Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANAJEMEN FARMASI

“Manajemen inventory di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian

NAMA : MEGA PRATIWI BASIR

NIM : G701 19 044

KELAS : C

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sarana kesehatan.
Fungsi sarana kesehatan adalah untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan
rujukan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu sarana kesehatan juga dapat dipergunakan
untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian termasuk juga pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

 Fasilitas produksi : industri Farmasi, Industri Alkes, industri obat tradisional, industri
kosmetik. Inventorynya nya adalah pro material, packaging material,
 Fasilitas pelayanan : Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, klinik, praktek dokter, toko obat.
Inventorynya merupakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya.
 Fasilitas distribusi : PBF atau pedagang besar farmasi dan instalasi Farmasi daerah.

Sistem pengelolaan obat memang dipandang sebagai bagian yang sangat penting di suatu rumah
sakit dan harus dilakukan dengan sistem yang baik dan diorganisasikan dengan satu cara dengan
memberikan pelayanan berdasarkan aspek pelayanan keefektifan dan ekonomis dalam
penggunaan obat sehingga dapat dicapai efektifitasnya dan efisiensinya dalam pengelolaan obat.
Pengelolaan obat berkaitan erat dengan belanja dan anggaran rumah sakit karna 40% dari total
biaya kesehatan. Pendanaan inj diberikan untuk pengelolaan obat-obatan.

Manajemen pengelolaan obat atau manajemen inventory rumah sakit harus dijamin agar obat
selalu tersedia ketika diperlukan dan jumlah yang cukup dan mutunya terjamin sehingga
pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dinilai bermutu. Manajemen inventory ini menyangkut
berbagai tahap dan kegiatan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.

Manajemen obat ini di rumah sakit merupakan unsur penting manajerial di rumah sakit secara
keseluruhan. Siklus manajemen obat itu terdiri dari empat tahap yaitu selection (seleksi)
procuremen (pengadaan), Distribution (distribusi), dan use (penggunaan). Masing-masing tahap
ini berkaitan dengan erat sehingga harus dikelola dengan baik.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan
mengadakan mengelola dan mendistribusikan obat untuk Rumah Sakit secara keseluruhan.
Perencanaan pengelolaan obat harus sesuai dengan pedoman pedoman yang sudah ditetapkan
misalnya sesuai formularium rumah sakit atau formularium nasional.

Obat yang akan diadakan atau dibeli harus direncanakan secara rasional agar jenis dan
jumlahnya sesuai sehingga merupakan produk/barangnya yang terbaik sehingga dapat
meningkatkan penggunaan yang rasional pada pasien dengan harga yang terjangkau atau
ekonomis.

Formularium dapat dapat diartikan sebagai daftar produk obat yang digunakan untuk tatalaksana
suatu perawatan. Formularium merupakan suatu referensi informasi yang selektif dan relevan
untuk dokter penulis resep ataupun kita sebagai apoteker yang meracik obat.

1) Selection (Perumusan kebutuhan atau perencanaan obat)


Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan
obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis
dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses
perencanaan ini terdiri dari bagaimana cara memperkirakan kebutuhan menetapkan sasaran
nya menentukan strategi nya dan bagaimana tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan tersebut.

Seleksi merupakan proses kegiatan yang dimulai sejak meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, mengidentifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosisnya, serta
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial standarisasi serta
menjaga dan memperbarui standar obat.

Tujuan perencanaan obat yaitu untuk menyusun kebutuhan obat yang sesuai kebutuhan untuk
mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan Farmasi Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan penggunaan farmasi secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai tujuan perencanaan obat maka ada beberapa hal yang perlu dipahami dan
diperhatikan, yaitu :
o Harus mengenal dengan jelas rencana jangka panjang
o Persyaratan barangnya meliputi kualitas fungsi barang, pemakaian satu merek dan untuk
jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku
o Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang Apakah fast moving atau
slow-moving dan berapa jumlahnya pada saat terjadi pada putaran
o Anggaran dan prioritas untuk pembelian barang tersebut.
Tahapan perencanaan pengelolaan kebutuhan obat :
a) Persiapan
Membentuk tim perencanaan dan pengadaan obat yang gunanya untuk meningkatkan
Efisiensi dan efektivitas penggunaan dana obat melalui kerjasama antar instansi yang
terkait dalam mengatasi masalah obat
b) Perencanaan
 Memilih obat
Digunakan untuk menentukan obat-obatan apa yang sangat diperlukan sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit.
 Menghitung kebutuhan obatnya
Hal ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dengan
koordinasi dari proses perencanaan dan pengendalian obat diharapkan obat yang kita
dimiliki didapat sesuai dengan jenis yang tepat dan jumlah yang tepat dan waktu yang
tepat pula.

Metode
1. Konsumsi
2. Morbiditas atau epidemiologi
3. Kombinasi.

Menurut WHO, tahap-tahap seleksi obat :


1. Kita harus membuat daftar masalah kesehatan yang umum dialami
2. Menentukan terapi standar untuk obat standar yang akan digunakan
3. Melihat Daftar obat esensial.

2) Procurement (Pengadaan)
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di rumah sakit dan untuk
pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok external melalui pembelian,
Manufaktur distributor atau pedagang besar farmasi.

Siklus pengadaan obat mencakup pemilihan kebutuhan penyesuaian kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaannya, penetapan atau pemilihan pemasok, penetapan masa
kontraknya, pemantauan status pemesanan, penerimaan dan pemeriksaan obat serta pembayaran
dan penyimpanan pendistribusian, dan pengumpulan informasi pengadaan obat.

Proses pengadaan dapat dikatakan baik apabila tersedianya obat dan jenis serta jumlahnya cukup
sesuai dan mutunya terjamin sehingga dapat diperoleh pada saat kita memerlukannya.

Jenis pengadaan obat di rumah sakit dibagi menjadi berdasarkan :


1. Pengadaan barang
2. Sifat penggunaan barang.

Berdasarkan waktu pengadaan terdiri atas :


1. Pengadaan pembelian tahunan
2. Pengadaan dengan pembelian jadwal
3. Pembelian dengan rutin setiap bulan.

Metode pengadaan :
 Berdasarkan pembelian :
1. Bisa dilakukan dengan pembelian.
2. Dengan pemilihan langsung. Kita dapat memilih obat-obatan apa dan di PBF apa saja.
3. Penunjukan langsung. Pada metode ini kita dapat menunjuk langsung PBF mana yang
ingin bekerja sama dengan Rumah Sakit kita.
4. Swakelola.
 Berdasarkan produksi
Pada Apotek atau rumah sakit tidak dilakukan karena jarang kita memproduksi produk-produk
rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan apabila dirasa produk atau obat akan lebih murah jika
diproduksi sendiri atau jikalau obat itu tidak ada dipasaran, atau juga obat-obat itu dilakukan
untuk penelitian tertentu.

3) Distribution (distribusi obat)


Untuk dirumah sakit, digolongkan berdasarkan ada tidaknya di depo-depo RS.
Sistem distribusi dibagi 2 :
 System pelayanan terpusat (sentralisasi). RS tida memiliki depo-depo
 Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi). RS memiliki depo-depo
Berdasarkan distribusi ke pasien rawat inap :
 System distribusi obat dengan resep individual (permintaan tetap). Resep ditulis dokter
untuk penderita.
 System distribusi persediaan lengkap di ruangan. Semua obat untuk pasien terdapat di suatu
ruangan
 System distribusi obat kombinasi resep invidual dan persediaan lengkap
 System distribusi obat dosis unit. Berkaitan dengan jenis kemasan. Pasien hanya akan
mendapatkan obat ketika waktunya untuk minum obat.

Penyimpanan obat.
Harus memperhatikan lingkungan dan gangguan dari fisik. Tujuan untuk menjaga mutu obat-
obatan tersebut. Dengan memperhatikan :
1. Sistem penyimpanan obat
2. Factor yang harus diperhatikan
3. Cara penempatan.
Standar penyimpanan obat :
1. Persyaratan gudang.
Luas min 3 x 4 m2. Luagannya kering & tidak lembab, ada ventilasi, lantainya dari
semen/keramik, dindingnya licin, dan tidak boleh ada tikus. Harus ada lemari khusus
untuk obat narkotika yang ada kuncinya.
2. Pengaturan penyimpanan obat
Menurut bentuk sediaannya dan disusun berdasarkan abjad. Penyimpanannnya
menerapkan vivo dan vevo
3. Tata ruang penyimpanan.
Harus memiliki ruang untuk bergerak dan dengan system 1 lantai dan bebas sekat. Harus
memiliki sirkulasi udara yang baik.

Factor-faktor yang harus diperhatikan :


1. Keamanan
2. SDM
3. Penggunaan ruangan
4. System yang efektif

Cara penempatan persediaan :


1. Fixed location. Penempatan yang sama atau tetap
2. Fluid location.
3. Semifluid location. Cara penyimpanan yang mengkombinasikan fixed dan fluid location.
4. Use (pengunaan)
- Dispensing
Meliputi : menerima resep, memvalidasi resep, menginterprestasikan, dan menganalisasi
resep. Harga sesuai dengan kemampuan pasien. Menyiapkan item obat yang dibutuhkan.
Memberikan label dan etiket. Menyerahkan obat diiikuti menginformasikan kepada pasien.
Memonitor kegiatan yang sudah kita lakukan
- Evaluasi penggunaan obat.
Meliputi : menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan indikator, melakukan
evaluasi, menganalisis dan menyimpulkan hasil, membuat rekomendasi obat.
- Penyerahan obat
Untuk obat bebas dan bebas terbatas bisa diberikan oleh apoteker dan asisten apoteker
dengan resep dan tanpa resep
Obat keras, narkotika, dan psikotropik harus diberikan oleh apoteker dengan resep dan
harus diberikan etiket.

Anda mungkin juga menyukai