Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Minyak kelapa sudah lama dikenal di Indonesia khususnya dan di dunia pada
umumnya. Mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan penggunaan yang luas, seperti
Larut dalam pelarut minyak dan umumnya tidak larut dalam air. Minyak hasil alam biasa
terdapat sejumlah “impurities”. Ditinjau dari sifat kimia, minyak merupakan trigliserida
yaitu senyawa yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Sifat-sifat kimia dan
fisika dari minyak ditentukan oleh asam-asam lemak penyusunnya (Klirk & Othmer,
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak
goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya,
dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari
karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian
berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini
dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan
dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak jelantah sebagai minyak goreng
akan berdampak bagi kesehatan. Pemanasan minyak goreng berkali-kali ( lebih dari 2
kali ) pada suhu tinggi akan mengakibatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas
yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak
metabolisme kolesterol seperti penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, kanker, dan
tumor. Selain itu, yang lebih berbahaya adalah pemakaian minyak jelantah yang berkali-
kali akan meningkatkan gugus radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga
mengakibatkan oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia. Minyak jelantah ini
Penelitian yang dilakukan oleh Jonarson (2004), tentang analisa kadar asam lemak
menyebutkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak
jenuh pada minyak goreng yang belurn digunakan hingga 3 kali pemakaian. Penelitian
dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata kadar asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh pada minyak goreng yang belum digunakan hingga pemakaian ketiga.
Semakin sering minyak goreng tersebut digunakan, maka semakin tinggi kandungan
asam lemak jenuhnya yaitu pada minyak yang belum dipakai (45,96%), 1 kali pakai
(46,09%), 2 kali pakai (46,18%), 3 kali pakai (46,32%). Standar mutu minyak goreng
dalam SNI 01.3741-2002 mensyaratkan nilai asam lemak bebas (FFA) Free Fatty Acid
dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak
dan merupakan bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan
nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (sebagai lemak yang
Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah satu contoh
senyawa yang terkandung dalam bahan pangan yang dapat bersifat berbahaya
khususnya bagi tubuh apabila bahan pangan tersebut terlalu sering dikonsumsi.
Asam lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk karena adanya
proses pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang dapat meningkatkan
konsentrasi dari asam lemak bebas dan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang
terbentuk apabila proses tersebut semakin lama dilakukan sehingga merugikan mutu
dan kandungan gizi bahan pangan tersebut. Penjelasan di atas dianggap perlu untuk
dilakukannya praktikum analisa asam lemak bebas agar kita dapat mengetahui mutu
Bila tidak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke
pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku
dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak atau pun lemak yang
menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan.
Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas,
salah satunya minyak jelantah dapat didaur ulang menjadi minyak layak pakai dan
tebu dalam mengadsorpsi minyak jelantah, didapatkan hasil minyak tanpa perlakuan
ampas tebu (0,20%), minyak perendaman ampas tebu selama dua hari (0,17%),
minyak perendaman ampas tebu selama tiga hari (0,12%). Jadi penelitian ini dikatakan
berhasil apabila dapat menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah
sesuai standar mutu minyak goreng dalam SNI 01-3741-2002 mensyaratkan nilai asam
lemak bebas (FFA) yang aman untuk dikonsumsi maksimal antara 0,30%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “ apakah ampas tebu dapat mengadsorpsi minyak jelantah agar
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
2. Sebagai salah satu alternatif dalam pemanfaatan ampas tebu untuk mengadsorpsi
makassar dalam bidang penelitian dan sebagai bahan bacaan bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang pemanfaatan ampas tebu.