Anda di halaman 1dari 15

Beriman Kepada Kitab-Kitab Suci Allah SWT

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak II

Dosen Pengampu: Yuanda Kusuma, M. Ag.

Disusun Oleh :

Siti Nurhidayah (18110068)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, serta telah memberikan
kesempatan kepada kita semua untuk tetap belajar dan menuntut ilmu khususnya pada mata
kuliah Akidah Akhlak ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. Yang mana akan kita nanti-nantikan syafaatnya.

Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Qur’an dan Hadist
yang diampu oleh Bapak Yuanda Kusuma, M. Ag. Makalah ini kami buat dengan
mengangkat tema “Beriman Kepada Kitab-Kitab Suci Allah SWT” serta penjelasan yang
berkaitan dengan tema tersebut. Tema yang kami jelaskan bertujuan untuk menguatkan jiwa
dalam meyakini Allah melalui kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para utusannya,
serta menambah semangat untuk selalu beribadah.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang berkaitan dan berperan
dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap dengan makalah ini akan bermanfaat dan dapat
menambah wawasan pembaca mengenai hakikat kitab-kitab suci yang diturunkan Allah.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon
maaf atas segala kekurangan dan juga memohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik kedepannya.

Malang, 5 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2


2.1 Kitab-Kitab Suci Allah ............................................................................................. 2

2.2 Pandangan Al Qur’an Mengenai Beriman Kepada Kitab Suci .................................. 6


2.3 Cara mengimani Kitab Suci..........................................................................................8

2.4 Hikmah Mengimani Kitab Suci....................................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................10

3.2 Saran............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Islam dikenal rukun Islam sebagai bagian yang harus dipenuhi sebagai umat
Islam. Salah satu rukun iman setelah mengimani eksistensi adanya Allah SWT. beserta
malaikat-malaikatNya, umat Islam harus meyakini hadirnya kitab-kitab suci yang diturunkan
kepada para utusan Allah yaitu nabi dan rasul untuk diajarkan kepada umatnya, seperti halnya
kita sebagai umat Nabi Muhammad yang diajarkan Al Qur’an. Kitab-kitab suci ini
mempunyai makna sendiri, kedudukan, fungsi yang pada umumnya dianggap sebagai
pedoman umat. Semua hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi hadirnya kitab-kitab suci
terutama kitab suci Al Qur’an harus kita pelajari karena menyakut keimanan seseorang
kepada Tuhannya. Dengan demikian makalah ini disajikan untuk memenuhi kebutuhan itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kitab suci itu ?
2. Bagaimana pandangan Al Qur’an mengenai beriman kepada kitab-kitab suci?
3. Bagaimana cara mengimani kitab suci Al Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya?
4. Apa hikmah mengimanai Al Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa hakikatnya kitab suci itu
2. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai beriman kepada kitab-kitab suci
3. Untuk mengetahui alasan mengimani kitab-kitab suci dan cara mengimani
4. Untuk dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari mengimani kitab-kitab suci

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kitab-Kitab Suci Allah

Adapun kata kitab (‫ب‬


َ ‫)ﻛ ﺘِ ﺎ‬, yang memiliki bentuk jamak kutub (ُ‫)ﻛ ﺘ ﺐ‬, berasal dari kata
kataba (َ‫)ﻛ ﺘ ﺐ‬. Kataba berarti menulis atau mengumpulkan, dan al-kitab (bentuk isim/kata
benda dari kataba) berarti tulisan yang lengkap atau kumpulan tulisan. Kata al-kitab di dalam
al-Quran digunakan untuk menamakan al-Quran atau menjadi nama lain dari al-Quran. 1 Allah
Swt. Sementara kitab suci berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti buku;
bacaan; wahyu Tuhan yang dibukukan (seperti Al Qur’an, Injil, Taurat, Zabur). 2 Kitab-kitab
dalam agam Islam yang umumnya diketahui yaitu kitab Al Qur’an dan kitab-kitab
sebelumnya meliputi kitab Taurat, Zabur, Injil. Kitab-kitab Allah khususnya Al Qur’an
sendiri memiliki fungsi sebagai pedoman untuk menciptakan keteraturan dalam keseluruhan
aspek kehidupan manusia di dunia, untuk mencapai keberhasilan di dunia dan di akhirat.
Berikut penjelasan dari masing-masing kitab:

a. Al Qur’an

Al Qur’an merupakan kitab umat muslim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
selama kurang lebih 23 tahun. Sebagian besar sarjana Muslim memandang nama tersebut
secara sederhana merupakan kata benda bentukan (mashdar) dari kata kerja (fi‘l ) qara’a (‫)قرأ‬
“membaca”. Dengan demikian Al Qur’an (‫ )القرأن‬bermakna “bacaan” atau “yang dibaca”
(maqru’). Dalam manuskrip al-Quran beraksara kufi yang awal, kata ini ditulis tanpa
menggunakan hamzah – yakni al-qurãn – dan hal ini telah menyebabkan sejumlah kecil
sarjana Muslim memandang bahwa terma itu diturunkan dari akar kata qarana (‫)قرن‬
“menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain” atau “mengumpulkan,” dan alqurãn
(‫ )القرأن‬bermakna “kumpulan” dan “gabungan”. Tetapi, pandangan minoritas ini harus diberi
catatan bahwa penghilangan hamzah merupakan suatu karakteristik dialek Makkah atau
Hijazi.3

Secara umum pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam al-Qur’ān adalah :

1
Marzuki. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2 SMP
2
https:/kbbi.kemdikbud.go.id, Versi daring: 3.0 (diakses pada tanggal 7 Oktober 2020
3
Ibn Katsir. Tafsir al-Qur’anil ‘Adzim (Dar Thayyibah: 1999) dalam CD ROM al-Maktabah al-Syamilah)

2
1. Aqidah (keyakinan), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan, seperti
mengesakan Allah dan meyakini malaikat-malaikat Allah Swt.

2. Akhlak (budi pekerti), yaitu berkaitan dengan pembinaan akhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela.

3. Ibadah, yakni yang berkaitan dengan tata cara beribadah seperti śalat, zakat, dan
ibadah yang lainnya.

4. Muamalah, yakni berkaitan dengan tata cara berhubungan kepada sesama manusia.

5. Tarikh (sejarah), yaitu kisah orang-orang dan umat terdahulu.

b. Kitab Taurat (diturunkan pada abad ke-12 SM)

Kata taurat bersumber dari bahasa Ibrani yang asalnya adalah tauran yang berarti
petunjuk. Secara istilah, taurat berarti lembaran-lembaran yang berisi tentang kalimat-kalimat
yang di turunkan kepada nabi Musa As. di gunung Tur. 4 Kitab Taurat diwahyukan kepada
Nabi Musa pada abad ke-12 SM. Nama Taurat berart hukum atau syariat. Pada saat itu Nabi
Musa diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada bangsa Bani Israil. Oleh karena itu, tepat
sekali kalau kita meyakini bahwa kitab Taurat diperuntukkan sebagai pedoman dan petunjuk
hidup bagi kaum Bani Israil saat itu. Adapun pokok-pokok ajaran yang ada dalam Kitab
Taurat yang diturunkan di Bukit Sinai tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perintah untuk mengesakan Allah.

2. Larangan menyembah patung/ berhala.

3. Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia.

4. Perintah menyucikan hari Sabtu.

5. Perintah menghormati kedua orang tua.

6. Larangan membunuh sesama manusia.

7. Larangan berbuat zina.

8. Larangan mencuri.

4
Tafsir Q.S. Ali Imran: 2 dalam Ibn ‘Asyur, Tafsir Ibn ‘Asyur dalam CD ROM al-Maktabah al-Syamilah

3
9. Larangan menjadi saksi palsu.

10. Larangan mengambil hak orang lain.

c. Kitab Zabur (diturunkan pada abad ke-10 SM)

Secara etimologi, kata zabur berasal dari bahasa Arab yang akar katanya adalah zabran
yang berarti melempar, akal, sabar, menulis atau tulisan.5 Adapun secara istilah, zabur berarti
sebuah nama yang ditujukan kepada himpunan perkataan nabi Dawud As. baik yang berupa
wahyu maupun ilham yang ia peroleh dari hasil munajatnya kepada Allah SWT itab Zabur
diturunkan Allah kepada Nabi Daud untuk bangsa Bani Israil atau umat Yahudi. Kitab ini
diturunkan pada abad 10 SM di daerah Yerusalem.

d. Kitab Injil (diturunkan pada abad ke-1 M)

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. untuk pengikut Nasrani yang kemudian
dikumpulkan oleh para sahabat beliau. Istilah injil merupakan kata yang telah diserap ke
dalam bahasa Arab. Ada yang berpendapat bahwa istilah ini bersumber dari bahasa Romawi
yaitu Isanjaliyum (‫ )إثَﺎْن َجي ِليُوم‬yang berarti kabar baik. Sedangkan Imam Qurtubi berpendapat
bahwa istilah injil bersumber dari bangsa Suryani. Pendapat lainnya menyatakan bahwa injil
bersumber dari bahasa Yunani, yaitu awanayliyun (‫)أووانَي ِليُون‬
َ yang berarti kalimat fasih.
Sebagian ahli bahasa dan ahli tafsir berpendapat bahwa isitilah ini berasal dari bahasa Arab
yang akar katanya adalah najlan (‫ )نجﻼ‬yang berarti air yang keluar dari bumi.6

Kitab Injil berisi tentang :

1. Perintah untuk kembali mengesakan Allah Swt.

2. Membenarkan keberadaan Kitab Taurat.

3. Menghapus beberapa hukum dalam Kitab Taurat yang tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman.

4. Menjelaskan bahwa kelak akan datang kembali rasul setelah Nabi Isa a.s., yaitu Nabi
Muhammad saw. (di samping ada di Kitab Injil, penjelasan ini juga terdapat dalam Kitab
Taurat).

5
Tafsir Q.S. al-Isra’: 55 dalam Ibn ‘Asyur, “al-Tahrir wa al-Tanwir” dalam CD ROM alMaktabah al-
Syamilah.
6
Tafsir Q.S. Ali Imran: 2 dalam Ibn ‘Asyur, “Tafsir Ibn ‘Asyur” dalam CD ROM al-Maktabah al-Syamilah.

4
e. Shuhuf-shuhuf

Wahyu Allah yang diterima oleh para Rasul pada perkembangannya tada yang dibukukan
atau dijilid menjadi kitab, juga ada yang masih berbentuk lembaran-lembaran yang disebut
shuhuf. Shuhuf adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi Ibrahim As. dan Musa As.
Meski demikian ada nabi yang lain yang menerima shuhuf diantaranya adalah7 :

a. Nabi Idris menerima sebanyak 30 suhuf.

b. Nabi Syis menerima sejumlah 50 suhuf.

c. Nabi Ibrahim menerima 10 suhuf.

d. Nabi Musa menerima 10 suhuf.

Antara kitab dan suhuf mempunyai persamaan dan juga perbedaan. Persamaannya adalah
keduanya sama-sama firman Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Adapun
perbedaan antara kitab dan suhuf antara lain :

a. Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf.

b. Bentuk dari kitab sudah dibukukan, sedangkan suhuf masih berbentuk lembaran-lembaran
yang terpisah.

c. Kitab biasanya berlaku lebih lama daripada suhuf.

Kemudian mengenai kitab-kitab terdahulu, ada beberapa informasi penting yang


membedakan antara al-Qur’an dan kitab-kitab terdahulu, yaitu8:

1. Kitab-kitab terdahulu yang turun sebelum al-Qur’an telah hilang naskah aslinya, dan tidak
satu pun yang masih tersisa di tangan manusia kecuali terjemahnya. Adapun al Qur’an
senantiasa utuh isinya dan terpelihara dari penyimpangan-penyimpangan.

2. Dalam kitab-kitab tersebut telah terjadi percampuran antara Kalamullah dan kalam
manusia. Adapun al-Qur’an, seluruh kandungannya merupakan Kalamullah.

3. Sesungguhnya kitab-kitab tersebut sudah bukan merupakan kitab yang sah lagi
dinisbahkan kepada rasul yang telah menerimanya. Misalnya, kitab Taurat atau yang dikenal

7
Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 15

8
Muhammad Na’im Yasin. 1990. Yang Menguatkan dan Yang membatalkan iman; Kajian Rinci Dua
Kalimah Syahadah, terj. Abu Fahmi (Jakarta: Gema Insani Press). Hal. 111-113.

5
dengan kitab Perjanjian Lama yang di dalamnya mengandung sanad tarikh (kodifikasi
sejarah) yang sudah tidak akurat lagi karena sebenarnya kitab tersebut dibukukan jauh
berabad-abad setelah nabi Musa As. wafat.

4. Di antara bentuk-bentuk penyimpangan tersebut adalah keaslian naskahnya, perbedaan-


perbedaan kata-kata yang terkandung di dalamnya, serta pemikiranpemikiran yang juga
terkandung dalam kitab-kitab tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya pengonsepan
akidah yang rusak, penjelasan yang batil tentang Allah dan begitu juga perihal rasul-rasul-
Nya.

2.2 Pandangan Al-Qur’an Mengenai Beriman Kepada Kitab Suci

Beriman kepada kitab Allah berarti percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya. Ajaran yang terdapat di dalam
kitab tersebut sungguh benar dan disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup
agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Iman kepada kitab Allah ditempatkan
sebagai rukun iman ketiga. Suatu bagian yang tidak hanya harus diyakini, melainkan juga
patut disyukuri. Jika telah diketahui makna dari iman kepada kitab Allah maka perlu kita
ketahui bagaimana pandangan Al Qur’an terhadap hal ini.

Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 177:

ِ ‫ج و ه َ ك ُ ْم ق ِ ب َ َل الْ َم شْ ِر قِ َو الْ َم غْ ِر بِ َو لٰ َ ِك ﱠن الْ ب ِ ﱠر َم ْن آ َم َن ب ِ ﺎ ﱠ‬ ُ ‫ْس ال ْ ب ِ ﱠر أ َ ْن ت ُ َو ل ﱡ وا ُو‬


َ ‫لَي‬
‫اﻵ ِخ ِر َو الْ َم َﻼ ئ ِ كَ ةِ َو ال ْ ِك ﺘ َ ﺎ ب ِ َو ال ن ﱠ ب ِ ي ّ ِ ي َن َو آ ت َ ى الْ َم ﺎ َل عَ ل َ ٰى ُح ب ّ ِ هِ ذ َ ِو ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى‬
ْ ‫َو ال ْ ي َ ْو ِم‬
َ ‫َو ال ْ ي َ ﺘ َﺎ َم ٰى َو ال ْ َم س َ ﺎ ِﻛ ي َن َو ا ب ْ َن ال س ﱠ ب ِ ي ِل َو ال س ﱠ ﺎ ئ ِ لِ ي َن َو ف ِ ي ال ِّر ق َ ﺎ بِ َو أ َ ق َ ﺎمَ ال صﱠ َﻼ ة َ َو آ ت َ ى ال ﱠز ﻛ َ ﺎ ة‬
َ ِ ‫َو ال ْ ُم و ف ُ و َن ب ِ ع َ ْه ِد هِ ْم إ ِ ذ َ ا ع َ ﺎ ه َ د ُوا ۖ َو ال صﱠ ﺎ ب ِ ِر ي َن ف ِ ي الْ ب َ أ ْسَ ﺎ ِء َو ال ضﱠ ﱠر ا ِء َو ِح ي َن الْ ب َ أ ْ ِس ۗ أ ُو لٰ َ ئ‬
‫ك‬
9
َ ِ ‫ا ل ﱠ ِذ ي َن صَ د َ ق ُ وا ۖ َو أ ُو لٰ َ ئ‬
‫ك ه ُ مُ ال ْ ُم ﺘ ﱠق ُ و َن‬

Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
9
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-177 (diakses pada 7 Oktober 2020)

6
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-
orang yang bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 177)

Secara historis, ayat di atas turun berkaitan dengan masalah arah shalat. Abdul Razzaq
berkata, “Muammar memberitahu kami dari Qatadah, dia berkata, ‘Orang-orang Yahudi
melakukan sembahyang menghadap ke Barat, sedangkan orang-orang Nasrani sembahyang
menghadap ke arah Timur, maka turunlah firman Allah Q.S. al-Baqarah: 177.” Riwayat ini
senada dengan riwayat Ibn Abi Hatim dari Abul ‘Aliyah. Adapun Ibn Jarir dan Ibn al-
Mundzir meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata, “kami diberi tahu bahwa seorang laki-laki
pernah bertanya kepada Nabi saw. tentang kebajikan, maka Allah menurunkan firman-Nya
tersebut.” Kemudian beliau memanggil lelaki yang bertanya tadi dan beliau membacakannya.
Ketika orang itu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya, kewajiban menunaikan ibadah-ibadah fardhu belum turun. Kemudian orang itu
meninggal dunia. Rasulullah mengharapkan kebaikan untuknya, maka Allah menurunkan
firman-Nya Q.S. al-Baqarah: 177. Dan bertepatan pada waktu itu, orang-orang Yahudi
bersembahyang menghadap ke arah Barat, sedangkan orang-orang Nasrani bersembahyang
ke arah Timur.10

Berdasarkan riwayat-riwayat tersebut dapat dipahami, diturunkannya ayat tersebut


yaitu sebagai sindiran untuk umat Yahudi dan Nasrani yang memperdebatkan arah kiblat
mereka masing-masing. Padahal sesungguhnya daripada memperdebatkan hal itu ada
kebaikan yang lebih penting yaitu diantaranya beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan seterusnya. Dengan demikian maka kita ketahui
salah satu kandungan ayat tersebut yaitu adanya perintah untuk beriman kepada kitab suci Al
Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya.

Kemudian diperjelas lagi dengan QS. Al Maidah ayat 16

ِ ‫ور ِبإِذْنِِۦه َويَ ْهدِي ِه ْم ِإلَ ٰى‬


ٍ‫ص ٰ َرط‬ ِ ‫ت ِإلَى ٱلنﱡ‬ ‫سبُ َل ٱل ﱠس ٰلَ ِم َوي ُْخ ِر ُج ُهم ِ ّم َن ﱡ‬
ِ ‫ٱلظلُ ٰ َم‬ ُ ُ ‫يَ ْهدِى بِ ِه ٱ ﱠ ُ َم ِن ٱتﱠبَ َع ِرض ٰ َْونَ ۥه‬
11
‫ﱡم ْسﺘ َ ِق ٍيم‬

Artinya : “Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang

10
Nunung Lasmana & Ahmad Suhendra. Al-Qur’an Dan Tiga Kitab Suci Samawi Lainnya. Jurnal Asy-
Syukriyyah Vol. 18 Edisi Oktober 2017. Hal. 46
11
https://tafsirweb.com/1900-quran-surat-al-maidah-ayat-16.html (diakses pada 7 Oktober 2020)

7
itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izinNya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.”
(Q.S. al-Māidah /5 : 16)

Allah menyatakan sekali lagi pada ayat ini jalan keselamatan bagi orang-orang yang
beriman yaitu dengan mengikuti petunjuk dan tuntunan kitab suci Al-Qur'an. Dengan kitab
itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mengikuti
keridaan-Nya, mengantarkan ke jalan keselamatan, yaitu dengan beriman kepada-Nya, dan
dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita, yaitu kegelapan kufur
kepada Allah dan mengantarkan kepada cahaya, yaitu iman kepada Allah, dengan izin-Nya,
dan menunjukkan ke jalan yang lurus, jalan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat
setelah menjelaskan fungsi diutusnya para rasul dan kedatangan kitab suci sebagai petunjuk
ke jalan keselamatan, ayat ini menjelaskan bahwa salah satu kegelapan yang menyelubungi
jiwa dan pikiran ahli kitab adalah kepercayaan mereka tentang tuhan. Sungguh, telah kafir
orang-orang, yakni segolongan orang-orang Nasrani, yang berkata, sesungguhnya Allah itu
dialah al-Masih putra Maryam, yakni bahwa Isa al-Masih adalah Tuhan atau anak Tuhan.
Keyakinan mereka itu sungguh sesat. Untuk membuktikan kesesatan itu, katakanlah, wahai
nabi Muhammad, siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika dia hendak
membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh manusia yang berada
di bumi' tentu tidak ada. Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya. Semuanya tunduk dan patuh kepada kehendak Allah. Dia menciptakan apa
yang dia kehendaki sesuai dengan cara yang dipilih-Nya, di antaranya menciptakan seorang
manusia tanpa ayah yaitu nabi Isa. Dan Allah mahakuasa atas segala sesuatu (Tafsir Ringkas
Kementrian Agama RI).12

Ayat tersebut juga mengandung perintah untuk beriman kepada kitab suci Al Qur’an.
Sebab Al Qur’an merupakan pedoman umat Islam, kemudian orang-orang beriman
diredaksikan sebagai orang yang mengikuti petunjuk dan tuntunan kitab suci Al-Qur'an.
Dengan demikian, beriman kepada kitab suci Al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya menjadi
pilar penting dalam menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT.

2.3 Cara Mengimani Kitab Suci

Setelah mengetahui alasan mengapa kita harus mengimani kitab-kitab suci dan shuhuf-
shuhuf maka perlu diketahui bagaimana cara mengimaninya? Dalam hal ini, Yazid Ibn Abdul

12
https://tafsirweb.com/1900-quran-surat-al-maidah-ayat-16.html (diakses pada 7 Oktober 2020)

8
Qadir berpendapat bahwa ada empat unsur yang harus kita lakukan dalam mengimani kitab-
kitab yang diturunksn oleh Allah SWT., yaitu:

1. Meyakini bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah SWT.

2. Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali namanya, seperti al-Qur’an yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw., Taurat, Injil, Zabur, dan suhuf nabi Ibrahim serta suhuf nabi
Musa As. Adapun kitab-kitab yang tidak kita ketahui namanya, maka cukup bagi kita untuk
mengimaninya secara global.

3. Membenarkan seluruh beritanya, seperti berita-berita yang terdapat dalam al-Qur’an dan
berita kitab-kitab terdahulu sebelum diganti atau diselewengkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.

4. Melaksanakan seluruh hukum yang tidak dinasakh (dihapus) serta rela dan berserah diri
hukum itu, baik kita mengetahui hikmahnya ataupun tidak. Dan seluruh kitab terdahulu telah
dinasakh oleh al-Qur’an. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan hukum apapun dari
hukum kitab-kitab terdahulu kecuali yang telah ditetapkan dalam kitab suci al-Qur’an. 13

2.4 Hikmah Mengimanai Kitab Suci

Setelah mengetahui perihal keimanan kepada kitab-kitab suci yang diturunkan Allah
kepada Rasul-Nya, maka berikut hikmah yang dapat kita ambil dari pelajaran tersebut:

a. Memberikan petunjuk kepada manusia untuk membedakan yang benar dan yang salah.

b. Menjadikan pedoman supaya manusia tidak berselisih dalam menentukan kebenaran.

c. Mensyukuri segala anugerah dan nikmat Allah, termasuk pemberian petunjuk yang benar
melalui kitab-kitab-Nya.

d. Hati manusia menjadi lebih tenteram dan damai dengan adanya petunjuk dari Allah
melalui kitab-kitab-Nya.

e. Meningkatkan kesabaran dalam menerima cobaan, ujian, dan musibah, serta selalu
bersyukur atas nikmat dan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt.

13
Yazid Ibn Abdul Qadir Jawwas. 2006. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Bogor: Pustaka
Imam Syafi’I). Hal. 230-231.

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kitab suci dapat dipahami sebagai wahyu Tuhan yang dibukukan. Dalam Islam sendiri
myakini kebenaran kitab suci Al Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya meliputi kitab
Zabur, Taurat dan Injil. Kemudian fungsi Al Qur’an sebagai pedoman dalam mengatur
kehidupan manusia supaya teratur dan berhasil dunia akhirat.

2. Beriman kepada kitab Allah bermakna percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya yang di dalamnya terdapat
ajaran benar dan untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup agar dapat
meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

3. Perintah untuk beriman kepada kitab Allah juga dijelaskan dalam perspektif Al Qur’an
yang tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat 177 dan QS. Al Maidah ayat 16. Dengan
demikian kita tahu betapa pentingnya mengimani kitab suci Al Qur’an dan kitab-kitab suci
sebelumnya.

4. Dalam mengimani kitab suci Allah maka kita perlu meyakini dengan sungguh-sungguh,
membenarkan isinya, dan mengamalkan perintah dan aturan yang tertulis didalamnya supaya
kita mendapat hikmah dan pelajaran terutama dalam upaya meningkatkan keimanan kepada
Allah SWT.

3.2 Saran

Makalah yang kami buat tentunya tidak lepas dari kesalahan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kedepannya.
Melalui makalah yang kami buat ini kami berharap akan bermanfaat baik pembaca maupun
penulis untuk dapat menambah wawasan dan terbukanya pemikiran tentang iman kepada
kitab-kitab Allah bagi umat muslim. Semoga dengan memahaminya dapat menambah
keyakinan kita terhadap kebenaran Al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya serta dapat
meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.

10
DAFTAR PUSTAKA

https:/kbbi.kemdikbud.go.id, Versi daring: 3.0


https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-177
https://tafsirweb.com/1900-quran-surat-al-maidah-ayat-16.html
Ibn Katsir. Tafsir al-Qur’anil ‘Adzim (Dar Thayyibah: 1999) dalam CD ROM al-Maktabah
al-Syamilah)
Marzuki. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2 SMP
Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Muhammad Na’im Yasin. 1990. Yang Menguatkan dan Yang membatalkan iman; Kajian
Rinci Dua Kalimah.

Nunung Lasmana & Ahmad Suhendra. Al-Qur’an Dan Tiga Kitab Suci Samawi Lainnya.
Jurnal Asy- Syukriyyah Vol. 18 Edisi Oktober 2017.

Tafsir Q.S. al-Isra’: 55 dalam Ibn ‘Asyur, “al-Tahrir wa al-Tanwir” dalam CD ROM al-
Maktabah al-Syamilah.
Tafsir Q.S. Ali Imran: 2 dalam Ibn ‘Asyur, Tafsir Ibn ‘Asyur dalam CD ROM al-Maktabah
al-Syamilah.

Syahadah, terj. Abu Fahmi (Jakarta: Gema Insani Press).

Yazid Ibn Abdul Qadir Jawwas. 2006. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Bogor:
Pustaka Imam Syafi’I).

11

Anda mungkin juga menyukai