Anda di halaman 1dari 34

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

ASPIRATION PNEUMONIA PADA NEONATAL (BAYI) DI


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2020

PROPOSAL

OLEH:

NITA ANGGRA YANI


17172008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2020

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Masalah

Pneumonia neonatal merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang

disebabkan terutama oleh bakteri, yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi

dan anak balita. Pneumonia meruapakan penyebab utama kematian diantara semua

kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatal.

Pneumonia neonatal merupakan penyebab signifikan kematian pada bayi yang

baru lahir, yang terjadi dalam 30 hari pertama kehidupan bayi. Bayi dengan pneumonia

yang terkomplikasi oleh infeksi melalui darah memiliki resiko kematian 10 dan resiko ini

menjadi tiga kali lipat jika bayi memiliki berat badan kurang saat lahir.

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi

akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk mengurangi angka kematian

anak. Penyebab kematian anak dibawah lima tahun adalah pneumonia, diare, infeksi lain,

malaria dan noncomunicable disease. Angka kejadian pneumonia sudah mengalami

penurunan namun masih menjadi penyebab kematian anak dibawah lima tahun paling

tinggi.

Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita terdiri

dari faktor intrinsic yaitu status gizi, status imunisasi, berat badan lahir rendah, pemberian

vitamin A, pemberian ASI eksklusif dan faktor ekstrinsik yaitu ventilasi, kepadatan

penduduk, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, kebiasaan merokok (WHO, 2018).

Pneumonia sekarang menjadi penyebab utama kematian kedua pada balita (15%)

menurut World Health Orgazation (WHO). Pneumonia menyumbang sekitar 30% dari

semua kematian anak diseluruh dunia (Fischer Walker et al, 2013). Setiap tahun 1-3 juta

anak meninggal akibat pneumonia (Butta et al, 2013). Insiden pneumonia di masyarakat

1
menyumbang lebih dari 2 (dua) juta kematian pertahun pada anak-anak kurang dari 5

tahun, kebanyakan di Negara berkembang (Elbasha et al, 2013). Pneumonia menjadi

beban penyakit di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Insiden pneumonia komuniti

(community-acquired pneumonia atau CAP) dan pneumonia nosocomial (hospital-

acquired pneumonia atau HAP) di Filipina masing-masing adalah 14.245 dan 5.615

kasus, di Malaysia masing-masing 4.205 dan 2.187 dan di Indonesia masing-masing 988

dan 538. Case fatality rate (CFR) bervariasi dari 1,4% sampai dengan 4,2 % untuk CAP

dan 9,1 % sampai dengan 25,5% untuk HAP. Rata-rata lama perawatan pneumonia

adalah 6,1-8,6 hari untuk CAP dan 6,9-10,0 hari untuk HAP. Biaya rawat inap adalah

antara USD 254 dan USD 1208 untuk CAP dan anatar USD 275 dan USD 1482 untuk

HAP (Azmi et al, 2016).

Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak disuluh dunia. Sebanyak

920.136 anak dibawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia pada tahun 2015.

Pneumonia menyumbang sekitar 16% dari 5,6 juta kematian balita, memakan korban

sekitar 880.000 anak pada tahun 2016 (UNICEF, 2016).

Di Indonesia pneumonia juga masih menjadi masalah kesehatan pada balita.

Jumlah kasus pneumonia balita di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 549.708

kasus sedangkan pada tahaun 2013 sebesar 571.547 kasus. Terjadi peningkatan kasus

yang cukup signifikan yaitu sebesar 25% dari kasus pneumonia sebelumnya. Angka

kematian balita akibat pneumonia juga menunjukkan kenaikkan yang sangat signifikan

dimana angka kematian balita akibat pneumonia pada tahun 2012 sebesar 609 balita

sedangkan pada tahun 2013 sebesar 6774 balita. Kenaikkan angka kematian balita akibat

pneumonia mencapai lebih dari 60% dari tahun sebelumnya, hal ini hendaknya menjadi

perhatian serius pemerintah untuk menangani kasus pneumonia dari penemuan,

2
intervensi, diagnosa dan pengobatan pneumonia khususnya bagi balita. (Kemenkes RI,

2013 dan 2014).

Berdasarkan data pada profil kesehatan Indonesia menyatakan bahwa jumlah

penemuan balita yang menderita pneumonia sebesar 588,146 balita. Angka kematian

akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,11% sedangkan tahun 2015 sebesar

0,16%.

Di aceh sendiri angka kematian neonatal adalah jumlah bayi (usia 0-28 hari) yang

meninggal disuatu wilayah pada kurun tertentu yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran

hidup pada tahun yang sama. Upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting

karena neonates memberi kontribusi terhadap 76% (761 jiwa) kematian bayi atau sebesar

71% dari seluruh kematian balita. Untuk mencapai target penurunan kematian bayi, maka

peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir menjadi prioritas utama.

Dari data yang bersumber pada Dinas kesehatan kabupaten/kota diketahui jumlah

kebatian bayi di aceh sebanyak 943 kasus dan lahir hidup 103.931 jiwa. Salah satu upaya

yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan

pneumonia pada bayi dan balita. Perkiraan kasus pneumonia balita sebesar 10% dari

jumlah balita di aceh yaitu sebanyak 45.280 kasus. Cangkupan pneumonia pada balita

tahun 2017 sebesar 6% (2.779 kasus).

Menurut data dari rumah sakit ibu dan anak kota banda aceh terdapat 9 kasus

neonatal pneumonia pada tahun 2018, sedangkan pada tahun 2019 terjadi peningkatan

kasus neonatal pneumonia yaitu terdapat 29 kasus Neonatal Pneumonia di Rumah Sakit

Ibu dan Anak.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Aspiration Pneumonia Pada Neonatal (Bayi) Di Rumah Sakit

Ibu Dan Anak Kota Banda.

3
2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Aspiration Pneumonia Pada

Neonatal (Bayi) Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh.

3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian aspiration

pneumonia pada neonatal (bayi)

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan faktor bayi dengan kejadian aspiration pneumonia

pada neonatal (bayi).

b. Untuk mengetahui hubungan faktor perilaku dengan kejadian aspiration

pneumonia pada neonatal (bayi).

c. Untuk mengetahui hubungan faktor pelayanan kesehatan dengan kejadian

aspiration pneumonia pada neonatal (bayi).

d. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dengan kejadian aspiration

pneumonia pada neonatal (bayi).

4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian aspiration pneumonia pada neonatal (bayi).

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah pengetahuan bagi institusi pendidikan dan sumber ilmu untuk

segala bidang kesehatan.

4
3. Bagi Penelitian Lain

Bagi peneliti lain diharapkan menjadi bahan informasi bagi peneliti dalam

menganalisi penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian aspiration

pneumonia pada neonatal (bayi).

5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

5 Konsep Neonatal

1. Pengertian Neonatal

Neonatal merupakan individu yang sedang tumbuh dan baru saja melewati

proses penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan esktrauterine.

Neonatal adalah bayi yang lahir hidup hingga 28 hari dilahirkan. Neonatal merupakan

bagian dari interval bayi yang dimulai dari lahir sampai tahun pertama kehidupan.

Neonatal dibagi atas 2 yakni, neonatal dini dan neonatal lanjut.

Neonatal dini adalah bayi lahir hidup dalam masa 0-7 hari sejak dilahirkan.

Neonatal dini merupakan bagian dari neonatal yang dibagi untuk mengidentifikasi

penyebab kematian pada kelompok neonatal, sedangkan neonatal lanjut adalah bayi

berusia 8-28 hari.

Periode neonatal merupakan periode yang mudah terserang penyakit,

diakibatkan terjadi transisi dari kehidupan didalam kandungan ke kehidupan di luar

kandungan (ekstrauterine) yang memerlukan beberapa penyesuaian fisiologi dan

biokimia agar bayi bisa bertahan hidup. Pada masa transisi ini sebagian besar masalah

yang terjadi adalah lemahnya adaptasi bayi yang aspiksia kelahiran premature, berat

badan bayi lahir rendah, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau

pengaruh dari persalinan.

2. Klasifikasi neonatal

a. Neonatal dini

1) Defisini neonatal dini

6
Dilihat dari penyebabnya, kematian bayi dibedakan menjadi dua

macam yanitu kematian endogen dan kemarian eksogen. Kematian bayi

endogen atau yang umum disebut kematian neonatal adalah kematian bayi

yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan

oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang

tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sedangkan

kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang

terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor- factor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan

luar.

Kematian neonatal dini (early neonatal death) adalah kematian

seorang bayi yang terjadi pada 7 hari pertama sesudah lahir. Sedangkan

kematian neonatal lanjut (late neonatal death) adalah kematian bayi setelah

hari ke 7 sampai hari ke 28 sesudah lahir.

b. Neonatal lanjut

Neonatal lanjut adalah kematian bayi setelah 7 hari sampai sebelum 28

hari pertama kehidupan (7-27 hari) pada masa neonatal terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan di dalam Rahim dan terjadi pematangan organ hampir

pada semua system. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan

umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai

masalah kesehatan bisa yang tepat, bisa berakibat fatal.

3. Pencegahan kematian neonatal

a. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran diri, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka

7
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber

daya masyarakat sesuai budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang

berwawasan kesehatan.

b. Safe motherhood

Safe motherhood merupakan upaya unruk menyelamatkan wanita agar kehamilan

dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman serta menghasilkan bayi

yang sehat. Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan dalam

empat pilar safe motherhood, yaitu:

1) Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan

mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar merencanakan waktu

yang tetap untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.

2) Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila

mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta

ditangani secara memadai.

3) Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan

mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk memberikan

pertologan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada

ibu dan bayi.

4) Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetric untuk

risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.

c. Pelayanan obstetri beonatal emergensi dasar (PONED)

Puskesmas PONED adalah puskesmas yang memberikan pelayanan 24 jam untuk

penanganan onstetri neonatal emergensi dasar langsung dimana rujukan kasus

diharapkan dapat diatasi dengan baik, artinya tidak boleh ada kematian karena

keterlambatan dan kesehatan penanganan.

8
d. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

Kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan

pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komlikasi kebidanan,

keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komlikasi, bayi dan

balita, remaja dan lansia.

e. Hepatitis B 0 (HB 0)

HB 0 adalah pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi umur 0-7 hari pemberian

vaksinasi hepatitis B berguna untuk mencegah virus hepatitis B yang dapat

menyerang dan merusak hati. Imunisasi bisa meningkatkan imunitas tubuh dan

menciptakan kekebalan terhadap penyakit tertentu dengan menggunakan sejumlah

kecil mikroorganisme yang dimatikan atau dilemahkan. Tujuan imunisasi adalah

memberikan kekebalan pada bayi dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

tubuh.

f. Program perencanaan pertolongan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

P4K adalah program untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir

melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan yang sekaligus

membangun potensi masyarakat khususnya kepedulian masyarakat untuk

persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir

4. Faktor penyebab kematian neonatal

Faktor neonatal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup neonatal yaitu

infeksi/penyakit, paritas, jarak kelahiran, jenis kelamin bayi, berat badan lahir, inisiasi

menyusu dini.

a. Infeksi/penyakit

Penyakit tertentu dilihat sebagai indicator biologi terhadap peranan

determinan langsung kematian neonatal. Aspiksia, kelainan premature, kelainan

9
konginital meruapakn penyebab terbanyak yang mengakibatkan buruknya

adaptasi bayi terhadap lingkungan diluar Rahim, hasil penelitian menunjukkan

bahwa penyabab utama kematian neonatal adalah aspiksia (45%), infeksi (22) dan

kelainan congenital (11%) pada saat baru lahir, fungsi pernafasan yang adekuat

pada bayi sangat penting agar berhasil beradaptasi dengan kehidupan diluar

Rahim. Pada janin, organ pertukaran gas adalah plasenta sedangkan pada saat

lahir, paru-paru mengambil alih fungsi pernapasan.

Agar bayi bisa bertahan hidup, bayi harus mampu mengembangkan fungsi

paru-paru dengan udara, melakukan pernapasan secara kontinu dan

mempertahankan area kontak antara gas alveolus dengan darah kapiler yang

cukup besar agar efek perpindahan gas dapat memenuhi kebutuhan metabolic.

b. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR sangat terkait dengan kelahiran

premature dimana terjadi fungsi organ belum matang, komplikasi akibat terapi

dan gangguan-gangguan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian

menjadi lebih tinggi pada neonates dengan berat lahir kurang dari 2,5 kg. anak

lahir dengan BBLR mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian

kematian bayi sebesar 3,53 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang

memiliki bayi lahir BBLN

c. Paritas

Paritas merupakan klasifikasi perempuan berdasarkan jumlah bayi lahir

hidup dan lahir nanti yang dilahirkannya pada umur kehamilan lebih dari 20

minggu, pada masa kehamilan, Rahim ibu teregang oleh adanya janin. Apabila

terlalu sering melahirkan, Rahim akan semakin lemah, apabila ibu telah

10
melahirkan 3 anak lebih, perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu

kehamilan, persalinan dan nifas. Paritas lebih dari 3 menunjukkan ada hubungan

dengan kematian neonatal. Jarak kelahiran pendek berhubungan dengan kematian

neonatal. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

paritas dengan kematian neonatal.

d. Jarak kelahiran

Apa bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun,

Rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini

perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbahan janin kurang baik,

mengalami persalinan yang lama atau perdarahan, hasil penelitian menunjukkan

bahwa jarak kelahiran kurang dari 24 bulan (2 tahun) menunjukkan ada hubungan

dengan kematian neonatal.

e. Kelahiran premature

Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari

37 minggu (antara 20-37 minggu). Persalinan premature merupakan hal yang

berbahaya karena mempunyai dampak potensi terhadap kematian perinatal.

Kelahiran premature berhubungan dengan kondisi kesehatan dimana terjadi

ketidakmampuan uterus untuk menahan janin akibat ketuban pecah dini,

pemisahan dini plasenta, kehamilan ganda atau kondisi lain yang menyebabkan

terjadinya kontraksi uterus sebelum waktu persalinan.

6 Konsep Pneumonia

1. Pengertian pneumonia

Pneumonia aspirasi adalah kerusakan paru yang disebabkan oleh masuknya

cairan, partikel oksigen atau sekresi endogen ke dalam saluran napas bawah. Secara

11
konvensional aspirasi pneumonia didefinisikan sebagai infeksi yang disebabkan oleh

bakteri yang kurang virulen, terutama bakteri anaerob, yang biasanya merupakan flora

normal pada inang yang rentan mengalami aspirasi.

Pneumonia neonatal merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan yang

serius yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, utamanya bakteri, dengan

potensi mortalitas dan mordalitas yang tinggi. (jurnal inggris)

Pneumonia neonatal merupakan penyakit infeksi saluran penyakit infeksi

saluran pernafasan yang serius yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme,

utamanya bakteri dengan potensi mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus respiratorius dan aveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan

gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2014). Pneumonia merupakan infeksi

pada parenkim paru. Berbagai jenis spesies bakteri, mikoplasma, klamidia, riketsia,

virus, fungi dan farasit dapat menyebabkan pneumonia. Jadi pneumonia bukan

penyakit yang tunggal melainkan sekelompok infeksi spesifik yang masing-masing

dengan epidemiologi, patogenesis, gambaran klinis dan perjalanan klinis yang

berlainan.

Pneumonia berulang (rekuren) adalah pneumonia dengan 2 episode atau lebih

yang terjadi dalam periode satu tahun. Pneumonia berulang ini selain disebabkan oleh

mikroorganisme, juga dapat disebabkan oleh system imunitas atau kekebalan tubuh

balita yang lemah (Sari,2014). Balita dengan system imunitas atau system kekebalan

tubuh yang lemah dapat terkena pneumonia kembali setelah pernah terkena

pneumonia atau dalam kasus ini bayi atau balita tersebut terkena pneumonia berulang

atau rekuren.

12
Menurut Tierney, McPhee dan papadakis (2002), pneumonia dibagi atas 2

jenis yaitu:

a. Pneumonia dapat pada komunitas

Pneumonia yang didapat di komunitas didefinisikan sebagai suatu penyakit yang

dimulai di luar rumah sakit atau didiagnosa dalam 48 jam setelah masuk rumah

sakit pada pasien yang tidak tinggal dalam fasilitas perawatan jangka panjang

selama 14 hari atau lebih sebelum gejala.

b. Pneumonia nosokomial

Pneumonia nosokomial adalah suatu penyakit yang dimulai 48 jam setelah passion

dirawat dirumah sakit, yang tidak sedang mengalami inkubasi suatu infeksi saat

masuk rumah sakit, pneumonia yang berhubungan dengan ventilator berkembang

pada pasien-pasien dengna ventilasi mekanik lebih dari 48 jam setelah intubasi.

2. Etiologi pneumonia

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat ummnya disebabkan oleh

bakteri, virus mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.

a. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai umur

usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah

streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu

pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera

memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi

pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut

jantungnya meningkat cepat.

b. Virus

13
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus yang

tersering menyebabkan pneumonia adalah respiratory syncial (RSV). Meskipun

virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita

gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar

pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila

infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang

menyebabkan kematian.

c. Mikroplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada

manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,

meski memiliki karakteriktik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya

berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma menyerang segalan jenis usia,

tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat

rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.

d. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah pneumocystitis carinii pneumonia

(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang premature.

Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa

bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegagkkan

jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru.

3. Klasifikasi pneumonia

a. Secara anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai berikut:

1) Pneumonia labaris, dimana yang terserang adalah seluruh atau segmen yang

besar dari satu atau lebih lobus pulmonary. Apabila kedua paru yang terkena,

14
maka hal ini sering disebut sebagai bilateral atau “double” pneumonia

(pneumonia lobular).

2) Broncho pneumonia, yang dimulai pada terminal bronchiolus menjadi

tersumbat dengan eksudat muco purulent sampai membentuk gabungan pada

daerah dekat lobulus.

3) Interstitial pneumonia yang adanya suatu proses inflamasi yang lebih atau

hanya terbatas didalam dinding alveolar (interstitium) dan peribronchial dan

jaringan interlobular.

b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan umur

1) Kelompok umur < 2 bulan

a) Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusun (jika

sebelumnya menyusui dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar

atau sulit bangun, stidor pada anak yang tenang, mengi, demam (38 derajat

Celsius atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (dibawah 35,5 derajat

celsius), pernapasan cepat 60 kali atau lebih permenit, penarikan dinding

dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen

dan abdomen tegang. Penderita pneumonia berat juga mungkin disertai

tanda-tanda lain seperti:

(1) Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu bernafas.

(2) Suara rintihan

(3) Sianonis (kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen)

(4) Wheezing yang baru pertama dialami.

b) Bukan pneumonia

15
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 permenit dan tidak

terdapat tanda pneumonia seperti diatas.

2) Kelompok umur 2 bulan sampai <5 tahun

a) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentarl, tidak

dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit

dibangunkan.

b) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak

disertai sianosis sentral dan dapat minum.

c) Pneumonia

Batuk dan kesulitan bernapas dan pernpasan cepat tanpa penarikan dinding

dada.

d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk dan kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan

dinding dada.

e) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati

selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibotik yang

sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan

yang tinggi, dan demam ringan.

4. Faktor risiko pneumonia

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada

bayi, menurut depkes (2004), dibagi menjadi faktor bayi, faktor ibu dan faktor

ligkungan dan seosioekonomis. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan insidens

16
pneumonia antara lain gizi kurang, BBLR, tidak mendapat ASI ekslusif, polusi udara,

kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, tingkat jangkauan pelayanan

kesehatan rendah, posisi ibu menyusui dan menbedong anak (menyelimuti

berlebihan).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia dibagi menjadi 3

faktor yaitu: faktor bayi, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor

lingkungan.

a. Faktor bayi

1) Umur

Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya pneumonia.

Oleh sebab itu kejadian pneumonia pada bayi akan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian pneumonia pada bayi akan

memberikan gambaran klinik yang lebih besar dan jelek, hal ini disebabkan

karena pneumonia pada bayi umumnya merupakan kejadian infeksi pertama

serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah.

Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah lebih

optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.

2) Status gizi

Keadaan status gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang penting

untuk terjadinya pneumonia. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang

adanya buhungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga bayi yang

bergizi buruk sering mendapat pneumonia. Bayi dengan gizi kurang akan lebih

mudah terserang pneumonia dibandingkan dengan bayi dengan gizi normal

karena faktor daya tahan tubuh akan kurang.

17
Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat

dipengeruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan

meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti

peunomia (sutrisna, 1993). Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi

kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh

mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi menurun. Penyakit

infeksi sendiri akan menyebabkan bayi tidak mempunyai nafsu makan dan

mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, bayi lebih mudah

terserang pneumonia lebih berat bahkan serangannya lebih lama (maryunani,

2010).

3) Berat bayi lahir

Bayi berat lahir rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang

kurang 2.500 gram. Berat bayi lahir menentukan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan

dengan bayi berat lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran

karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih

mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia (Maryunani, 2010).

4) Status imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berartikebal atau resisten. Bayi yang

diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Dalam imunologi, mikroorganisme atau racun mikorganisme (toksin) disebut

antigen. Imunisasi merupakan upaya pemberian kekebalan tubuh yang

terbentuk melalui vaksinasi.

18
Imunisasi membantu mengurangi kematian bayi dari pneumonia dalam dua

cara. Pertama, vaksinasi membantu mencegah bayi dari infeksi yang

berkembang langsung menyebabkan pneumonia, misalnya haemophilus tibe b

(Hib). Kedua, imunisasi dapat mencegah infeksi yang dapat menyebabkan

pneumonia sebagai komlikasi dari penyakit minsalnya, campak an pertussis).

Tiga vaksin yang memiliki potensi untuk mengurangi kematian bayi dari

pneumonia adalah vaksin, campak, Hib, dan vaksin pneumokokus. Imunisasi

DPT merupakan salah satu imunisasi yang efektif untuk mengurangi faktor

yang meningkatkan kematian akibat pneumonia (UNICEF, WHO, 2006).

5) Pemberian ASI eksklusif

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih

dan sehat serta praktis karena mudah diberikan setiap saat. ASI dapat

mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal

sampai berusia 6 bulan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi

sampai umur 6 bulan tanpa memberikan makanan/cairan lain (Depkes RI,

2002).

Pada waktu lahir sampai berusia beberapa bulan bayi belum dapat membentuk

kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan perlindungan

terhadap infeksi dan alergi sert merangsang perkembangan sistem kekebalan

bayi itu sendiri. Dengan adanya zat anti infeksi, baik yang disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur atau parasite.

b. Faktor perilaku

1) Pola asuh ibu

Ibu memiliki peran penting agar tidak ada makanan maupuan cairan yang

masuk ke dalam saluran pernapasan bayi yang dapat menjadi faktor resiko

19
terjadinya pneumonia. Pneumonia aspirasi atau radang paru dapat terjadi

karena tersedak. Pneumonia aspirasi dapat terjadi karena masuknya cairan atau

benda padat yang masuk atau menghalangi jalannya pernafasan. Aspirasi

tersedak bisa juga oleh makanan yang sudah masuk lambung tetapi keluar lagi.

Hal ini lebih berbahaya karena makanan atau cairan yang sudah masuk

lambung akan asam dan dapat melukai paru-paru sehingga terjadi radang paru

pada bayi.

Tersedak terjadi jika ada sesuatu, baik cairan atau benda padat yang masuk

atau menghalangi jalannya pernapasan. Biasanya anak-anak yang sering

tersedak adalah mereka yang usianya masih dibawah 6 bulan (Arvedson,

2006). Bayi yang masih didalam usia tersebut masih belum bisa menelan

secara reflex. Selain itu rongga pernapasannya juga menjadi lebih besar. Oleh

karena itu, bayi yang usianya sudah diatas 6 bulan sudah bisa mengatur

jalannya udara, cairan, maupun makanan yang masuk ke mulutnya sehingga

tersedak jarang sekali mereka alami.

Tersedak terjasi akibat salah posisi menyusui atau memberikan makanan, saat

menyusui, posisi kepala bayi seharusnya lebih tinggi dari badan atau perutnya.

