Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BIOLOGI

“PRESENTASI”

OLEH
 VICRORIA JENNIFER MADU
(X IPS 2/37)
 PUTU RIZAL PRASETYA ARTA WIBAWA
(X IPS 2/34)

SMA NEGERI 2 MENGWI


Tahun Ajaran 2020/2021
BAB III
“ANIMALIA (DUNIA HEWAN”

TOPIK
A. Apersepsi Masalah Dunia Hewan (animalia)
Selain memiliki berbagai jenis tumbuhan, Indoneisa juga memiliki
berbagai jenis hewan. Hewan dapat kita temui di berbagai tempat. Setiap
hewan memiliki cara hidup dan jenis makanan masing-masing. Hewan
yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misallnya kupu-
kupu, belalang, kucing, sapi, kambing, kuda, ayam, cacing, cecak,
nyamuk, lalat, dan lain sebagainya. Hewan-Hewan tersebut dimasukkan
ke dalam kingdom Animalia (dunia hewan). Hewan yang kita temui
sehari-hari hanya sebagian kecil dari dunia hewan. Masih banyak sekali
spesies hewan yang mungkin belum ketahui.
Secara garis besar, kindom Animalia (dunia hewan) dikelompokkan
menjadi hewan Invertebrata dan Vertebrata. Invertebrata merupakan
hewan tidak bertulang belakang, sedangkan Vertebrata merupakan
hewan yang tulang belakang. Invertebrata terbagi menjadi delapan (08)
filum, yaitu Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Plathyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, dan Arthropoda. Sedangkan
Vertebrata terbagi menjadi lima (05) kelas, yaitu Pisces, Amphibia,
Reptilia, Aves, dan Mammalia.
B. Ciri-Ciri Umum Animalia (dunia hewan)
Hewan merupakan makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri berbeda
dengan tumbuhan. Ciri yang paling membedakan antara hewan dengan
tumbuhan adalah hewan tidak mempunyai klorofil dan dapat bergerak
aktif. Hewan digolongan dalam kindom Animalia (duania hewan).
Kingdom Animalia atau hewan secara umum memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Makhluk Hidup Multiseluler (Memiliki banyak sel).
2. Bersifat Heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri).
3. Memerlukan Oksige.
4. Memiliki sel otot untuk penggerak dan sel saraf untuk
rangsangan.
5. Reproduksi Umumnya Seksual, namun beberapa filum juga
menggunakan reproduksi aseksual.
6. Bentuk Dewasanya selalu diploid (2n).

C. Klasifikasi Kingdom Animalia (dunia hewan)


Parah ahli mengklasifikasikan kindom animalia (dunia hewan)
berdasarkan ada tidaknya tulang belakang (Vertebrae) menjadi hewan
Invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) dan Vertebrata (hewan
betulang belakang).

D.Ciri-Ciri Umum Invertevrata (tidak bertulang)


Hewan invertebrata adalah hewan tanpa tulang punggung atau
kerangaka internal. Ciri ciri invertebrata:
 Tidak memiliki tulang belakang.
 Tidak memiliki tulang endoskeleton keras.
 Organisme multiseluler yang tidak memiliki dinding
sel.
 Mayoritas berukuran kecil.
 Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yaitu, kepala, dada
dan perut.
 Alat pernafasan menggunakan atau melalui kulit.
 Bereproduksi secara seksual dengan fungsi gamet
jantan dan betina.
 Tidak membuat makanan sendiri.

E.Klasifikasi Hewan Invertebrata (tidakber tulang)


Hewan Invertebrata terbagi menjadi delapan (08) filum sebagai
berikut.
1) Filum Porifera (hewan berpori atau sponge/spons)
Profera berasal dari Bahasa Latin “porus” (lubang kecil) dan “fere”
(membawa). Porifera adalah hewan yang mempunyai tubuh berpori dan
juga disebut sebagai hewan spons. Porifera merupakan anggota
animalia yang paling primitife. Sebagian besar porifera hidup dilaut dan
Sebagian kecil di air tawar. Porifera hidup secara heterotroph, serta
tersusun dari pinakosir dan koanosit.
a. Ciri-Ciri Porifera
1. Hewan multisesuler (bersel banyak) dengan tubuh
simetri radial (asimetri) dan berpori.
2. Bentuk tubuh menyerupai vas bunga atau piala yang
melekat pada dasar perairan.
3. Tubuh tersusun atas jaringan diploblastic atau terdiri
atas dua lapisan jaringan.
4. Tidak mempunyai organ mata, kepala, mulut, usus, dan
saraf.
5. Cara hidupnya dengan menetap (sessil) pada dasar
perairan.
6. Sebagian besar hewan hidup ini hidup dilaut dan hanya
Sebagian kecil yang hidup di air tawar.
b. Peran Porifera
Sisa spons dari Spongikka sp. Maupun Eusponia sp. Sering
dimanfaarkan sebagai spons penggosok mandi atau mencuci, dan
spons penggosok untuk membersihkan kaca. Selain itu, juga
manfaatkan sebagian hiasan yang ada pada akuarium.
c. Pengembangbiakan Porifera
Porifera memiliki kemampuan untuk mempertahankan
jenisnya dengan melakukan perkembangbiakan.
Perkembangbiakan porifera berlangsung secara seksual dan
aseksual. Secara seksual, dilakukan melalui peleburan sel sperma
dan sel telur pada porifera dewasa. Sel sperma dan sel telur yang
melebur merupakan dari individu yang berbeda, bukan bersal dari
individu yang sama karena porifera merupakan hewan hermaprodit
(memiliki dua sel kelamin dalam satu individu) Sel sperma dan sel
telur akan bertemu di dalam tubuh porifera dewasa, selanjtnya
mengalami peleburan sehingga terbentuk zigot didalam tubuhnya.
Selanjutnya zigot (dalam beberapa tulisan disebut larva) akan
keluar dari tubuh profera dewasa melalui spongocel atau mulut
oskulum untuk mencari substrat yang sesuai dengan kebutuhannya.
Larva ini sudah dilengkapi dengan flagel dan akan terbawa oleh
arus dan melekat pada substrat yang di tempatinya. Selanjutnya
tumbuh menjadi porifera baru. Secara aseksual, perkembangbiakan
dilakukan melalui pembentukan tunas yang disebut gemmule.
Gemul dapat lepas atau melekat pada induknya dan pada akhirnya
nanti akan tumbuh menjadi individu baru. Pada awalnya dinding
tubuh mengalami pembengkakan ke arah luar. selanjutnya
mengalami pembesaran dan pembentukan kuncup (tunas). Kuncup
ini kemudian akan lepas dan menjadi individu baru.
d. Siklus Hidup Porifera
Spons di daerah iklim sedang hidup sampai beberapa tahun,
tetapi beberapa spons tropis dan spons laut dalam dapat mencapai
umur 200 tahun atau lebih. Beberapa demospongia tumbuh 0.2 mm
per tahun, jika pertumbuhannya konstan, hewan dengan lebar 1 m
mungkin berumur 5000 tahun. Beberapa spons memulai reproduksi
seksual ketika berumur beberapa minggu, dan ada yang menunggu
sampai beberapa tahun.
2) Filum Coelenterata (hewan berongga)
Coelenterata sering disebut hewan berongga. Istilah Coelenterata
diambil dari bahasa Yunani “coilos” yaitu rongga, “enteron” yaitu usus.
Gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya
berongga, tetapi cukup disebut hewan berongga. Pemberian hewan
berongga sebetulnya tidak tepat karena Coelenterata adalah hewan yang
tidak mempunyai rongga tubuh sebenarnya (acoelomata), yang tidak
dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang disebut coelenteron
(rongga gastrovaskuler, rongga tempat terjadinya pencernaan dan
pengedaran sari-sari makanan).
a. Ciri-Ciri Coelenterata
1. Struktur tubuh diploblastik, terdiri atas: lapisan luar
(ektoderm) berfungsi untuk melindungi tubuh dan
sensasi, dan lapisan dalam (endoderm/
gastrodermis), berfungsi sebagai alat sekresi dan
pencernaan makanan. Di antara kedua lapisan
tersebut terdapat lapisan mesoglea. Lapisan
mesoglea bersifat non seluler seperti agar-agar dan
berfungsi sebagai tempat lalu lintasnya serabut saraf.
2. Punya mulut, dikelilingi tentakel
3. Bersel banyak, simetri radial
4. Sistem pencernaan makanan dilakukan secara
intrasel dan ektrasel.
5. Hidupnya bersifat polymorphise atau metagenesis,
terdiri atas bentuk polip dan mendusa.
6. Jenis kelamin: monoecius atau dioecius, larvanya
disebut planula.
7. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel epiteliomuskuler
yang terdapat pada lapisan ektoderm dan pada
bagian dasar gastodermis.
b. Peranan Coelenterata
1. Dalam Perairan berperan sebagai plankton.
2. Penyusun terumbu karang yang ada dilautan.
3. Pertumbuhan batu karang dipantai dapat menahan
abrasi daratan oleh ombak, tempat perkembangbiakan
biota laut, dan juga sebagai cendra mata.
c. Pengembangbiakan Coelenterata
Untuk memperbanyak diri, Coelenterata berkembang biak
secara aseksual dengan membentuk kuncup/tunas yang menempel
pada hewan induknya, yaitu pada kakinya dan akan membesar
sehingga terbentuk tentakel kemudian terlepas sehingga dapat
menjadi individu baru. Ada juga yang tetap melekat pada induknya
dan induknya tetap membentuk kuncup yang lain sehingga
terbentuklah koloni. Selain secara aseksual, Coelenterata dapat
juga berkembang biak secara seksual, yaitu dengan penyatuan
sperma dan sel telur yang akan terbentuk zigot. Sperma yang telah
masak dikeluarkan dalam air dan akan berenang menuju ovum.
Jika bertemu, terjadilah pembuahan dan zigot yang akan dihasilkan
tumbuh menjadi larva bersilia yang disebut planula. Zigot ini dapat
berenang meninggalkan induknya dengan tujuan agar tidak terjadi
perebutan makanan. Jika terdapat pada suatu perairan yang cocok,
maka akan tumbuh membentuk individu baru.
d. Siklus Hidup Coelenterata
Siklus hidup coelenterata diwakili oleh ubur-ubur dan Obelia sp.
Pada ubur-ubur (Aurelia aurita) daurnya yaitu medusa jantan/betina
⇒ sperma/sel telur ⇒ zigot ⇒ larva gastrula ⇒ larva planula⇒
skifistoma ⇒ strobila ⇒ efira. Adapun daur hidup pada Obelia sp
bentuk polip lebih dominan. Daur hidupnya yaitu medusa
jantan/betina ⇒ sperma/sel telur ⇒ zigot ⇒ larva planula ⇒ polip
muda ⇒ polip dewasa. Pada polip yang sudah dewasa akan berkoloni
dan terdapat polip reproduksi dan polip pencari makan.
3) Filum Platyhelminthes (cacing pipih)
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan).
Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu
merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.
a. Ciri-Ciri Platyhelminthes
1. Tubuh pipih, simetri bilateral, dan tidak berbuku-
buku.
2. Tidak Memiliki sistem peredaran darah.
3. Sistem ekskresi menggunakan sela pi.
4. Sistem saraf dengan dangdion.
5. Respirasi secra difusi melalui seluruh permukaan
tubuhnya.
6. Sistem pencernaan tidak sempurna (tidak memiliki
anu). Sistem pencernaan dengan gastrovaskuler.
b. Peranan Platyhelminthes
Umumnya Platyhelminthes merugikan manusia, sebab
merupakan parasit pada ternak maupun manusia.
c. Perkembangbiakan Platyhelminthes
Cacing pipih dapat berkembang biak secara aseksual dan
secara seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan
tubuh. Tiaptiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian yang
hilang. Cara ini biasa dilakukan oleh Tubellaria sp. Secara seksual
baru bisa dilakukan dengan perkawinan silang meskipun cacing
pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus
kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan, kemudian
menetas menjadi embrio yang mirip induknya.
d. Siklus Hidup Platyhelminthes
1. Fasciola hepatica
Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) ->
siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) ->
sporokista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput ->
menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista
(metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica)
-> usus -> hati -> sampai dewasa.
2. Clonorchis sinensis
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air ->
sporokista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria
-> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di
ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan
-> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa.
3. Schistosoma javanicum
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air ->
sporokista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria
-> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia ->
pembuluh darah vena.
4. Taenia saginata / Taenia solium
Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi ->
babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah
-> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia
(sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) ->
sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces.
4) Filum Nemathelminthes (cacing gajing)
atau Aschelminthes adalah filum yang pernah dipakai pada
Kerajaan Hewan (Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak
digunakan lagi karena polifiletik. Meskipun demikian,
pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk kemudahan.
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai
cacing gilig: hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang,
bahkan sangat panjang sehingga muncullah nama 'Nemathelminthes',
yang berarti "cacing berkas" (dari bahasa Yunani). Tubuhnya tidak
beruas-ruas.
a. Ciri-Ciri Nemathelminthes
1. Cacing jantan berukuran lebih kecil dari pada
cacing betina.
2. Tubuh berbentuk gilig (bulat panjang) dan tidak
beruas.
3. Alat pencernaan sempurna (sudah memiliki mulut
dan anus).
4. Belum mempunyai alat resepsi (pertukaran gas
berlangsung difusi).
5. Reproduksi secara seksual, Ovipiar, dan jenis
kelamin terpisah (gonochorics).
b. Peranan Nemathelminthes
Banyak cacing Nemathelminthes yang merugikan, karena
parasite pada manusia dan hewan dapat menyebabkan
ascariasis, filirias, trichinosis, dan anemia.
c. Perkembangbiakan Nemathelminthes
Sebagian besar nematoda tergolong dioecious. Pembuahan
terjadi ketika hewan jantan menggunakan spine untuk membuka
saluran pembiakan betina dan memasukkan sperma ke dalamnya.
Spine ialah benda keras dan kaku yang khusus untuk mengadakan
pembuahan. Sperma nematoda unik karena tidak memiliki flagela
dan bergerak menggunakan pseudopodia (sitoplasma sementara
yang berfungsi sebagai alat gerak), seperti Amoeba. Perkembangan
dari telur yang dibuahi biasanya terjadi secara langsung.
d. Siklus Hidup Nemathelminthes
Secara autoinfeksi (menginfeksi diri sendiri), yaitu
cacingbetina bertelur di sekitar anus yang menyebabkan rasa gatal.
Pada saat digaruk akan menempel pada jari, sehingga pada saat
makan akan terbawa ke usus halus dan menetas.
5) Filum Annelida (cicin atau gelang)
Dari bahasa Latin anellus, "cincin kecil” adalah filum luas
yang terdiri dari cacing bersegmen, dengan sekitar 15.000 spesies
modern, antara lain cacing tanah, pacet dan lintah. Filum ini
ditemukan di sebagian besar lingkungan basah, seperti air tawar
dan di laut. Panjang anggotanya mulai dari di bawah satu
milimeter sampai tiga meter. Filum ini dikelompokkan menjadi
tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a. Ciri-Ciri Annelida
1. Bentuk gilig dan bersegmen. Tiap segmen yang
sama disebut metameri.
2. Tiap segmen mengandung alat pengeluaran,
reproduksi, dan saraf.
3. Sistem sarah tangga tali.
4. Sistem sirkulasi darah terbuka.
b. Peranan Annelida
1. Serbuk cacing tanah dikemas dalam kapsul yang
diyakini dapat menjadi obat tipes.
2. Zaman dulu lintah digunakan dalam bidang
kedokteran, terutama untuk menyedot darah kotor
atau cairan nanah dari bagian tubuh tertentu.
3. Di alam bebas lintah bersifat ektoparasit yang
merugikan bagi hewan bahkan manusia, karena
dapat menyebabkan kehilangan darah.
4. Digunakan untuk bahan pembuatan konsentrat
makanan ternak, khususnya ikan.
5. Dalam bidang pertanian cacing tanah membantu
degrasi sampah organic menjadi zat anorganik dan
memperbaiki aerasi (pengudaraan) tanah.
c. Perkembangbiakan Annelida
Annelida bersifat monoecious atau dioecious. Sebagian
anggota annelida ada yang memiliki fase larva, tetapi ada
juga yang tidak. Apabila memiliki larva, biasanya larva
bertipe trokofor. Selain itu, sebagian besar anggota annelida
juga dapat berkembang biak secara aseksual dengan
fragmentasi maupun secara seksual yang kadang hermafrodit
(cacing tanah).
d. Siklus Hidup Annelida
1. Telur Peletakan:Cacing tanah, mungkin Annelida
paling akrab, sebelum bertelur ,Dua cacing
mengikatkan diri satu samalain sementara cacing
setiap melewati paket sperma yang lain.Setelah
kawin, itu, luas pelana seperti band pada cacing
(disebut clitellum) mengeluarkan selubung lendir
yang mulai bergerak ke arah kepala dari worm.
Ketika bergerak maju, cacing mengeluarkan sperma
dan telur ke dalam sarungnya, yang akhirnya
membentuk kepompong telur. Annelida Terestrial
bertelurdi dalam tanah, sedangkan air Annelida
deposit atau melampirkan kokon telur mereka untuk
tanaman ataupada substrat tanah. Polychaetes laut
berubah menjadi tahap reproduksi disebut epitoke
sebelum kawin. Epitokes Para polychaete laki-
lakidan perempuan melepaskan spermadan telur ke
dalam air.
2. Tahap larva:Polychaetes laut memiliki tahap
larvayang hidup bebas, yang disebut "trochophore."
Trochophore akhirnyaberubah menjadi bentuk
dewasa.
3. Dewasa habitat yang baru menetas atau
bermetamorfosis Annelida menetap menjadi habitat
dewasa. Annelida dewasa Sebagian besar hidup
dalam tanah. Polychaetes laut hidup di substrat tanah
dari habitat perairan mereka. Beberapa polychaetes
laut membuat tabung di lumpur, dan tabung ini agak
kakumemberikan perlindungan. Annelida parasit
lainnya adalah hidup bebas.
4. Dewasa ekologi Annelida paling dewasa menelan
tanah, mencerna nutrisi organik dan mengeluarkan
sisa makanananorganik --- partikel pasir, misalnya.
Beberapa spesies parasit seperti lintah,
bagaimanapun, memakan organisme lain. Beberapa
spesies bahkan memangsa invertebrata lainnya.
6) Filum Mollusca (lunak)
Dari bahasa latin “molluscus” yaitu lunak merupakan hewan
triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk
semua hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai
jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya.
Molusca merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang
setelah filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis,
ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Moluska hidup di laut, air
tawar, payau, dan darat. Dari palung benua di laut sampai pegunungan
yang tinggi, bahkan mudah saja ditemukan di sekitar rumah kita.
a. Ciri- Ciri Mollusca
1. Tubuh bersifst simetri bilateral, terbungkus dalam
cangkang berkapur.
2. Tubuh lunak ranpa rangka.
3. Sudah memiliki sistem pencernaan, peredaran darah,
respirasi, ekskresi, reproduksi, dan sistem saraf.
4. Memiliki sifat kosmopolit, arinya hewan ini terdapat
dimana-mana.
5. Hidup didarat maupun perairan.
b. Peranan Mollusca
1. Menghasilkan butiran mutiara (kerrang Mutiara).
2. Sebagai sumber protein hewan (cumi-cumi, kerang,
dan siput).
3. Untuk membuat cedera mata dari cangkang.
4. Menimbulkan kerusakan pada tanaman budi daya
(siput, dan keong).
5. Teredo navalis, hewan ini bisa menggali lubang pada
kayu di air asin.
c. Perkembangbiakan Mollusca
Sebagian besar mollusca memiliki jenis kelamin yang
berbeda (dioecious) dengan gonad (ovarium dan testis) yang
terletak di dalam massa viseral, tetapi beberapa keong dan bekicot
bersifat hermafrodit. Siklus hidup beberapa molussca laut juga
meliputi tahapan larva bersilia yang disebut trokofor (trochophore).
d. Siklus Hdiup Mollusca
Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing masing
organ seksual saling terpisah pada individu lain. Fertilisasi
dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan telur.
Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi
individu dewasa.
7) Filum Arthropoda (kaki beruas-ruas)
adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. Artropoda
biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk
berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Kata artropoda berasal dari
bahasa Yunani ἄρθρον árthron, "ruas, buku, atau segmen", dan πούς
pous (podos), "kaki", yang jika disatukan berarti "kaki berbuku-buku".
Artropoda juga dikenal dengan nama hewan berbuku-buku atau hewan
beruas.
a. Ciri-Ciri Arthropoda
1. Tubuh beruas-ruas dan terbagi atas caput (kepala),
torak (dada), dan abdomen (perut).
2. Memiliki rangka luar (eksoskeleton0 dari zat kitin.
3. Jenis kelamin teroisah (gonochoris). Beberapa jenis
mengalami parthenogenesis.
4. Habitatnya didarat, air tawar maupun dilaut.
5. Sistem saraf tangga tali.
6. Alat pernafasan bervariasi. Arthropoda darah
bernafas dengan trakea. Arthropoda air bernafas
dengan ingsang.
7. Alat ekskresinya berupa nefridium dan badan
malphigi.
b. Peran Arthropoda
1. Sebagai sumber protein hewai dan bernilai ekonomis
tinggi, seperti udang dan kepiting.
2. Membantu proses penguraian sampah organic,
karena kemampuannya memakan partikel-partikel
sampah (detritus) menjadi partikel yang lebih kecil,
seperti luwing atau lipan.
3. Sebagai vector (agen menular) berbagai penyakit,
seperti nyamuk Anopheles sp.
c. Perkembangbiakan Arthropoda
Dilakukan secara seksual dan aseksual (partenogenesis
dan paedogenesis). Sistem reproduksi arthropoda adalah
terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada juga hewan betina.
d. Siklus Hidup Arthropoda
Siklus hidup Arthropoda cukup beragam umumnya
melalui tahap berikut:
1. TELUR.
Telur arthropoda biasanya kaya akan kuning telur,
tetapi di semua kelompok terdapat spesies yang
memiliki sedikit kuning telur. Beberapa metode khusus
reproduksi ditemukan di antara arthropoda tertentu
termasuk pengembangan telur yang tidak dibuahi
(partenogenesis), kelahiran anak muda yang hidup
(vivipar), dan pembentukan beberapa embrio dari satu
telur yang dibuahi (poliembrioni).
2. LARVA.
Telur banyak krustasea menetas menjadi larva
yang memiliki segmen lebih sedikit daripada orang
dewasa. Tahap penetasan larva paling awal adalah satu
menit nauplius larva, yang hanya memiliki tiga pasang
pertama pelengkap. Segmen dan pelengkap tambahan
kemudian muncul secara berkala dengan ganti kulit.
Ada beberapa keuntungan tahap larva dalam
pengembangan hewan air: Arus membubarkan larva,
memungkinkan beberapa untuk menetap di lokasi yang
berbeda dari induknya; karena banyak larva yang
mampu makan, lebih sedikit kuning telur di dalam
telur; dan, apalagi, larva planktonik tidak bersaing
dengan organisme dewasa bentik.
3. DEWASA.
Pada kebanyakan chelicerata dan serangga,
hampir semua segmen hadir pada saat menetas,
walaupun pada serangga bentuk tubuh mungkin
berbeda dari yang dimiliki oleh serangga dewasa.
Serangga primitif, seperti Ekor-pegas, memiliki bentuk
dewasa saat menetas. Banyak serangga, seperti
belalang, jangkrik, dan serangga sejati, menetas sebagai
nimfa, yang dangkal menyerupai dewasa tetapi tidak
memiliki sayap. Mereka secara bertahap mendapatkan
fitur-fitur dewasa ini selama perkembangan. Serangga
lain, seperti kumbang, kupu-kupu, ngengat, lalat, dan
tawon, menetas sebagai larva (belatung, ulat bulu) yang
sangat berbeda dari artropoda dewasa. Larva menghuni
lingkungan yang berbeda dan makan makanan yang
berbeda dari artropoda dewasa. Pada serangga ini, tahap
kepompong dengan metamorfosis menjembatani celah
antara larva dan bentuk dewasa.
8) Filum Echinodermata (hewan berkulit duri)
dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan
laut yang mencakup bintang laut, Teripang, dan beberapa kerabatnya.
Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum
ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies
yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Lima atau
enam kelas (enam bila Concentricycloidea dihitung) yang masih hidup
sekarang mencakup Asteroidea bintang laut: sekitar 1.500 spesies yang
menangkap mangsa untuk makanan mereka sendiri
 Concentricycloidea, dikenal karena sistem pembuluh air
mereka yang unik dan terdiri dari hanya dua spesies
yang baru-baru ini digabungkan ke dalam Asteroidea.
 Crinoidea (lili laut): sekitar 600 spesies merupakan
predator yang menunggu mangsa.
 Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena
duri mereka yang mampu digerakkan; sekitar 1.000
spesies.
 Holothuroidea (teripang atau ketimun laut): hewan
panjang menyerupai siput; sekitar 1.000 spesies.
 Ophiuroidea (bintang ular dan bintang getas), secara
fisik merupakan ekinodermata terbesar; sekitar 1.500
spesies.
a. Ciri-Ciri Echinodermata
1. Habitat dilaut.
2. Tubuh simetri radial dan permukaan tubuh
ditutupi oleh kulit berduri.
3. Memiliki 5 lengan tersusun ladier.
4. Tidak Memiliki sisrem respirasi dan ekskresi yang
khusus.
5. Sistem geral menggunakan ambulacral.
6. Sudah memiliki sistem pencernaan yang sempuna
dimana mulut sebagai jalan masuk makanan
berada di bagian bawah dan anus sebagai jalan
keluarnya sisa pencernaan berada disebelah atas.
b. Peranan Echinodermata
Peranan echinodermata yang menguntungkan antara
lain sebagai sumber makanan yang dapat dimanfaatkan
manusia seperti teripang. Echinodermata di laut adalah
sebagai detritivor yaitu pemangsa sisa-sisa hewan, kotoran,
dan bangkai di laut. Echinodermata juga diajadikan bahan
penelitian misalnya landak laut yang diamati fertllisasi dan
perkembangan awal embrionya. Peranan merugikan seperti
bintang laut yang merupakan predator tiram mutiara bersifat
merugikan pembudidaya tiram tersebut. Banyaknya landak
laut dapat menjadi ancaman manusia saat dipantai jika
terkena durinya.
c. Perkembangbiakan Echinodermata
Echinodermata berkembang biak melalui reproduksi
seksual. Reproduksi seksual pada anggota filum ini
umumnya melibatkan hewan jantan dan betina yang terpisah
(dioecious) dan pembebasan gamet dilakukan di air. Hewan
dewasa yang radial berkembang dari larva bilateral melalui
proses metamorfosis.

F. Ciri- Ciri Umum Vertebrata (Bertulang Belakang)


1. Mempunyai ruas-ruas tulang belakang.
2. Mmempunyai cranium (tulang tengkorak), sehingga
Vertebrata disebut juga craniate.
3. Memiliki sepasang mata dan sepasang telinga.
4. Memiliki rahang dua pasang (kecuali pada Agantha).
5. Memiliki sistem saraf pusat yang berkembang baik.
6. Kelamin terpisah, teteapi ada yang hermafrodit.
7. Fertilisasi internal atau eksternal, ovipar, ovovipipar, dan
vivipar.

G. Klasifikasi Hewan Veterbrata (bertulang belakang)


Vertebrata berdasarkan penutup tubuh, alat gerak, dan cara
berkembang bial dibedakan menjadi lima (05) kelas sebagai berikut.
1) Pisces (ikan)
a. Ciri-Ciri Pisces
1. Bersifat poikiloterm atau berdarah dingin.
2. Otak bungkus cranium (tulang kepala).
3. Bergerak dengan menggunakan sirip, yang terdiri
atas sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip
belakang, sirip ekor.
4. Ikan diselimuti oleh sisik yang berlendir untuk
memudahkan gerakkannya.
5. Ginjal bertipe pronefrs dab nesonefros.
6. Berkembang biak secara ovipar (bertelur) dengan
pembuatan ekternal.
7. Hewan akuatik, bernapas dengan insang, dan
bergerak dengan sirip.
b. Peranan Pisces
Yaitu yang pada daging ikan merupakan sumber protein
tinggi dan mengandung asam lemak yang tak jenuh. Kulit
ikan tertentu dapat disamak untuk dibuat tas, dompet, sepatu
dan juga jaket. Dapat dipelihara sebagai ikan hias di
aquarium.
c. Perkembangbiakan Pisces
Sistem reproduksi ikan melalui fertilisasi atau pembuahan.
Proses fertilisasi pada ikan ada dua cara, yaitu fertilisasi
internal (pembuahan di dalam) dan fertilisasi eksternal
(pembuahan di luar). Akan tetapi, sebagian besar ikan
melakukan fertilisasi eksternal.
1. Fertilisasi Internal
Ikan yang melakukan fertilisasi internal adalah ikan
jenis ovovivipar (bertelur dan beranak). Fertilisasi terjadi
di dalam tubuh ikan betina, diawali dengan masuknya
sperma ke sel telur (oosit) melalui mikrofil. Meskipun
terdapat banyak sperma yang hendak masuk, akan tetapi
umumnya hanya satu sperma yang dapat membuahi sel
telur. Oosit yang telah dibuahi tersebut kemudian
membentuk zigot dan selanjutnya berkembang menjadi
embrio. Embrio mengalami penyempurnaan bentuk
menjadi anak ikan yang mirip dengan induknya. Ikan yang
berkembangbiak secara ovovivipar adalah ikan dari famili
Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly.
2. Fertilisasi Eksternal
Pada umumnya, ikan jenis ovipar akan melalukan
fertilisasi eksternal. Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur
dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh ikan jantan.
Proses pembuahan sel telur oleh sel sperma berlangsung di
luar tubuh ikan. Pada saat ikan betina bertelur
mengeluarkan ovum, ikan jantan mendekati telur-telur
tersebut sambil mengeluarkan spermatozoid. Apabila
ovum bertemu dengan spermatozoid, maka terjadilah
fertilisasi (pembuahan) yang menghasilkan zigot untuk
kemudian tumbuh dan berkembang menjadi embrio ikan.
3. Siklus Hidup Pisces
Pada beberapa kondisi terkadang siklus hidup juga
dapat dikatakan sebagai daur hidup. Ikan sendiri merupakan
salah satu jenis hewan vertebrata yang mendiami kawasan
perairan. Ikan dapat kita temukan dengan berbagai macam
jenis yang berbeda-beda. Namun, secara garis besar terdapat
dua golongan yang bisa kita temukan yaitu ikan air tawar dan
ikan air asin. Keduanya bisanya dibedakan pada jaringan
hewan yang ada di tubuh ikan itu sendiri. Namun, secara
garis besar siklus hidup ikan air tawar dan ikan air asin tidak
lah berbeda jauh.
2) Amphibi (katak)
a. Ciri-Ciri Amphibi
1. Bersifat poikiloterm atau berdrah dingin.
2. Tubuh terdiri atas kepala, badan, anggota gerak, dan
tidak punya leher.
3. Pada beberapa jenis katak memiliki kulit dengan
kelenjar mukosa atau kelenjar racun.
4. Sebagian mengalami metamorphosis sempurna.
5. Alat pernafasan larva dengan insang, saat dewasa
dengan paru-paru.
6. Berkembang biak secara ovipar (bertelur) dengan
fertilisasi eksternal.
7. Habitat saat larva diair, saat dewasa didarat.
b. Perkembangbiakan Amphibia
Dengan cara fertilisasi eksternal. Fertilisasi eksternal
biasanya sel telur (ovum) dibentuk dalam jumlah
besar/banyak, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih
kecil dari pada pembuahan secara internal dan dapat pula
terjadi karena hewan tersebut tidak memiliki alat kelamin
luar. Fertilisasi eksternal memerlukan media air atau tempat
yang basah.Pada katak, saat akan melakukan fertilisasi, katak
jantan akan menempel pada punggung betina sambil
menekan perut betina dengan menggunakan kaki bagian
depan dan merangsang pengeluaran telur kedalam air. Setiap
telur yang dikeluarkan diseliputi oleh selaput telur (membran
vitelin). Hal tersebut dikenal dengan amplexus. Bersamaan
dengan itu, katak jantan akan mengeluarkan sperma untuk
membuahi sel telur tersebut, sehingga terjadilah fertilisasi.
c. Siklus Hidup Amphibia
Siklus hidup kebanyakan amfibi dibagi menjadi dua
tahap. Pada tahap pertama, amfibi hidup di dalam air dalam
bentuk yang belum matang yang disebut larva. Pada katak
dan kodok, larva juga disebut berudu. Larva memulai
hidupnya dengan insang, yang memungkinkannya untuk
bernapas di bawah air seperti ikan. Tahap larva dapat
berlangsung dari beberapa minggu sampai lima tahun,
tergantung pada spesiesnya. Pada tahap kedua, larva
berkembang menjadi bentuk dewasa. Pada kebanyakan
spesies, hewan akan kehilangan insang dan mengembangkan
paru-paru. Mereka kemudian akan mampu hidup di darat,
setidaknya di sebagian besar waktunya.
3) Reptilia (hewan melata)
a. Ciri-Ciri Reptilia
1. Berdarah dingin (poikiloterm)
2. Kulit sangat keras karena adanya zat kapur (kitin),
kering, dan bersisik dari zat tanduk.
3. Berkembang biak dengan bertelur dan ada juga yang
bertelur dan beranak. Pembuahan terjadi dalam
tubuh induk betina (internal).
4. Bernafas dengan paru-paru.
b. Peranan Reptilia

c. Perkembangbiakan Reptilia
sebagian besar dilakukan secara ovipar (bertelur).
Ovipar adalah embrio yang berkembang dalam telur dan
dilindungi oleh cangkang. Ada juga sebagian reptil yang
berkembangbiak dengan ovovivipar (bertelur dan beranak).
Contoh reptil yang berkembangbiak dengan ovovivipar
adalah ular dan kadal.
d. Siklus Hidup Reptilia
Reptil dewasa setelah bereproduksi akan bertelur,
embrio dalam telur tersebut kemudian akan menetas dan
tumbuh menjadi reptile remaja. Reptil remaja sudah bisa
bertahan hidup sendiri, mereka dapat memangsa makanannya
dan tumbuh menjadi reptil dewasa. Setelah dewasa, reptil
kemudian dapat berkembang biak menghasilkan telur.
4) Aves (burung)

Anda mungkin juga menyukai