Anda di halaman 1dari 19

Home » Gangguan Sistem Penglihatan Pada Lansia (Asuhan Keperawatan)

Gangguan Sistem Penglihatan Pada Lansia (Asuhan


Keperawatan)
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jarak pada otak ke lobus
oksipital di mana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi,
tentunya banyak perubahan yang terjadi, di antaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar
pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis balk pada pria maupun wanita. Konjungtiva
menipis dan berwarna kekuningan, produksi air mata oleh kelenjar lakrimalis yang berfungsi
untuk melembapkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan cenderung cepat menguap,
sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.

Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi
terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-
angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk
menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan marun
tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang
(sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera. Sementara cahaya
menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-
objek dengan jelas. Semua hal di atas dapat memengaruhi kemampuan fungsional para lansia.

1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut
- Ukuran pupil mengecil.
- Pemakaian kacamata.
- Penglihatan ganda.
- Sakit pada mata seperti glaukoma dan katarak.
- Mata kemerahan.
- Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).
- Kesulitan memasukkan benang ke lubang jarum.
- Permintaan untuk membedakan kalimat.
- Kesulitan/kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAK/BAB, serta berpindah).

2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan adalah
sebagai berikut:
- Gangguan persepsi sensorik: penglihatan.
- Risiko cedera: jatuh.
- Gangguan mobilitas fisik.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
- Kurang pengetahuan.
- Kecemasan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut:
- Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien.
- Pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien.
- Beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu.
- Bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih.
- Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu, penglihatan seperti kacamata dan penatalaksanaan
medis untuk katarak.
- Berikan penerangan yang cukup.
- Hindari cahaya yang menyilaukan.
- Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis.
- Periksa kesehatan mata secara berkala.

Daftar Pustaka
Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya Oleh Siti Maryam

Baca Juga:
 October 7, 2010 -- Asuhan Keperawatan (Askep) Meningitis
Secara ringkas, pengertian dari meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membran (selaput) yang
mengelilingi otak dan medula spinalis. Penyebab meningitis meliputi: 1) bakteri, piogenik yang disebabkan
oLeh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influensa; 2) v...
 July 31, 2010 -- Teori-teori tentang Penuaan
Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses menua, proses penuaan
pada tingkat sel, proses penuaan menurut sisem tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan. Teori-
teori tentang penuaan sudah banyak yang clikemukakan, namun tidak seinuanya bisa diterima. T...
 October 10, 2010 -- Asuhan Keperawatan Bayi Ikterus
Riwayat penyakit. Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
golongan darah ABO). Polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran
pencernaan, ibu menderita DM....
 October 3, 2010 -- Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil
Pengkajian fisik harus dilakukan secara komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas kesehatan saat
melakukan pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan yang bai...
 June 19, 2010 -- Kode Etik Keperawatan
Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat Tanggung jawab utama perawat adalah
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
menjalankan tugasnya, perawat perlu meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dengan menghargai
nilai-nilai yang ada di ma...

00196421631143 FORID:10 UTF-8

Obat-obatan Yg Digunakan Selama Kehamilan


DEFINISI
WHO memperkirakan sebanyak lebih dari 90% wanita hamil yang mengkonsumsi obat yang diresepkan
maupun obat bebas, obat sosialisasi (misalnya alkohol atau tembakau) atau obat terlarang.
2-3% dari seluruh cacat bawaan disebabkan oleh obat-obatan.

Obat berpindah dari ibu ke janin terutama melalui plasenta (ari-ari), yaitu melalui jalan yang sama yang
dilalui oleh zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Di dalam plasenta, obat dan zat gizi di dalam darah ibu melewati selaput tipis yang memisahkan darah
ibu dengan darah janin.

Obat yang diminum oleh wanita hamil bisa mempengaruhi janin melalui beberapa cara:
# Secara langsung bekerja pada janin, menyebabkan kerusakan, kelainan perkembangan atau kematian
# Mempengaruhi fungsi plasenta, biasanya dengan cara mengkerutkan pembuluh darah dan
mengurangi pertukaran oksigen dan zat gizi diantara janin dan ibu
# Menyebabkan otot rahim berkontraksi sekuat tenaga, yang secara tidak langsung mencederai janin
dengan mengurangi aliran darah ke janin.

Pengaruh obat terhadap janin tergantung kepada tingkat perkembangan janin dan dosis serta kekuatan
obat.
Obat tertentu yang diminum pada awal kehamilan (sebelum hari ke 17 setelah pembuahan), bisa
menyebabkan kematian janin atau tidak mempengaruhi janin sama sekali. Pada saat ini janin sangat
kebal terhadap cacat bawaan.

Pada hari ke 17-57 setelah pembuahan (dimana organ tubuh mulai terbentuk), janin sangat rentan
terhadap terjadinya cacat bawaan.
Obat yang sampai ke janin bisa menyebabkan keguguran, cacat bawaan yang terlihat jelas atau cacat
yang baru tampak di kemudian hari.

Obat yang diminum setelah organ tubuh janin terbentuk sempurna, memiliki peluang yang kecil untuk
menyebabkan cacat bawaan yang nyata, tetapi bisa menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan dan
fungsi organ dan jaringan yang telah terbentuk secara normal.

OBAT ANTI-KANKER

Jaringan janin tumbuh dengan kecepatan tinggi, karena itu sel-selnya yang membelah dengan cepat
sangat rentan terhadap obat anti-kanker.
Banyak obat anti-kanker yang bersifat teratogen, yaitu dapat menyebabkan cacat bawaan seperti:
- IUGR (intra uterine growth retardation, hambatan pertumbuhan di dalam rahim)
- Rahang bawah yang kurang berkembang
- Celah langi-langit mulut
- Kelainan tulang tengkorak
- Kelainan tulang belakang
- Kelainan telinga
- Clubfoot (kelainan bentuk kaki)
- Keterbelakangan mental.

TALIDOMID
Obat ini sudah tidak diberikan lagi kepada wanita hamil karena bisa menyebabkan cacat bawaan.
Talidomid pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 di Eropa sebagai obat influenza dan obat
penenang.
Pada tahun 1962, talidomid yang diminum oleh wanita hamil pada saat organ tubuh janinnya sedang
terbentuk, ternyata menyebabkan cacat bawaan berupa lengan dan tungkai yang terbentuk secara tidak
sempurna, kelainan usus, jantung dan pembuluh darah.

PENGOBATAN KULIT

Isotretinoin yang digunakan untuk mengobati jerawat yang berat, psoriasis dan kelainan kulit lainnya
bisa menyebabkan cacat bawaan.
Yang paling sering terjadi adalah kelainan jantung, telinga yang kecil dan hidrosefalus (kepala yang
besar). Resiko terjadinya cacat bawaan adalah sebesar 25%.

Etretinat juga bisa menyebabkan cacat bawaan.


Obat ini disimpan di dalam lemak dibawah kulit dan dilepaskan secara perlahan, sehingga efeknya masih
bertahan sampai 6 bulan atau lebih setelah pemakaian obat dihentikan. Karena itu seorang wanita yang
memakai obat ini dan merencanakan untuk hamil, sebaiknya menunggu paling tidak selama 1 tahun
setelah pemakaian obat dihentikan.

HORMON SEKSUAL

Hormon androgenik yang digunakan untuk mengobati berbagai kelainan darah dan progestin sintetis
yang diminum pada 12 minggu pertama setelah pembuahan, bisa menyebabkan terjadinya maskulinisasi
pada kelamin janin perempuan.
# Klitoris bisa membesar dan labia minora menutup.
Efek tersebut tidak ditemukan pada pemakaian pil KB karena kandungan progestinnya hanya sedikit.

Dietilstilbestrol (DES, suatu estrogen sintetis) bisa menyebabkan kanker pada anak perempuan yang
ibunya memakai obat ini selama hamil.
Anak perempuan ini di kemudian hari akan:
- memiliki kelainan dalam rongga rahim
- mengalami gangguan menstruasi
- memiliki serviks (leher rahim) yang lemah sehingga bisa mengalami keguguran
- memiliki resiko menderita kehamilan ektopik
- memiliki bayi yang meninggal sesaat sebelum atau sesaat sesudah dilahirkan.

Jika ibu hamil yang memakai DES melahirkan anak laki-laki, maka kelak dia akan memiliki kelainan pada
penisnya.

MECLIZIN

Meclizin yang sering digunakan untuk mengatasi mabok perjalanan, mual dan muntah, bisa
menyebabkan cacat bawaan pada hewan percobaan. Tetapi efek seperti ini belum ditemukan pada
manusia.

OBAT ANTI-KEJANG

Beberapa obat anti-kejang yang diminum oleh penderita epilepsi yang sedang hamil, bisa menyebabkan
terjadinya celah langit-langit mulut, kelainan jantung, wajah, tengkorak, tangan dan organ perut pada
bayinya. Bayi yang dilahirkan juga bisa mengalami keterbelakangan mental.

2 obat anti-kejang yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah trimetadion (resiko sebesar 70%) dan
asam valproat (resiko sebesar 1%).
Carbamazepine diduga menyebabkan sejumlah cacat bawaan yang sifatnya ringan.

Bayi baru lahir yang selam dalam kandungan terpapar oleh phenitoin dan phenobarbital, bisa mudah
mengalami perdarahan karena obat ini menyebabkan kekurangan vitamin K yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah.
Efek ini bisa dicegah bila selama 1 bulan sebelum persalinan, setiap hari ibunya mengkonsumsi vitamin K
atau jika segera setelah lahir diberikan suntikan vitamin K kepada bayinya.
Selama hamil, kepada penderita epilepsi diberikan obat anti-kejang dengan dosis yang paling kecil tetapi
efektif dan dipantau secara ketat.

Wanita yang menderita epilepsi, meskipun tidak memakai obat anti-kejang selam hamil, memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan cacat bawaan. Resikonya semakin tinggi
jika selama hamil sering terjadi kejang yang berat atau jika terjadi komplikasi kehamilan atau jka berasal
dari golongan sosial-ekonomi yang rendah (karena perawatan kesehatannya tidak memadai).

VAKSIN

Vaksin yang terbuat dari virus yang hidup tidak diberikan kepada wanita hamil, kecuali jika sangat
mendesak.
Vaksin rubella (suatu vaksin dengan virus hidup) bisa menyebabkan infeksi pada plasenta dan janin.

Vaksin virus hidup (misalnya campak, gondongan, polio, cacar air dan demam kuning) dan vaksin lainnya
(misalnya kolera, hepatitis A dan B, influensa, plag, rabies, tetanus, difteri dan tifoid) diberikan kepada
wanita hamil hanya jika dia memiliki resiko tinggi terinfeksi oleh salah satu mikroorganismenya.

OBAT TIROID

Yodium radioaktif yang diberikan kepada wanita hamil untuk mengobati hipertiroidisme (kelenjar tiroid
yang terlalu aktif) bisa melewati plasenta dan menghancurkan kelenjar tiroid janin atau menyebabkan
hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) yang berat.

Propiltiourasil dan metimazol, yang juga digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, bisa melewati
plasenta dan menyebabkan kelenjar tiroid janin sangat membesar.
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

Obat hipoglikemik oral digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes, tetapi
seringkali gagal mengatasi diabetes pada wanita hamil dan bisa menyebabkan bayi yang baru lahir
memiliki kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia). Karena itu untuk mengobati diabetes pada
wanita hamil lebih baik digunakan insulin.

NARKOTIKA & OBAT ANTI PERADANGAN NON-STEROID

Narkotika dan obat anti peradangan non-steroid (misalnya aspirin), jika diminum oleh wanita hamil bisa
sampai ke janin dalam jumlah yang cukup signifikan.
Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotika bisa mengalami kecanduan sebelum dilahirkan dan
menunjukkan gejala putus obat dalam waktu 6 jam - 8 hari setelah dilahirkan.

Mengkonsumsi aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya dalam dosis tinggi selama hamil,
bisa memperlambat saat persalinan dan juga bisa menyebabkan tertutupnya hubungan antara aorta dan
arteri pulmoner sebelum lahir.
Dalam keadaan normal, hubungan tersebut menutup sesaat setelah bayi lahir. Penutupan yang terjadi
sebelum bayi lahir akan mendorong darah ke paru-paru yang belum berkembang sehingga memberikan
beban yang berlebihan pada sistem peredaran darah janin.

Jika digunakan pada akhir kehamilan, obat anti peradangan non-steroid bisa menyebabkan
berkurangnya jumlah cairan ketuban.
Aspirin dosis tinggi bisa menyebabkan perdarahan pada ibu maupun bayinya.
Aspirin atau asam salisilat lainnya bisa menyebabkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah janin
sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) dan kadang kerusakan otak.

