Anda di halaman 1dari 2

Dear benefactors of the Pontifical society of St.

Peter Apostle,

Suatu kebahagian yang besar kepada saya boleh belajar di Seminary St. Fransiskus Xaverius kakaskasen,
Sulawesi Utara, Indonesia. Nama saya Marco Alberto Damiano Untu. Saya berasal dari sebuah kota di
provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Saya berumur 16 tahun dan pada bulan September tahun ini saya
akan memasuki usia 17 tahun. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Saya mempunyai seorang
kakak lelaki dan adik perempuan.

Saya bahagia sekali bisa memperoleh pendidikan di Seminari ini. saya masuk pada tahun 2018 dan
sekarang saya sedang duduk di kelas 2 dari 4 kelas jenjang pendidikan di Seminari ini. tingkat kedua ini
sering kami sebut tingkat Tertia. Sedangkan tingkat 1 ,3 dan 4 sering kami sebut Quarta, Poesis dan
Rhetorica. Memang sangat sulit bagi saya untuk jauh dari rumah. Namun, seturut teladan Yesus Kristus
saya harus senantiasa berjuang tanpa henti dengan satu tujuan utama yakni melayani Tuhan didalam
Panggilan.

Seminari kami tentu masih terikat dengan masa jenjang pendidikan nasional yaitu dalam jenjang senior
high school. Pendidikan tersebut berada pada kelas 1,2 dan 3. Sedangkan, kelas 4 atau Rhetorica adalah
kelas persiapan atas menuju seminari tinggi. Seminari ini telah berdiri sejak 1928. Tentu dengan usia
yang sudah tidak mudah ini, seminari kami telah mengalami berbagai perubahan terutama dalam
tingkatan. Dulu, seminari kami mempunyai 7 tingkatan yakni Probatorium(persiapan
bawah),Sexta,Quinta,Quarta,Tertia,Poesis dan Rhetorica. Berbicara pendidikan, saya sangat senang
karena seminari kami mempunyai suatu sidang untuk menguji pemahaman akan pelajaran yang
diminati. Sidang itu sering kami sebut Akademi Albertina. Saya merasa terpanggil untuk belajar dan
terus belajar.

Berbagai aktivitas yang menyenangkan dapat saya peroleh di seminari ini diantaranya; berdoa , belajar,
bekerja,olahraga dan musik. Bukan hanya itu saja, kami juga mempunyai ektrakulikuler yang begitu
membantu pengembangan diri kami diantaranya Pramuka,palang merah,renang dan marching band.
Selain itu , saya bersyukur bisa bergabung dalam komunitas doa Legio Maria yang mendekatkan lagi diri
saya dengan Bunda Maria.

Pada setiap bulan oktober, seminari ini sering mengadakan ziarah ke suatu desa di dekat seminari yang
merupakan lokasi awal berdirinya seminari ini. selama kegiatan ini kami isi dengan berdoa, merenung
dna berefleksi sebab perjalanan kami tempuh dengan berjalan kaki. Pada bulan September juga, kami
mengadakan rekoleksi kitab suci dengan mengundang sekolah menengah pertama untuk datang dan
bergabung bersama. Disini kami bernyanyi,berdoa dan belajar tentu dalam lingkup ibadah. Tak lupa juga
sembari kami mempromosikan panggilan. Sebagai seorang seminaris, tentu kami harus terbuka akan
sesama serta saling peduli akan sesama. Semuanya itu kami wujudkan dalam aksi kunjungan ke panti
asuhan. Semuanya ini kami lakukan atas dasar semangat cinta kasih yang dibawah oleh St. Theresia dari
Lisieux, “panggilanku ialah untuk mengasihi Tuhan dan Sesama.

Sebagai seorang calon Imam, nantinya pada kelas Rhetorica (kelas persiapan atas), sering diadakan live
in pastoral. Hal ini meneguhkan hati kami dan semakin mendorong kami untuk menjadi mandiri,berjiwa
pemimpin,terbuka,membaur dengan umat namun tetap rendah hati.

Saya memang adalah Pribadi yang manja sejak kecil oleh orang tua.namun, semuanya itu harus saya
tinggalkan demi tujuan suci ini. segala kebebasan dan Kesenangan harus saya kurbankan bahkan saya
harus rela berpisah dengan orang tua . hal itu saya serahkan kepada Tuhan. Dengan semangat duc in
Altum (bertolak ke tempat yang dalam) saya menjalani kehidupan ini dengan penuh penghayatan dan
keheningan sehinga saya dapat menjumpai kristus

Semua aktivitas selalu membuatku bahagia. Saya harus tetap berjuang dan semangat dalam menjalani
panggilan. Memang panggilan ini sangat sulit tetapi semuanya ini saya berikan untuk Tuhan dan Gereja
dengan sepenuh hati. Selain itu, saya juga bersyukur sebab saya memiliki kalian yang senantiasa
membantu saya dan seminari ini selalu lewar bantuan dan cinta.

Jadi, pada akhir surat ini, saya mewakili teman teman saya di seminari Santo Fransiskus Xaverius
Kakaskasen mengucapkan terima kasih banyak atas segala dukungan , bantuan dan hati yang
senantiasa merangkul kami. Semoga Tuhan memberkati kalian dan kelurga beserta kerja kalian

Your faithfully

Marco Alberto Damiano Untu

Anda mungkin juga menyukai