Tujuannya adalah agar cairan yang masuk tidak keluar kembali dan

mengganggu jalannya pernapasan. Jika ibu menyusui sambil berbaring miring,

posisi bayi harus ditegakkan 30-45 derajat. Ibu juga tidak boleh memberi susu

saat bayi sedang tidur karena reflex menelannya tak baik dalam keadaan tidur

sehingga saat bati terjaga dari tidur, sementara mulutnya penuh susu, bayi bisa

tersedak (Cadwell, 2011).

Perilaku ibu yang menbedong atau membungkus bayi terlalu kuat juga dapat

meningkatkan resiko terjadinya pneumonia (Kemenkes, 2012). Bedong bayi

20
terlalu ketat dan berlapis akan membuat bayi kepanasan (overheated) dan

dapat meningkatkan resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut

lainnya akibat paru-paru tidak dapat mengembang sempurna ketika ia

bernafas.

2) Kebiasaan merokok

Paparan asap rokok merupakan penyebab signifikan masalah kesehatan

pernafasan bayi. Satu batang rokok dibakar maka akan mengeluarkan sekirat

4000 tahun kimia serta nikotin, gas carbon monoksida, nitrogen oksida,

hydrogen cianida, ammonia, acrolein acetilen, benzoldehide, urethane,

methanol, conmarin, 4-ethhyl cathecol, ortcresor peryline dan lainnya (Ditjen

PPM & PL, 2004).

c. Faktor pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan adlaah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan

layanan kesehatan kepada masyarakat. Layanan kesehatan kepada masyarakat

merupakan sebuah sub system pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah

pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan

sasaran masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Menurut Depkes RI (2009) pelayanan

kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-

sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

Menurut Azwar pelayanan kesehatan yang harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

1) Pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang tersedia (acceptable) di

masyarakat serta berkembang (sustaintable), artinya semua jenis pelayanan

21
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat ditemukan serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah ada pada tiap saat dibutuhkan. Pelayanan kesehatan yang

baik adalah pelayanan yang terjangkau (affordable) oleh masyarakat, dimana

diupayakan biaya pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh

sebagian masyarakat saja.

2) Mutu (kualitas)

Yaitu menunjukkan tingkat kesemapatan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan dan menunjukkan kesembuhan penyakit serta keamanan

tindakan yang dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan yang sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

d. Faktor lingkungan

1) Ventilasi

Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi berperan dalam penularan

pneumonia, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi udara yang sehat bagi

manusia. Ventilasi berfungsi untuk mensuplai udara bersih yang mengandung

kadar oksigen yang optimum bagi pernafasan dan menjaga agar aliran udara di

dalam rumah tersebut tetap segar, hal ini berarti keseimbangan oksigen dan

kelembapan udara di dalam rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi

akan menyebabkan kurangnya oksigen dan peningkatan pertumbuhan

mokroorganisme penyebab pneumonia. Fungsi ventilasi lainnya adalah untuk

membebaskan udara dari bau-bauan, asap, debu, dan zat-zat pencemar lain

dengan cara pengenceran udara, mengeluarkan kelebihan udara panas yang

dihasilkan tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal, serta

mendisfungsikan suhu udara secara merata (Suhandayani, 2007).

22
2) Kepadatan hunian kamar

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan

menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

Bagunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan

mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga daya tahan

penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran

pernafasaln seperti ISPA.

3) Pemakaian anti nyamuk

Kualitas udara dalam ruangan dapat turun karena penggunaan anti nyamuk

sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk sehingga menyebabkan

gangguan saluran pernapasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.

Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme

pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan

(Mukono, 2008).

4) Bahan bakar untuk mekanik

Diperkirakan setengah dari rumah tangga di dunia memasak dengan bahan

bakar yang belum diproses seperti kayu, sisa tanaman, dan batubara sehingga

akan melepaskan emisi sisa pembakaran didalam ruangan tersebut.

Pembakaran pada kegiatan rumah tangga dapat menghasilkan bahan pencemar

antara lain asap, debu, frip (pasir halus) dan gas (CO dan NO)(Ditjen

PPM&PL, 2004).

Tingkat polusi yang dihasilkan bahan bakar menggunakan kayu jauh lebih

tinggi dibandingkan bahan bakar menggunakan gas. Sejumlah penelitian

23
menujukkan paparan polusi dalam ruangan meningkatkan risiko kejadian

pneumonia pada bayi dan anak-anak (Suhadayani, 2007).

5. Gejala klinis dan tanda pneumonia

a. Gejala

Gejalan penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas

akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk

dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau, pada

sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu

makan, dan sakit kepala.

b. Tanda

menurut misnadiarly, tanda-tanda penyakit pneumonia pada bayi, balita antara

lain:

Batuk non produktif, ingus (nasal discharge), suara napas lemah, penggunaan

obat bantu napas, demam, cyanosisi (kebiru-biruan), thorax photo menunjukkan

infiltrasi melebar, sakit kepala, kekakuan dan nyeri otot, sesak napas, mengigil,

berkeringat, lelah, terkadang kulit menjadi lembab, dan mual dan muntah.

7 Teori keperawatan aspiration pneumonia

24
8 Kerangka Teori

Mikroorganisme

Kejadian Neonatal
Aspiration Pneumonia

Faktor Yang Mempengaruhi


Pneumonia

Faktor Bayi Faktor perilaku Faktor pelayanan Faktor


kesehatan lingkungan

 Umur  Pola asuh ibu


 Mutu (kualitas)  Ventilasi
 Status gizi  Kebiasaan
merokok  Pelayanan yang
 Berat bayi lahir  Kepadatan
baik hunian kamar
 Status
imunisasi  Pemakaian anti
nyamuk
 Pemberian ASI
eksklusif  Bahan bakar
untuk mekanik

25
9 Kerangka Konsep

(variable independen)

1. Faktor bayi

a. Umur

b. Status gizi

c. Berat bayi lahir

d. Status imunisasi

e. Pemberian ASI eksklusif

2. Faktor perilaku
(variable dependen)
a. Pola asuh ibu

Neonatal Aspiration b. Kebiasan merokok


Pneumonia
3. Faktor pelayanan kesehatan

a. Mutu (kualitas)

b. Pelayanan yang baik

4. Faktor lingkungan

a. Ventilasi

b. Kepadatan hunian kamar

c. Pemakaian anti nyamuk

d. Bahn bakar untuk mekanik

26
10 Hipotesis penelitian

1. Hipotesis mayor

a. Ha : ada hubungan faktor-faktor dengan kejadian aspirasion pneumonia pada

neonatal (bayi).

Ho: tidak ada hubungan faktor-faktor dengan kejadian aspiration pneumonia pada

neonatal (bayi).

2. Hipotesis minor

a. Ha : ada hubungan faktor bayi dengan kejadian aspiration pneumonia pada

neonatal (bayi)

Ho : tidak ada hubungan faktor bayi dengan kejadian aspiration pneumonia pada

neonatal (bayi)

b. Ha : ada hubungan faktor perilaku dengan kejadian aspiration pneumonia pada

neonatal (bayi).

Ho : tidak ada hubungan faktor perilaku dengan kejadian aspiration pneumonia

pada neonatal (bayi).

c. Ha : ada hubungan faktor pelayanan dengan kejadian aspiration pneumonia pada

neonatal (bayi).

Ho : tidak ada hubungan faktor pelayanan dengan kejadian aspiration pneumonia

pada neonatal (bayi).

d. Ha : ada hubungan faktor lingkungan dengan kejadian aspiration pneumonia pada

neonatal (bayi).

Ho : tidak ada hubungan faktor lingkungan dengan kejadian aspiration pneumonia

pada neonatal (bayi).

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1 Jenis dan Desain Penelitian

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

3 Variabel Penelitian

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

4 Definisi Operasional

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

28
5 Instrumen Pengumpulan Data

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

6 Tempat dan Waktu Penelitian

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

7 Rancangan Pengelolahan Data

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

29
skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

8 Rancangan Analisis Data

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

9 Etika Penelitian

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

Ini adalah template skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK

Abulyatama cukup blok paragraf yang diinginkan dan pastekan teks anda. Ini adalah template

skripsi dari Unit penelitian dan pengabdian masyarakat FK Abulyatama cukup blok paragraf

yang diinginkan dan pastekan teks anda.

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai