Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH BERDAYA

OLEH :
NI PUTU DEWI PUTRI WIARDANI
C1118077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Pengertian tentang harga diri rendah disampaikan oleh beberapa
sumber. Harga diri rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri dan harga diri merasa gagal mencapai
keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah adalah evaluasi dari atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lam (Nanda
2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang
berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak
mampu, dan tidak berprestasi. Harga diri rendah adalah perasaan seseorang
bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif
tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
gangguan harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri
merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain.
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya;
perasaan sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh
(Kusumawati, 2010). Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (Kehilangan,
perubahan)
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.
B. Etiologi
Menurut Stuart Gail (2007) :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri Meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran. Dimasyarakat umumnya peran
seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita
dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandimg wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria
berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri
maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang berperan sebagai
kepala rumah tangga atau seorang suami yang mengerjakan pekerjaan
rumah, akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau
pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai
sejumlah peran.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri. Meliputi ketidakpercayaan,
tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang
selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika
akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja
akan menimbilkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima,dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.
4) Faktor biologis. Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pulaberdampak
pada keseimbangan neurotransmitter di otak,contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkanklien mengalami depresi dan pada pasien
depresikecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karenaklien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidakberdaya.
b. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiapsituasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan.Situasi atas stresor
dapat mempengaruhi komponen.Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran
diri adalahhilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi
penyakit,perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang,prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang
dapatmempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dankurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,pola asuh yang tidak
tepat misalnya selalu dituntut, dituruti,persaingan dengan sodara, kesalahan
dan kegagalan berulang, citacitatidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung
jawab sendiri.Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau
eksternal:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis ataumenyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi
yangdiharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yangberkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahapperkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dannorma-norma budaya, nilai-
nilai, serta tekanan untukmenyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atauberkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran ataukematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran darikeadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskanoleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk,penampilan, atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yangberhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Perubahantubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitugambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

C. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutandari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapatjuga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back darilingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkinkecendrungan lingkungan yang selalu memberi
respon negatif untukmendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnyaindividu
berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehinggatimbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankanfungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karenakegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah
kondisi harga dirirendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan
positifatau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerusakan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Tabel 1. Rentang Respon Konsep Diri

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalis
diri positif rendah identitas asi
D. Kasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dalam diagnosa keperawatan NANDA 2010

adalah:

1. Harga diri rendah situasional

Harga diri rendah situasional adalah persepsi negatif tentang diri

sendiri karena adanya situasi yang terjadi seperti, karena adanya trauma

yang muncul secara tiba-tiba misalnya, harus dioperasi, kecelakaan,

perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bisa

menyebabkan harga diri rendah karena penyakit fisik atau pemasangan

alat bantu yang membuat lingkungan klien tidak nyaman, kegagalan

yang dialami, perubahan peran sosial dan adanya penolakan dari

lingkungan. Tanda dan gejala adalah merasa tidak mampu menghadapi

suatu peristiwa, merasa bimbang, merasa tidak berguna, bicara lambat,

dan perilaku tidak asertif (tidak mampu mengkomunikasikan

keinginannya).

2. Harga diri rendah kronik

Perasaan negatif tentang diri sendiri yang berlangsung lama.

Individu dengan harga diri rendah kronik sebelum sakit atau sebelum

dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Faktor

pendukung peyebab harga diri rendah kronik yaitu tidak dapat beradaptasi

dengan lingkungan, kurang kasih sayang, kurang mengambil bagian dalam

suatu masyarakat, tidak dianggap di lingkungan, ketidaksesuaian perilaku

dengan norma yang ada, tidak melakukan aturan norma spiritual, merasa tidak
dihargai orang lain, gangguan psikiatrik, mengalami kegagalan yang berulang,

berpikir negatif, adanya peristiwa yang mengakibatkan trauma. Tanda dan

gejala adalah bergantung dengan orang lain, merasa tidak mampu mengahadapi

suatu peristiwa, berpikir negatif yang berlebihan tentang diri sendiri, merasa

bersalah, merasa malu, sering kurang berhasil dalam suatu kegiatan, tidak mau

mencoba situasi baru, merasa ragu, kontak mata kurang, perilaku tidak asertif,

mengkritik diri sendiri dan menolak hal positif yang ada pada dirinya

(menolak diri sendiri)

E. Manifestasi klinis / tanda dan gejala

a) Mengejek dan mengkritik diri.


b) Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak dirisendiri.
c) Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguanpengunaan
zat.
d) Menunda keputusan.
e) Sulit bergaul.
f) Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g) Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga,halusinasi.
h) Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untukmengakhiri hidup.
i) Merusak atau melukai orang lain.
j) Perasaan tidak mampu.
k) Pandangan hidup yang pesimitis.
l) Tidak menerima pujian.
m) Penurunan produktivitas.
n) Penolakan terhadap kemampuan diri.
o) Kurang memperhatikan perawatan diri.
p) Berpakaian tidak rapi.
q) Berkurang selera makan.
r) Tidak berani menatap lawan bicara.
s) Lebih banyak menunduk
t) Bicara lambat dengan nada suara lemah
F. Pohon Masalah

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

G. Penatalaksanaan
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus hargadiri
rendah kronis adalah :
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada kliendengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, danterus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
1) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karenamelihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yangmembutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dariperawat dalam melaksanakan
tindakan yang sudah dijadwalkanbersama-sama dengan perawat
padahal klien mengatakanbahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
2) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi
untukmengatur arus informasi sensori yang berhubungan
denganperasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinanpada klien dengan harga diri rendah apabila ada
kerusakanpada thalamus ini maka arus informasi sensori yang
masuktidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi
berlebihanyang mengakibatkan perasaan negatif yang ada
selalumendominasi pikiran dari klien.
3) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak
yangdapat digunakan adalah:
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yangbertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja danfungsi otak.
2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3) Single Photon Emission Computed Tomography
(SPECT),melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas
pada otakdan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah
yangterjadi.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologidengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputeruntuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapatmendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuhatau otak. Beberapa prosedur
menggunakan kontras gadoliniumuntuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukanpemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akanditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
1) Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood,mengalami
penurunan.
2) Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian
danorientasi; mengatur fight-flight dan proses pembelajaran
danmemori, mengalami penurunan yang mengakibatkan
kelemahandan depresi.
c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan
yangmengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatifdan
tidak berdaya.
d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yangkurang
energi, selalu terlihat mengantu. Selain itu berdasarkandiagnosa medis
klien yaitu skizofrenia yang seringmengindikasikan adanya penurunan
glutamat.Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang
dapatdigunakan:
1) Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi
ataupancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan
telahdisuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran
duaatau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia
tersebutdidalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan
gambaranaliran darah, oksigen, metabolisme glukosa dan
konsentrasi obatdalam jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas
otak sehinggadapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan
neuro-kimiawiotak.
2) Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikandengan
MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsispesifik dari
otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik danvisual dan
dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otakdengan
perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proseskeperawatan

(Direja, 2011). Data-data tersebut dikelompokan menjadifaktor predisposisi,

presipitasi, penilaian, terhadap stresor, sumberkoping, dan kemampuan koping

yang dimlilki klien. Data-data yangdiperoleh selama pengkajian juga dapat

dikelompokan menjadi datasubjektif dan data objektif. Data subjektif

merupakan data yangdisampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga

klien melaluiproses wawancara. Sedangkan data objektif adalah data

yangditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau

pemeriksaanlangsung oleh perawat (Keliat, Panjaitan & Helena, 2006).Adapun

isi dari pengkajian tersebut adalah :

a. Keluhan utama atau alasan masuk. Apa yang menyebabkan klien atau
keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit, apakah sudah tahu penyakit
sebelumnya, apa yangsudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.
b. Faktor presdisposisi. Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
kronik adalahpenolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang kali,kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan padaorang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria,
2009).
c. Faktor presipitasi. Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis
adalahhilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan
ataubentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnyaproduktivitas
(Fitria, 2009).
d. Konsep diri
1) Gambaran diri : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagiantubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yangtidak disukai dan
bagian yang disukai.
2) Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana diaseharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan,atau nilai personal
tertentu.
3) Harga diri : Penilai individu tentang nilai personal yangdiperoleh
dengan menganalisis sebagai seberapa perilakudirinya dengan ideal
diri.
4) Identitas : Prinsip pengorganisasian kepribadian yangbertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,konsentrasi, dan keunikan
individu.
5) Peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkanoleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
sosial.
B. Diagnosa
a. Harga diri rendah kronis.
b. Koping individu tidak efektif.
c. Isolasi sosial.
d. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
e. Resiko perilaku kekerasan(Yosep, 2009).
C. Rencana Tindakan Keperawatan ( strategi pelaksanaan )
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuankhusus,
dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokuspada penyelesaian
permasalahan dari diagnosis tertentu. Tujuan umumHarga Diri
RendahKronisdapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.
Tujuankhusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosis
tertentu.Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu
dicapaiatau dimilki klien (Direja, 2011).
a. Harga diri rendah kronis.
1) Tum : Klien dapat meningkatkan harga dirinya.
2) Tuk :
a) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan
e) yang dimilki.
f) Klien dapat melakukan kegiatan.
3) Intervensi :
a) Bina hubungan terapeutik.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih
c) dimilki klien.
d) Beri kesempatan klien untuk mencoba.
e) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif.
f) Utamakan memberikan pujian realistik.
g) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa
h) digunakan.
i) Rencanakan bersama.
j) Beri reinforcement positif atas usaha klien.
b. Koping individu tidak efektif
1) Tuk : Klien dapat meningkatkan koping individu tidakefektif.
2) Tik :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
b) perawat
c) Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
d) Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
e) Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping
f) Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan
g) aktivitas yang terjadwal
3) Intervensi :
a) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apaadanya
dan bersifat empati
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksidiri
perawat sendiri (Misalnya : Rasa marah, frustasi,simpati
c) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan
yangsuportif
d) Beri waktu untuk klien berespon pujian
e) Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apaadanya
f) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
g) Bantu klien mengekspresikan perasaanya
h) Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yangtidak
berada dalam kemampuannya untuk mengontrol
i) Diskusikan masalah yang dihadapi klien
j) Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkaninterupsi/
subsitusi
k) Bantu meningkatkan pemikiran yang positif
l) Terima klien apa adanya, jangan menentang keyakinannya
m) Kenalkan realitas
n) Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumberkoping
o) Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan
dengankesehatan emosional
p) Beri batasan perilaku maladaptif
q) Beri klien aktivitas yang produktif
r) Beri latihan fisik sesuai bakatnya
s) Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukansehari
– hari
t) Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya
c. Isolasi sosial.
1) Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugianberhubungan
dengan orang lain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
d) Klien dapat berkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara
bertahapberkenalan dengan orang lain (perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap
berkenalandengan orang kedua (pasien lain).
3) Intervensi :
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan tujuan interaksi.
d) Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumahsakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntunganberhubungan atau
berinteraksi.
i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugianberhubungan
atau berinteraksi dengan orang lain.
j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.
k) Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan.
l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan
topikpembicaraan.
m) Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat.
n) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih denganteman
satu ruangan atau sesama pasien.
p) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
d. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
1) Tum : Klien dapat mengontrol halusinasi
2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengenal halusinasi.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi.
d) Klien memilih cara mengatasi seperti yang telahdidiskusikan.
e) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrolhalusinansi.
f) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
3) Kriteria Hasil :
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukan rasa senang
c) Ada kontak mata
d) Mau berjabat tangan
e) Mau menyebutkan nama
f) Mau menjawab salam
g) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
h) Mau mengutarakan masalah yang dihadapinya
i) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
j) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensitimbulnya
halusinasi
k) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan
untukmengontrol halusinasinya.
l) Klien dapat menjalin hubungan saling percaya denganperawat.
m) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dantindakan
untuk mengendalikan halusinasi.
n) Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis,dan efek
samping.
o) Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek sampingobat.
p) Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpakonsultasi.
q) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
4) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkanprinsip
komunikasi terapeutik.
b) Sapa klien dengan ramah
c) Perkenalkan diri dengan sopan.
d) Tanya nama lengkap klien.
e) Jelaskan tujuan pertemuan.
f) Jujur dan tepati janji.
g) Tujukan sikap empati.
h) Beri perhatian kepada klien.
i) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi.
j) Bantu klien mengenal halusinasi.
k) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkanhalusinansi.
l) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukanjika
terjadi halusinasi.
m) Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujianpada
klien.
n) Bantu klien melatih cara memutus halusinansi.
o) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih
p) Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jikamengalami
halusinansi.
q) Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentanggejala
halusinasi yang dialami.
r) Cara yang dapat dilakukan klien untuk memutuskanhalusinansi.
s) Cara merawat halusinansi dirumah, beri kegiatan, janganbiarkan
sendiri.
t) Cara merawat halusinasi di rumah, beri kegiatan, janganbiarkan
sendiri.
u) Beri reinforcement karena sudah berinteraksi.
v) Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensidan
manfaat obat.
w) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat danmerasakan
manfaat.
x) Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat,efek
samping obat
y) Bantu klien minum obat.(Sumber Yosep, 2011)
e. Resiko perilaku kekerasan
1) Tum : Klien dapat mengontrol atau mencegahperilaku kekerasaan
baik secara fisik, sosial, verbal, danspiritual.
2) Tuk :
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilakukekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
3) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkankomunikasi
terapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilakukekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian
perilakukekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilakukekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekan latihan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek daritindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus meneruspada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasidapat dilakukan menggunakan
pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif,objektif, analisis, perencanaan pada klien
dan perencanaan pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Fitria N. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Keliat, Panjaitan, dan Helena. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Kusumawati, Farida Dan Hartono, Y, (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Riadi, Sujono dan Purwanto, Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1
Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, G, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yoseph, I (2009). Keperawatan Jiwa. Edisi revisi. Bandung: PT. Refika Aditama
Yoseph, I. (2011). Keperawatan Jiwa, edisi 4. Jakarta: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai