Pengontrol PID
Pengontrol PID adalah pengontrol konvensional yang banyak dipakai dalam
dunia industri.
Pengontrol PID akan memberikan aksi kepada Control Valve berdasarkan
besar error yang diperoleh.
Level air yang diinginkan disebut dengan Set Point.
Error adalah perbedaan dari Set Point dengan level air aktual.
Persamaan Pengontrol PID adalah :
det
t
mvt K P et et dt Td
1
Ti 0 dt
Keterangan :
mv(t) adalah output dari pengontrol PID atau Manipulated Variable
Kp adalah konstanta Proporsional
Ti adalah konstanta Integral
Td adalah konstanta Detivatif
e(t) adalah error (selisih antara set point dengan level aktual)
Persamaan Pengontrol PID diatas dapat juga dituliskan sebagai berikut :
det
t
mvt K p et K i et dt K d
0
dt
Dengan :
1
Ki K p dan K d K p Td
Ti
Pengontrol Proporsional
Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional
dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan
dengan harga aktualnya).
Pengontrol Integral
Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan mantap nol (Error Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol
tidak memiliki unsur integrator, pengontrol proporsional tidak mampu
menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan mantapnya nol.
Keluaran pengontrol ini merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari
perubahan masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
maka keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan
masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang
dibentuk oleh kurva kesalahan / error.
Bila nilai e(t) naik 2 kali, maka laju perubahan u(t) terhadap waktu menjadi 2
kali lebih cepat. Bila e(t) tetap, maka nilai u(t) akan tetap seperti semula.
Pengontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi
derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat.
Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol juga tidak
mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls.
Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya
justru merupakan fungsi step yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh
kecepatan naik dari fungsi ramp dan factor konstanta Kd.
Ciri-ciri pengontrol derivatif :
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum
pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat
mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif
dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.
4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan
mengurangi overshoot.
Berdasarkan karakteristik pengontrol ini, pengontrol diferensial umumnya dipakai
untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan
pada keadaan tunaknya. Kerja pengontrol diferensial hanyalah efektif pada lingkup
yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh sebab itu pengontrol diferensial
tidak pernah digunakan tanpa ada kontroler lainnya.
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup
tertutup disimpulkan pada table berikut ini :
Respon
Settling Steady-State
Lup Rise Time Overshoot
Time Error
Tertutup
Proporsiona Menurunka Meningkatka Perubahan Menurunkan/
l n n kecil mengurangi
Menurunka Meningkatka Meningkatka Mengeliminas
Integral
n n n i
Perubahan Perubahan
Derivatif Menurunkan Menurunkan
Kecil kecil
Pengontrol PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan D
dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel
3. Buat 6 buah Digital Control dengan cara pilih Numeric » Digital Control.
Membangun VI Diagram
1. Aktifkan Block Diagram
4. Buat 6 buah Sequence Local pada bagian bawah frame. Untuk membuat
Sequence Local klik kanan di bagian bawah Sequence, pilih “Add
Sequence Local”
5. Buat 2 buah Numeric Constant dengan nilai “-150” dan “150”. Ini akan
menjadi batas minimal dan maksimal dari Manipulated Variable yang
dihasilkan.
10. Frame 4 : “Perhitungan Besar Sinyal PID dengan batas max dan min”
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa perlu dilakukan pembatasan
terhadap Manipulated Variable. Fungsi dari Batas Max dan Batas Min
adalah untuk melakukan pembatasan ini.
Setelah menghitung besar sinyal PID, maka ada 3 kemungkinan kasus yang
terjadi bila diberi batas max dan min :
- Jika PID < Batas Min, maka PID = Batas Min
- Jika Batas Min PID Batas Max, maka PID = PID
- Jika PID > Batas Max, maka PID = Batas Max
4PID BatasMin
SinyalKontrol 1
BatasMax BatasMin
Pembuatan Diagram
1. Aktifkan diagram.
2. Tempatkan Set Point dan Error Aktual diatas Tangki Proses 2.
3. Tempatkan Kp, Ki, Kd dibagian atas kiri While Loop dan Grafik
Performansi Sistem dibagian atas kanan While Loop.
4. Buat sebuah Shift Register pada bagian atas border While Loop untuk
memasukkan nilai Error Aktual. Tambahkan sebuah elemen lagi pada
terminal sebelah kiri.
5. Buat sebuah Shift Register di atas Shift Register ”Error Aktual” untuk
memasukkan nilai Error Total (t) yang dihasilkan oleh Modul Pengontrol
PID.
6. Beri inisiasi awal masing-masing Shift Register sebesar 0 dengan cara
membuat sebuah Numeric Constant di luar While Loop dan dihubungkan
dengan setiap Shift Register yang baru dibuat menggunakan kabel.
11. Panggil subVI “PengontrolPID.vi” dengan cara pada Control Palette pilih
Select a VI… lalu akan tampil Windows Choose the VI to open. Pilih file
“Pengontrol PID.vi”. Tempatkan dibagian tengah atas While Loop.
Pengujian Sistem
Yang menjadi parameter keberhasilan sistem pengontrolan adalah :
1) kemampuan level Tangki Proses mendekati Set Point
2) Error Aktual saat steady state bernilai kecil atau bahkan tidak ada
Error Aktual.
3) Control Valve yang bertindak sebagai Manipulated Variable tidak
berfluktuasi secara drastis.
Untuk menguji pengontrol, lakukanlah setting sebagai berikut :
1. Set Control Valve 2 pada harga sekitar 50. (ini mensimulasikan bukaan
valve sebesar 50%)
2. Masukkan harga Kp = 5; Ki = 1; Kd = 0.5
3. Masukkan harga Set Point = 54
Gambar 9 – 15.
Input Grafik Performansi Sistem pada Model Pengontrolan Tipe 2
5. Ubah kalkulasi Error Aktual untuk Pengontrol PID menjadi seperti gambar
9 – 16. Bagian yang diubah adalah “Set Point”, “Error Aktual” serta
“Subtract”.
Gambar 9 – 17.
Input Grafik Performansi Sistem pada Model Pengontrolan Tipe 3
5. Ubah Write Local Variable “Control Valve-1” pada sebelah kanan SubVI
Modul PengontrolPID menjadi “Control Valve-2”. Seperti seperti gambar
9 – 18.
Gambar 9 – 18.
I. Tabel Data
Pengontrolan Level Tangki 2 oleh Control Valve 1
95
33
95
33
95
33
Nama :
NIM :
Waktu Praktikum :
III. Analisa
Jelaskan keuntungan dan kerugian pengontrolan menggunakan pengontrol PID:
Nama :
NIM :
Waktu Praktikum :
I. Tabel Data
95
33
95
33
95
33
LAPORAN MODUL II
Pembuatan Pengontrol PID dan Alternatif Model Pengontrolan
Nama :
NIM :
Waktu Praktikum :
III. Analisa
Jelaskan keuntungan dan kerugian pengontrolan menggunakan pengontrol PID: