Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT

DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MADANI PROVINSI
SULAWESI TENGAH

PROPOSAL

NUR’ FATIMA S LATURU


201801179

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT


DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MADANI PROVINSI
SULAWESI TENGAH

PROPOSAL

Disusun oleh

NUR’ FATIMA S LATURU


201801179

Proposal Ini Telah Disetujui Untuk Diseminarkan


Dalam Seminar Proposal

Palu, Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Wahyu Sulfian, S. Kep., Ns., M. Kes Ns. Hedwig Oktora, M. Kes


NIK. 20130901037 Nip. 198410162011012008

Mengetahui
Ketua Prodi Ners
Stikes Widya Nusantara Palu

Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK: 20110901016
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Tinjauan Teori 5
B. Kerangka Konsep 20
C. Hipotesis 20
BAB III METODE PENELITIAN 21
A. Desain Penelitian 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian 21
D. Variabel Penelitian 23
E. Definisi Operasional 23
F. Instrumen Penelitian 24
G. Teknik Penelitian Data 25
H. Analisa Data 25
J. Bagan Alur Penelitian 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep 20


Gambar2.2 Bagan Alur Penelitian 27

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


Lampiran 2. Surat Permohonan Data Awal Dari STIKes Widya Nusantara
Lampiran 3. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizoprenia menjadi gangguan jiwa yang dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya. Sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari 10 orang yang
menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis. Gejala skizofrenia
muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyakditemukan pada laki-laki dibandingkan
pada perempuan1.
Di seluruh dunia penyakit skizofrenia ini menjadi perhatian khusus sebab angka
penderitanya mencapai 1% penduduk dari seluruh gangguan jiwa yang ada pada
periode waktu tertentu2. Jumlah orang dengan gangguan jiwa setiap tahun semakin
meningkat, penyakit ini memiliki berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh
gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisik atau kimiawi. Pada tahun 2014 di
perkirakan prevalensinya mencapai 516 juta jiwa. Sedangkan penderita skizofrenia
sekitar lebih dari 20 juta jiwa3. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang dilakukan oleh
Kementrian Republik Indonesia menyimpulkan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia Provinsi Bali menjadi urutan pertama dengan jumlah 11%4
Persentase pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Berat
untuk Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebesar 63,2% dengan sasaran ODGJ berat
sebesar 3.869. Persentase pelayanan kesehatan ODGJ Berat yang tertinggi adalah di
Kabupaten Morowali, Donggala, Buol, Touna dan Banggai Laut sebesar 100% dengan
sasaran ODGJ berat masing-masing yaitu untuk Morowali sebesar 200, Donggala
sebesar 12, Buol sebesar 27, Touna Sebesar 287 dan Banggai Laut sebesar 11.
Tingginya data tersebut disebabkan oleh pengaruh dari genetik dan lingkungan.
Persentase pelayanan kesehatan ODGJ Berat yang terendah adalah di Kabupaten
Banggai Kepulauan sebesar 18,5% dengan sasaran ODGJ sebesar 491. Secara khusus
data pasien dengan gangguan jiwa Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2017 berjumlah 1012 kasus dan tahun 2018 berjumlah 850 kasus dan pada tahun
2019 berjumlah 897 kasus.
Tatalaksana kasus untuk gangguan kesehatan jiwa secara keseluruhan bisa kita
beri penanganan dengan obat-obatan dan pola hidup sehat seperti pola tidur yang baik,

1
2

makan,dan berolahraga serta mendapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi


gangguan dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa5.
Penyakit skizofrenia memiliki gejala seperti gangguan isi pikiran, perilaku
maupun ketidakmampuan berkomunikasi, disertai dengan adanya waham, delusi dan
halusinasi baik auditorik maupun visual. Pada beberapa kasus retardasi mental yang
disertai skizofrenia terjadi suatu gangguan perkembangan jiwa yang tidak sempurna.
Pada anak-anak ini akan mempengaruhi berbagai aspek perkembangan baik itu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik kasar dan halus serta kemampuan sosialnya6
Masalah Keperawatan yang bisa dialami oleh subyek dengan skizofrenia yaitu
salah satunya adalah Isolasi Sosial. Isolasi sosial yang tidak segera mendapatkan
penanganan atau terapi akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak dan
lebih buruk. Dampak fisik dari subyek dengan isolasi sosial bila tidak di atasi akan
menimbulkan masalah yang lebih serius antara lain: defisit perawatan diri, halusinasi
yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perilaku kekerasan dan tindakan bunuh
diri. Oleh karena itu pada subyek dengan gangguan isolasi sosial membutuhkan
perawatan yang intensif. Penanganan subyek skizofrenia selain dengan psikofarmaka,
juga dikombinasikan dengan psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius7
Merawat pasien dengan gangguan jiwa tentu berbeda dengan merawat pasien
dengan gangguan fisik. Menangani pasien dengan gangguan jiwa membutuhkan
kesabaran dan ketelatenan yang tinggi karena karakteristik pasien penyakit jiwa yang
unik, yaitu antara lain sulit diajak berkomunikasi menarik diri, atau bahkan cenderung
agresif8.
Perawat merupakan salah satu unsur utama yang berperan dalam merawat pasien.
Baik secara individu atau kelompok, loyalitas seorang perawat sangat diperlukan agar
tercapainya sebuah tujuan organisasi. Kemampuan kerja seorang perawat dapat dinilai
dari loyalitas dalam membina hubungan komunikasi dengan orang lain. Menurut
Daniel Goleman hal ini disebut sebagai Emotional Intelligence atau kecerdasan emosi.
Apabila seseorang memiliki kecerdasan emosi 80%, hal ini merupakan faktor yang
menentukan kesuksesan seseorang, sedangkan sisanya 20% didukung oleh Inteligence
Quotient atau IQ Dimana beberapa orang mulai mengetahui bahwa untuk mencapai
kesuksesan bukan hanya berdasar pada kemampuan intelektual tetapi juga perlu
kecerdasan emosional. Kecerdasan merupakan faktor penting dalam penentu kinerja
seseorang agar dapat tercapai kesuksesan dalam pekerjaannya9.
3

Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk dapat memotivasi diri,


bertahan dari rasa depresi, mengontrol suasana hati, menghindari stress, meningkatkan
kemampuan berpikir, dan berempati. Sebagai seorang perawat, dituntut untuk selalu
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sehingga pelayanan kepada pasien dapat
diberikan secara optimal, baik itu kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis maupun
spiritual. Hal ini agar tercapainya kinerja perawat yang optimal kepada pasien. Perawat
dalam pekerjaannya sehari-hari hampir selalu melibatkan perasaan dan emosi,
sehingga setiap memberikan perawatan kepada pasien dituntut untuk memiliki
kecerdasan emosi yang tinggi. Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan
emosi yang tinggi dapat ditandai dengan sikap emosi yang tinggi, cepat bertindak
berdasarkan emosinya, dan tidak sensitif dengan perasaan dan kondisi orang lain10.
Hasil penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja perawat
dalam menerapkan asuhan keperawatan di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado dengan hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan antara
kecerdasan emosional dengan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan
di Irina A RSUP Prof. Dr. D. R. Kandou Manado 11. Didukung hasil penelitian tentang
hubungan kecerdasan emosi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit
Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat, dimana hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan kecerdasan emosi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap
rumah sakit Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat12.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang: “Hubungan antara kecerdasan emosional perawat dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional perawat
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk membuktikan hubungan antara kecerdasan emosional perawat dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi
4

Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi kecerdasan emosional perawat di RSUD Madani
Provinsi Sulawesi Tengah.
b. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di
RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
c. Untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional perawat dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam
perkembangan ilmu keperawatan pasien dan dapat dijadikan sebagai informasi
baru di bidang keperawatan terutama tentang hubungan antara kecerdasan
emosional perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia.
2. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam
upaya meningkatkan pelayanan terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien skizofrenia.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat peningkatan pemberian pelayanan keperawatan terutama pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien skizofrenia.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori.
1. Tinjauan Tentang Kecerdasan Emosional
a. Pengertian
Emosi berasal dari kata movere yang memiliki arti menggerakkan,
bergerak, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi. Emosi pada hakikatnya merupakan dorongan untuk bertindak dan
rencana seketika untuk menghadapi suatu masalah13.
Emosi sebagai getaran jiwa, keharuan, dan renjana (rasa hati yang kuat).
Kecerdaasan emosional merupakan suatu kemampuan seperti kemampuan
memotivasi diri, bertahan terhadap frustrasi, mengatur suasana hati agar beban
stress tidak melumpukan kemampuan berpikir, dan berempati. Melalui
kecerdasan emosional manusia belajar mengelola perasaannya sehingga dapat
mengekspresikannya secara tepat dan efektif. Kecerdasan emosional mencakup
pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi14.
Sesuai dengan definisi tersebut, kecerdasan pada hakikatnya adalah
kesempurnaan akal pikiran manusia yang ditunjukkan dengan kinerja otak yang
rasional, emosi dan fungsi-fungsi motoriknya. Otak rasional berfungsi
mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan berfikir rasional, seperti berhitung,
memecahkan masalah dan lain-lain. Otak emosional berfungsi mengurusi soal
perasaan seperti bagaimana kita menguasai diri, mengendalikan dan bertindak
sesuai dengan kadarnya, dan fungsi-fungsi motorik berkaitan dengan fungsi
gerak manusia. Apabila tercapai suatu sinergitas dalam fungsinya, peluang
seseorang untuk mencapai kecerdasan semakin optimal13.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah hal yang
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang merupakan salah satu aspek penting dalam

5
6

kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam


arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu internasional manusia13.
Konsep kecerdasan emosional ini kemudian berkembang karena
dianggap sebagai komponen dalam membentuk tingkah laku cerdas seseorang
yang memadukan antara pikiran dan tindakan sehingga dapat mencapai sukses
dalam kehidupan. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang
untuk mengerti, mengenal, mengelola emosi sendiri dan orang lain sehingga
dapat membentuk tingkah laku cerdas. Bila ingin mendapatkan tingkah laku
cerdas maka kemampuan emosi juga harus diasah. Karena untuk dapat
berhubungan orang lain secara baik maka diperlukan kemampuan untuk
mengerti dan mengendalikan emosi diri dan orang lain secara baik. Disinilah
fungsi dari kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional bukan merupakan bakat,
tapi aspek emosi didalam diri yang bisa dikembangkan dan dilatih. Jadi setiap
orang yang sudah dianugerahi oleh Tuhan kecerdasan emosi, tinggal sejauh
mana pengembanannya, hal ini tergantung kemampuan diri sendiri13.
b. Komponen Kecerdasan Emosional
Secara garis besar membagi 2 (dua) kecerdasan emosional, yaitu kecakapan
pribadi (meliputi pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan kecakapan
sosial (meliputi empati dan keterampilan sosial). Goleman mengadaptasi 5 (lima)
hal yang tercakup dalam kecerdasan emosional dari model Salovey dan Mayer,
yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi empati dan kemampuan sosial
dan sekarang diadaptasikan oleh penulis13.
1) Pengenalan Diri
Yang dimaksud dengan pengenalan diri adalah mengenal keadaan
dalam diri, hal yang lebih disukai dan intuisi.Pengenalan diri adalah
mengetahui kemampuan dan kelemahan diri sendiri serta apa yang kita
rasakan.Dengan adanya kemampuan pengenalan diri seseorang mampu
mengenali kekuatan dan keterbatasan dirinya.
2) Pengendalian Diri
Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengelola keadaan dalam
diri dan sumber daya diri sendiri. Pengendalian diri adalah menangani emosi
kita sedemikian rupa sehingga mampu pulih dari tekanan emosi. Pegawai
atau karyawan diharapkan memiliki tanggungjawab dalam mengendalikan
7

suasana hati mereka sendiri. Bila kecakapan emosi ini telah dimiliki, maka ia
akan mampu mengembangkan semangat, ambisi dan kemampuan keras
mengendalikan diri, sehingga mampu menahan emosi dan dorongan negatif,
menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja
pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta
informasi baru.
3) Motivasi
Motivasi didefinisikan sebagai semua hal verbal, fisik atau psikologis
yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon.Motivasi adalah
dorongan yang membimbing atau membantu mencapai tujuan atau sasaran.
Motivasi yang positif akan membuat seseorang untuk menjadi yang lebih
baik, dapat menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, dapat
menyiapkan diri untuk memanfaatkan kesempatan, dan memperjuangkan
kegagalan danmengatasi hambatan.
4) Empati
Empati adalah upaya untuk merasakan yang dirasakan orang lain,
mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.Empati
adalah kesadaran akan perasaan, kepentingan dan keprihatinan orang seperti
mengenali diri sendiri, yang paling efektif dari empati adalah mempunyai
kemampuan paling tinggi dalam penolakan terhadap sinyal-sinyal emosi
tubuh sendiri mulai dari mendengar, memahami dan bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
5) Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah kemahiran dalam menggugah tanggapan
yang dikehendaki oleh orang lain dalam sebuah lingkungan. Keterampilan
sosial adalah kemampuan memahami emosi dengan baik ketika berhubungan
dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi yang terjadi sehingga
mampu bekerja sama dan bekerja dalam tim.
c. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain13:
1) Fisik
Secara anatomi, otak merupakan organ vital yang paling berpengaruh
8

terhadap kontrol kecerdasan emosi seseorang. Bagian otak yang digunakan


untuk fungsi kognitif yaitu korteks cerebri.Sistem emosi diatur oleh sistem
limbic. Kedua unsur tersebut berperan penting dalam kecerdasan emosi
seseorang.Korteks, bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira-kira 3
milimeter yang membungkus hemisfer serebral dalam otak. Korteks berperan
penting dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa
mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk
mengatasinya. Korteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai
saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat
sesuatu.Sistem limbic, bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang
letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab
atas pengaturan emosi dan implus.Sistem limbic meliputi hippocampus,
tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dantempat disimpannya
emosi.
2) Psikis
Kecerdasan emosi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kepribadian
individu, tetapi juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan
psikis. Secara fisik terletak di bagian otak yaitu korteks dan sistem limbic,
secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator kecerdasan
emosional dari masing-masing dimensi adalah kesadaran secara emosional,
penilaian diri yang kuat serta kepercayaan diri terhadap dimensi kesadaran diri.
Pada dimensi pengendalian diri, indikatornya adalah mampu mengendalikan diri
pribadi, adaptabilitas dan berhati-hati. Pada dimensi motivasi, indikatornya
adalah dorongan untuk berprestasi, inisiatif yang tinggi dan optimisme. Pada
dimensi empati indikatornya adalah memahami orang lain, mengembangkan
orang lain serta berorientasi terhadap pelayanan dan pada dimensi kemampuan
sosial indikatornya adalah komunikasi, manajemen konflik juga membangun
ikatan13.
9

2. Tinjauan Tentang Skizofrenia


a. Pengertian
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan
perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan
adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang
ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala
fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi.
Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi14.
Skizofrenia adalah suatu penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi
klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial.Sebagian besar
skizofrenia menyerang pada usia muda yaitu antara umur 15 tahun sampai umur
30 tahun, tetapi kebanyakan serangan terjadi pada usia 40 tahun keatas.
Skizofrenia menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun
tingkat sosial ekonomi15
b. Proses Terjadinya Skizofrenia
Otak memiliki milyaran sambungan sel yang disebut neuron. Setiap
sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari
sambungan sel yang lain. Sambunngan sel tersebut melepaskan zat kimia yang
disebut neurotransmitters yang membawa pesan dari ujung sambungan sel yang
satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang
skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut,
sehingga pesan yang disampaikan gagal untuk disampaikan.
Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna
tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya
melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak klien skizofrenia,
sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil
mencapai sambungan sel yang dituju.Kadang kala skizofrenia menyerang secara
tiba-tiba. Perubahan perilaku yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari
atau minggu.Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut
secara cepat.
Beberapa penderita mengalami gangguan seumur hidup, tetapi banyak
juga yang bisa kembali hidup secara normaldalam periode akut tersebut.
10

Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang hebat,


dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dilingkungannya.
Dalam beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yang disebut
skizofrenia kronis. Klien menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia
dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak
memiliki kepekaan tentang perasaannya sendiri14.
c. Faktor Penyebab Skizofrenia
Hingga saat ini etiologi dari penyakit skizofrenia belum diketahui secara
pasti.Beberapa ahli berpendapat bahwa berdasarkan penelitian ditemukan
adanya beberapa faktor predisposisi yang dicurigai memiliki andil dalam
penyebab skizofrenia, yakni faktor genetik, virus dan autoimun serta malnutrisi.
Faktor genetik yakni sebagai berikut14:
1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara
kandung 10,1%, anak-anak 12,8% dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
2) Studi terhadap orang kembar menyebutkan pada kembar identik 59,20%,
sedangkan kembar fraternal 15,2%.Penelitian lain menyebutkan bahwa
gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi
timbulnya skizofrenia kelak di kemudian hari. Gangguan ini muncul,
misalnya karean kekurangan gizi, infeksi, taruma, toksin, dan kelaina
hormonal.Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang
abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor
lainnya yang disebut epigenetik faktor. Kesimpulannnya adalah bahwa
skizofrenia muncul bila terjadi aksi antara abnormal gen.
3) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu
perkembangan otak janinMenurunnya autoimun yang mungkin disebabkan
infeksi selama kehamilan
4) Komplikasi kandungan
Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada transimet
kehamilan. Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai
faktor epigenetik tersebuit, bila mengalami stressor psikososial dalam
kehidupannya, maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia
daripada orang lain yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
11

d. Penatalaksanaan Skizofrenia
1) Terapi fase akut
Pada fase akut ini pasien menunjukan gejala psikotik yang intensif.
Biasanya pada fase ini ditandai dengan munculnya gejala positif dan negatif.
Pengobatan pada fase ini bertujuan untuk mengendalikan gejala psikotik
sehingga tidak membahayakan terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Terapi utamanya adalah dengan menggunakan obat dan biasanya dibutuhkan
rawat inap. Pemilihan antipsikotik yang benar dan dosis yang tepat dapat
mengurangi gejala psikotik dalam waktu enam minggu14.
2) Terapi fase stabilisasi
Pada fase stabilisasi ini pasien masih memiliki kemungkinan yang
besar untuk kambuh sehingga butuhkan pengobatan yang rutin untuk
menuju ke tahap pemulihan yang lebih stabil14.
3) Terapi fase pemeliharaan
Pada fase pemeliharaan ini dilakukan terapi jangka panjang dengan
harapan dapat mempertahankan kesembuhan, mengontrol gejala,
mengurangi resiko kekambuhan, mengajarkan ketrampilan untuk hidup
mandiri.Terapinya meliputi obat-obatan, terapi suportif, pendidikan keluarga
dan konseling, serta rehabilitasi pekerjaan dan sosial. Ada terapi
farmakologi dan non farmakologi yang dapat dilakukan15:
a) Terapi Non Farmakologi
Pengobatan skizofrenia dapat menggunakan beberapa pendekatan
psikososial.Intervensi psikososial merupakan bagian dari perawatan
yang komprehensif dan dapat meningkatkan kesembuhan jika
diintegrasikan dengan terapi farmakologis.Intervensi psikososial
ditujukan untuk memberikan dukungan emosional pada pasien.Pilihan
pendekatan dan intervensi psikososial didasarkan kebutuhan khusus
pasien sesuai dengan keparahan penyakitnya.
(1) Program for Assertive Community Treatment (PACT)
PACT merupakan program rehabilitasi yang terdiri dari
manajemen kasus dan intervensi aktif oleh satu tim menggunakan
pendekatan yang sangat terintegrasi. Program ini dirancang khusus
untuk pasien yang fungsi sosialnya buruk dan bertujuan untuk
12

mencegah kekambuhan dan memaksimalkan fungsi sosial dan


pekerjaan.Unsur-unsur alami gejala psikotik dengan intensitas yang
lebih ringan. Pada fase ini pasien masih memilikidan pekerjaan.
Unsur-unsur kunci dalam PACT adalah menekankan kekuatan
pasien dalam beadaptasi dengan kehidupan masyarakat,
penyesuaian dukungan dan layanan konsultasi untuk pasien,
memastikan bahwa pasien tetap dalam program perawatan. Laporan
dari beberapa penelitian menunjukan bahwa PACT efektif untuk
memperbaiki gejala, mengurangi lama perawatan di rumah sakit dan
memperbaiki kondisi kehidupan secara umum.
(2) Intervensi keluarga
Prinsipnya adalah bahwa keluarga pasien harus dilibatkan
dan terlibat dalam penyembuhan pasien. Anggota keluarga
diharapkan berkontribusi untuk perawatan pasien dan memerlukan
pendidikan, bimbingan dan dukungan serta pelatihan membantu
mereka mengoptimalkan peran mereka.
(3) Terapi perilaku kognitif
Terapi ini dilakukan koreksi atau modifikasi terhadap
keyakinan (delusi), fokus terhadap halusinasi pendengaran dan
menormalkan pengalaman psikotik pasien sehingga mereka bisa
tampil secara normal. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
terapi perilaku efektif dapat mengurangi frekuensi dan keparahan
gejala psitif. Namun ada resiko penolakan yang mungkin terlalu
membebani pasien-pasien dengan gejala negatif yang berat.
(4) Terapi pelatihan ketrampilan sosial
Terapi ini didefinisikan sebagai penggunaan teknik perilaku
atau kegiatan pembelajaran yang memungkinkan pasien untuk
memenuhi tuntutan interpersonal, perawatan diri dan menghadapi
tuntutan masyarakat.Tujuannya adalah memperbaiki kekurangan
tertentu dalam fungsi sosial pasien.Terapi ini tidak efektif untuk
mencegah kekambuhan atau mengurangi gejala.
13

(5) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)


Sebuah kajian sistematik menyatakan bahwa penggunaan
ECT dan kombinasi dengan obat-obat antipsikotik dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan bagi penderita skizofreniaterutama
jika menginginkan perbaikan umum dan pengurangan gejala yang
cepat15.
b) Terapi Farmakologi
Secara umum terapi penderita skizofrenia dibagi menjadi tiga
tahap yakni terapi akut, terapi stabilisasi dan terapi pemeliharaan. Terapi
akut dilakukan pada tujuh hari pertama dengan tujuan mengurangi
agitasi, agresi, ansietas, Benzodiazepin biasanya digunakan dalam terapi
akut. Penggunaan benzodiazepin akan mengurangi dosis penggunaan
obat antipsikotik. Terapi stabilisasi dimulai pada minggu kedua atau
ketiga. Terapi stabilisasi bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi serta
perbaikan kebiasaan dan perasaan. Pengobatan pada tahap ini dilakukan
dengan obat-obat antipsikotik. Terapi pemeliharaan bertujuan untuk
mencegah kekambuhan. Dosis pada terapi pemeliharaan dapat diberikan
setengah dosis akut. Klozapin merupakan antipsikotik yang hanya
digunakan apabila pasien mengalami resistensi terhadap antipsikotik
yang lain15.
e. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Skizofrenia
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada skizoprenia didahului dengan
pengkajian yang merupakan proses pertama yang dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai klien yang sedang dirawat sehingga perawat mengetahui masalah
keperawatan apa yang sedang dialami oleh klien. Data yang didapat langsung
oleh perawat dari klien disebut data primer, sedangkan data yang didapat dari
keluarga atau catatan tim kesehatan disebut data sekunder. Setelah perawat
mendapat data pengkajian, perawat melakukan analisis data untuk
mengelompokkan datanya untuk menyimpulkan masalah keperawatan yang ada
pada klien16.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) aspek, yaitu fisik,
14

emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat menjaring data yang
diperlukan, umumnya dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. isi pengkajian meliputi:
identitas klien, keluhan utama/alasan masuk, faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian stresor, sumber koping, mekanik koping. Data pengkajian
keperawatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi pengkajian perilaku, faktor
predis posisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien13.
Tahap selanjutnya adalah perumusan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah
dan merubah. Perumusan diagnosa keperawatan meliputi16:
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan
2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian
atau situasi tertentu
Tindakan selanjutnya adalah merencanakan tindakan keperawatan.
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan. Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan
15

perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat
mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi
oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang17.
Selanjutkan melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yang
telah dibuat dan tahap akhir adalah melakukan evaluasi yang memuat kriteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah di rumuskan sebelumnya dan semua tindakan didokumentasikan
dengan benar17.
f. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yaitu antara lain18:
1) Motivasi
Motivasi merupakan dukungan dari orang lain, baik dari keluarga,
teman, rekan kerja yang dapat membantu untuk menyelesaikan pekerjaan
secara optimal dan dapat menurunkan tingkat stressyang dialami. Motivasi
tidak hanya dari dukungan seseorang, namun dapat juga berupa ekonomi,
lingkungan.
2) Stres kerja
Stres yang diakibatkan dari beberapa tekanan baik dari fakor
eksternal, maupun faktor internal, contohnya masalah keluarga, sehingga
dapat mempengarui pelaksanaan asuhan keperawatan. Stress kerja juga
dapat disebabkan karena beban kerja atau volume/jumlah pekerjaan yang
ditanggung berlebihan oleh petugas kesehatan.
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam bidang keperawatan merupakan salah satu
faktor penting karena faktor kepemimpinan dapat memberikan pengaruh
yang berarti terhadap kinerja perawat karena pimpinan yang merencanakan,
16

menginformasikan, membuat, dan mengevaluasi berbagai keputusan yang


harus dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan dapat
memotivasi perawat untuk bekerja dengan penuh semangat sehingga hasil
yang ingin dicapai dapat memuaskan perawat maupun rumah sakit
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang bisa memahami perilaku,
sifat-sifat bawahannya, memiliki perhatian terhadap kemajuan, pertumbuhan
dan prestasi bawahannya,
4) Penghargaan
Penghargaan memberikan motivasi yang kuat bagi seseorang untuk
bekerja. Kejelasan dan penerimaan atau peran seorang pekerja merupakan
taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas yang diberikan
kepadanya dan tingkat motivasi pekerja merupakan daya energi yang
mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku merkea untuk
bekerja dengan baik. Pengakuan dan penghargaan sangat dibutuhkan bagi
perawat agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Pengakuan terhadap
perawat berkaitan dengan kebutuhan psikologis intrinsik untuk apresiasi,
perhatian, umpan balik dan ucapan terima kasih atas kinerja seseorang.
Perawat mengatakan bahwa mereka mendapat apresiasi dari pasien, anggota
tim, manajer perawat dan manajer senior. Pengakuan ini termasuk perhatian
pribadi dari manajer perawat, medali dan perayaan yang mengakui layanan
yang telah dilakukan. Umpan balik dan terima kasih dari pasien/Individu
pasien, rekan kerja, anggota tim, dokter, manajer perawat juga disebut
sebagai penghargaan.
5) Pengembangan professional
Pengembangan professional berkaitan dengan pendidikan dan
kesempatan untuk mengembangkan diri. Keseimbangan lingkungan kerja
berhubungan dengan waktu kerja perawat, seperti struktur jadwal kerja,
perencanaan shift kerja, kemampuan untuk menghemat waktu di tempat
kerja (keseimbangan jam lembur dan waktu cuti). Selain itu, kesimbangan
kerja berhubungan dengan kesempatan untuk tidak di bayar pada saat absen
atau libur panjang.
17

6) Kepemimpinan yang suportif


Kepemimpinan yang suportif terkait dengan kemampuan
kepemimpinan manajer keperawatan, dukungan mereka, kehadiran
pemimpin yang terlihat, dan persepsi tentang sistem penghargaan yang adil.
Kepemimpinan yang terlihat seperti kehadiran manajer perawat di
lingkungan kerja sehari-hari dan kunjungan senior ke unit atau departemen
juga dipandang sangat bermanfaat.
7) Kompensasi
Merupakan imbalan kerja dan tunjangan seperti diskon pada fasilitas
olahraga dan acara budaya, diskon untuk layanan kesehatan, biaya
perjalanan pulang kerja, makan siang di tempat kerja, dan hari libur yang
diatur oleh instansi. Termasuk hadiah kecil lainnya, seperti hadiah natal atau
bunga dari manajer perawat atau Individu pasien.
8) Tunjangan financial
Tunjungan finansial terdiri dari pemberian uang seperti gaji pokok,
kenaikan gaji, gaji berbasis kinerja, pembayaran khusus (misalnya
gajiterkait usia atau pengalaman), pembayaran tambahan yang mandatkan
secara hukum (misalnya gaji lembur) dan pembayaran pribadi untuk
bimbingan siswa.
9) Konten kerja
Konten kerja berkaitan dengan deskripsi pekerjaan perawat, hasil
pekerjaan mereka, lingkungankerja mereka, dan memiliki atasan yang baik.
Faktor-faktor yang terkait dengan penghargaan dalam konteks uraian tugas
perawat termasuk tugas kerja, kemampuan untuk bertindak mandiri,
keberanian dan keberagaman pekerjaan dan bekerja.
10) .Beban Kerja
Beban kerja dapat mempengaruhi kinerja perawat, beban kerja
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, beban
kerja atau volume kerja yang berlebihan. Beban kerja juga dapat
didefinisikan bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas yang harus dilakukan selama waktu tertentu. Beban kerja perawat
adalah asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung, intensitas
keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang tidak langsung.
18

Perubahan lingkungan keperawatan, tuntutan untuk bersaing dengan petugas


lain, ketidakmampuan untuk mengendalikan diri dari lingkungan yang kacau
atau bising, masalah dengan peralatan dan perlengkapan perawatan yang ada
dan peningkatan jumlah pasien mempengaruhi beban kerja seorang perawat.
Terdapat enam kategori beban kerja yaitu, asuhan keperawatan langsung,
asuhan keperawatan tidak langsung, dokumentasi yang dilakukan oleh
perawat, administrasi, pekerjaan rumah dan kegiatan lain.
11) Studi literatur yang telah dilakukan tentang beban kerja perawat ditemukan
terdapat lima kategori utama yang berhubungan dengan beban kerja
perawat, yaitu19:
a) Kerumitan perawatan. Tingkat intensitas keperawatan dipengaruhi oleh
ketergantungan pasien, tingkat keparahan penyakit dan kerumitan
perawatan memiliki dampak yang besar bagi tingkat beban kerja perawat
b) Berat perawatan pasien yang sedang dilakukan. Berat intensitas
keperawtan yang dilakukan langsung ke pasien diluar pekerjaan perawat
dalam mengelola unit keperawatan atau pekerjaan administrasi lainnya
c) Jumlah waktu perawatan, merupakan jumlah waktu dihabiskan perawat
untuk melakukan asuhan keperawatan, misalnya jumlah jam dalam shift
pagi.
d) Tingkat kompensasi perawat. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku (kompensasi keperawatan) diharapkan dapat membuktikan
perawat untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual
pasien.
e) Jumlah tenaga fisik, merupakan semua aktivitas fisik yang digunakan
oleh perawat, mulai dari proses mental dan usaha emosional yang
dilakukan selama masa merawat, termasuk membawa, mengangkat,
mendorong, bergerak, merawat, berpikir, merencanakan, menyelesaikan
masalah dan mengambil keputusan merupakan hal yang berpengaruh
pada beban kerja.
12) Pengetahuan perawat
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan
dalam pelaksanaan proses keperawatan, karena dengan kurangnya informasi
yang diketahui mengenai cara pelaksanaan asuhan keperawatan,
19

pelaksanaan asuhan keprawatan tidak dapat terlaksana dengan optimal.


Kurangnya pengetahuan perawat tentang proses keperawatan yang
sebenarnya membuat perawat kurang percaya dalam melakukan proses
perawatan pasiendan menghambat penerapan pelayanan keperawatan.
Dengan demikian, penting bagi manajer untuk memperluas pengetahuan
perawat dan membuat mereka lebih mengenali makna proses keperawatan
yang sebenarnya20.
Banyaknya pengetahuan yang harus digunakan perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan pesatnya pertumbuhan pengetahuan,
menghambat perawat menjadi praktisi yang efektif apabila mereka
menjalankan pelaksanaan asuhan keperawatan hanya dengan menggunakan
informasi yang diperoleh di sekolah atau yang dijelaskan di buku. Perawat
di tuntut untuk berpikir kritis dalam berbagai cara, salah satunya adalah
menggunakan pengetahuan dari subjek dan bidang lain. Perawat berhadapan
dengan respon manusia secara holistik, sehingga harus mendapatkan
infromasi penting dari subjek lain (yaitu membuat hubungan interdisipliner)
untuk memahami arti data klien dan merencanakan intervensi yang efektif20.
13) Kerja sama (Team Work)
Kerja sama dalam tim saat melakukan pekerjaan sangat
mempengaruhi suatu pekerjaan. Keperawatan tim merupakan pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan untuk klien oleh tim yang dipimpin oleh
seorang perawat profesional. Tim ini bertanggung jawab dalam memberikan
asuhan keperawatan yang terkoordinasi kepada sekelompok klien. Kerja tim
antarprofesi dan kolaborasi dapat memperbaiki hasil dari perawatan yang
diberikan kepada pasien. Selain itu petugas kesehatan yang berperan dalam
anggota tim merasa lebih efektif dan memiliki kepuasan kerja yang tinggi.
Kolaborasi dan kerja sama tim profesional perlu dilakukan untuk
mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas. Kerja sama tim
profesional merupakan proses dimana para petugas kesehatan yang
profesional memikirkan dan mengembangkan cara melaksanakan
pemenuhan kebutuhan pasien dan Individu. Pembentukan tim dianggap
bermanfaat ketika setiap petugas memiliki tugas yang rumit dan untuk
mengefisiensikan penggunaan sumber daya21.
20

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah gambaran dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara
variabel (baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti). Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori 22.
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen

Kecerdasan Emosional Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Perawat Pasien Skizoprenia

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian


Keterangan Diteliti
Mencari Hubungan
C. Hipotesis
Ada hubungan antara kecerdasan emosional perawat dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
21

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian


non eksperimental. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
rancangan penelitian survey cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat
yang bersamaan antara variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian
ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang kecerdasan emosional perawat dalam
serta hubungan variabel tersebut dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
skizofreniadi RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang Sawo, Salak, Anggur, Langsat
dan ruang Srikaya RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti 22. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perawat di ruang Sawo, Salak, Anggur, Langsat dan
ruang Srikaya RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah yaitu berjumlah 53 orang .
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar mewakili dan dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya23. Pada penelitian ini sampel
diambil dari sebagian perawat di ruang Sawo, Salak, Anggur, Langsat dan ruang
Srikaya RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah yaitu berjumlah 35 orang
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kirteria Inklusi
1) Perawat bersedia menjadi responden
2) Perawat tidak sedang cuti atau libur saat penelitian dilakukan

21
22

3) Perawat merawat pasien zkisofrenia


b. Besar Sampel
Besar sampelnya dihitung menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai
berikut:
N
n=
1 + N (d2) 2.

Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Dimana :
N = 53
d = 0,5% (0,05)

53
n =
1 + 53 (0,05)2
53
n = 1 + 53 (0,0025)

53
n = 1 + 0,132

n = 53
1,132

n = 46,81 sampel
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 47 responden
c. Tehnik pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel degan teknik
proporsional stratifiet random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari
anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu23. Proporsi sampel tiap-tiap ruangan:
23

n
Keterangan:
x Jumlah perawat di masing-masing ruangan
N
15
Ruang Sawo : x 47= 13
53
9
Ruang Salak : x 47 = 8
53
11
Ruang Anggur : x 47 = 10
53
10
Ruang Langsat : x 47 = 9
53
8
Ruang Srikaya : x 47 = 7
53

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu:
1. Variabel Bebas (independent variable
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (variabel terikat) 22. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kecerdasan emosional perawat
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas22. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah karakteristik yang diamati dari sesuatu yang
didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang
merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan bagi
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatru
objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang oleh orang lain22.
24

1. Variabel Independen
Kecerdasan emosional perawat
Defenisi : Kemampuan pengendalian diri yang dimiliki oleh perawat saat
memberikan pelayanan yang meliputi mengenali emosi diri,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan
dengan orang lain.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Pengisian kuesioner
Skala Ukur :Ordinal
Hasil Ukur : 0 = Kurang baik dengan skor jawaban responden <median
1 = Baik denganskor jawaban responden ≥ median
2. Variabel Dependen
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Skizofrenia
Definisi : Merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pasien skizofrenia yang yang sesuai dengan
tahapan pemberian asuhan keperawatan yaitu dimulai dari pengkajian,
merumuskan diagnose keperawatan, melakukan perencenaan dan
melakukan implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi hasil
keperawatan.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Pengisisan kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 0 = Pelaksanaan kurang baik jika pemberian asuhan keperawatan tidak
sesuai dengan tahapan.
1 = Pelaksanaan baik pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
tahapan

F. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner kecerdasan
emosional sudah diuji validitas sebelumnya dengan hasill uji validitas instrumen
kecerdasan emosi dapat diketahui bahwa dari 50 item yang diuji cobakan terdapat 21
item yang gugur dikarenakan phitung < p tabel dengan taraf signifikansi 5% dan
N=78 (nilai phitung=0.220). Butir yang valid rhitung memiliki indeks korelasi
berkisar antara 0,005- 0,045. Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini dengan
25

dasar teori yang digunakan adalah Cronbach Alpha. Kriteria penentuan reliabilitas
instrumen dengan membandingkan nilai rtabel dan rhitung. Jika rhitung > rtabel maka
instrumen yang diuji dinyatakan reliabel. Dari penghitungan reliabilitas rhitung
instrumen kecerdasan emosi didapat koefisien sebesar 0,442-0.807 (rtabel=0,342).
Kuesioner kecerdasan emosional pada penelitian ini berisi 20 pernyataan
menggunakan skala menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban Sangat
Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Setuju (S) diberi
nilai 3, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 424.
Kuesioner pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia berdasarkan
penerapan standar asuhan keperawatan berisi 32 pernyataan menggunakan skala
gutmant dengan alternatif jawaban Ya diberi nilai 1 dan Tidak diberi nilai 025.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner.
2. Jenis data yang dikumpulkan adalah:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner
secara langsung kepada perawat di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
b. Data sekunder, yaitu data yang digunakan untuk mendukung data primer yaitu
data yang diambil dari rekam medik RSUD Madani Provinsi Sulawesi
Tengah.

H. Pengolahan Data
Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Editing : memeriksa kembali data-data yang telah dikumpulkan apakah ada
kesalahan atau tidak.
2. Coding : pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang
bersifat kategori.
3. Entry : memasukkan data ke program komputer untuk keperluan analisis.
4. Cleaning : membersihkan data dan melihat variabel yang digunakan apakah
datanya sudah benar atau belum.
5. Describing : Menggambarkan atau menerangkan data.
Selanjutnya data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan program
komputer.
26

1. Analisis univariat
Data dianalisis secara univariat. Analisa data dilakukan terhadap tiap
variabel penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel. Analisa data dilakukan dengan formulasi distribusi frekuensi
dengan rumus sebagai berikut26:

P = x 100%
Keterangan : P = Persentase
f = Frekuensi
n = Sampel
2. Analisis Bivariat.
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua vriabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi26. Analisis bivariat yang dilakukan untuk melihat
kecerdasan emosional perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
skizofrenia menggunakan uji chi square dengan nilai kemaknaan (p ≤ 0,05) dan
tingkat kepercayaan 95%. Adapun rumus uji chi square sebagai berikut:
X² = ∑ (o ─ E )²
E
Keterangan : χ² : chi square
fo : frekuensi observasi
fE : frekuensi harapan
Syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nilaiexpected lebih kecil
dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi-Square tidak
terpenuhi, digunakan uji alternatif27. Alternatif uji Chi-Square bergantung pada
jenis tabel.
a. Untuk tabel 2 x 2 alternatif uji Chi-Square adalah uji fisher’s
b. Untuk tabel 2 x k atau B x 2 dimana B dan K adalah data kategorik nominal
lebih dari dua kategori, alternatif uji Chi-Square adalahuji mann Whitney atau
penyederhanaan sel.
27

I. Bagan Alur Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan alur yang digambarkan dalam
bentuk skema berikut ini:

Observasi Lapangan

Pengambilan data awal di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah

Merumuskan masalah penelitian

Telaah Literatur

Penelitian kuantitatif dengan survei cross sectional

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat


di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah

Sampel adalah sebagian populasi

Analisis Univariat
Pengolahan data
Analisis Bivariat

Penyajian hasil penelitian

Gambar 3.1 Skema Bagan Alur Penelitian


Sumber Peneliti 2020
28

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization Mental disorders fact sheets. 2017. [diunduh 2020 April
6]. Tersedia pada http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en.

2. Mohamed A, Elkaseh. The Influences Perceived Ease of Use and Perceived


Usefulness of Social Media for E-Learning in Libyan Higher Education : A Structural
Equation Modeling Analysis. International Journal of Information and Education
Technology, 2015. Vol. 6, No. 3

3. World Health Organization. Depression and other common mental disorders: global
health estimates. Switzerland: World Health Organization. 2018. [diunduh 2020April
6]. Tersedia pada http://apps.who.int/iris/bitstream/1/WHO-MSD-MER2017.2-eng.pdf

4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian RI tahun 2018.

5. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah. Data Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat
2018.

6. American Psychological Association (APA). Dictionary of Psychology. Washington,


DC: American Psychological Association. 2015.

7. Hawari, Dadang. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2013.

8. Ariwidiyanto, Dedy. Hubungan Antara Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif


Dengan Sikap Perawat Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Akut RS Jiwa Darah
Surakarta. 2015. Skripsi tidak dipublikasi. Surakarta: Program Studi S1 Keperawatan,
Stikes Kusuma Husada

9. Uha. IN. Budaya Organisasi Kepemimpinan & Kinerja. Jakarta. Prenada Media
Group2013.

10. Goleman D.Emotional Intelegence-Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama. 2015.

11. Paomey C.J. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Perawat Dalam
Menerapkan Asuhan Keperawatan di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado e-
journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016.

12. Zainaro M.A. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Alimuddin Umar Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Kesehatan
Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.3, Juli 2017: 162-166

13. Stuart,G.W. Psyciatric Nursing. (Edisi 10). Jakarta: EGC. 2013.

14. Yosep, I, Sutini, T. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung Refika Aditama. 2014
29

15. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder Edition (DSM-V). Washington : American Psychiatric Publishing. 2013.

16. Yusuf Ah, Rizky Fitryasari PK, Hanik E N. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Salemba Medika 2015.

17. Yosep, I. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. 2015.

18. Marquis, Bessie L., & Huston, Carol J.. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan:
teori dan aplikasi. Jakarta: EGC. 2016.

19. Alghamdi. Mohammed G. Nursing Workload: a concept analysis. Journal of Nursing


Management. 24(4). 449-457. doi: 10.1111/jonm.12354. 2016.

20. Diniz, I. A., Cavalcante, R. B., Otoni, A., & Mata, L. R. Perception of primary v health
care manegement nurse on the nursing process. Rvista Brasileira de t, Enfermagem
REBEN, 180. doi: http://dx.doi.org/10.1590/0034-7167.2015680204i. 2015.

21. Franklin, Catherine M., Bernhardt, Jean M., Lopez, Ruth P., Middleton, Ellen R.L., &
Davis, Sheila.. Interprofessional teamwork and collaboration between community
health workers and healthcare teams: An integrative review. Journal SAGE. 1-9. doi:
2333392815573312. 2015.

22. Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta
(ID): Salemba Medika. 2014.

23. Hidayat, A.A. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta :
Salemba Medika. 2014.

24. Rifai, F. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku Caring Pada Perawat Di
Ruang Marwah RS Haji Surabaya. Skripsi: Universitas Airlangga. 2017.

25. Hrahap S.Y. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS. Martha Friska
Brayan Medan. 2018. Vol 26 (3)

26. Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta,


Jakarta.

27. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta,
CV. 2017.
30

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

    WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


No KEGIATAN April Mei Juni Juli Agustus
  1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsul Judul                            
2   Pengambilan Data Awal                              
3 Menyusun Proposal                            
4 Ujian Proposal                              
5 Perbaikan                              
6 Izin Penelitian                              
7 Penelitia
8 Menyusun Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Perbaikan Skripsi                              

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


31

Saya yang bertanda tangan di bawa ini:


Nama Peneliti : Nur’ Fatima S Laturu
NPM : 201801179
Status : Mahasiswa STIKes Widya Nusantara Palu
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu, saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan antara
kecerdasan emosional perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien skizofrenia
di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional perawat dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
Selanjutnya kami mohon kesediaan anda untuk bersedia menjadi responden kami.

Peneliti

Nur’ Fatima S Laturu

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


32

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Inisial :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Nur’ Fatima S Laturu
Nim : 201801179
Judul : Hubungan antara kecerdasan emosional perawat dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSUD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh peneliti, bersama ini saya menyatakan
bahwa saya bersedia menjadi responden peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat tanpa
paksaan maupun tekanan dari peneliti.
.

Palu, Agustus 2020

Responden

KUESIONER
33

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT DENGAN


PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MADANI PROVINSI
SULAWESI TENGAH

A. Keterangan/Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :

B. Pertanyaan Tentang Kecerdasan Emosional


Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara. Berilah tanda (√)
pada salah satu pilihan pernyataan berikut. Keempat pernyataan yang mungkin adalah:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Setuju
4 = Sangat Setuju

Jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
1. Saya menyadari kekecewaan terhadap suatu hal
2. Saya mengetahui penyebab saya marah
3. Saya mengetahui penyebab saya sedih
4. Saya mengetahui kekesalan yang saya rasakan
Saya mengetahui suatu hal yang membuat saya menjadi
5.
takut
Saya mengetahui penyebab hal yang membuat saya
6.
bahagia
Saya dapat menahan amarah ketika di olok-olok oleh
7.
teman atau orang lain
Saya dapat menerima kekecewaan ketika permintaan saya
8.
tidak dikabulkan
Saya dapat mengatasi rasa sedih saya dan tetap bekerja
9.
secara profesional
Saya dapat menerima ketika saya mendapat teguran dari
10.
atasan saya
11. Saya dapat mengatasi rasa takut saya terhadap suatu hal
Saya dapat menahan rasa gembira saya ketika saya merasa
12.
bahagia
13. Saya membutuhkan latihan keperawatan
Saya harus membaca seputar ilmu keperawatan agar
14.
membuat saya semakin baik dalam berkarir nantinya
Saya menginginkan mengikuti seminar keperawatan untuk
15.
menambah pengetahuan
Saya harus bekerja secara maksimal agar hasil kerja saya
16.
baik
17. Dalam menjalin hubungan dengan pasien, saya tidak
34

selalu memulai pembicaraan terlebih dahulu


Saya dapat beradaptasi dengan cepat dimanapun saya
18.
berada
Saya selalu menghibur teman saya ketika teman saya
19.
bersedih walaupun itu bukan teman dekat saya
Saya selalu mendengarkan keluhan teman saya walaupun
20.
sebenarnya saya sedang sibuk.
(Rifai 2017)

C. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Skizofrenia


Keterangan :
Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan kenyataan yang anda
lakukan sesuai ketentuan sebagai berikut:

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
A. Pengkajian
Melakukan pengkajian dan mengisi format pengkajian
1.
dengan lengkap
2. Mencatat data sesuai dengan pedoman pencatatan
3. Mengelompokkan bio-psiko-sosial, dan spiritual
4. Mengkaji pasien sejak dirawat sampai pulang
5. Merumuskan masalah untuk diagnosa keperawatan awal
B. Diagnosa Keperawatan
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
6.
dirumuskan
Diagnosa keperawatan didasarkan pada masalah kesehatan,
7.
penyebab dan gejala yang ada pada klien
8. Merumuskan diagnosa keperawatan actual
9. Merumuskan diagnosa keperawatan potensial
C. Perencanaan
Membuat prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan
10.
kebutuhan klien
Menentukan tujuan dari asuhan keperawatan
11.
Mengembangkan rencana keperawatan dengan melibatkan
12.
keluarga
13. Membuat perencanaan tindakan keperawatan observasi
14. Membuat tindakan keperawatan kolaborasi
Membuat tindakan keperawatan bersifat pendidikan
15.
keperawatan
Membuat perencanaan mengacu pada tujuan dengan kalimat
16.
perintah, terinci dan jelas
Membuat rencana tindakan keperawatan sesuai standar
17.
asuhan keperawatan
D. Implementasi
18. Melaksanakan tindakan keperawatan mengacu pada rencana
35

Melaksanakan tindakan keperawatan dengan komunikasi


19.
yang teurapetik
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan asuhan
20.
keperawatan
21. Mengobservasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
22. Merevisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah
23.
dilaksanakan dengan jelas dan ringkas
E. Evaluasi
Mengevaluasi asuhan keperawatan klien berdasarkan tujuan
24.
yang ditetapkan
25. Mencatat semua asuhan keperawatan klien
F. Dokumentasi Keperawatan
Menuliskan hasil keperawatan pada format yang sudah
26.
standar
Mencatat sesuai dengan tindakan keperawatan yang
27.
dilaksanakan
28. Pencatatan ditulis dengan jelas dan ringkas
29. Pencatatan ditulis dengan benar
30. Mencantumkan paraf/tanda tangan dan nama jelas
Mencantumkan tanggal, jam setiap selesai melakukan
31.
tindakan keperawatan
32. Berkas disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(Harahap 2018)

Anda mungkin juga menyukai