Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Minyak kelapa sudah lama dikenal di Indonesia khususnya dan di dunia

pada umumnya. Mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan penggunaan

yang luas, seperti digunakan sebagai bahan makanan. (Djoko Wibowo,

1988).

Minyak merupakan senyawa netral, dihasilkan oleh binatang atau

tumbuh-tumbuhan. Larut dalam pelarut minyak dan umumnya tidak larut

dalam air. Minyak hasil alam biasa terdapat sejumlah “impurities”. Ditinjau

dari sifat kimia, minyak merupakan trigliserida yaitu senyawa yang

merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Sifat-sifat kimia dan fisika

dari minyak ditentukan oleh asam-asam lemak penyusunnya (Klirk &

Othmer, 1949 dalam Djoko Wibowo, 1988).

Minyak jelantah  adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-

jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak

samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian

kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk

keperluaran kuliner  akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya,

minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat

karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa

pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan

manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat


2

mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan

yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak

menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan.

(Anonim, 2009).

Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan makanan (Badan POM),

serta kajian dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak jelantah

sebagai minyak goreng akan berdampak bagi kesehatan. Pemanasan

minyak goreng berkali-kali ( lebih dari 2 kali ) pada suhu tinggi akan

mengakibatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah

teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak

trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berhubungan

dengan metabolisme kolesterol seperti penyakit jantung koroner, diabetes,

stroke, kanker, dan tumor. Selain itu, yang lebih berbahaya adalah

pemakaian minyak jelantah yang berkali-kali akan meningkatkan gugus

radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga mengakibatkan

oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia. Minyak jelantah ini memiliki

nilai peroksida yang tinggi (Wahid Wahab, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Jonarson (2004), tentang analisa kadar

asam lemak minyak goreng yang digunakan penjual makanan jajanan

gorengan di padang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan

jumlah asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minyak goreng yang

belurn digunakan hingga 3 kali pemakaian. Penelitian dilakukan untuk

melihat perbedaan rata-rata kadar asam lemak jenuh dan asam lemak
3

tidak jenuh pada minyak goreng yang belum digunakan hingga pemakaian

ketiga. Semakin sering minyak goreng tersebut digunakan, maka semakin

tinggi kandungan asam lemak jenuhnya yaitu pada minyak yang belum

dipakai (45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali pakai (46,18%), 3 kali pakai

(46,32%). Standar mutu minyak goreng dalam SNI 01.3741-2002

mensyaratkan nilai asam lemak bebas (FFA) Free Fatty Acid yang aman

untuk dikonsumsi maksimal antara 0,30%.

Asam lemak adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil bersama-

sama dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak

nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipid pada

makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak

(goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya.

Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (sebagai lemak yang

terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.

Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah

satu contoh senyawa yang terkandung dalam bahan pangan yang dapat 

bersifat berbahaya khususnya bagi tubuh apabila bahan pangan tersebut

terlalu sering dikonsumsi.

Asam lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk

karena  adanya proses pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang

dapat meningkatkan konsentrasi dari asam lemak bebas dan

meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terbentuk apabila proses

tersebut semakin lama dilakukan sehingga merugikan mutu dan


4

kandungan gizi bahan pangan tersebut. Penjelasan di atas dianggap perlu

untuk dilakukannya praktikum analisa asam lemak bebas agar kita dapat

mengetahui mutu dan kandungan gizi bahan pangan yang akan di

konsumsi.(Anonim, 2009)

Bila tidak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang

begitu saja ke saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa

pembuangan dapat menyumbat pipa pembuangan karena pada suhu

rendah minyak maupun lemak akan membeku dan mengganggu jalannya

air pada saluran pembuangan. Minyak atau pun lemak yang mencemari

perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat

menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota

perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah

minyak goreng bekas, salah satunya minyak jelantah dapat didaur ulang

menjadi minyak layak pakai dan jernih kembali menggunakan ampas tebu

sesuai pemakaiannya.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan tentang

pemanfaatan ampas tebu dalam mengadsorpsi minyak jelantah,

didapatkan hasil minyak tanpa perlakuan ampas tebu (0,20%), minyak

perendaman ampas tebu selama dua hari (0,17%), minyak perendaman

ampas tebu selama tiga hari (0,12%). Jadi penelitian ini dikatakan berhasil

apabila dapat menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah

sesuai standar mutu minyak goreng dalam SNI 01-3741-2002


5

mensyaratkan nilai asam lemak bebas (FFA) yang aman untuk

dikonsumsi maksimal antara 0,30%.

Dari gambaran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap minyak jelantah dengan judul “Pemanfaatan Ampas

Tebu Dalam Mengadsorpsi Minyak Jelantah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “ apakah ampas tebu dapat

mengadsorpsi minyak jelantah agar dapat menurunkan kadar asam

lemak bebas”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi ampas tebu terhadap

minyak jelantah dalam menurunkan kadar asam lemak bebas.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kejernihan minyak jelantah dengan

adsorpsi ampas tebu dengan konsentrasi 40 gram.

b. Untuk mengetahui tingkat kejernihan minyak jelantah dengan

adsorpsi ampas tebu dengan konsentrasi 50 gram.

c. Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi ampas tebu dalam

menurunkan asam lemak bebas minyak jelantah dengan

konsentrasi 40 gram.
6

d. Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi ampas tebu dalam

menurunkan asam lemak bebas minyak jelantah dengan

konsentrasi 50 gram.

D. Manfaat penelitian

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan

akademik.

2. Sebagai salah satu alternatif dalam pemanfaatan ampas tebu untuk

mengadsorpsi minyak jelantah agar dapat digunakan kembali.

3. Sebagai masukan bagi jurusan kesehatan lingkungan politeknik

kesehatan makassar dalam bidang penelitian dan sebagai bahan

bacaan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji lebih lanjut

tentang pemanfaatan ampas tebu.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan salah satu anggota senyawa lipid

netral yang tidak larut dalam air. Selain itu minyak goreng

mempunyai fungsi yaitu sebagai media penggorengan. Untuk

memenuhi fungsi tersebut, minyak goreng yang digunakan harus

memiliki kualitas dan sifat-sifat yang sesuai standar mutu minyak

goreng pigmen beta karoten dan klorofil. Di bawah ini merupakan

standar mutu minyak goreng (SNI 01-3741-2002).

Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak


Goreng (SNI 01-3741-2002)
KRITERIA UJI SATUAN SYARAT
Keadaan bau, warna dan rasa - Normal
Air % b/b Maksimal 0,30
Asam Lemak Bebas % b/b Maksimal 0,30
Besi (Fe) Mg/kg Maksimal 1,5
Tembaga (Cu) Mg/kh Maksimal 0,1
Raksa (Hg) Mg/kg Maksimal 0,1
Timbal (Pb) Mg/kg Maksimal 40,0
Timah (Sn) Mg/kg Maksimal 0,005
Seng (Zn) Mg/kg Maksimal 40,0/250,0
Arsen (As) % b/b Maksimal 0,1
Angka peroksida % mg 02/gr Maksimal 1,5
Sumber: (Standar Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-2002)

Lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga

mudah mengalami oksidasi, minyak yang berbentuk padat bisa

disebut lemak. Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya

minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa dan minyak bunga


8

matahari. Minyak juga dapat bersumber dari hewan seperti minyak

ikan hiu, minyak sardin, dll (Katarin,1996).

B. Pengertian Minyak Jelantah

Minyak jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang

telah kita gunakan untuk satu kali proses penggorengan atau

tepatnnya minyak bekas. Ada yang mengatakan pemakaian minyak

jelantah dapat memancing sekaligus memicu munculnya penyakit

tertentu pada tubuh kita. Merupakan tindakan pemborosan

membuang minyak goreng yang baru beberapa kali dipakai atau

minyak goreng yang tampak bagus meski bekas pakai, apalagi

harga bahan-bahan pokok saat ini sudah membumbung tinggi.

Dilema pun akhirnya muncul, bagaimana baiknya kita menyikapi

pemakaian minyak goreng bekas ini, di satu sisi kita ingin untuk

berhemat dan sisi lainnya kita juga ingin menjaga kesehatan

keluarga.

Sebenarnya pemakaian ulang pada minyak goreng boleh

saja dilakukan, hanya saja jumlah maksimalnya adalah tiga kali

pakai. Maksudnya dari tiga kali pemakaian adalah minyak goreng

telah melalui tiga kali proses pemanasan dan pendinginan. Karena

setelah tiga kali kandungan nutrisi pada minyak hampir hampir

hilang atau sudah tidak layak konsumsi.

Misalnya, minyak sisa dari menggoreng ikan tidak dipakai

untuk memasak sayur atau bahan makanan dengan aroma yang


9

netral. Atau, sebaliknya minyak bekas menggoreng pisang dapat

dipakai untuk menggoreng daging. Tapi hal ini tidak berlaku bagi

minyak sisa menggoreng bawang karena akan menambah aroma

rasa dan tampilan bahan makanan lainnya.

1. Bahaya Minyak Jelantah

Pemakaian minyak goreng dengan temperatur tinggi dalam

jangka yang lama dapat mempercepat proses degradasi dan

oksidasi pada minyak. Dalam proses degradasi ini, minyak akan

menghasilkan suatu reaksi berantai yang membuat warna minyak

menjadi lebih gelap dan oksidasi menyebabkan minyak menjadi

cepat tengik.

Sedangkan proses lain yang terjadi dalam pemanasan ini

adalah dehidrasi. Dimana proses ini minyak kehilangan kadar air

yang menjadikan minyak lebih kental dan membentuk radikal

bebas. Sehingga dalam fase ini minyak akan bersifat toksik (efek

beracun pada tubuh kita).

Dari efek racun ini akan menghasilkan begitu banyak

kerugian bagi kita seperti merusak sel-sel tubuh kita juga membran

sel dan fungsi dari sel-sel ini pada tubuh kita.

Pemakaian minyak jelantah juga merusak nutrisi yang

dikandung oleh bahan makanan itu sendiri. Misalnya, ikan salmon

yang terkenal akan Omega-3 yang dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam tubuh menjadi tidak berkhasiat bila digoreng


10

karena komposisi ikatan rangkapnya menjadi rusak. Sehingga

pemakaian minyak jelantah ini menyebabkan kandungan kolesterol

baik semakin berkurang, sebaliknya angka dari kolesterol jelek

semakin meningkat. Maka, dalam darah ini akan menimbulkan

banyak gangguan kesehatan seperti jantung, stroke, obesitas dan

pada kaum hawa khususnya dapat menjadi pemicu sulit hamil.

Tidak hanya itu, pemakaian ulang minyak jelantah yang berlebihan

dapat menyebabkan kanker colon (usus besar) dan alergi pada

tubuh.

Tabel 2.2
Dampak Minyak Goreng Terhadap Kolesterol Darah (mmol/L)
Minyak Sawit
Kolesterol
Total HDL LDL
Waktu
0 Minggu 6,11 1,22 4,55

6 Minggu 5,71 1,28 4,14

Sumber :(Buku Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan,2002)

2. Minyak Jelantah Yang Aman

Tidak semua jenis jelantah masih layak digunakan lagi untuk

proses produksi. Secara baku tidak ada patokan bahwa minyak

jelantah tersebut masih bisa digunakan untuk menggoreng. Tetapi

dari tampilan fisik serta aromanya bisa kita lihat.


11

Minyak jelantah yang masih digunakan adalah jelantah

dengan karakteristik jernih atau bening, aromanya masih segar

khas minyak, minyak dalam kondisi cair dan sedikit berlendir khas

minyak, warnanya kuning muda. Adapun komponen minyak

jelantah dapat terlihat pada tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3
Komponen Minyak Jelantah
Komponen %
TGS 95,40%
FFA 3,10%
WATER 0,10%
IMPURITIES 1,40%
Total 100%
Sumber:( Penggunaan Proses Transesterifikasi Terhadap Minyak
Jelantah Sebagai Polutan Menjadi Biodiesel.KTI Welni
2012)

3. Manfaat Minyak Jelantah

Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dan

bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung

senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama

proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak

jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia,

menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat

mengurangi kecerdasan generasi selanjutnya. Untuk itu perlu

penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat

bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan

manusia dan lingkungan.


12

Salah satu bentuk manfaat minyak jelantah agar dapat

digunakan kembali ialah dengan menggunakan ampas tebu untuk

mengabsorpsi minyak jelantah dan menurunkan kadar asam lemak

bebas (FFA) pada minyak jelantah tersebut.

4. Proses Refinery Minyak Jelantah

Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian untuk

menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak.

Warna minyak mentah dapat berasal dari warna alamiah, yaitu

warna yang dihasilkan oleh aktivitas biologis tanaman penghasil

minyak, maupun warna yang didapat pada saat diproses untuk

mendapatkan minyak dari bahan bakunya. Selain dari proses

pemucatan, minyak jelantah bisa dipakai kembali dalam keadaan

bersih tanpa kotoran, dengan menggunakan ampas tebu sebagai

bahan penyerap. Bahan penyerap tebu yang sudah dijadikan

partikel bisa langsung digunakan dengan mudah oleh ibu-ibu

rumah tangga untuk memproses minyak jelantah menjadi minyak

layak pakai. Ampas tebu dalam analisa itu berfungsi sebagai bahan

penyerap yang bagus, selain itu penggunaan ampas tebu

merupakan satu solusi mengurangi limbah padat perkotaan.

C. Analisis Minyak

1. Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan pada

bahan makanan dapat digolongkan dalam tiga kelompok

tujuan ini :
13

a. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak atau

minyak yang terdapat dalam bahan makanan.

b. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan

makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya,

atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan

misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau

(deodorizing), penghilangan warna (bleaching), dan

sebagainya. Penentuan tingkat kemurnian minyak ini

sangat berhubungan erat dengan kekuatan daya

simpannya, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya.

Tolok ukur kualitas ini termasuk angka asam lemak

bebas (Free Fatty Acid atau FFA), bilangan peroksida,

tingkat ketengikan, dan kadar air.

2. Penentuan Kualitas Minyak

a. Kadar Air bila terdapat dalam minyak dapat mempercepat

terjadinya hidrolisa minyak menjadi gliserol atau asam

lemak (FFA). Bila minyak terhidrolisa, maka minyak akan

menjadi tengik sehingga dapat menurunkan kualitas

minyak. Reaksi hidrolisa minyak dapat terjadi selama

penyimpanan.

b.Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid / FFA) Asam

lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak


14

yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu.(Yoga

Firmansyah, 2014)

D. Tanaman Tebu

1. Pengertian Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum Officinarum L) merupakan

tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri,

sebab di dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk

keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya padi, glagah,

jagung, bambu dan lain-lain.

Batang tanaman tebu beruas-ruas dari bagian pangkal

sampai pertengahan, ruasnya panjang-panjang, sedangkan di

bagian pucuk ruasnya pendek. Tinggi batang antara 2 sampai 5

meter, tergantung baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun

keadaan iklim. Pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang

mempunyai peranan penting untuk pertumbuhan meninggi.

Akar tanaman tebu adalah akar serabut, hal ini sebagai

salah satu tanda bahwa tanaman ini termasuk dalam kelas

monocotyledone. Akar tebu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akar

stek dan akar tunas. Akar steak disebut pula akar bibit yang masa

hidupnya tidak lama. Akar ini tumbuh pada cincin akar dari steak

batang. Sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit.

Pertumbuhan akar ada yang tegak lurus ke bawah, ada yang

mendatar dekat permukaan tanah.


15

Daun tanaman tebu adalah daun tidak lengkap, karena

terdiri dari helai daun dan pelapah daun. Kedudukan daun

berpangkal pada buku. Panjang helaian daun adalah antara 1

sampai 2 meter, sedangkan lebarnya 4-7 cm ujungnya meruncing,

tepinya seperti gigi dan mengandung kersik yang tajam. (Ahmad

Supriyadi, 1992 ).

1. Kandungan Ampas Tebu

Ampas tebu atau bagasse adalah hasil samping dari proses

ekstraksi tanaman tebu. Dengan kandungan sebagai berikut :

Tabel 2.4
Kandungan Ampas Tebu
KOMPOSISI KIMIA % KANDUNGAN
Abu Lignin 0,79
Pentosa 12,70
Sari (alkohol) 27,90
Sari (benzena) 10,21
Selulosa 44,70
Kelarutan dalam air panas 3,70
Sumber: Balai Besar Penelitian & Pengembangan Industri
Selulosa,1986

E. Adsorpsi

Adsorpsi adalah pengikatan molekul dilakukan melalui

volume dan bukan permukaan. Salah satu contoh penyerapan

lainnya adalah penukaran ion di mana terjadi proses pertukaran

ion antara dua elektrolit atau antara larutan elektrolit dan

senyawa kompleks. Proses ini berbeda dengan Absorpsi atau

penyerapan, dalam kimia, adalah suatu fenomena fisik atau


16

kimiawi atau suatu proses sewaktu atom, molekul, atau ion

memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang bisa berupa gas,

cairan, ataupun padatan. (Yoga Firmansyah, 2014)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di jalan racing centre blok B5/9 dan

pemeriksaan dilakukan Laboratorium Kesehatan (Labkes) makassar


17

sedangkan sampel minyak jelantah yang di gunakan berasal dari

minyak bekas rumah tangga.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di bagi dua tahap :

a. Tahap persiapan, di laksanakan pada bulan Desember

-Januari 2014 – 2015 meliputi penentuan judul penelitian, uji

pendahuluan dan seminar proposal.

b. Tahap penelitian, dilaksanakan pada bulan April – Juni 2015

meliputi kegiatan menyiapkan bahan, pembuatan sampel,

pengamatan proses kemampuan ampas tebu dalam

mengadsorpsi minyak jelantah menjadi minyak layak pakai.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu pemanfaatan

ampas tebu dalam mengadsorpsi minyak jelantah dalam menurunkan

kadar asam lemak bebas.

1. Kerangka Konsepsional

Minyak goreng Minyak jelantah


18

Proses adsorpsi (Ampas tebu)

Standar asam lemak bebas


menurut SNI Maksimal 0,30%

Memenuhi syarat Tidak memenuhi


standar SNI syarat standar SNI

Gambar 3.1 skema kerangka konsepsional

2. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat yaitu Ampas tebu

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas yaitu kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah.

Dari pengertian dari beberapa variabel tersebut di atas maka

dapat digambarkan strukutur hubungan variabel sebagai

berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat


VAR
Ampas tebu : Kadar Asam Lemak
Bebas Pada Minyak
1. 40 gr Jelantah
2. 50 gr
19

- Variabel Pengganggu
- - pH
- - Waktu Kontak
-

keterangan :

: variabel yang di telitii

Gambar 3.2 Skema Hubungan Variabel

3. Definisi Operasional

a. Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari

jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak sawit, dan

minyak kelapa, minyak ini merupakan minyak bekas

penggorengan lebih dari tiga kali pemakaian kebutuhan rumah

tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluan

kuliner.

b. Ampas tebu atau bagasse adalah hasil samping dari proses

ekstraksi tanaman tebu dengan konsentrasi 40 gr – 50 gr.

c. Asam lemak bebas adalah kandungan yang terdapat pada

minyak goreng yang terbentuk karena  adanya proses

pemanasan minyak goreng pada suhu tinggi yang dapat

meningkatkan konsentrasi dari asam lemak bebas dan

meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terbentuk apabila

proses tersebut semakin lama dilakukan dapat merugikan mutu

dan kandungan gizi pada minyak goreng


20

d. Ph adalah derajat kesamaan yang digunakan untuk menyatakan

tingkat keasaman atau kebebasan yang dimiliki oleh suatu

larutan.

e. Waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan oleh ampas tebu

untuk mengadsorpsi minyak jelantah.

4. Kriteria Obyektif

Eksperimen dikatakan berhasil apabila dapat menurunkan

kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah berdasarkan

standar yang ditetapkan oleh SNI Maksimal 0,30%.

C. Instrumen Penelitian

1. Alat :

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Erlenmayer 250 ml

b. Buret 50 ml

c. Beaker gelas

d. Gelas ukur

e. Pipet tetes

f. Pengaduk

g. Ayakan

h. Kertas saring

i. Neraca analitik dengan ketelitian 0.1 mg

j. Blender

k. Desikator
21

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Minyak jelantah

b. Minyak goreng baru

c. NaOH/KOH

d. Indikator PP

e. Ampas tebu

f. Aquadest

g. Alkohol

h. Etanol

3. Langkah Kerja

a. Pengolahan ampas tebu

1) Siapkan ampas tebu yang diperoleh dari sisa- sisa

penggilingan sari tebu.

2) Kemudian cuci bersih ampas tebu tersebut dari kotoran-

kotoran yang melekat.

3) Setelah dicuci, keringkan ampas tebu tersebut di bawah

terik matahari.Selanjutnya giling ampas tebu yang telah

kering hingga menjadi bubuk tebu.

4) Bubuk tebu tersebut di ayak sehingga ditemukan ukuran

yang sama.

b. Proses penjernihan minyak


22

1) Siapkan minyak goreng yang telah dipakai beberapa kali

(jelantah) dan juga minyak goreng yang belum terpakai.

2) Analisis terlebih dahulu kandungan pada minyak jelantah

dan minyak yang baru.

3) Siapkan sebanyak 100 ml minyak jelantah dalam

erlenmeyer.

4) Kemudian masukkan bubuk ampas tebu sebanyak 40 gr dan

50 gr ke dalam masing-masing minyak tersebut

5) Rendam minyak dan ampas tebu tersebut.

6) Langkah selanjutnya analisis minyak yang sebelumnya telah

direndam dengan ampas tebu dengan lama perendaman 3

hari.

c. Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)

1) persiapan sampel

Panaskan contoh uji pada suhu 60 0C – 700C aduk hingga

homogen.

2) Persiapan Pengujian

a) Keringkan kalium hydrogen phatalat dalam oven pada suhu

sekitar 1200C selama 2 jam, kemudian masukkan dalam

desikator, diamkan sampai dingin.


23

b) Timbang 0,4 g ± 0,02 gram untuk NaOH 0,1 N dan KOH 0,1

atau 1,0 gram untuk 0,25 N NaOH ke labu ukur 50 ml,

tepatkan volume dengan aquadest, homogenkan.

c) Pindahkan ke dalam erlenmayer 250 ml, tambah beberapa

tetes indikator PP 0,1%

d) Panaskan diatas pemanas air hingga larut sempurna. Titrasi

dengan larutan titar hingga warna merah jambu yang stabil.

3) Cara uji sampel

a) timbang sampel sesuai table dibawah ini ke dalam

erlenmayer 250 ml

% Asam Lemak Bebas Berat Contoh (g)


< 1,8 10 ± 0,02
1,8 – 6,9 5 ± 0,01
> 6,9 2,5 ± 0,01

b) tambahkan 50 ml pelarut yang telah di netralkan

c) panaskan di atas pemanas air dan atur suhunya pada suhu

400C sampai contoh minyak larut sempurna

d) tambahkan 2 tetes indicator PP 0,1%

e) titrasi dengan larutan peniter hingga warna merah muda yang

stabil minimal 30 detik

f) catat penggunaan ml larutan titar

4) Perhitungan

Asam Lemak Bebas (%) 25,6 x N x V


24

Dimana =

V = volume larutan titar yang digunakan (ml)

N = normalitas larutan titar (N)

W = bobot contoh (g)

25,6 = konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas

sebagai asam palmitat

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis melakukan

pengumpulan data yaitu:

1. Data Primer : minyak jelantah, ampas tebu dan pemeriksaan

asam lemak bebas (FFA).

2. Data Sekunder : studi kepustakaan dan media internet.

E. Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah

secara manual dengan menggunakan kalkulator dan disajikan dalam

bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan dengan

Standar Nasional Indonesia tahun 2002 No.01-3741-2002.


25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan ampas tebu dengan 2

konsentrasi yaitu konsentrasi 40 gr dan 50 gr yang dilakukan pada

minyak jelantah untuk mengadsorpsi kadar asam

lemak bebas (FFA), yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 april

2015, mulai tahap pengeringan ampas tebu sampai pada

pemeriksaan kadar asam lemak bebas FFA (Free Fatty Acid)


26

dengan menggunakan ampas tebu yang dilakukan pada minyak

jelantah sebanyak 2 konsentrasi dan kontrol.

1. Tingkat Kejernihan Dengan Konsentrasi 40 gr

Gambar 4.1

Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat kita lihat minyak

jelantah sampel awal dan kontrol berwarna merah kecoklatan

jika dibandingkan dengan kode sampel P1, P2, dan P3

warnanya berbeda setelah diberi ampas tebu 40 gr . jadi

ampas tebu tersebut mampu menjernihkan minyak jelantah

hampir mendekati minyak baru.

2. Tingkat Kejernihan Dengan Konsentrasi 50 gr

Gambar 4.2
27

Berdasarkan gambar 4.2 diatas dapat kita lihat minyak

jelantah sampel awal dan kontrol berwarna merah kecoklatan

jika dibandingkan dengan kode sampel P1, P2, dan P3

warnanya berbeda setelah diberi ampas tebu 50 gr . jadi

ampas tebu tersebut mampu menjernihkan minyak jelantah

hampir mendekati minyak baru.

3. Hasil pemeriksaan kadar asam lemak bebas FFA (Free Fatty

Acid) pada konsentrasi 40 gr

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada

sampel awal minyak jelantah terdapat kadar asam lemak bebas

sebanyak 0,35%.
28

Pada kontrol sampel minyak jelantah, terlihat sampel

minyak jelantah berwarna merah kecoklatan dan terdapat kadar

asam lemak bebas sebanyak 0,35%.

Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu
Konsentrasi 40 gr Dalam Menurunkan Kadar Asam Lemak Bebas
Kandungan asam lemak bebas (%) Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Konsentrasi kandungan penurunan (%)

Ampas Tebu P1 PN P2 PN P3 PN asam lemak penurunan

bebas
Awal 0,35 0 - - - - 0,35 0 0
Kontrol 0,35 0 - - - - 0,35 0 0
40 gr 0,30 0,05 0,30 0,05 0,30 0,05 0,30 0,05 16,67%
Sumber Data Primer Tahun 2015

Keterangan : PN (Penurunan)

P (Perlakuan)

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil pemeriksaan sampel

minyak jelantah dengan konsentrasi 40 gr dengan 3 kali

perlakuan. Setiap perlakuan(P1,P2,P3) didapatkan kadar asam

lemak bebas sebanyak 0,30% dengan kandungan rata-rata

asam lemak bebasnya sebanyak 0,30% sehingga dapat kita

ketahui bahwa ampas tebu dengan konsentrasi 40 gr mampu

menurunkan 0.05% kadar asam lemak bebas pada minyak

jelantah sedangkan presentase penurunannya yaitu 16,67% .

4. Hasil pemeriksaan kadar asam lemak bebas FFA (Free Fatty

Acid) dengan konsentrasi 50 gr


29

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada

sampel awal minyak jelantah terdapat kadar asam lemak bebas

sebanyak 0,35%.

Pada kontrol sampel minyak jelantah, terlihat sampel

minyak jelantah berwarna merah kecoklatan dan terdapat kadar

asam lemak bebas sebanyak 0,35%.

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Minyak Jelantah Menggunakan Ampas
Tebu Konsentrasi 50 gr Dalam Menurunkan Kadar Asam
Lemak Bebas
Kandungan asam lemak bebas (%) Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Konsentrasi kandungan penurunan (%)

Ampas Tebu P1 PN P2 PN P3 PN asam lemak penurunan

bebas
Awal 0,35 0 - - - - 0,35 0 0
Kontrol 0,35 0 - - - - 0,35 0 0
50 gr 0,28 0,07 0,28 0,07 0,27 0,08 0,28 0,07 25%
Sumber Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.2 hasil pemeriksaan kadar asam lemak

bebas pada minyak jelantah dengan menggunakan ampas tebu

konsentrasi 50 gr.pada perlakuan pertama (P1) sebesar 0,28%,

perlakuan kedua (P2) 0,28% dan perlakuan ketiga (P3) 0,27%

dengan rata-rata kandungan asam lemak bebas 0,28%

sehingga dapat kita ketahui bahwa ampas tebu dengan

konsentrasi 50 gr mampu menurunkan 0,07% kadar asam

lemak bebas pada minyak jelantah sedangkan presentase

penurunannya yaitu 25%.

Gambar 4.3
30

Grafik Rata-rata Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak


Jelantah Menggunakan Ampas Tebu

40,00%

35,00%

30,00%

25,00%

20,00%
0.35% 0.35%
15,00% 0.30% 0.28%
10,00%

5,00%

0,00%
Sampel Awal Kontrol Konsentrasi Konsentrasi
40 gr 50 gr

Berdasarkan Gambar 4.3 minyak jelantah yang tidak diberi

ampas tebu (sampel awal) dan (kontrol) angka asam lemak

bebasnya sebanyak 0,35%. Hal ini berarti minyak tersebut tidak

memenuhi syarat SNI tahun 2002, sedangkan pada konsentrasi

40 gr angka asam lemak bebasnya sebanyak 0,30%,

konsentrasi 50 gr angka asam lemak bebasnya sebanyak

0,27% selama perendaman 3 hari, dalam hal ini penggunaan

konsentrasi yang lebih banyak dapat menurunkan kadar asam

lemak bebas lebih maksimal dibandingkan dengan konsentrasi

yang rendah dengan waktu pemaparan yang sama.

B. Pembahasan.

Ampas tebu mengandung komposisi kimia yang mampu

menjernihkan dan menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak


31

jelantah yaitu mengandung Abu Lignin 0,79%, Pentosa 12,70%, Sari

(alkohol) 27,90%, Sari (benzena) 10,21%, Selulosa 44,70%, dan

kelarutan dalam air panas 3,70%.(Balai Besar

Penelitian&Pengembangan Industri Selulosa,1986).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan 2 konsentrasi yaitu konsentrasi 40 gr dan 50 gr ampas

tebu dan kontrol tanpa perlakuan sebagai perbandingan sampel

minyak jelantah, diperoleh penurunan yang sama dan berbeda dan

konsentrasi yang berbeda pula. Pada kontrol minyaknya berwarna

merah kecoklatan dan terdapat kandungan asam lemak bebas yang

tidak memenuhi syarat SNI 01-3741-2002. Hal ini membuktikan

bahwa ampas tebu memiliki daya serap yang dapat menjernihkan dan

menurunkan kadar asam lemak bebas.

1. Pemanfaatan Ampas Tebu dengan Konsentrasi 40 gr dalam

Menjernihkan Minyak Jelantah

Kondisi fisik pada sampel awal dan kontrol berwarna merah

kecoklatan dan pada konsentrasi 40 gr ampas tebu yang

digunakan pada 100 ml minyak jelantah dengan 3 replikasi yang

dilakukan selama 3 hari, pada replikasi pertama dengan kode

sampel P1.40 gr kondisi fisik minyaknya berwarna kuning hampir


32

mendekati minyak baru, replikasi kedua P2.40 gr dan replikasi

ketiga P3.40 gr rata-rata tingkat kejernihannya sama.

Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa

proses adsorpsi dengan menggunakan ampas tebu pada minyak

jelantah dapat menjernihkan dari variasi ukuran ampas tebu yaitu

40 gr, terbukti bahwa dengan ukuran ampas tebu 40 gr mampu

menjernihkan minyak jelantah. Ampas tebu dapat dipergunakan

sebagai media penyaringan untuk menjernihkan minyak jelantah.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap

adsorpsi ampas tebu diantaranya waktu kontak dan variabel

ukuran. Untuk waktu kontak yang dibutuhkan selama 3 hari dengan

konsentrasi 40 gr tersebut mampu menjernihkan minyak jelantah.

2. Pemanfaatan Ampas Tebu dengan Konsentrasi 50 dalam

Menjernihkan Minyak Jelantah

Kondisi fisik pada sampel awal dan kontrol berwarna merah

kecoklatan dan pada konsentrasi 50 gr ampas tebu yang

digunakan pada 100 ml minyak jelantah dengan 3 replikasi yang

dilakukan selama 3 hari, pada replikasi pertama dengan kode

sampel P1.50 gr kondisi fisik minyaknya berwarna kuning

hampir mendekati minyak baru, replikasi kedua P2.50 gr dan

replikasi ketiga P3.50 gr rata-rata tingkat kejernihannya sama.

Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa

proses adsorpsi dengan menggunakan ampas tebu pada


33

minyak jelantah dapat menjernihkan dari variasi ukuran ampas

tebu yaitu 50 gr, terbukti bahwa semakin berat ampas tebu

maka semakin besar pula hasil penjernihan yang dihasilkan.

Ampas tebu dapat dipergunakan sebagai media penyaringan

untuk menjernihkan minyak jelantah.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap

adsorpsi ampas tebu diantaranya waktu kontak dan variabel

ukuran. Untuk waktu kontak yang dibutuhkan selama 3 hari

dengan konsentrasi ampas tebu 50 gr tersebut mampu dalam

menjernihkan minyak jelantah.

Apabila dibandingkan konsentrasi 40 gr dengan konsentrasi

50 gr lebih baik menjernihkan minyak jelantah hal ini

dikarenakan karena konsentrasi yang digunakan lebih berat

apabila dibandingkan dengan konsentrasi 40 gr, dengan waktu

kontak yang sama.

3. Pemanfaatan Ampas Tebu dengan Konsetrasi 40 gr dalam

Menurunkan Kadar Asam Lemak Bebas

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar asam lemak bebas

pada sampel awal dan kontrol yang tanpa perlakuan yaitu

0,35% dan sesudah perlakuan pada konsentrasi 40 gr ampas

tebu yang digunakan pada 100 ml minyak jelantah dengan 3

replikasi yang dilakukan selama 3 hari, pada replikasi pertama

kandungan asam lemak bebasnya sebesar 0,30%, replikasi


34

kedua 0,30% dan replikasi ketiga 0,30%, pada setiap replikasi

rata-rata angka penurunan kadar asam lemak bebas yaitu

0,05% dan presentase penurunannya 16,67%.

Hasil pengamatan dan uji laboratorium pada penelitian ini

menunjukkan bahwa proses adsorpsi dengan menggunakan

ampas tebu pada minyak jelantah dapat menurunkan kadar

asam lemak bebas dari konsentrasi ampas tebu yaitu 40 gr,

terbukti bahwa semakin besar konsentrasi ampas tebu maka

semakin besar pula hasil penurunan kadar asam lemak

bebasnya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap

adsorpsi ampas tebu diantaranya waktu kontak dan variabel

ukuran. Untuk waktu kontak yang dibutuhkan selama 3 hari

waktu tersebut efektif dalam menjernihkan dan menurunkan

kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah dan variabel

ukuran ampas tebu 40 gr mampu menjernihkan dan

menurunkan kadar asam lemak bebas.

4. Pemanfaatan Ampas Tebu dengan Konsetrasi 50 gr dalam

Menurunkan Kadar Asam Lemak Bebas

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar asam lemak bebas

pada sampel awal dan kontrol yang tanpa perlakuan yaitu

0,35% dan sesudah perlakuan pada konsentrasi 50 gr ampas

tebu yang d igunakan pada 100 ml minyak jelantah dengan 3


35

replikasi yang dilakukan selama 3 hari, pada replikasi pertama

kandungan asam lemak bebasnya sebesar 0,28%, replikasi

kedua 0,28% dan replikasi ketiga 0,27%, pada setiap replikasi

rata-rata angka penurunan kadar asam lemak bebas yaitu

0,08% dan presentase penurunannya 25%.

Hasil pengamatan dan uji laboratorium pada penelitian ini

menunjukkan bahwa proses adsorpsi dengan menggunakan

ampas tebu pada minyak jelantah dapat menurunkan kadar

asam lemak bebas dari variasi ukuran ampas tebu yaitu 50 gr,

terbukti bahwa semakin besar ukuran ampas tebu maka

semakin besar pula hasil penurunan kadar asam lemak

bebasnya.

Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan makanan

(Badan POM), serta kajian dari pakar kesehatan terhadap

penggunaan minyak jelantah sebagai minyak goreng akan

berdampak bagi kesehatan. Pemanasan minyak goreng berkali-

kali ( lebih dari 2 kali ) pada suhu tinggi akan mengakibatkan

hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah

teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk

asam lemak trans yang dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol

seperti penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, kanker, dan

tumor. Selain itu, yang lebih berbahaya adalah pemakaian


36

minyak jelantah yang berkali-kali akan meningkatkan gugus

radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga

mengakibatkan oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia.

Minyak jelantah ini memiliki nilai peroksida yang tinggi (Wahid

Wahab, 2011). oleh karena itu, salah satu bentuk manfaat

minyak jelantah agar dapat digunakan kembali ialah dengan

menggunakan ampas tebu untuk mengadsorpsi dan

menurunkan kadar asam lemak bebas FFA (Free Fatty Acid)

pada minyak jelantah. Ampas tebu dapat dipergunakan sebagai

media penyaringan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas

pada minyak jelantah.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap

adsorpsi ampas tebu diantaranya waktu kontak dan variabel

ukuran. Untuk waktu kontak yang dibutuhkan selama 3 hari

waktu tersebut yang paling efektif dalam menjernihkan dan

menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah

dan variabel ukuran ampas tebu 50 gr mampu menjernihkan

dan menurunkan kadar asam lemak bebas.

Apabila dibandingkan dengan konsentrasi 40 gr dan konsentrasi

50 gr dapat menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak

jelantah hal ini dikarenakan karena konsentrasi yang digunakan

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan konsentrasi 40 gr,

dengan waktu kontak yang sama.


37

Rata-rata kandungan kadar asam lemak bebas dengan

konsentrasi 40 gr dan 50 gr memenuhi syarat SNI 01-3741-

2002, dimana angka asam lemak bebas pada minyak jelantah

dengan konsentrasi 40 gr dan 50 gr disebabkan oleh ampas

tebu yang memiliki daya serap yang efektif dalam menurunkan

kadar asam lemak bebas. Hal ini dapat diketahui melalui

pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya

penurunan asam lemak bebas pada setiap konsentrasinya.

Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jonarson (2004) tentang analisa kadar asam lemak minyak

goreng yang digunakan penjual makanan jajanan gorengan di

padang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan

jumlah asam lemak bebas pada minyak goreng yang belum

digunakan hingga 3 kali pemakaian. Semakin sering minyak

goreng tersebut digunakan maka semakin tinggi kandungan

asam lemak bebasnya pada minyak yang belum dipakai

(45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali pakai (46,18%), 3 kali

pakai (46,32%) . hal ini berarti minyak yang digunakan oleh

penelitian Jonarson (2004) tidak memenuhi syarat menurut SNI

01-3741-2002.

5. Alternatif pemecahan masalah


38

Dengan adanya pemanfaatan ampas tebu dalam

mengadsorpsi minyak jelantah sampai kadar asam lemak

bebas yang memenuhi syarat dan dengan adanya kenyataan

bahwa minyak jelantah dapat di daur ulang kembali dan dapat

mengurangi jumlah sampah , untuk itu perlu diinformasikan

kepada industri pembuatan gula dan penjual gorengan agar

dapat menerapkan pengolahan minyak jelantah dengan ampas

tebu. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dengan

kandungan asam lemak bebas pada konsentrasi 40gr yaitu

0,30% dan konsentrasi 50 yaitu 0,28% telah memenuhi syarat

SNI 01-3741-2002 Tahun 2002 untuk asam lemak bebas yaitu

maksimal 0,30%.

Penggunaan alat ini sangat praktis, bahan yang dipakai

mudah di dapat, disamping itu ampas tebu bisa bertahan

beberapa bulan setelah dikeringkan. Kelemahan dari

pemanfaatan ampas tebu ini adalah minyak yang sudah di

daur ulang hanya dapat digunakan 1 kali pemakaian, karena

untuk digunakan kembali sebagai minyak goreng perlu

diperiksa parameter lainnya kadar air, besi (Fe), tembaga (Cu),

Raksa (Hg), Timbal (Pb), timah (Sn), seng (Zn), arsen (As), dan

angka peroksida yang memenuhi syarat SNI 01-3741-2002.


39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian yang

telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :
40

1. Ampas tebu dengan konsentrasi 40 gr mampu menjernihkan

minyak jelantah.

2. Ampas tebu dengan konsentrasi 50 gr mampu menjernihkan

minyak jelantah.

3. Ampas tebu dengan konsentrasi 40 gr mampu menurunkan

kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah yaitu dengan

rata-rata presentase 16,67% dan telah memenuhi syarat SNI

01-3741-2002.

4. Ampas tebu dengan konsentrasi 50 gr mampu menurunkan

kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah yaitu dengan

rata-rata presentase 25% dan telah memenuhi syarat SNI 01-

3741-2002.

B. Saran

1. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat

memanfaatkan kembali ampas tebu untuk mengadsorpsi kadar

asam lemak bebas minyak jelantah.

2. Di harapkan bagi peneliti selanjutnya hendaknya memakai

variasi waktu kontak dan memeriksa kadar air, besi (Fe),

tembaga (Cu), Raksa (Hg), Timbal (Pb), timah (Sn), seng (Zn),

arsen (As), dan angka peroksida pada minyak jelantah serta

penggunaan ampas tebu pada oli bekas.


41

Anda mungkin juga menyukai