Anda di halaman 1dari 65

Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan


(PBB P2), Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
(BPHTB),PPHTB,
dan Bea Materai
Dasar Hukum

UU Nomor 28 Tahun 2009


UU Nomor 12 Tahun 1985
UU Nomor 12 Tahun 1994
Pajak Bumi dan Bangunan

Pemerintah Pemerintah
Pusat Daerah
Perkebunan Perdesaan

Perhutanan Perkotaan

Pertambangan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:


• jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan
dengan kompleks Bangunan tersebut
• jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat olahraga
• galangan kapal, dermaga
• taman mewah
• tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan
• menara
Obyek Pajak Tidak
Dikenakan PBB P2
4
1 Objek yang merupakan hutan lindung, hutan
Objek yang digunakan oleh suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
Pemerintah dan Daerah untuk penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan
penyelenggaraan pemerintahan tanah negara yang belum dibebani suatu hak

2 5
Objek yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan Objek yang digunakan oleh perwakilan
umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas
kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh perlakuan timbal balik; dan
keuntungan

3 6
Objek yang digunakan oleh badan atau
Objek yang digunakan untuk
perwakilan lembaga internasional yang
kuburan, peninggalan purbakala,
ditetapkan dengan PMK
atau yang sejenis dengan itu
Subjek dan Wajib Pajak PBB P2

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang
pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan

Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang
pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan
Dasar Pengenaan Pajak & Tarif

Dasar pengenaan Pajak Bumi


dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah NJOP (Nilai
Jual Objek Pajak) Penetapan besarnya
NJOP dilakukan oleh
Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 Kepala Daerah
tahun, kecuali untuk objek pajak
tertentu dapat ditetapkan setiap tahun
sesuai dengan perkembangan
wilayahnya
NJOPTKP ditetapkan
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak dengan Peraturan Daerah
Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan
paling rendah sebesar Rp 10.000.000
untuk setiap Wajib Pajak
Tarif PBB P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%, ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (UU no.28 tahun 2009)
Penetapan NJOP

Nilai Jual Objek Pajak atau NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli lahan
yang terjadi secara wajar. Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan:

Nilai perolehan baru, adalah suatu


Perbandingan harga dengan objek pendekatan/metode penentuan nilai
lain yang sejenis, adalah suatu jual suatu objek pajak dengan cara
Nilai jual pengganti, adalah
pendekatan/metode penentuan menghitung seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh objek suatu pendekatan/metode
nilai jual suatu objek pajak dengan penentuan nilai jual suatu
tersebut pada saat penilaian
cara membandingkannya dengan dilakukan, yang dikurangi dengan objek pajak yang berdasarkan
objek pajak lain yang sejenis yang penyusutan berdasarkan kondisi pisik pada hasil produksi objek
letaknya berdekatan dan fungsinya objek tersebut pajak tersebut
sama dan telah diketahui harga
jualnya
Berikut ini contoh rincian NJOP
terendah hingga tertinggi di
wilayah DKI Jakarta
berdasarkan Peraturan
Gubernur (Pergub) Provinsi DKI
Jakarta Nomor 24 Tahun 2018.
Latihan Penghitungan PBB P2
Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa:
Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp300.000/m2
Rumah seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp350.000/m2
Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp50.000/m2
Pagar sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata pagar 1,5 m dengan nilai jual Rp175.000/m2
Berapakah PBB yang terutang, jika tarif pajak yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
0,2%?
NJOPTKP = Rp12.000.000
Jawaban Penghitungan PBB P2

NJOP Bumi: 800 x 300.000 = 240.000.000


NJOP Bangunan:
a. Rumah: 400 x 350.000 = 140.000.000
b. Taman: 200 x 50.000 = 10.000.000
c. Pagar: (120 x 1,5) x 175.000 = 31.500.000
Total NJOP Bangunan = 181.500.000
Nilai Jual Objek Pajak sebagai DPP = 421.500.000
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = (12.000.000)
NJOP untuk Penghitungan PBB = 409.500.000

Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah 0,2%


PBB Terutang: 0,2% x 409.500.000 = 819.000
Saat dan Tempat Pajak Terutang

Saat yang menentukan pajak


yang terutang adalah
menurut keadaan objek
pajak pada tanggal 1 Tempat pajak yang
Tahun Pajak adalah
Januari. terutang adalah
jangka waktu 1
di wilayah daerah
(satu) tahun
yang meliputi
kalender.
letak objek pajak.
Pembayaran PBB P2

● Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak), yaitu surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek PBB P2 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
● SPOP harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada
Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 hari kerja
setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak
● Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang), yaitu
adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya PBB P2 yang terutang kepada Wajib
Pajak.
● Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) dalam hal-hal sebagai
berikut:

○ SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran

○ Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih
besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
Latihan 1
Tuan A mempunyai 2 objek PBB P2 yang letaknya berpisahan di desa
Sukasari, Cianjur, dengan rincian sebagai berikut:
● Rumah, menurut petugas fungsional penilai:

Luas tanah = 1.000 m2, NJOP = 1.000.000/m2


Luas bangunan = 500 m2, NJOP = 800.000/m2
● Tanah kosong, menurut petugas fungsional penilai:

Luas tanah = 2.000 m2, NJOP = 900.000/m2

Hitung PBB masing-masing objek tersebut, jika NJOPTKP sebesar


Rp12.000.000 dan tarif PBB 0,1%!
Latihan 1 Rumah:
NJOP Bumi = 1.000.000.000
NJOP Bangunan = 400.000.000
NJOP sebagai DPP = 1.400.000.000
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak =-
NJOP untuk Penghitungan PBB = 1.400.000.000
PBB Terutang (0,1%) = 1.400.000

Tanah kosong:
NJOP Bumi = 1.800.000.000
NJOP sebagai DPP = 1.800.000.000
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = (12.000.000)
NJOP untuk Penghitungan PBB = 1.788.000.000
PBB Terutang (0,1%) = 1.788.000
Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
UU Nomor 28 Tahun 2009
SUBYEK PAJAK WAJIB PAJAK

Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi
atau Badan yang memperoleh Hak atas atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah
Tanah dan/atau Bangunan dan/atau Bangunan

DASAR PENGENAAN TARIF

Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan


Objek Pajak (NPOP) Tarif BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar
Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat 5%, ditetapkan dengan Peraturan Daerah
terjadinya perolehan hak BPHTB yang terutang
dipungut di wilayah daerah tempat Tanah
dan/atau Bangunan berada
Objek Pajak
Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, yang meliputi:
● pemindahan hak karena:

○ jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris

○ pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain


○ pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

○ penunjukan pembeli dalam lelang

○ pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan


hukum tetap
○ penggabungan usaha

○ peleburan usaha Hak atas tanah adalah: hak milik,


○ pemekaran usaha; atau hak guna usaha, hak guna
○ hadiah
bangunan, hak pakai, hak milik
atas satuan rumah susun, dan hak
● pemberian hak baru karena:
pengelolaan
○ kelanjutan pelepasan hak; atau
○ di luar pelepasan hak
Tidak Dikenakan BPHTB
Objek pajak yang diperoleh:
• Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik
• Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum
• Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan
PMK dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut
• Orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama
• Orang pribadi atau Badan karena wakaf; dan
• Orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah
Nilai Perolehan Objek Pajak
● Pemberian hak baru atas tanah sebagai
● Jual beli adalah harga transaksi kelanjutan dari pelepasan hak adalah
● Tukar menukar adalah nilai pasar nilai pasar
● Hibah adalah nilai pasar ● Pemberian hak baru atas tanah di luar
● Hibah wasiat adalah nilai pasar pelepasan hak adalah nilai pasar
● Waris adalah nilai pasar ● Penggabungan usaha adalah nilai pasar
● Pemasukan dalam peseroan atau badan ● Peleburan usaha adalah nilai pasar
hukum lainnya adalah nilai pasar ● Pemekaran usaha adalah nilai pasar
● Pemisahan hak yang mengakibatkan ● Hadiah adalah nilai pasar; dan/atau
peralihan adalah nilai pasar ● Penunjukan pembeli dalam lelang
● Peralihan hak karena pelaksanaan adalah harga transaksi yang tercantum
putusan hakim yang mempunyai dalam risalah lelang
kekuatan hukum tetap adalah nilai
pasar
Nilai Perolehan Objek Pajak
• Jika NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang
digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun
terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP
Pajak Bumi dan Bangunan
• Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)
ditetapkan paling rendah sebesar Rp 60.000.000 untuk setiap Wajib
Pajak
• Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang
diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke
bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, NPOPTKP
ditetapkan paling rendah sebesar Rp 300.000.000
• NPOPTKP ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Penghitungan BPHTB

● Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) XXX


● Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) (XXX)
● Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) XXX
● Pajak Terutang = Tarif x NPOPKP
Saat Terutang Pajak (1)
● Jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke kantor bidang pertanahan
● Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal
dibuat dan ditandatanganinya akta
● Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat
dan ditandatanganinya akta
● Putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap
Saat Terutang Pajak (2)

● Pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah
sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak
● Pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya
surat keputusan pemberian hak
● Penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
● Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; dan
● Lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenang lelang
Pembayaran BPHTB
● Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada
adanya surat ketetapan pajak (self assessment), menggunakan Surat Setoran BPHTB
● Pajak terutang dibayar ke kas Pemerintah Daerah melalui bank BUMN atau bank BUMD
atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan di wilayah
kabupaten/kota yang meliputi letak tanah dan/atau bangunan
● Kewajiban membayar dilaksanakan sebelum:

○ Akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh


PPAT/Notaris

○ Risalah lelang untuk pembeli ditandatangani oleh Pejabat Lelang

○ Dilakukan pendaftaran hak oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam hal: 1) pemberian
hak baru; 2) pemindahan hak karena pelaksanaan putusan hakim, hibah wasiat,
atau waris
PPh Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan (PPhTB)

Pajak dikenakan ketika


Pihak yang harus
pemilik tanah dan/atau
membayar adalah
bangunan menjual atau
pihak yang
menyerahkan
mengalihkan hak
kepemilikannya kepada
tersebut
pihak lain

Tarif PPhTB bersifat final sebesar 2,5% dari jumlah bruto (nilai tertinggi antara nilai
berdasarkan Akta Pengalihan hak dengan NJOP)
Latihan 1

Pada tanggal 1 September 2016, Tuan A dengan PT B melakukan transaksi


(pengalihan tanah dan/atau bangunan dari PT B ke Tuan A) di depan notaris PPATK
dengan harga transaksi sebesar Rp 300.000.000. Surat Setoran BPHTB dibuat dengan
bantuan salah seorang karyawan notaris dan telah dibayarkan ke Bank C. Hitunglah
BPHTB yang dibayar oleh Tuan A jika diketahui NPOPTKP Rp 80.000.000 (asumsi
tarif 5%)!

BHPTB = 5% x (300.000.000 – 80.000.000)


= 11.000.000
Latihan 2
Tuan A menjual tanah dan/atau bangunan kepada PT B pada tanggal 1
Oktober 2016 di hadapan PPAT Andi Maulana. Adapun data tanah di
Jakarta seluas 400 m2 dan bangunan seluas 600 m2 dengan harga
transaksi sebesar Rp 4.560.000.000 dan NJOP tersebut Rp 4.018.000.000,
dengan NPOPTKP Rp 60.000.000. (asumsi tarif BPHTB 5%)

Berapakah PPhTB yang dikenakan kepada Tuan A?


PPhTB = 2,5% x 4.560.000.000
= 114.000.000
Berapakah BPHTB yang harus dibayarkan oleh PT B?
BPHTB = 5% x (4.560.000.000 – 60.000.000)
= 225.000.000
Bea Meterai
UU Nomor 10 Tahun 2020
Pengertian
● Bea Meterai adalah pajak atas Dokumen.
● Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan
tangan, cetakan, atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau
keterangan.
● Tanda Tangan adalah tanda sebagai lambang nama sebagaimana
lazimnya dipergunakan, termasuk paraf, teraan atau cap tanda tangan atau
cap paraf, teraan atau cap nama, atau tanda lainnya sebagai pengganti
tanda tangan, atau tanda tangan elektronik sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang di bidang informasi dan transaksi elektronik.
● Meterai adalah label atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau
bentuk lainnya yang memiliki ciri dan mengandung unsur pengaman yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang digunakan untuk
membayar pajak atas Dokumen.
Pengertian
● Pihak Yang Terutang adalah pihak yang dikenai Bea Meterai dan wajib
membayar Bea Meterai yang terutang.
● Pemeteraian Kemudian adalah pemeteraian yang memerlukan
pengesahan dari pejabat yang ditetapkan oleh Menteri.
● Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan, baik yang
berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum.
● Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan.
Obyek Biaya Materai (Ps 3)
(1) Bea Meterai dikenakan atas:
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian
yang bersifat perdata; dan
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
(2) Dokumen yang bersifat perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis,
beserta rangkapnya;
b. akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;
c. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
d. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak berjangka,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan
risalah lelang, dan grosse risalah lelang;
Obyek Biaya Materai
g. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang:
1. menyebutkan penerimaan uang; atau
2. berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan; dan

h. Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bea Meterai dikenakan 1 (satu) kali untuk setiap Dokumen


Tarif Biaya Materai (Ps 4)
● Bea Meterai dengan tarif tetap sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
● Besarnya batas nilai nominal Dokumen yang dikenai Bea Meterai dapat
diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan kondisi perekonomian nasional
dan tingkat pendapatan masyarakat.
● Besarnya tarif Bea Meterai dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan
kondisi perekonomian nasional dan tingkat pendapatan masyarakat.
● Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat dikenai Bea Meterai
dengan tarif tetap yang berbeda dalam rangka melaksanakan program
pemerintah dan mendukung pelaksanaan kebijakan moneter dan/atau sektor
keuangan.
● Perubahan besarnya batas nilai nominal Dokumen yang dikenai Bea Meterai
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Tidak Dikenakan Bea Meterai
a. Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:
1.surat penyimpanan barang;
2.konosemen;
3.surat angkutan penumpang dan barang;
4.bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
5.surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; dan
6.surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana dimaksud pada
angka 1 sampai dengan angka 5;
b. segala bentuk ljazah;
c. tanda terima pembayaran gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran dimaksud;
d. tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah, bank,
dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Tidak Dikenakan Bea Meterai
e. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu yang berasal dari kas negara, kas pemerintahan daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
g. Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga, pembayaran uang
simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi, dan badan lainnya yang
menyelenggarakan penyimpanan uang, atau pengeluaran surat berharga oleh
kustodian kepada nasabah;
h. surat gadai;
i. tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat berharga, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun; dan
j. Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
pelaksanaan kebijakan moneter.
Saat Terutang Bea Meterai
(1) Bea Meterai terutang pada saat:
a. Dokumen dibubuhi Tanda Tangan, untuk:
1. surat perjanjian beserta rangkapnya
2. akta notaris beserta grosse, salinan, dan
3. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya

b. Dokumen selesai dibuat, untuk:


1. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun
2. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun
Saat Terutang Bea Meterai
c. Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa Dokumen tersebut dibuat, untuk:
1. surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta
rangkapnya;
2. Dokumen lelang
3. Dokumen yang menyatakan jumlah uang

d. Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti
di pengadilan

e. Dokumen digunakan di Indonesia, untuk Dokumen yang dibuat di luar negeri.

(2) Menteri dapat menentukan saat lain terutangnya Bea Meterai.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan saat lain terutangnya Bea Meterai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pihak Yang Terutang Bea Meterai
(1) Dokumen yang dibuat sepihak, Bea Meterai terutang
oleh pihak yang menerima Dokumen.
(2) Dokumen yang dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih, Bea
Meterai terutang oleh masing-masing pihak atas Dokumen
yang diterimanya.
(3) Dikecualikan dari ketentuan Dokumen berupa surat
berharga, Bea Meterai terutang oleh pihak yang
menerbitkan surat berharga.
(4) Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan sebagaimana, Bea Meterai terutang oleh pihak
yang mengajukan Dokumen.
Pihak Yang Terutang Bea Meterai
(5) Dokumen yang dibuat di luar negeri dan digunakan di
Indonesia, Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima
manfaat atas Dokumen.

(6) Ketentuan Pihak Yang Terutang tidak menghalangi


pihak atau para pihak untuk bersepakat atau menentukan
mengenai pihak yang membayar Bea Meterai
Pemungut Bea Meterai
(1) Pemungutan Bea Meterai yang terutang atas Dokumen
dapat dilakukan oleh pemungut Bea Meterai.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan pemungut
Bea Meterai diatur dalam Peraturan Menteri.
Pemungut Bea Meterai
(1) Pemungut Bea Meterai wajib:
a. memungut Bea Meterai yang terutang atas Dokumen tertentu
dari Pihak Yang Terutang;
b. menyetorkan Bea Meterai ke kas negara; dan
c. melaporkan pemungutan dan penyetoran Bea Meterai ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak.

(2) Pemungut Bea Meterai yang tidak melaksanakan kewajiban


pemungutan diterbitkan surat ketetapan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan.
Pemungut Bea Meterai
(3) Jumlah kekurangan Bea Meterai dalam surat ketetapan pajak sebesar
Bea Meterai yang tidak atau kurang dipungut dan/atau tidak atau kurang
disetor, ditambah sanksi administratif sebesar 100% (seratus persen) dari
Bea Meterai yang tidak atau kurang dipungut dan/atau tidak atau kurang
disetor.
(4) Pemungut Bea Meterai yang:
a. terlambat menyetorkan Bea Meterai
b. tidak atau terlambat melaporkan pemungutan dan penyetoran Bea
Meterai diterbitkan surat tagihan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan
Bea Meterai diatur dalam Peraturan Menteri.
UU no.10 tahun 2020 ini
mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 2021.
Pajak dan
Retribusi Daerah
Pajak Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau


penguasaan kendaraan bermotor
Objek Pajak kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai
Kendaraan Bermotor
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor
DPP hasil perkalian dari Nilai Jual Kendaraan Bermotor dan bobot yang
mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor
Tarif • untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah
sebesar 1% dan paling tinggi sebesar 2%
• untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif
dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan
paling tinggi sebesar 10%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan
ke dalam badan usaha
Objek Pajak penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan
Bermotor

Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor

DPP Nilai Jual Kendaraan Bermotor


Tarif • penyerahan pertama paling tinggi sebesar 20%
• penyerahan kedua dan seterusnya paling tinggi sebesar 1%
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan


bahan bakar kendaraan bermotor
Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap
digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang
digunakan untuk kendaraan di air
Subjek Pajak konsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang menggunakan Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
DPP Nilai Jual Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebelum dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai
Tarif paling tinggi sebesar 10%
Pajak Air Permukaan

Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau


pemanfaatan air permukaan
Objek Pajak pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang dapat melakukan pengambilan
dan/atau pemanfaatan Air Permukaan
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Permukaan
DPP Nilai Perolehan Air Permukaan
Tarif paling tinggi sebesar 10%
Pajak Rokok

Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah
Objek Pajak konsumsi rokok
Subjek Pajak konsumen rokok
Wajib Pajak pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang
memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
DPP cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap rokok
Tarif sebesar 10% dari cukai rokok
Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel
Objek Pajak pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk
jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan
hiburan
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang
pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel
DPP jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel
Tarif paling tinggi sebesar 10%
Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran
Objek Pajak pelayanan yang disediakan oleh Restoran
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau
minuman dari Restoran
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran
DPP jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima
Restoran
Tarif paling tinggi sebesar 10%
Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan


Objek Pajak jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan
DPP jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh
penyelenggara Hiburan
Tarif paling tinggi sebesar 35%
Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame


Objek Pajak semua penyelenggaraan Reklame
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame
DPP Nilai Sewa Reklame
Tarif paling tinggi sebesar 25%
Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,


baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain
Objek Pajak penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun
yang diperoleh dari sumber lain
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik
DPP Nilai Jual Tenaga Listrik
Tarif paling tinggi sebesar 10%
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan
Objek Pajak kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan
Logam dan Batuan
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral Bukan Logam
dan Batuan
DPP Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan
Tarif paling tinggi sebesar 25%
Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun
yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor
Objek Pajak penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan
bermotor
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir
DPP jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada
penyelenggara tempat Parkir
Tarif paling tinggi sebesar 30%
Pajak Air Tanah

Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan


air tanah
Objek Pajak pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah
DPP Nilai Perolehan Air Tanah
Tarif paling tinggi sebesar 20%
Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan


dan/atau pengusahaan sarang burung walet
Objek Pajak pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet
Subjek Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
mengusahakan Sarang Burung Walet
Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
mengusahakan Sarang Burung Walet
DPP Nilai Jual Sarang Burung Walet
Tarif paling tinggi sebesar 10%
Retribusi Daerah

Retribusi Jasa Retribusi Jasa


Umum Usaha

Retribusi
Perizinan Tertentu
Retribusi Jasa Umum

● Retribusi Pelayanan Kesehatan ● Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam


● Retribusi Pelayanan Kebakaran
Persampahan/Kebersihan ● Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
● Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu
● Retribusi Penyediaan dan/atau
Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
● Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penyedotan Kakus
Pengabuan Mayat ● Retribusi Pengolahan Limbah Cair
● Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan ● Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Umum ● Retribusi Pelayanan Pendidikan
● Retribusi Pelayanan Pasar ● Retribusi Pengendalian Menara
● Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Telekomunikasi
Retribusi Jasa Usaha
● Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
● Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
● Retribusi Pemakaian Kekayaan ● Retribusi Penyeberangan di Air
Daerah ● Retribusi Penjualan Produksi Usaha
● Retribusi Pasar Grosir dan/atau Daerah
Pertokoan
● Retribusi Tempat Pelelangan Retribusi Perizinan Tertentu
● Retribusi Terminal
● Retribusi Tempat Khusus Parkir ● Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
● Retribusi Tempat ● Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman
Penginapan/Pesanggrahan/Villa Beralkohol
● Retribusi Rumah Potong Hewan ● Retribusi Izin Gangguan
● Retribusi Izin Trayek
● Retribusi Izin Usaha Perikanan
Terima Kasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai