Valenci Kalista
Alexandri Luthfi R
Agnes Widyasmoro
Jurusan Film & Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Jl. Parangtritis km. 6.5 Yogyakarta Telp. (0274) 381047
ABSTRAK
Penciptaan karya dokumenter ini adalah puncak ritual kematian dalam suku Dayak Tonyooi
Benuaq, yaitu kuangkai. Kuangkai dilaksanakan bertahun-tahun setelah seseorang meninggal,
yakni saat tengkorak sudah bisa dipisahkan darai badan. Kuangkai merupakan bentuk balas budi
yang dilakukan oleh pihak keluarga. Masyarakat adat yakin, apabila seseorang meninggal, roh
mereka harus dijemput oleh leluhur agar dapat sampai ke surga. Sebelum ritual kuangkai, ada
tahap parapm api dan kenyau yang dilakukan bertahun-tahun sebelumnya, ketika seseorang baru
meninggal.
Dokumenter “Malas Budi Basaq” menggunakan metode etnografi agar penonton mengetahui
pentingnya kuangkai berdasarkan sudut pandang masyarakat Tonyooi Benuaq. Pendekatan
melalui metode ini membuat makna-makna yang terkandung dalam ritual kuangkai dapat
disajikan dengan maksimal. Gaya ekspositori digunakan agar segala informasi mengenai kuangkai
yang masih asing bagi sebagian besar penonton dapat tersampaikan dengan baik. Struktur
kronologis dipilih untuk memaparkan tahapan ritual kuangkai yang berlangsung selama kurang
lebih 14 hari.
Hasil karya seni ini menunjukkan bagaimana kedudukan kuangkai sebagai puncak ritual
kematian bagi masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq. Kuangkai tetap menjadi sebuah ritual yang
sakral dan akan terus mereka laksanakan sebagai bukti penghormatan dan balas budi kepada roh-
roh leluhur.
Pendahuluan
Dokumenter etnografi “Malas Budi kelompok Barito di Kalimantan Tengah
Basaq” adalah karya Tugas Akhir Skripsi (Widjono, 2016: 98). Kedua suku ini
Penciptaan Seni yang dibuat untuk mendominasi wilayah Kabupaten Kutai
memenuhi syarat kelulusan strata satu Barat, Kalimantan Timur.
Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tonyooi
Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. memiliki adat istiadat dan kearifan lokal yang
Ritual kuangkai pada suku Dayak Benuaq unik. Keunikan itu salah satunya nampak
dan Tonyooi yang menjadi obyek dalam film dalam ritual adat kematian yang
ini. Dayak Tonyooi dan Dayak Benuaq memperlihatkan bagaimana korelasi
merupakan salah satu subsuku Dayak hubungan mereka dengan para roh keluarga
Luwangan, yang merupakan subsuku yang telah meninggal. Mereka memiliki
Stammenras Ot Danum, dan termasuk dalam keyakinan kalau roh orang yang meninggal
59
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
harus dijemput oleh para leluhur agar sampai suku ini tidak memiliki ketertarikan dan rasa
ke surga. Keistimewaan lainnya terdapat ingin tahu terhadap adat istiadatnya sendiri.
pada sikap sebagian besar masyarakat Keprihatinan terhadap punahnya adat
Tonyooi Benuaq, yaitu meskipun mereka istiadat masyarakat Dayak, dalam hal ini
telah memeluk agama, namun tetap Tonyooi Benuaq, karena tergerus oleh
melaksanakan ritual adat. kemajuan zaman, akibat pengaruh agama,
Terdapat tiga tahapan ritual kematian, serta sedikitnya regenerasi pemimpin ritual
yaitu parepm api, pekintuh/kenyau, dan adat merupakan awal munculnya ide untuk
kuangkai. Dari ketiga tahapan ritual membuat karya dokumenter ini.
kematian tersebut, dipilihlah kuangkai Metode etnografi dipilih karena metode
sebagai obyek program dokumenter. Hal ini ini mengedepankan pendekatan secara
karena kuangkai merupakan puncak tertinggi partisipasi dan observasi, sehingga data-data
dari semua tahapan ritual kematian. penting yang mendukung proses produksi
Kuangkai merupakan bentuk ungkapan balas film ini dapat dikumpulkan secara maksimal.
budi yang dilakukan oleh keluarga yang Melalui metode ini, gambaran mengenai adat
masih hidup kepada orang tua atau sanak istiadat serta kebudayaan Tonyooi Benuaq
saudara mereka yang sudah meninggal. dapat dideskripsikan dengan baik. Sifat
Tujuan dari kuangkai adalah untuk holistik dan integratif dalam etnografi
mengantar roh ke tempat peristirahatan membuat film ini secara keseluruhan mampu
terakhir yang layak, yaitu surga. Oleh karena menampilkan wajah masyarakat Tonyooi
itu dipilihlah “Malas Budi Basaq” sebagai Benuaq yang apa adanya. Selama proses
judul film, yang berarti yang berarti balas risetnya, film ini menggunakan penelitian
budi jasa. lapangan, yaitu ciri khas dari antropologi
Ide penciptaan diperoleh melalui budaya.
pengalaman selama 22 tahun menjadi bagian Pemilihan gaya ekspositori dalam
dalam masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq. dokumenter ini agar semua informasi yang
Kendati demikian, tumbuh dan berkembang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
di lingkungan perkotaan mengakibatkan penonton, terutama penonton yang berasal
kurangnya pemahaman mengenai adat dari luar suku Tonyooi Benuaq. Penjelasan
istiadat sendiri. Ketertarikan dengan kearifan mengenai tahapan ritual beserta maknanya
lokal yang dimiliki Benuaq Tonyooi muncul harus disampaikan secara tersurat agar tidak
seiring bertambahnya usia. Hal tersebut terjadi kesalahan dalam menafsir. Struktur
cukup unik dikarenakan sebagian besar sanak kronologis digunakan untuk membentuk film
saudara yang merupakan generasi muda dari ini, sehingga alur cerita yang merupakan
60
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
tahapan ritual kuangkai dapat dipaparkan dengan interpretasi sepihak. Korelasi antara
secara berurutan. Film dibagi menjadi tiga masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq dengan
bagian, pembukaan yang merupakan roh-roh leluhur mereka sangat ingin
pengenalan singkat mengenai Dayak ditonjolkan dalam film ini.
Tonyooi Benuaq, isi film yang menjelaskan Pada dasarnya masyarakat Tonyooi
tahapan ritual kuangkai, serta penutup yang Benuaq percaya jika seseorang meninggal,
memperlihatkan dampak ritual tersebut wujudnya akan menjelma menjadi tiga roh,
terhadap masyarakat Tonyooi Benuaq. yaitu roh liau, roh kelelungan dan roh aning
tulakng. Liau merupakan roh badan atau
Pembahasan
roh daging. Bila seseorang meninggal,
Kuangkai dilakukan oleh keluarga yang badannya pasti hancur, namun roh badan
ingin mengantar roh anggota keluarga masih hidup. Liau adalah roh yang pemarah,
mereka yang sudah meninggal ke tempat karena merupakan perwujudan dari sifat
peristirahatan terbaik di alam baka. Kuangkai manusiawi seseorang. Kelelungan adalah roh
dapat dilaksanakan setelah lima tahun sejak jiwa atau roh tengkorak yang tidak bisa
sanak keluarga tersebut meninggal. Pada hancur. Kelelungan sudah ada sejak
proses kuangkai, pemimpin ritual kematian manusia lahir dan akan terus hidup
yang disebut pengewara memanggil roh walaupun raganya mati. Sifat-sifat luhur
para leluhur untuk mengantarkan roh yang manusia berasal dari kelelungan. Aning
baru agar dapat sampai ke surga. Sesaji dan tulakng adalah roh tulang sendi yang terdapat
hewan-hewan yang dikurbankan dalam pada sendi dan tulang-belulang seseorang.
upacara ini merupakan bekal roh selama Roh aning tulakng bersemayam dikuburan
perjalanan pulang dan menjadi harta mereka orang tersebut.
di surga. Masyarakat Tonyooi Benuaq meyakini
Melalui metode etnografi, makna dari adat dapat berjalan seiringan dengan agama
setiap rentetan upacara kuangkai dapat karena sejak dahulu mereka sudah
diperoleh secara maksimal. Pendekatan mengimani Tuhan. Mereka memanggil
menggunakan metode etnografi sangat Tuhan dengan sebutan “Latala”. Adat
membantu untuk memposisikan diri sama istiadat menurut pandangan mereka
seperti penduduk lokal sehingga dapat merupakan tata cara berdoa kepada Tuhan
terjalin kedekatan yang lebih intim dengan yang dilakukan oleh para leluhur sejak
mereka. Sudut pandang dari masyarakat zaman dahulu. Para leluhur berdoa dengan
Tonyooi Benuaq dapat diperlihatkan dan menyiapkan sesaji, persembahan, dan
makna yang diperoleh tidak terdistorsi pengorbanan yang diwujudkan dengan
61
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
menyembelih hewan kurban. Mereka kuangkai telah dilakukan sejak tahun 2014.
beranggapan tidak ada salahnya berdoa Kunjungan ke Kutai Barat dan mendatangi
dengan tata cara adat maupun dengan tata rumah-rumah yang mengadakan ritual
cara agama, karena inti dari keduanya adalah kematian dilakukan selama riset tersebut.
mengucap syukur kepada Tuhan. Wawancara dilakukan dengan pemimpin
Ada juga masyarakat Tonyooi Benuaq ritual kuangkai pada setiap acara yang
yang sudah meninggalkan adat istiadat. dikunjungi guna mengumpulkan data.
Mereka meyakini bahwa seluruh ritual adat Sudut pandang dari penduduk asli Dayak
bertentangan dengan ajaran agama karena Tonyooi Benuaq (native point of view)
tidak tertulis di dalam kitab suci agama diperoleh dengan cara memperlihatkan
tersebut. Ini tidak bisa disalahkan karena subyek yang menjadi panutan dalam setiap
menyangkut keyakinan masing-masing rangkaian ritual kuangkai. Subyek tersebut
pribadi. Hal yang disayangkan adalah banyak merupakan pengewara yang menjadi
dari mereka tidak mau hadir dan terlibat narasumber utama dan telah terenkulturasi
dalam ritual adat yang diselenggrakan oleh penuh. Beliau pemimpin ritual kuangkai di
keluarga mereka sendiri. Pudarnya semangat Desa Damai.
gotong-royong yang menjadi semboyan Pendekatan dengan narasumber utama
masyarakat Tonyooi Benuaq merupakan dilakukan selama kurang lebih dua tahun
tanda kemunduran dalam sebuah hubungan melalui wawancara dengan prinsip konkuren.
bermasyarakat. Wawancara dengan prinsip konkuren dipilih
Catatan etnografi mengenai obyek agar dapat menggali informasi mengenai
diperoleh setelah melakukan riset mengenai ritual kuangkai serta segala hal lainnya yang
obyek, yaitu ritual kuangkai selama kurang berkaitan dengan ritual tersebut. Selain itu,
lebih tiga tahun. Berdasarkan catatan ini, hal ini dapat memudahkan saat proses
dapat ditarik benang merah yang menjadi syuting berlangsung karena pengewara
pedoman saat melakukan pengambilan tidak merasa risih atau canggung dengan
gambar, sehingga mempermudah proses adanya kamera yang digunakan untuk
editing. Mempelajari narasumber, baik dari merekam seluruh rangkaian ritual kuangkai.
karakter dan sikap mereka saat berbicara Terjalinnya hubungan yang baik membuat
dilakukan saat riset. ritual kuangkai dan proses pengambilan
Pendekatan observasi – partisipasi yang gambar dapat berjalan seiringan tanpa
menjadi ciri khas metode etnografi dilakukan kendala.
agar bisa mengumpulkan data dengan Struktur penuturan kronologis sesuai
maksimal. Observasi mengenai ritual dengan konsep penciptaan karya ini.
62
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
Dokumenter etnografi “Malas Budi Basaq” ada istilah dan makna yang luput dari
hanya berfokus pada satu obyek dokumenter, pengamatan etnografer.
yaitu ritual kuangkai dengan menampilkan Bahasa Benuaq dipilih sebagai bahasa
bagaimana rentetan ritual tersebut secara pengantar dalam film ini, bukan bahasa
berurutan. Alasan dipilihnya struktur Tonyooi karena seluruh doa dalam ritual
kronologis agar penonton dapat dengan menggunakan bahasa Benuaq. Selain itu,
mudah memahami pengetahuan baru yang jika bahasa Indonesia yang dipilih menjadi
disajikan kepada mereka. bahasa pengantar film, banyak istilah
Dokumenter etnografi “Malas Budi Benuaq yang tidak dapat diterjemahkan
Basaq” menggunakan wawancara dengan dengan baik karena tidak memiliki arti dalam
narasumber utama untuk menjelaskan bahasa Indonesia. Cara agar penonton dapat
tahapan ritual kuangkai dan narasi sebagai memahami film ini adalah dengan
unsur penguatnya. Narasi tersebut berfungsi penggunaan teks bawah pada film (subtitle)
sebagai pengantar saat bagian pembukaan dalam bahasa Indonesia Alasan lainnya
film, memperkuat pernyataan narasumber karena narasumber utama tidak dapat
utama dalam menjelaskan rentetan ritual, berbicara bahasa Indonesia dengan lancar.
serta menjadi penutup film. Narasi Apabila dipaksakan menggunakan bahasa
diperlukan untuk menjelaskan informasi Indonesia, khawatir membuat wawancara
abstrak yang tidak mampu digambarkan oleh menjadi kaku. Besar harapan sutradara agar
shot-shot yang ada. Narasi juga dapat film ini mendapat sambutan baik dari
membantu menjelaskan kegiatan yang khalayak luas dan masyarakat Benuaq
dilakukan oleh pengewara dan orang-orang Tonyooi itu sendiri.
yang turut serta dalam ritual kematian yang Terdapat beberapa tahapan untuk
kemungkinan kurang dipahami oleh menyutradarai dokumenter etnografi. Riset
penonton. dalam kurun waktu yang lama dibutuhkan
Seorang etnografer harus mampu agar sutradara lebih mengenal obyek
berhadapan dengan bahasanya sendiri dan dokumenter, serta menciptakan kedekatan
bahasa informannya. Prinsip identifikasi yang intim dengan subyek dokumenter. Ada
bahasa digunakan agar tidak terjebak saat baiknya jika memiliki lebih dari satu orang
mendefinisikan berbagai istilah Benuaq. narasumber. Informasi-informasi dari
Selama proses pengumpulan data, mereka kemudian dirangkum dan dapat
pernyataan dari para narasumber dicatat dijadikan suatu kesimpulan.Walaupun
secara harfiah dan tidak diringkas agar tidak demikian tetap harus ditentukan narasumber
utamanya. Berdasarkan hasil riset tersebut
63
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
dibuatlah catatan etnografi yang kemudian merupakan hasil respon terhadap lingkungan
menjadi pedoman saat melakukan proses masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq yang
pembuatan film dokumenter. bermukim di Kabupaten Kutai Barat. Mulai
Proses pengambilan gambar sepenuhnya dari rumah, peralatan adat, pakaian yang
dilakukan di Kabupaten Kutai Barat, baik dipakai dan suasana perkampungannya.
saat ritual maupun establish shotnya. Proses
Sinopsis :
ini dilakukan oleh dua orang kru yang
Kuangkai merupakan puncak dari ritual
memang sudah memiliki kedekatan dengan
kematian dalam Dayak Tonyooi Benuaq.
masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq. Gambar
Tujuan dari dilaksanakannya ritual kuangkai
diambil dengan memperhitungkan posisi dari
adalah untuk mengantarkan roh dari sanak
orang- orang yang berpartisipasi di dalam
saudara yang telah meninggal ke alam surga
ritual ini. Melalui pendekatan etnografi yang
dengan bantuan para leluhur. Ritual ini
baik, mereka yang melaksanakan kegiatan
sebenarnya tidak wajib untuk dilaksanakan
tersebut tidak merasa terganggu, bahkan
karena memakan biaya yang besar, namun
sesekali mereka berinteraksi dengan kamera
berdasarkan kesadaran pribadi dari setiap
secara natural. Available light digunakan saat
keluarga, kuangkai tetap dilakukan hingga
upacara di siang hari. Kemungkinan besar
saat ini. Mereka tidak ingin roh saudara atau
hanya menggunakan reflektor agar tidak
orang tua yang mereka cintai tidak sampai
tercipta shadow (bayangan) yang
ke surga dan mengganggu keluarga yang
mengganggu di kamera. Saat malam hari
masih hidup.
akan digunakan lampu LED sebagai
Kuangkai yang dilaksanakan di Desa
penerang, namun, penggunaan lampu ini juga
Damai, Kutai Barat telah memperlihatkan
menyesuaikan.
ritual kuangkai sesungguhnya, yaitu ritual
Secara keseluruhan, film ini
yang masih mengikuti aturan adat.
mengunakan teknik editing cut to cut dan
Dokumenter etnografi ini memperlihatkan
match cut. Editing juga menyesuaikan musik
bagaimana masyarakat adat menyadari
atau nyanyian yang mengiringi upacara adat.
pentingnya menjaga relasi dengan para
Musik yang dipakai untuk mengiringi film
leluhur. Acara berlangsung dari pagi hingga
dokumenter etnografi “Malas Budi Basaq”
malam hari selama hampir satu bulan.
merupakan musik yang dimainkan sepanjang
ritual kuangkai berlangsung. Film ini tidak Treatment :
menggunakan scoring karena ingin a. Segmen 1
menonjolkan musik ritual yang mistis namun Segmen 1 berisi pengenalan singkat
sangat indah. Setting yang digunakan terhadap suku Dayak Tonyooi Benuaq
64
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
65
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
Parepm api merupakan tingkatan yang dunia agar hidup bahagia dan murah
wajib dilaksanakan, karena tanpa rezeki. Roh liau kelelungan yang telah
bantuan dari roh leluhur, roh yang baru sempurna mampu menjadi perantara
meninggal tidak akan sampai ke surga. keluarga dengan Latala atau Tuhan
Tahap pekintuh atau kenyau Yang Maha Kuasa, sehingga mereka
dilaksanakan dengan harapan agar dapat dipersonifikasikan sebagai
keadaan roh tersebut tidak susah saat di malaikat penolong.
dunia mereka. Kuangkai memiliki Berdasarkan informasi yang
tujuan yang sama dengan pekintuh dan diperoleh, saat ini ritual kuangkai sering
kenyau, namun kuangkai merupakan dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk
penyempurnaan dari tahapan tersebut. mencari keuntungan lewat judi dan
Darah hewan kurban yang diusap pada sabung ayam, yang sebenarnya bukan
tengkorak jasad yang dikuangkai merupakan bagian dari ritual kuangkai.
merupakan tanda roh tersebut telah Acara yang seharusnya hanya
menjadi roh kelelungan yang sempurna, berlangsung maksimal selama 21 hari–
sehingga dapat mendoakan keluarga boleh lebih beberapa hari asalkan
yang masih hidup. karena kendala tertentu–dapat menjadi
Meskipun bukan sesuatu yang wajib dua sampai tiga bulan lamanya atau
dilaksanakan, kuangkai menjadi sebuah bahkan lebih.
tanggung jawab moral bagi masyarakat c. Analisis Obyek
Benuaq Tonyooi. Besar keinginan Analisis obyek dokumenter
keluarga agar roh liau kelelungan orang dilakukan dengan tujuan untuk
yang mereka sayangi dapat merasakan memahami obyek dengan baik.
kemakmuran seperti yang mereka Berdasarkan data yang diperoleh dapat
rasakan saat ini, sehingga kuangkai ditentukan genre dan gaya dokumenter.
diselenggarakan dengan maksud agar Maka dipilihlah metode etnografi dan
seluruh kurban dan makanan yang gaya ekspositori untuk diterapkan ke
disajikan selama ritual dapat dibawa dalam karya ini. Pencatatan etnografi
mereka ke surga. dilakukan pada tahap ini. Konsep visual
Terjadi hubungan korelasi antara juga dirancang guna mendukung
masyarakat Tonyooi Benuaq dengan pembuatan treatment.
roh- roh yang sudah meninggal. Apabila d. Menulis Treatment
roh liau kelelungan bahagia, roh tersebut Setelah melalukan analisis obyek,
diyakini dapat mendoakan keluarga di banyak informasi mengenai kuangkai
66
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
yang dapat dipahami dengan baik. lima tahun yang sudah berwujud tulang-
Langkah selanjutnya adalah membuat belulang. Saat kenyau berlangsung,
treatment. Treatment yang menjadi dimanfaatkan sebagai masa penyesuaian
panduan dalam produksi dokumenter serta pendekatan dengan para pengewara dan
etnografi ini dibagi menjadi tiga segmen, pihak keluarga, sehingga terjalin kedekatan
yaitu pembuka, isi, dan penutup. yang intim. Harapannya yaitu tidak ada
e. Rapat Produksi kecanggungan yang terjadi dan masyarakat
Setelah beberapa tahapan berhasil Desa Damai tidak risih dengan adanya
dilakukan, gagasan mengenai karya kamera yang merekam jalannya ritual. Saat-
yang ingin dibuat dapat dibagi kepada saat ini juga dimanfaatkan untuk mencari
tim yang membantu agar proses establish guna menambah shot-shot film.
pengambilan gambar dapat berjalan Ritual kuangkai dilaksanakan di pada
lancar dan diperoleh hasil yang tanggal 19 Maret 2017 hingga 3 April 2017,
diinginkan. Melalui beberapa dengan acara kenyau sebelumnya yaitu
pertimbangan, akhirnya diputuskan tanggal 12-18 Maret 2017. Walaupun ritual
untuk melakukan proses produksi di kuangkai hanya berlangsung 14 hari lebih 2
Kutai Barat dengan dua orang kru. hari, namun tahapannya sama persis dengan
Seorang menjadi director photography, ritual 21 hari. Ini karena periwayatan asal-
seorang lagi sebagai sutradara usul yang telah dimulai sejak acara kenyau,
merangkap kamerawan. Kru kecil serta digabungnya tahapan-tahapan yang
dibentuk karena selain untuk tidak terlalu memakan waktu pada hari yang
menghemat anggaran, disisi lain agar sama. Seluruh kegiatan dilakukan selama 34
lebih efektif dalam proses berproduksi. hari, terhitung dari keberangkatan dari
Yogyakarta menuju Samarinda, perjalanan
2. Produksi
dari Samarinda menuju Kutai Barat, hingga
Ketika tahapan pra produksi telah selesai
kembali lagi pulang ke Samarinda.
dilakukan, maka proses produksi dapat
Selama proses produksi, ditemukan
dilaksanakan. Berdasarkan waktu yang
beberapa fakta baru yang sebelumnya tidak
ditentukan, tim berangkat ke Desa Damai,
diperoleh saat melakukan riset obyek
Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
dokumenter. Data-data baru itu menjadi
untuk melakukan proses pengambilan
penyempurna tahapan ritual ini. Berikut
gambar. Di sana, sebuah keluarga
merupakan kelebihan ritual kuangkai yang
menyelenggarakan kenyau kuangkai, di
diselenggarakan di Desa Damai, bila
mana kenyau untuk jasad yang baru
meninggal dan kuangkai untuk jasad di atas
67
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
temuan data baru tersebut tidak tersebut harus mengerti bahasa Benuaq,
ritual kuangkai. Berdasarkan semua data gambar dengan narasi yang juga
68
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
69
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
70
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
71
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
72
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
roh, yaitu surga mereka masing-masing. acara makan bersama yang melibarkan
Harapannya agar liau melihat dan seluruh masyarakat sekitar.
memeriksa tempat itu. Pengewara Mengantar roh kelelungan
sebagai perwakilan dari roh-roh itu harus Pada malam harinya, pengewara
pergi ke kuburan, karena kuburan adalah mengantar roh kelelungan pulang ke
tempat tinggal para roh yang dapat surga mereka. Rangkaian acara ini
dilihat dengan mata manusia. diiringi dengan musik dan nyanyian.
Ukai Solai (Upacara Puncak) Sebelum pergi, kelelungan yang diwakili
Pada upacara puncak dikorbankan oleh pemimpin pengewara
hewan yang paling mahal, bisa berupa menyampaikan pesan-pesan kepada
kerbau atau sapi. Kandang kerbau keluarga. Roh kelelungan pulang
dibongkar kemudian kerbau dituntun melalui jalan mereka datang, yaitu kain
untuk mengitari patung belontakng merah. Seluruh petugas kuangkai
sebanyak tiga kali. Penombakan memegang kain merah bersama-sama.
dilakukan oleh pihak keluarga hingga Terlihat raut kesedihan di wajah mereka
kerbau mati. Alasan kerbau harus karena ini adalah saat terakhir mereka
ditombak karena memang itu yang dapat bersama-sama dengan roh
dikehendaki para leluhur. Setelah kerbau kelelungan anggota keluarga mereka.
mati, para pengewara bersama pihak Setelah kain merah digunting, tandanya
keluarga menarik selampit yang roh-roh tersebut telah pulang ke surga
mengikat kerbau sebanyak tujuh kali, mereka yang berada di atas langit.
tanda mereka bersuka ria karena hewan Mengantar roh liau
telah diterima oleh roh leluhur. Setelah roh kelelungan selesai
Pada hari puncak ini juga dilakukan diantar, sekarang saatnya pihak
tahapan terakhir tumakng wara. Masing- keluarga mengantar roh liau ke surga
masing calon pengewara secara mereka. Upacara mengantar roh liau
bergantian duduk di atas kerbau yang memakan waktu yang lebih lama bila
sudah mati. Kerbau yang mereka duduki dibandingkan dengan mengantar roh
merupakan tanda mereka telah kelelungan. Ini karena surga roh liau
membayar upah kepada para roh agar terletak di dunia, namun di dimensi yang
diluluskan menjadi pengewara. Setelah berbeda, yaitu di Gunung Lumut
prosesi ini berakhir maka dua orang Kalimantan Tengah.
calon tersebut telah resmi menjadi c. Segmen 3 (Penutup) Mengunjungi
pengewara. Malam harinya diadakan kuburan terakhir kali
73
Valenci Kalista, Alexandri Luthfi R, Agnes Widyasmoro, Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq
74
Sense Vol 1 | No 1 | Mei 2018
Jakarta: Grasindo.
Pratista, Himawan. 2017. Memahami Film:
Edisi 2. Yogyakarta: Montase Press.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Widjono, Roedy Haryo. 2006. Dilema
Transformasi Budaya Dayak.
Samarinda: Nomaden Institute Cross
Culture Studies.
75