Anda di halaman 1dari 6

Afid Burhanuddin

Filsafat Pendidikan Behaviorisme

Afid Burhanuddin Afid Burhanuddin

7 tahun yang lalu

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku
individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa
hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras
adanya aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah
berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat.
Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913
yang menganggap psikologi sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh
sebab itu psikologi harus menggunakan metode empiris, seperti : observasi, conditioning, testing, dan
verbal reports.

A. Teori dan Pengertian Behavioristik

Pengertian belajar menurut teori Behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya reaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu apabila ia mampu
menunjukan perubahan pada tingkah lakunya, apabila dia belum menunjukkan perubahan tingkah laku
maka belum dikatakan bahwa ia telah melakukan proses belajar. Teori ini sangat mementingkan adanya
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Dalam proses pembelajaran input ini bisa
berupa alat peraga, gambar-gambar, atau cara-cara tertentu untuk membantu proses belajar
(Budiningsih, 2003). Jadi, Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia..

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis
artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
B. Tokoh-tokoh Behaviorisme

1. John Watson (1878-1958)

Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di
tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat,
sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh AngellDalam karyanya ini Watson menetapkan dasar
konsep utama dari aliran behaviorisme:

Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan
fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya

Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu
halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh
karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psi.

Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.

2. Clark L. Hull (1884-1952)

Hull menamatkan Ph.D dalam bidang psikologi dari University of Wisconsin dan mengajar di sana selama
10 tahun, kemudian mendapat gelar professor dari Yale dan menetap di uni ini hingga masa pensiunnya.
Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai bidang psikologi, terutama psikologi belajar,
hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering digunakan adalah eksperimental lab.

Prinsip-prinsip utama teorinya :

Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi
Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.

Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau
yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang
disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini
Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori Darwin
yang mementingkan adaptasi biologis organisma.

Hypothetico-deductive theory

Adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif. Hull percaya
bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan
fenomena individual (induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya
tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-
195).

Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan hasil-hasil
eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli behavioristik
lainnya dan dikembangkan.

3. B.F. Skinner

Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:

Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku yang spesifik untuk
mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat

Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.

Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan pengetahuannya pada subyek tunggal atau
subyek yang sedikit namun dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.

Konsep-konsep utama:

Proses operant conditioning:

Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant behavior. Respondent terjadi pada
kondisioning klasik, dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi sehari-hari yang lebih
sering terjadi adalah operant behavior dimana reinforcement terjadi setelah response.

Positive dan negative reinforcers [kehadirannya PR menguatkan perilaku yang muncul, sedangkan justru
ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku].
Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers

Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan pemberian reinforcement dapat


meningkatkan perilaku namun dalam kadar peningkatan dan intensitas yang berbeda-beda (lih Lundin,
1991 fig. 4.p.213)

Discrimination : organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya pada suatu stimulus dan tidak pada
stimulus lainnya.

Secondary reinforcement, adalah stimulus yang sudah melalui proses pemasangan/kondisioning dengan
reinforcer asli sehingga akhirnya bisa mendapatkan efek reinforcement sendiri.

Aversive conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan suasana tidak menyenangkan. Hal ini
dilakukan dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape atau avoidance.

2. Behavior Modification

Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy. Merupakan
penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement secara selektif,
dan extinction. Pendektan ini banyak diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku.

Kritik terhadap Skinner:

Pendekatannya yang lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap kurang valid sebagai sebuah
teori

Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan dari satu konteks
perilaku kepada hampir seluruh perilaku umum

Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari pendukung aspek biologis dan psikologi kognitif
yang percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses biologis atau proses mental

4. Albert Bandura (1925 – ..)

Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan kemudian mengajar di
Stanford University. Sebagai seorang behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar
tentang respon lingkungan. Oleh karenanya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif
dan lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
Teori utama :

Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar manusia.

Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious reinforcement,
reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement,
individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari
luar yang memberinya reinforcement.

Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement, self-control, dan lain
sebagainya.

Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang lebih tinggi di masa depan

C. Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme

Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang lama untuk mendorong
perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.

Stimulus dan Respons

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta
tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus
yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.

Reinforcement (penguatan)

Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement)


sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan
hukuman (punishment).

Penguatan positif dan negatif


Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif. Sedangkan mengganti
peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negatif

Penguatan primer dan sekunder

Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik. Sedangkan
penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.

Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)

Penguatan hendaknya diberikan segera

Anda mungkin juga menyukai