Anda di halaman 1dari 16

BAHAN AJAR

MALAM DENTAL

ILMU KEDOKTERAN GIGI DASAR - 2

PENYUSUN

Drg. Iman Sudjarwo,M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAHAN AJAR
Malam Dental

NAMA MATAKULIAH : Ilmu Kedokteran Gigi Dasar - 2


KODE : 132J1105
SEMESTER : Genap, Tahun pertama
JUMLAH SKS :5

I. PENDAHULUAN
A. Garis Besar Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah

Pertemuan Sasaran Materi Pembelajaran Metode Indikator Bobot


ke Pembelajaran Pembelajaran Penilaian Penilaian
1 2 3 4 5 6
2 Setelah -Pengertian malam dental Kuliah interaktif Umpan balik 15 %

mempelajari bab -Komposisi malam dental


ini, mahasiswa -Klasifikasi malam dental
diharapkan mampu -Cara memanipulasi
menjelaskan -Syarat dan sifat wax

tentang pengertian
wax, komposisi
wax, sifat-sifat
wax, klasifikasi
wax, cara
memanipulasi wax,

1|Page
dan penggunaannya
di kedokteran gigi.

1|Page
B. Learning Outcomes Sasaran Belajar
Mampu menjelaskan tentang sifat fisik, kimia, maupun rheologis wax yang digunakan di
kedokteran gigi.
C. Learning Objective/Sasaran Pembelajaran
Mampu menjelaskan tentang sifat-sifat umum dan jenis-jenis wax yang digunakan di
kedokteran gigi baik yang digunakan untuk pembuatan alat-alat restorasi di bidang
kedokteran gigi, baik yang langsung digunakan pada pasien maupun yang digunakan
dalam laboratorium kedokteran gigi.

D. Deskripsi Matakuliah
Pada bab ini akan dibahas tentang pengetahuan yang berhubungan dengan wax yang
digunakan di kedokteran serta cara penggunaannya dalam pembuatan alat-alat restorasi di
kedokteran gigi, baik yang langsung digunakan pada pasien maupun yang digunakan
dalam laboratorium dental.

II. URAIAN MATERI

Pengertian wax

Wax merupakan salah satu bahan termoplastik yang secara normal berbentuk solid pada suhu kamar,
tetapi dapat mencair, untuk membentuk suatu cairan. Wax terdiri dari campuran berbagai bahan
organis dan bahan alami yang banyak sehingga membuatnya sebagai bahan dengan sifat-sifat yang
sangat berguna. 1

Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga / didapatkan dari tumbuh-tumbuhan. Wax
dental adalah campuran dua atau lebih bahan sintetis dan alami seperti lilin, damar, zat pewarna dan
bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk membuat cetakan, membuat
konstruksi gigi palsu non logam, membuat catatan tentang hubungan rahang, sebagai bahan penolong
kerja laboratorium.

2|Page
Pembuatan berbagai alat gigi sering membutuhkan bahan malam yang mempunyai sifat-sifat fisis
berlainan untuk tujuan-tujuan tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi biasanya
dicampur dari bahan alami dan sintesis.

Ada tiga tipe utama wax yang dipakai di bidang kedokteran gigi, yaitu hydrocarbon, ester alami dan
sintesis. Kelompok hydrocarbon disubdivisikan lebih lanjut kepada paraffin dan microcrystallin wax.1

Paraffin wax akan melunak pada suhu 37-55˚C dan mencair pada suhu 48-70˚C. Wax ini memiliki
struktur hidrokarbon berantai lurus. Microcrystallin wax memiliki berat molekul yang tinggi dan
struktur kristal yang baik. Wax ini terdiri dari cabang-cabang atau rantai melingkar.
Wax ini akan mencair pada suhu 65-90˚C dan saat ditambahkan kedalam paraffin wax, maka akan
terlihat peningkatan titik cair secara nyata.

Wax ester alami memiliki sifat-sifat yang sangat banyak tergantung pada sumber keasliannya. Wax ini
dihasilkan oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan yang mengandung beeswax, carnauba, dan candelilla
wax.

Wax sintesis dapat dibuat oleh manusia, contoh: tipe polyethilen, dengan modifikasi petroleum atau
wax alami lainnya seperti montan. Dengan adanya wax sintesis yang sifat-sifatnya mirip dengan wax
alami, maka wax sintesis pun sekarang sudah banyak digunakan.

Berdasarkan sumbernya wax terdiri dari dua macam, yaitu wax alami dan wax sintetik.
1. Wax Alami
a. Animal Waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil sekresi abdominal dari lebah jenis Apis
mellifera. Warna wax tergantung pada jenis bunga. Komponennya berupa palmitat, palmitoleate,
hidroksipalmitat, dan oleate ester dengan rantai panjang alkohol. Digunakan sebagai bahan
modeling dan memiliki titik leleh 62°-65°C.
b. Vegetal Waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax.
Pada carnauba wax juga dikenal sebagai queen of waxes. Merupakan hasil sekret dari daun pohon
palem (Copernicia prunifera cerifera), tiap 100 gr untuk satu pohon dalam satu tahun.
Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free alcohol (10-15%), asam (3-6%), dan
hidrokarbon (1-3%).

2|Page
Untuk candelila wax merupakan hasil ekstraksi dari tumbuhan Euphorbia cerifera dan Euphorbia
antisyphilitica (Euphorbiaceae). Cara ekstraksinya dengan merebus tanaman tersebut untuk
memisahkan wax dan material tanaman. Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50% dari C29-
C33), ester (28-29%), alkohol, asam lemak bebas (7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester).
Titik leleh candelila wax berada dalam rentang 66°-71°C.
c. Mineral Waxes
Contohnya pada parafin yang merupakan hasil dari petroleum yang mengalami pemanasan tinggi
(penyulingan minyak tanah). Komposisinya berupa campuran kompleks hidrokarbon sari metan,
dengan sejumlah kecil fase amorf atau mikrokristalin).
2. Wax Sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada perubahan pada kualitas dan
ketersediaan. Terbuat dari etil glikol diester atau triester dengan rantai panjang asam lemah (C18-
C36). Titik lelehnya dalam rentang 60°-75°C.
(Sumber : http://www.cyberlipid.org/wax/wax0001.htm dan Anusavice, Keneth J. 2003. Buku Ajar
Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC)
Komposisi wax
Bahan wax yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi merupakan campuran dari berbagai bahan-
bahan yang bersifat thermoplastik. Bahan wax dapat dilunakkan dengan proses pemanasan dan
kemudian dapat berubah menjadi keras dengan proses pendinginan. Komponen utama dari bahan wax
terdiri dari:4

a. Mineral

b. Hewani

c. Tumbuh-tumbuhan

Mineral

Wax yang berasal dari bahan mineral diantaranya adalah Paraffin wax dan Microcrystallin wax. Kedua
wax tersebut diperoleh dari hasil residu petroleum yang mengalami pemanasan tinggi (penyulingan
minyak tanah). Komposisinya berupa campuran kompleks hidrokarbon, dimana paraffin wax memiliki
rantai hidrokarbon yang lurus dan sederhana, sedangkan microcrystallin wax memiliki rantai
hidrokarbon yang bercabang.4

2|Page
Paraffin wax secara umum merupakan komposisi utama dari wax dengan konsentrasi sekitar 40-60%.
Paraffin wax akan mencair pada suhu 48-70˚C dan cenderung memiliki sifat yang mudah pecah.
Sedangkan microcrystallin wax akan mencair pada suhu 65-90˚C dan memiliki sifat yang lebih
fleksibel dan lebih kuat. Penambahan beeswax pada paraffin dan microcrystallin wax akan
memperkecil sifat mudah pecah dari wax tersebut.

Hewani

Wax yang berasal dari serangga salah satunya adalah Beeswax. Beeswax akan mencair pada suhu 63-
73˚C. Beeswax akan mudah pecah pada suhu kamar, tetapi mudah dibentuk pada suhu tubuh. Beeswax
dapat ditambahkan atau dicampurkan dengan paraffin wax dengan tujuan untuk memodifikasi sifat
akhirnya. Efek penambahan beeswax tersebut adalah untuk membuat bahan yang tidak mudah pecah
dan untuk menurunkan daya alir pada suhu dibawah titik beku.

Tumbuh-tumbuhan

Wax yang berasal dari tumbuh-tumbuhan diantaranya adalah Carnauba wax dan Candelilla wax. Kedua
wax tersebut dapat diperoleh dari pohon dan tumbuh-tumbuhan. Kedua wax ini juga dapat
dicampurkan dengan paraffin wax untuk mengontrol suhu pelunakan dan memodifikasi sifat-sifatnya.

Carnauba wax akan mencair pada suhu 89-41˚C. Candelilla wax akan mencair pada suhu 68-75˚C.
Candelilla wax terutama digunakan untuk memperkeras paraffin wax dengan jalan menambahkan
candelilla wax dalam paraffin wax.

Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association), klasifikasi berdasarkan komposisi dari wax
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Klasifikasi wax

ADA (American Dental Association) mengklasifikasikan bahan wax menjadi 3 tipe :

2|Page
Klasifikasi wax

Pattern wax Processing Impression

1. Inlay 1. Boxing 1. Corrective

2. Casting 2. Utility 2. Bite Registration

Sheet 3. Sticky

Ready shapes

Wax-up

3. Base Plate

Pattern Wax

Digunakan untuk membentuk kontur restorasi gigitiruan yang telah ditentukan secara umum, nantinya
akan dibentuk dari bahan yang lebih tahan lama seperti alloy emas tuang, alloy cobalt-chromium-nikel,
atau resin poly(metil metakriliat).

- Base plate wax

Gambar 4.1 : Base Plate wax


(Sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fimg2.everychina.com)

2|Page
• Lilin/malam pelat landasan
• Komposisi: lilin lebah untuk memberi elastisitas, parafin, carnauba untuk memberi
kekerasan dan mengatur titik cair, zat warna estetis.
• Syarat:
- mudah dibentuk dalam keadaan lunak tanpa sobek dan patah
- mudah diukir
- larut dalam air panas tanpa residu
- tidak mencemari model
• Diperdagangkan dalam bentuk sheet/lembaran (14,5 x 7,5 x 2)mm
- Casting wax
Merupakan malam tuang/cor untuk membuat pola lilin gigi tiruan rangka logam. Aplikasi
pada model refractory. Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran dengan ketebalan
tertentu. Bahan malam tuang dan komponen polimer harus dibakar habis dari bumbung
tuang tanpa meninggalkan residu.

Gambar 4.2 : Casting wax


(Sumber : http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fi00.i.aliimg.com)

2|Page
- Inlay wax

Merupakan lilin tuang/cor . Digunakan untuk membuat pola lilin inlay, mahkota &
jembatan yang akan dicor dengan logam, yang dapat dipergunakan langsung di dalam
mulut atau dengan model.

Komposisi : campuran parafin, carnauba, lilin, lebah, candelila dan getah dammar,
serta zat warna

Gambar 4.3 : Inlay wax

(Sumber : http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.intelligentdental.com)

Processing wax

Paling banyak digunakan sebagai bahan tambahan (bahan bantu) dalam membuat berbagai restorasi
protesa, baik secara klinis maupun laboratorium, juga membantu memudahkan prosedur dalam
pembuatan gigitiruan.

- Boxing wax
Digunakan untuk memagar/membatasi cetakan sebelum diisi/dicor dengan gips. Dapat
dibentuk tanpa pemanasan. Disediakan dalam bentuk lembaran/batangan.

Gambar 4.4 : Boxing wax

(Sumber : http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.zingardi.it)

2|Page
- Utility wax
Dapat digunakan untuk berbagai keperluan (mendukung bahan cetak, batas perifer).
Diperdagangkan dalam bentuk lembaran atau batangan (merah tua & oranye). Komposisinya
terdiri dari lilin lebah, petroleum dan waxs softeners

Gambar 4.5 : Utility wax

(Sumber
:http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.carmelindustries.com)

- Sticky wax
Sebagai bahan perekat. Dapat melekat baik pada gips, akrilik& logam. Tersedia dalam warna
kunng, komposisinya mengandung resin, lilin lebah dan getah damar. Bahan ini hendaknya
mudah dilepas dengan air mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan
untuk mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak disambung. Komposisi : Resin,
beeswax, getah damar.

Gambar 4.6 : Sticky wax

(Sumber : http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.ultimatedental.com.au)

2|Page
Impression wax

Wax ini pertama kali dipergunakan untuk mengambil cetakan (mencetak rongga mulut) karena
dapat menunjukkan flow serta ductility yang tinggi, tetapi mudah mengalami distorsi ketika ditarik dari
daerah undercut. Oleh karena itu. Penggunaannya hanya untuk edontolous yang non undercut.
Misalnya; Corrective, Bite wax.

Gambar 4.7 : Impression wax

(Sumber : http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.aluwaxdental.com)

Sifat-sifat dental wax

Sifat-sifat Fisis

Sifat fisis malam yang paling sering ditanyakan adalah titik cairnya. Walaupun ini mungkin penting
dalam industri, tetapi tidak demikian halnya di kedokteran gigi dimana biasanya dipergunakan
campuran berbagai malam. Sifat fisis malam yang penting dalam pemakaiannya di kedokteran gigi
selain mengenai mudahnya dimanipulasi adalah:
a. Suhu transisi padat-padat
b. Ekspansi termis dan kontraksi termis
c. Aliran (Flow)
d. Tegangan Dalam (Internal stress)

2|Page
Suhu Transisi Padat-padat

Sewaktu suhu malam meningkat terjadi transisi padat-padat di mana bentuk kisi kristal yang stabil
(dalam kebanyakan malam berbentuk orthorhombic) mulai berubah menjadi bentuk hexagonal yang
terjadi di bawah titik cair malam tersebut. Selama perubahan dari bentuk satu kisi ke kisi lain ini
malam dapat dibentuk tanpa menyerpih, sobek atau terlalu stress.

Adanya titik transisi padat-padat dan suhu di mana ini bisa berlangsung tidak hanya memungkinkan
malam dimanipulasi dengan baik, tetapi juga menentukan banyak sifat-sifat fisisnya dan kebaikannya
untuk penggunaan di klinik dan laboratorium. Malam yang tetap kaku pada suhu mulut mempunyai
suhu transisi padat-padat di atas 37 C.

Ekspansi Termis dan Kontraksi Termis

Terjadi perubahan pada satuan luas dan panjang, yaitu berupa ekspansi (pemuaian) dan kontraksi
(mengerut). Sifat ini merupakan sifat kekurangan malam karena koefisien ekspansi termis suatu malam
lebih tinggi daripada koefisien ekspansi bahan kedokteran gigi lainnya dan suatu pola atau desain akan
kontraksi sewaktu didinginkan dari suhu cairnya ke suhu kamar. Dapat dilihat bahwa pada pendinginan
dari 37˚ ke 20˚C terjadi kontraksi linier sebesar 0,6% untuk malam yang mempunyai koefisien
ekspansi 350x10-6/˚C

Aliran

Malam berubah bentuk ketika menerima suatu beban dalam waktu yang lama. Perubahan plastis ini
atau presentase ‘aliran’ tergantung pada suhu, dan ini ternyata hanya sedikit bila suhu malam ada di
bawah suhu transisi padat-padat (yaitu apabila bahan berada dalam bentuk kisi kristal yang stabil).

Sifat aliran malam dan campuran malam meningkat apabila suhu naik sampai di atas suhu transisi.

Tegangan Dalam (Internal Stress)

Bila sebuah malam dibentuk atau ditekan untuk membentuknya tanpa pemanasan yang cukup sampai
di atas suhu transisi padat-padat, akan terbentuk tegangan dalam (internal stress) pada bahan.
Kemudian ketika dingin (malam kembali padat) dan bila dipanaskan kembali, tegangan dalam yang
ada akan lepas tetapi malam akan mengalami distorsi

2|Page
Cara manipulasi malam :
1. Merapikan basis model dengan pisau gips, memberi identitas pada basis model dengan pensil
tinta.
2. Gambar outline dengan pensil tinta pada model, perhatikan daerah frenulum, bebaskan daerah
tersebut, jika masih belum terampil menggambar outline dengan baik bisa menggunakan pensil
biasa terlebih dahulu, dan juga jika sudah disetujui oleh instrukur bisa menebalkan outline
dengan menggunakan pensil tinta.
3. Satu lembar baseplate wax dibagi menjadi dua bagian sama besar. Satu bagian baseplate wax
digunakan untuk RA dapat langsung dimanipulasi, untuk RB sebelum dimanipulasi bagian
baseplate wax dipotong berbentuk segitiga atau seperti huruf V.
4. Siapkan lampu spirtus dengan api yang sedang, kemudian baseplate/m/malam mulai
dimanipulasikan dengan cara memanaskan malam diatas lampu spirtus secara merata. Setelah
malam mencapai suhu transisi padat-padat letakkan lempeng malam diatas model kemudian
tekan-tekan dengan menggunakan ibu jari. Perhatikan saat menekan malam dengan ibu jari
jangan sampai merobek lembaran malam, jika malam menjadi keras panaskan kembali diatas
lampu spirtus.
5. Setelah semua permukaan malam menempel pada model, potong malam sesuai dengan garis
outline dengan menggunakan pisau model dan pisau malam sesuai dengan kebutuhan.
Merapikan seluruh tepi malam.
6. Hasil maksimal adalah seluruh malam dapat diaplikasikan pada model dengan ketebalan yang
sama dan tepi yang rapi sesuai garis outline, halus dan permukaannya rata.
7. Seluruh permukaan malam menempel rapat pada model sesuai dengan outline

Syarat malam kedokteran gigi


Malam yang dipergunakan di dunia Kedokteran Gigi harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Stabil pada suhu mulut

Dapat mengisi rongga cetak

Non iritan dan Non toxic

Tidak meninggalkan residu

Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan

2|Page
III. UMPAN BALIK
1. Pengertian dari wax ?

2. Sebutkan komposisi wax ?

3. Klasifikasi dari wax?

4. Bagaimana cara manipulasi wax?

5. Apa saja syarat dan sifat-sifat wax?

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. O’Brien Wj. Dental material and their selection. 3 rd ed. Canada: Quintessence Publishing Co,
Inc; 2002; p.82.
2. Manappallil JJ. Basic dental material. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers
Ltd; 2003, pp.250-63.
3. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 6th ed. Oxford: Blackwell Scientific
Publication;1972.p.33-5
4. Anderson, John N. Applied dental materials. 4th ed. England: Blackwell Scientific
Publication;1972. pp. 19,212,226-7.
5. Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed. London: Mosby Elsevier, 2007. pp. 216-22.

2|Page
2|Page

Anda mungkin juga menyukai