Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Minyak kelapa sudah lama dikenal di Indonesia khususnya dan di dunia pada

umumnya. Mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan penggunaan yang luas, seperti

digunakan sebagai bahan makanan. (Djoko Wibowo, 1988).

Minyak merupakan senyawa netral, dihasilkan oleh binatang atau tumbuh-tumbuhan.

Larut dalam pelarut minyak dan umumnya tidak larut dalam air. Minyak hasil alam biasa

terdapat sejumlah “impurities”. Ditinjau dari sifat kimia, minyak merupakan trigliserida

yaitu senyawa yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Sifat-sifat kimia dan

fisika dari minyak ditentukan oleh asam-asam lemak penyusunnya (Klirk & Othmer,

1949 dalam Djoko Wibowo, 1988).

Minyak jelantah  adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak

goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya,

minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya,

dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner  akan tetapi bila ditinjau dari

komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat

karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian

minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan

penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi

berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini

dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan

lingkungan. (Anonim, 2009).


Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan makanan (Badan POM), serta kajian

dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak jelantah sebagai minyak goreng

akan berdampak bagi kesehatan. Pemanasan minyak goreng berkali-kali ( lebih dari 2

kali ) pada suhu tinggi akan mengakibatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas

yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak

trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan

metabolisme kolesterol seperti penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, kanker, dan

tumor. Selain itu, yang lebih berbahaya adalah pemakaian minyak jelantah yang berkali-

kali akan meningkatkan gugus radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga

mengakibatkan oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia. Minyak jelantah ini

memiliki nilai peroksida yang tinggi (Wahid Wahab, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Jonarson (2004), tentang analisa kadar asam lemak

minyak goreng yang digunakan penjual makanan jajanan gorengan di padang

menyebutkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak

jenuh pada minyak goreng yang belurn digunakan hingga 3 kali pemakaian. Penelitian

dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata kadar asam lemak jenuh dan asam lemak

tidak jenuh pada minyak goreng yang belum digunakan hingga pemakaian ketiga.

Semakin sering minyak goreng tersebut digunakan, maka semakin tinggi kandungan

asam lemak jenuhnya yaitu pada minyak yang belum dipakai (45,96%), 1 kali pakai

(46,09%), 2 kali pakai (46,18%), 3 kali pakai (46,32%). Standar mutu minyak goreng

dalam SNI 01.3741-2002 mensyaratkan nilai asam lemak bebas (FFA) Free Fatty Acid

yang aman untuk dikonsumsi maksimal antara 0,30%.


Asam lemak adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil bersama-sama

dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak

dan merupakan bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam ini mudah

dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan

nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (sebagai lemak yang

terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.

Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah satu contoh

senyawa yang terkandung dalam bahan pangan yang dapat  bersifat berbahaya

khususnya bagi tubuh apabila bahan pangan tersebut terlalu sering dikonsumsi.

Asam lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk karena  adanya

proses pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang dapat meningkatkan

konsentrasi dari asam lemak bebas dan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang

terbentuk apabila proses tersebut semakin lama dilakukan sehingga merugikan mutu

dan kandungan gizi bahan pangan tersebut. Penjelasan di atas dianggap perlu untuk

dilakukannya praktikum analisa asam lemak bebas agar kita dapat mengetahui mutu

dan kandungan gizi bahan pangan yang akan di konsumsi.(Anonim, 2009)

Bila tidak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke

saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat menyumbat

pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku

dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak atau pun lemak yang

mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat

menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan.

Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas,
salah satunya minyak jelantah dapat didaur ulang menjadi minyak layak pakai dan

jernih kembali menggunakan ampas tebu sesuai pemakaiannya.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan tentang pemanfaatan ampas

tebu dalam mengadsorpsi minyak jelantah, didapatkan hasil minyak tanpa perlakuan

ampas tebu (0,20%), minyak perendaman ampas tebu selama dua hari (0,17%),

minyak perendaman ampas tebu selama tiga hari (0,12%). Jadi penelitian ini dikatakan

berhasil apabila dapat menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah

sesuai standar mutu minyak goreng dalam SNI 01-3741-2002 mensyaratkan nilai asam

lemak bebas (FFA) yang aman untuk dikonsumsi maksimal antara 0,30%.

Dari gambaran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap minyak jelantah dengan judul “Pemanfaatan Ampas Tebu Dalam

Mengadsorpsi Minyak Jelantah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “ apakah ampas tebu dapat mengadsorpsi minyak jelantah agar

dapat menurunkan kadar asam lemak bebas”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi ampas tebu terhadap minyak jelantah

dalam menurunkan kadar asam lemak bebas.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kejernihan minyak jelantah dengan adsorpsi ampas

tebu dengan konsentrasi 40 gram.


b. Untuk mengetahui tingkat kejernihan minyak jelantah dengan adsorpsi ampas

tebu dengan konsentrasi 50 gram.

c. Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi ampas tebu dalam menurunkan

asam lemak bebas minyak jelantah dengan konsentrasi 40 gram.

d. Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi ampas tebu dalam menurunkan

asam lemak bebas minyak jelantah dengan konsentrasi 50 gram.

D. Manfaat penelitian

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama mengikuti pendidikan akademik.

2. Sebagai salah satu alternatif dalam pemanfaatan ampas tebu untuk mengadsorpsi

minyak jelantah agar dapat digunakan kembali.

3. Sebagai masukan bagi jurusan kesehatan lingkungan politeknik kesehatan

makassar dalam bidang penelitian dan sebagai bahan bacaan bagi peneliti

selanjutnya yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang pemanfaatan ampas tebu.

Anda mungkin juga menyukai