OBAT ANTI-CEMAS & ANTI-DEPRESI

Jika diminum pada trimester pertama, obat anti-cemas bisa menyebabkan cacat bawaan, meskipun
efeknya belum terbukti.
Jika digunakan selama hamil, obat anti-depresi kebanyakan relatif aman, tetapi litium bisa menyebabkan
cacat bawaan (terutama pada jantung).
Barbiturat (misalnya phenobarbital) yang diminum oleh wanita hamil cenderung menyebabkan
berkurangnya jaundice yang biasa ditemukan pada bayi baru lahir.

ANTIBIOTIK

Tetracyclin bisa melewati plasenta dan disimpan di dalam tulang serta gigi janin, bercampur dengan
kalsium. Akibatnya pertumbuhan tulang menjadi lambat, gigi bayi berwarna kuning dan emailnya lunak
serta menjadi rentan terhadap karies.
Resiko terbesar terjadinya kelainan gigi terjadi jika tetrasiklin diminum pada pertengahan sampai akhir
kehamilan.

Streptomycin atau Canamycin bisa menyebabkan kerusakan pada telinga bagian tengah janin dan
kemungkinan menyebabkan ketulian.
Chloramphenicol tidak berbahaya bagi janin tetapi bisa menyebabkan penyakit yang serius pada bayi
baru lahir, yaitu sindroma bayi abu-abu.

Ciprofloxacin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil karena bisa menyebabkan kelainan sendi pada
hewan percobaan.
Penicillin aman diberikan kepada wanita hamil.

Kebanyakan antibiotik golongan sulfa yang diminum di akhir kehamilan bisa menyebabkan jaundice
pada bayi baru lahir, yang bisa menyebabkan kerusakan otak.

OBAT ANTIKOAGULAN

Janin sangat rentan terhadap antikoagulan (obat anti pembekuan) warfarin. Cacat bawaan terjadi pada
25% bayi yang terpapar oleh obah ini selama trimester pertama. Selain itu, bisa terjadi perdarahan
abnormal pada ibu maupun janin.
Jika seorang wanita hamil memiliki resiko membentuk bekuan darah, lebih baik diberikan heparin.
Tetapi pemakaian jangka panjang selama kehamilan bisa menyebabkan penurunan jumlah trombosit
atau pengeroposan tulang (osteoporosis) pada ibu.

OBAT-OBAT UNTUK PENYAKIT JANTUNG & PEMBULUH DARAH

Beberapa wanita hamil memerlukan obat untuk penyakit jantung dan pembuluh darah yang sifatnya
menahun atau yang baru timbul selama kehamilan (misalnya pre-eklamsi dan eklamsi).

Obat untuk menurunkan tekanan darah seringkali diberikan kepada wanita hamil yang menderita pre-
eklamsi atau eklamsi. Obat in bisa mempengaruhi fungsi plasenta dan digunakan secara sangat hati-hati
untuk mencegah kelainan pada janin.
Biasanya, kelainan timbul karena penurunan tekanan darah ibu berlangsung terlalu cepat dan
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta.

ACE inhibitor dan thiazide biasanya tidak digunakan selama kehamilan karena bisa menyebabkan
masalah yang serius pada janin.
Digoxin (digunakan untuk mengatasi gagal jantung dan kelainan irama jantung) bisa melewati plasenta
tetapi efeknya terhadap bayi sebelum maupun setelah lahir sangat kecil.

Nitrofurantoin, vitamin K, sulfonamid dan Chloramphenicol bisa menyebabkan pemecahan sel darah
merah pada wanita hamil dan janin yang menderita kekurangan G6PD. Karena itu, obat-obatan tersebut
tidak diberikan kepada wanita yang menderita kekurangan G6PD.

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN SELAMA PERSALINAN

Obat bius lokal, narkotika dan obat pereda nyeri lainnya biasanya melewati plasenta dan bisa
mempengaruhi bayi baru lahir.
Karena itu, jika selama proses persalinan diperlukan obat-obatan, maka diberikan efek terkecil yang
masih efektif dan diberikan selambat-lambatnya agar tidak sempat sampai ke janin yang masih berada
dalam rahim.

OBAT SOSIALISASI & OBAT TERLARANG

Merokok selama hamil bisa berbahaya.


Berat badan lahir rata-rata dari bayi yang ibunya perokok adalah 170 gram lebih rendah dari bayi yang
ibunya tidak merokok.
Keguguran, kelahiran mati, lahir prematur dan sindroma kematian bayi mendadak lebih sering
ditemukan pada bayi yang ibunya merokok selama hamil.

Meminum alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.


Bayi yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar bisa mengalami sindroma
alkohol. Bayi ini kecil, seringkali memiliki kepala yang kecil (mikrosefalus), kelainan wajah dan kelainan
mental. Kadang terjadi kelainan sendi dan kelainan jantung. Bayi ini tidak berkembang dan kemungkinan
akan meninggal sesaat setelah dilahirkan.

Aspartam adalah pemanis buatan yang tampaknya aman digunakan selama hamil asalkan jumlahnya
tidak berlebihan.

Cocain yang digunakan selama hamil bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran, abrupsio plasenta,
cacat bawaan pada otak, ginjal dan alat kelamin serta perilaku yang kurang interaktif pada bayi baru
lahir.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian marijuana dosis tinggi selama hamil bisa
menyebabkan perilaku yang abnormal pada bayi baru lahir.

Bila penanganan secara aktif dilakukan terdapat 2 pilihan cara persalinan,yaitu pervaginam atau
perabdominam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan tindakan persalinan :
- Jenis plasenta previa
- Perdarahan: banyak atau sedikit tapi berulang
- Keadaan umum ibu hamil
- Keadaan janin: hidup, gawat, meninggal
- Pembukaan jalan lahir
- Paritas atau jumlah anak hidup
- Fasilitas penolong dan rumah sakit

Persalinan pervaginam:
(a) Amniotomi
Indikasi amniotomi pada plasenta previa :
• Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan > 3cm serta
presentasi kepala. Dengan memecahkan ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan
ditekan oleh kepala janin sehingga berfungsi sebagai tampon. Dengan amniotomi ini diharapkan
perdarahan ini berhenti dan partus dimulai. Jika kontraksi uterus masih lemah, akselerasi dengan
oksitosin. Namun amniotomi mengandung resiko tali pusat menumbung dan terjadi gawat janin. Gawat
janin juga terjadi jika tekanan terhadap plasenta berlangsung lama , sehingga perfusi darah ke janin
menjadi terganggu. Apabila perdarahan tidak berhenti juga, lakukan seksio searea.
• Primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
• Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin yang sudah meninggal
(b) Taksi dengan cunam Willet Gausz. Kulit kepala janin dijepit dengan cunam Willet kemudian diberi
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta
dan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini dilakukan pada janin yang sudah
meninggal dengan perdarahan yang sedikit.
(c) Versi Braxton-Hicks, bertujuan mengadakan tamponade plasenta dengan bokong janin. Versi braxton
Hicks dilakukan pada janin yang sudah mati.
(d) Menembus plasenta diikuti dengan versi Baxton-Hicks atau Willet Gausz, sekarang tidak dilakukan
lagi karena bahaya perdarahan banyak. Menembus plasenta dilakukan pada plasenta previa sentralis.
Ketiga item diatas sudah tidak dilakukan lagi karena beresiko terhadap ibu dan bedah saesar jauh lebih
aman bagi ibu dan janin.
(e) Metreurynter, memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini
sekarang tidak dipakai lagi

Persalinan perabdominam, dengan seksio sesarea prinsipnya adalah untuk menyelamatkan ibu. Tujuan
seksio sesarea adalah melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan dan menghindarkan terjadinya robekan serviks uteri jika janin dilahirkan
pervaginam.
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa :
(1) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal.
(2) Semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
(3) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-
tindakan yang ada
(4) Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
Jenis seksio sesarea yang dilakukan tergantung pada keadaan saat seksio dilakukan. Insisi tranversal
pada segmen bawah rahim lebih banyak dilakukan, tapi pada plasenta previa anterior insisi vertikal
dilakukan untuk menghindari perdarahan yang banyak. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
dan banyak pembuluh darah akan mudah robek dan perdarahan akan banyak. Oleh karena itu lebih baik
dilakukan seksio sesarea klasik terlebih pada plasenta yang letaknya anterior. Seksio sesarea
transperitonealis profunda dilakukan jika dengan USG telah diketahui dengan inisisi pada segmen bawah
rahim tidak akan mengenai jaringan plasenta. Kadang-kadang plasenta previa diikuti dengan plasenta
akreta, dimana jaringan plasenta tumbuh kedalam lapisan endometrium pada tempat implantasinya.

Perdarahan pada bekas plasenta (placental bed) yang tidak dapat diatasi, lakukan
(a) bila belum punya anak, untuk menyelamatkan alat reproduksi dilakukan ligasi arteria hipogastrika.
(b) bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah histerektomi

Penanganan plasenta previa lateralis dan marginalis


(1) Lakukan amniotomi
(2) Berikan oksitosin
(3) Bila dengan amniotomi perdarahan belum berhenti, lakukan cunam Willet Gausz atau versi Braxton
Hicks (janin mati)
(4) Bila masih perdarahan, janin hidup lakukan seksio sesarea
(5) Pada plasenta previa lateralis posterior dan plasenta previa lateralis yang bagian besarnya menutupi
ostium (grote lap), langsung lakukan seksio sesarea
Penanganan plasenta previa sentralis (totalis)
(1) Plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal, lakukan seksio sesarea
(2) Walau pun tidak dilakukan lagi, pada janin mati dapat dilakukan penembusan plasenta, kemudian
lakukan cunam Willet Gausz atau versi Braxton-Hicks untuk melahirkan janin.

Nakes mer pertolongan saat melahirkan.

Bedah sesar (bahasa Inggris: caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-Amerika),
disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan dengan
melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi)
untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah
prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang
beranggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi serta bidan.

Bedah caesar dengan teknik vertikal.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Etimologi
 2 Jenis
 3 Indikasi
 4 Risiko
 5 Prevalensi
 6 Anestesia
 7 Persalinan normal setelah bedah caesar
 8 Sejarah
 9 Referensi
 10 Pranala luar
 11 Rujukan

[sunting] Etimologi
Ada beberapa unsur yang dapat menjelaskan asal kata "caesar".

 Istilah dapat diambil dari kata kerja bahasa Latin caedere yang berarti "membedah". Dengan
demikian "bedah caesar" menjadi gaya bahasa retoris.
 Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang disebut-sebut
dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat tidak memungkinkan karena
ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa (bedah caesar tidak mungkin dilakukan pada
masa tersebut terkait dengan teknologi yang tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah
bertahan sejak abad ke-2 SM.
 Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut perlu dilakukan pada ibu hamil
yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang bayi. Hal ini dikenal dengan istilah lex
caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul istilah ini.

Secara umum, istilah "bedah sesar" merupakan gabungan dari hal-hal tersebut di atas. Kata kerja
caedo dalam kalimat a matre caesus ("membedah ibunya") digunakan pada masa Romawi untuk
mendeskripsikan operasi tersebut.

[sunting] Jenis

Sebuah operasi caesar sedang dalam proses.


Ada beberapa jenis bedah sesar:

 Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang
lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini
karena sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi.
 Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa
sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat
penyembuhannya.
 Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan
dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat
dipisahkan dari rahim.
 Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau bedah sesar Porro.
 Bedah sesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalan bedah sesar.
Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.

Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Selandia
Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk mendukung sang
ibu. Dokter spesialis anastesi umumnya akan menurunkan kain penghalang ketika si bayi
dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di Indonesia umumnya
tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan dengan bedah sesar
termasuk sang suami.

[sunting] Indikasi

Seorang bayi ketika dilahirkan melalui bedah caesar

Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses kelahiran melalui
vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya
yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain:

 proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (distosia)
 detak jantung janin melambat (fetal distress)
 adanya kelelahan persalinan
 komplikasi pre-eklampsia
 sang ibu menderita herpes
 putusnya tali pusar
 risiko luka parah pada rahim
 persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
 sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
 kegagalan persalinan dengan induksi
 kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)
 bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
 masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau
placenta accreta)
 kontraksi pada pinggul
 sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
 sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses persalinan
sebelumnya atau penyakit Crohn)
 angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid
 CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas,
sehingga persalinan terhambat)
 Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
 Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)

Harap diingat bahwa institusi yang berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula
mengenai kapan suatu bedah sesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan bahwa ibu
hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk bedah sesar walaupun
keputusan tersebut berisiko terhadap kematiannya atau nyawa sang bayi. Negara lain memiliki
hukum yang berbeda mengenai hal ini. Lihat pula mengenai bedah caesar berdasarkan
permintaan.

[sunting] Risiko

Metode sayatan mendatar


Data statistik dari 1990-an menyebutkan bahwa kurang dari 1 kematian dari 2.500 yang
menjalani bedah caesar, dibandingkan dengan 1 dari 10.000 untuk persalinan normal [1]. Akan
tetapi angka kematian untuk kedua proses persalinan tersebut terus menurun sekarang ini. Badan
kesehatan Britania Raya menyebutkan risiko kematian ibu yang menjalani bedah caesar adalah
tiga kali risiko kematian ketika menjalani persalinan normal [2]. Akan tetapi, adalah tidak
mungkin untuk membandingkan secara langsung tingkat kematian proses persalinan normal dan
proses persalinan dengan bedah caesar karena ibu yang menjalani pembedahan adalah mereka
yang memang sudah berisiko dalam kehamilan.

Bayi yang lahir dengan persalinan bedah sesar seringkali mengalami masalah bernafas untuk
pertama kalinya. Sering pula sang bayi terpengaruh pengaruh obat bius yang diberikan kepada
sang ibu.

[sunting] Prevalensi
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah sesar adalah
sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang
dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat. Kanada pada 2003
memiliki angka 21%.

Berbagai pertimbangan mengemuka akhir-akhir ini mengingat proses bedah sesar yang
seringkali dilakukan bukan karena alasan medis. Berbagai kritik pula mengemuka karena bedah
sesar yang disebut-sebut lebih menguntungkan rumah sakit atau karena bedah sesar lebih mudah
dan lebih singkat waktu prosesnya oleh dokter spesialis kandungan. Kritik lainnya diberikan
terhadap mereka yang meminta proser bedah caesar karena tidak ingin mengalami nyeri waktu
persalinan normal.

[sunting] Anestesia

Sang ibu tetap dalam keadaan sadar waktu bayinya dilahirkan

Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang memungkinkan
sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk menghindari si bayi dari
pembiusan.
Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah sesar menjadi semakin jarang dilakukan
karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi. Pembiusan umum
dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko tinggi atau kasus darurat.

[sunting] Persalinan normal setelah bedah caesar


Persalinan normal setelah bedah caesar adalah umum dilakukan pada masa sekarang ini. Di
waktu lalu, bedah sesar dilakukan dengan sayatan vertikal sehingga memotong otot-otot rahim.
Bedah sesar sekarang ini umumnya melalui sayatan mendatar pada otot rahim sehingga rahim
lebih terjaga kekuatannya dan dapat menghadapi kontraksi kuat pada persalinan normal
berikutnya. Luka bekas sayatan pada bedah sesar sekarang ini adalah terletak di bawah "garis
bikini".

[sunting] Sejarah

Bedah caesar dilakukan di Kahura, Uganda. Sebagaimana diamati oleh R. W. Felkin tahun 1879.

Pada 1316, Robert II dari Skotlandia dilahirkan dengan bedah caesar, ibunya Marjorie Bruce,
kemudian meninggal. Bukti pertama mengenai ibu yang selamat dari bedah sesar adalah di
Siegershausen, Swiss tahun 1500: Jacob Nufer, seorang pedagang babi, harus membedah istrinya
setelah proses persalinan yang lama. Prosedur bedah sesar di waktu lampau mempunyai angka
kematian yang tinggi. Di Britania Raya dan Irlandia, angka kematian akibat bedah sesar pada
1865 adalah 85%. Beberapa penemuan yang membantu menurunkan angka kematian antara lain:

 Pengembangan prinsip-prinsip asepsis.


 Pengenalan prosedur penjahitan rahim oleh Max Sänger pada 1882.
 Bedah sesar extraperitoneal dilanjutkan dengan sayatan mendatar rendah (Krönig, 1912).
 Perkembangan teknik anestesi.
 Transfusi darah.
 Antibiotik.
Pada 5 Maret 2000, Inés Ramírez melakukan bedah caesar pada dirinya sendiri dan berhasil
mempertahankan nyawanya dan juga bayinya, Orlando Ruiz Ramírez. Ia dipercaya sebagai satu-
satunya wanita yang melakukan bedah caesar pada dirinya sendiri.

Apa saja, sih, imunisasi wajib tersebut?

BCG
Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah
berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat
diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.

Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi
ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.

Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah
memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia
dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya
vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang
pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan
Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu
saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada
anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.

Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program
BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.

Ketujuh penyakit tersebut harus dicegah dengan imunisasi secara wajib. Mengapa? “Karena
penyakit-penyakit tersebut yang menimbulkan kematian, cacat, serta pasiennya juga paling
banyak.” Setiap negara akan berbeda apa yang diwajibkan, tergantung kondisinya.
“Misalnya TBC, di Amerika mungkin sudah enggak ada TBC, jadi anak-anak di sana enggak
perlu lagi dikasih imunisasi BCG. Begitu juga jika kita membawa bayi ke New York,
misalnya, Pneumokokus mungkin menjadi wajib di sana,” jelas Sri.

Kondisi Harus Fit


Selain tujuh penyakit yang wajib dicegah, ada penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dan
ada imunisasinya. “Yang ini sifatnya dianjurkan, tergantung orangtuanya.” Kalau yang
wajib, pemerintah memberikan secara cuma-cuma, jika datang ke instansi kesehatan yang
ada di pemerintah, misalnya rumah sakit pemerintah, posyandu, dan puskesmas, kecuali ke
dokter swasta, ya, harus bayar. “Tapi kalau yang dianjurkan, tidak diberikan secara cuma-
cuma,” ujar Sri. Vaksin-vaksin tersebut adalah Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR,
Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela.

Hib dan Pneumokokus (PCV) mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Vaksin
diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval dua bulan, sebanyak 3 kali. Imunisasi Hib
kemudian diulang saat anak berumur 15-18 bulan, sedangkan PCV diulang saat anak
berusia 12-15 bulan.

Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus
diberikan hingga dewasa. MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan
Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang
saat anak berusia 6 tahun.

Tiga vaksin lain yang dianjurkan adalah Tifoid untuk mencegah Typus, Hepatitis A, dan
Varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Tifoid dan Hepatitis A diberikan pada anak usia
di atas 2 tahun. Tifoid dapat diulang setiap 3 tahun, sedangkan Hepatitis A hanya diberikan
dua kali dengan interval 6-12 bulan. Varisela mulai diberikan saat anak berusia di atas 10
tahun.

Anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Menurut Sri, imunisasi
diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan
kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi,
anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam
berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain
dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang
terbentuk tidak tinggi. “Tapi kalau penyakit ringan seperti batuk-pilek biasa, enggak apa-
apa. Kecuali batuk-pilek dengan demam tinggi, ya, jangan. Kalau diare-diare sedikit, juga
enggak apa-apa,” jelas Sri.

Yang sangat berbahaya, menurut Sri, jika anak memiliki kekebalan tubuh yang rendah.
Misalnya anak itu kena AIDS, atau penyakit berat lain seperti kanker. Berbahaya juga jika
anak tengah meminum obat-obat khusus yang menurunkan daya tahan. “Itu enggak boleh.
Jika ada anak yang mengalami kondisi-kondisi seperti ini, harus menunggu hingga ia
sembuh, minimal hingga kondisinya sedang bagus. Jika sedang minum obat, ditunggu
hingga obatnya selesai.”

Jenis/Macam Vaksin Imunisasi Untuk Anak - Informasi


Imunisasi Lengkap Wajib Penangkal Penyakit
Wed, 26/11/2008 - 9:56pm — godam64

Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang terkadang belum
ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan kepada anak-anak balita (usia
di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan bibit
penyakit yang telah dibuat lemah kapada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri
terhadap bibit penyakit kuat yang sama.

Anak-anak kecil adalah korban yang lemah terhadap berbagai serangan penyakit yang berbahaya
karena tubuh anak masih belum sempurna sistem kekebalan tubuhnya di mana belu banyak
terdapat antibodi di dalam tubuhnya. Untuk itulah diperlukan imunisasi lengkap wajib yang
teratur pada anak agar terhindar dari berbagai macam gangguan penyakit berbahaya dan fatal.
Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat anak jatuh sakit,
namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat berguna.
Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam imunisasi bagi
anak :

A. Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Wajib Pada Anak :

1. BCG

- Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis


- Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
- Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 2 bulan

2. DPT/DT

- Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku
rahang).
- Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun

3. Polio
- Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot,
lumpuh dan kematian.
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun

4. Campak / Measles

- Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek


- Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 9 bulan atau lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
5. Hepatitis B

- Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan


- Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi III

B. Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :

1. MMR

- Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman


- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun

2. Hepatitis A

- Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)


- Penyebab : Virus hepatitis A
- Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II

3. Typhoid & parathypoid

- Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid


- Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
- Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi

4. Varisella (Cacar Air)

- Perlindungan Penyakit : Cacar Air


- Penyebab : Virus varicella-zoster
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 8
minggu.

Anda mungkin juga menyukai