketidakberesan dalam organisasi demi menghindari masalah hukum.
Namun, hal ini justru akan memperburuk keadaan dibandingkan dengan kesalahan
sebenarnya, dan memberikan pesan pada karyawan untuk lempar batu sembunyi
tangan. Alasan semacam itu dan mencari kambing hitam hanya akan memperburuk
keadaan. Ketika seorang pemimpin dapat berdiri didepan karywaannya dan
mengatakan, ” saya telah melakukan kesalahan – dan ini yang akan kita lakukan
untuk memperbaikinya” adalah contoh positif sikap akuntabilitas dimana nantinya
karyawan tidak ragu untuk mengikutinya.

2.Menentukan hasil dan harapan – sebelum ada kejadian


Jangan menunggu sampai terjadi kesalahan dan kemudian membuang energi
mencari siapa yang disalahkan. Tentukan standar yang jelas dan harapan, bahkan
sebelum memulai sebuah pekerjaan. Kemudian, pastikan semua karyawan memiliki
kesadaran dan memahami apa yang menjadi sasaran organisasi serta apa yang
menjadi harapan seluruh karyawan. Setiap karyawan harus memiliki pandangan
yang jelas terkait dengan hasil yang ingin dicapai perusahaan.

3. Berkomitmen.
“Ok, akan saya coba” bukanlah sebuah komitmen. Tanyakan ” Apakah saya bisa
memegang komitmenmu?, dan dengarkan setiap pendapat yang masuk.
Bekerjasama dengan karyawan untuk mengatasi hambatan dan mendapatkan
gambaran kebutuhan apa saja yang mereka butuhkan untuk memenuhi
komitmennya.

4.Terbuka dalam mendapatkan feedback dan memecahkan masalah tanpa


mencari kesalahan.
Pintu organisasi selalu terbuka bagi karyawan yang ingin mengungkapkan ganjalan
atau masalah dalam organisasi tanpa ada rasa takut atau tekanan.

5. Melatih karyawan agar akuntabel.


Karyawan memiliki latar belakang yang beragam dimana mereka belum pernah
diajarkan tentang akunabilitas. Mereka hanya mempelajari ketrampilan dan sikap
seperti critical thinking sebelum mereka bisa berkembang dalam budaya
akuntabilitas

Anda mungkin juga menyukai