Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Citra Tubuh

1. Definisi citra tubuh


Citra tubuh adalah cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan, dan
fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan
efektif. Kognitif adalah pengetahuan materi tubuh dan kelekatannya, afektif
mencakup sensasi tubuh, seperti nyeri, kesenangan, keletihan, gerakan fisik.
Citra tubuh adalah gabungan dan sikap, kesadaran, dan tidak kesadaran, yang
dimiliki seseorang terhadap tubuhnya.

Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan


kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry,
2009). Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan dengan
tubuh, termasuk penampilan, struktur, atau fisik. Rasa terhadap citra tubuh
termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan
maskulinitas, berpenampilan muda, kesehatan dan kekuatan (Potter & Perry,
2009).

Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Citra tubuh
dapat mempengaruhi bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,
baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain,
citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak
yang ditujukan terhadap dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:

a. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya


b. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek
psikologis individu tersebut
c. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon
orang lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu
terhadap dirinya.
d. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh
akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan
harga diri.
e. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya
dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin,
2008).
2. Faktor yang mempengaruhi citra tubuh
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang reakistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa
cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan
dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2009).
3. Klasifikasi citra tubuh
Menurut Riyadi (2009), citra tubuh normal adalah persepsi individu yang
dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan harga
dirinya meningkat. Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2009).
Stressor pada tiap perubahan, yaitu:
a. Perubahan ukuran tubuh: berat badan yang turun akibat penyakit
b. Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infuse.
c. Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan alat di dalam tubuh.
d. Perubahan fungsi: berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
e. Keterbatasan: gerak, makan, kegiatan.
f. Makna dan obyek yang sering kontak: penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dll).
4. Tanda dan gejala
Menurut (Dalami 2009), tanda dab gejala gangguan citra tubuh antara lain:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negatif pada tubuh
d. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
e. Mengungkapkan keputusan
f. Mengungkapkan ketakutan
5. Stressor yang mempengaruhi citra tubuh
a. Kehilangan bagian tubuh (mis, amputasi, mastektomi, histerektomi)
b. Kehilangan fungsi tubuh (mis, akibat stroke, cidera sumsum tulang
belakang, penyakit neuromuscular, artritis, penurunan kemampuan mental
dan sensori).
c. Disfigurement (mis, selama kehamilan, luka bakar berat, noda di wajah,
kolostomi, trakeostomi).
d. Ideal diri tidak realistis (mis, konfigurasi muscular yang tidak dapat
dicapai).
6. Kriteria citra tubuh
Nada (dalam Veronica, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua kriteria
citra tubuh yaitu:
a. Body image (citra tubuh) positif:
1) Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu melihat berbagai
bagian tubuh sebagaimana yang sebenarnya.
2) Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan memahami bahwa
penampilan fisik pada setiap individu mempunyai nilai dan karakter.
3) Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya, serta merasa
nyaman dan yakin dalam tubuhnya.
b. Body Image (Citra tubuh) negatif:
1) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh, merasa terdapat
bagia-bagian tubuh yang tidak sebenarnya.
2) Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan bahwa
ukuran atau bentuk tubuh adalah tanda kegagalan pribadi
3) Individu merasa malu, sadar diri dan cemas tentang tubuhnya.
4) Individu tidak nyaman dan canggung dalam tubuhnya
B. Pengkajian
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh perawat dalam mengkaji
gangguan citra tubuh adalah factor predisposisi serta tanda dan gejala.
1. Factor Predisposisi
Factor predisposisi merupakan factor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Factor predisposisi gangguan citra tubuh terdiri
dari tiga, yaitu factor biologis, psikologis dan social budaya.
a) Factor biologis
Gangguan citra tubuh turut dipergaruhi oleh factor genetic. Factor
biologis yang paling dominan terlihat adalah ketidakpuasan terhadap
bentuk dan ukurn tubuh. Akan tetapi, hal ini bukanlah pemicu utama.
Bolton (2010) menyatakan bahwa factor yang berhubungan dengan
Kesehatan turut memperngaruhi citra tubuh atau kondisi lain, seperti
amputasi, stroke, mastektomi, luka bedah, cendera saraf tulang
belakang, atau hilangnya bagian atau fungsi tubuh.
b) Factor psikologis
Factor psikologis berkaitan dengan keadaan depresi, rendah diri,
dan ketidak sempurnaan yang dirasakan oleh seseorang. Depresi dan
rendah diri berkontribusi terhadap pandangan negative tentang diri
sendiri. Selain itu, perfeksionisme juga turut menyebabkan adanya
harapan yang tidak realistis dari berat badan, bentuk, dan penampilan.
c) Factor social budaya
Factor social dan budaya yang kuat mempengaruhi citra tubuh pada
kaum muda. Factor social budaya dapat dilihat dari beberapa hal, di
antaranya adalah pesan media dan keluarga. Dari masa kanak-kanak
sampai dewasa: televisi, papan reklame, flim, video music, video
game, game computer, mainan, internet, dan majalah menyampaikan
gambaran tentang daya Tarik, kecantikan, bentuk, ukuran, kekuatan
dan berat ideal (Croll,2005).
Di sisi lain, kekhawatiran dan tekanan keluarga juga dapat
menyebabkan ketidak puasan tubuh dan ansietas tubuh. Sosialisasi
mendorong laki-laki untuk berusaha menjadi lebih maju, sementara
perempuan membuat tubuhnya lebih maju, sementara perempuan
membuat tubuhnya lebih indah. Orangtua juga cenderung menjadi
kurang psitif dan lebih kritis mengenai penampilan anak-anak mereka,
makan, dan aktivitas fisik saat mereka masuk dan melewati masa
remajanya. Perhatian orangtua terhadap anak-anak yang kurus atau
dorong untuk menghidari kegemukan dapat mempergaruhi orang
muda menjadi pelaku diet konstan dan menggunakan metode
pengendalian berat badan yang tidak sehat.
2. Kompenen Citra Tubuh
Citra tubuh terdiri dari tiga kompenen, yaitu realitas tubuh (body
reality), ideal tubuh (body ideal), dan perwujudan tubuh (body
presentation) (Prince dalam Carpentio-Moyet,2009).
1. Realitas tubuh
Pada komponen ini, tubuh seperti itu benar-benar ada, dibatasi oleh
efek genetic manusia dan keausan kehidupan di lingkungan luar
(seperti yang mungkin dijelaskan dalam pemeriksaan dokter formal).
Hal ini dapat berubah, baik akibat proses penuaan dan karena kita
menggunakan dan menyalahgunakannya. Perubahan nyata dalam
realitas tubuh dikaitkan dengan trauma, keganasan, infeksi, dan
malnutrisi.
2. Ideal tubuh
Ideal tubuh merupakan gambaran di kepala kita tentang bagaimana
kita ingin tubuh kita terlihat dan tampil. Hal-hal yang mempengaruhi
ideal tubuh meliputi norma social dan budaya, periklanan, dan
perubahan sikap terhadap kebugaran dan Kesehatan. Perubahan dalam
realiitas tubuh mengancam ideal tubuh, namun kelainan pada ideal
tubuh (misalnya : anoreksia nervosa) juga dapat mempengaruhi
ekuilibrium secara langsung.
3. Perubahan tubuh
Kenyataan tubuh jarang memenuhi standar ideal tubuh. Dalam upaya
membuat kedua keseimbangan ini, penyajian tubh diguanakan. Hal ini
adalah tentang kurang luar, seperti car akita berpakaian, mempelai pria,
berjalan, berbicara, berfose, dan menggunakan alat peraga, seperti
tongkat atau alat bantu dengar, sama halnya, kelumpuhan atau kehilangan
anggota tubuh (realitas tubuh) juga mempengaruhi penyajian tubuh
C. Diagnosis Keperawatan
Bedasarkan data yang dikaji, diagnosis maslaah gangguan citra tubuh
ditampilkan dalam pohon masalah sebagai berikut ini :

DAFTAR PUSTAKA

Kartikasari, P. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa


Diabetes Mellitus dengan Masalah Keperawatan Gangguan Citra
Tubuh di Ruang Mawar Rsud Dr. Harjono Ponorogo (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Anda mungkin juga menyukai