Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERAN PERAWAT TERHADAP KETEPATAN PENETUAN PRIORITAS I, II DAN

III PADA RUANG TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT dr SAIFUL
ANWAR MALANG

Vita Maryah Ardiyani


Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribuwana Tunggadewi Malang
vitamaryah@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan:Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan terdepan pada rumah sakit yang
membutuhkan suatu sistem triage yang tepat dan efektif untuk menyeleksi dan memprioritaskan
pasien sesuai dengan kondisi pasien dan sumber daya yang ada. Kesalahan pengambilan
keputusan, apalagi dalam pengkategorian pasien dengan kategori poor triage menyebabkan
keterlambatan pengobatan dan ketidakmampuan serta cacat permanen bagi pasien.Tanggung
jawab triage menuntut perawat untuk terus mengembangkan perannya dalam hal mengambil
keputusan yang tepat terutama dalam penentuan prioritas kegawatdaruratan pada instalasi
gawat darurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan peran perawat
triage terhadap penentuan prioritas kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat. Metode:
Penelitian ini adalah penelitian penampang analitik (analytic cross sectional study) dengan
teknik quota sampling sebanyak 200 pasien pada Instalasi Gawat Darurat teknik pengambilan
data menggunakan lembar observasi peran perawat dan lembar observasi triage yang telah di
lakukan uji numerator kappa. Hasil Uji chi square dan didapatkan hasil p value 0.000 dengan
taraf signifikasi 0.05 Pembahasan: Ketepatan penetuan prioritas kegawatdaruratan pada ruang
triage juga dipengaruhi pengalaman klinis perawat dimana Konsep penentuan prioritas
berdasarkan kriteria P1, P2 dan P3 secara umum telah dikuasai oleh perawat. Kesimpulan:
Terdapat hubungan antara peran perawat dengan penentuan prioritas kegawatdaruratan
Kata Kunci : Peran Perawat, Prioritas I,II dan III, triage

PENDAHULUAN
Triage diartikan sebagai proses telah menetapkan sistem triage nasional
memilah-milah pasien menurut tingkat akan tetapi pelaksanaannya belum
keparahan cedera atau kesakitannya dan teraplikasi secara nasional. Secara konsep,
memprioritaskan pengobatan menurut perawat merupakan petugas kesehatan
ketersediaan sumber daya dan yang mempunyai peran dan tanggung
kemungkinan pasien bisa bertahan hidup jawab utama dalam melakukan triage di
(Gerdtz And Bucknall, 2001). Sistem triage Instalasi Gawat Darurat (IGD) (Andersson,
di Indonesia belum terstandart secara Omberg & Svedlund, 2006). Pada Instalasi
nasional, meskipun Departemen Kesehatan
15
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
Gawat Darurat terdapat tuntutan melakukan pengkajian resiko, pengkajian
akan pemenuhan kebutuhan akses sosial, diagnosis, menentukan prioritas dan
kegawatdaruratan, dalam hal ini merencanakan tindakan berdasarkan
kekurangan sumber daya terhadap tingkat urgency pasien (Sands, 2007).
kebutuhan dapat meningkatkan kepadatan Perawat juga bertanggung jawab memberi
dan hambatan akses yang mengakibatkan dukungan kepada pasien dan keluarga
peningkatan waktu tunggu pasien untuk selama di ruang emergency, membangun
menempati tempat perawatan. Sebuah komunikasi yang baik antara tenaga
usaha harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dengan pasien atau keluarga
ketersediaan tempat perawatan dan serta memberi saran, edukasi dan
pengembangan program. Unit Gawat konsultasi dalam membuat perencanaan
Darurat harus melaksanakan tindakan bersama (Sands, 2004). Tujuan
pengembangan secara berkelanjutan untuk dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pemenuhan efiseinsi operasional (College hubungan peran perawat triage erhadap
Emegency Nursing Australia, 2007). penentuan prioritas kegawatdaruratan di
Kesalahan pengambilan keputusan, IGD Rumah Sakit Saiful Anwar malang
apalagi dalam pengkategorian pasien
dengan kategori poor triage menyebabkan METODE PENELITIAN
keterlambatan pengobatan dan Penelitian ini adalah penelitian
ketidakmampuan serta cacat permanen penampang analitik (analytic cross sectional
bagi pasien.Tanggung jawab tersebut study) dengan teknik quota sampling
menuntut perawat untuk terus sebanyak 200 pasien pada IGD teknik
mengembangkan perannya dalam hal pengambilan data menggunakan lembar
mengambil keputusan yang tepat terutama observasi peran perawat dan lembar
dalam penentuan prioritas observasi triage yang telah di lakukan uji
kegawatdaruratan pada instalasi gawat numerator kappa. Pengukuran peran
darurat. Dalam pengambilan keputusan perawat dilakukan pada saat tindakan
terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi Triage yang di laksanakan pada 200 pasien
perawat dalam melaksanakan triage antara sampel.
lain faktor internal mencakup kemampuan Instrumen yang digunakan dalam
psikomotor dan kapasitas personal perawat, penelitian ini dengan menggunakan
sedangkan faktor eksternal adalah observasi yang disusun peneliti
lingkungan kerja di IGD yang cenderung berdasarkan tinjauan pustaka yang
overcrowded (Gerdtz And Bucknall, 2001). berpedoman pada standar penentuan
Pada kegiatan triage perawat prioritas kegawatdaaruratan berdasarkan
bertanggung jawab untuk dapat mengambil sistem triage 3 kelompok P1 (prioritas 1),
keputusan segera (decision making), P2 (prioritas 2) danP3(Prioritas3).

16
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Peran Perawat, dan Penentuan Prioritas Kegawatdaruratan.
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
responden
Peran perawat Tidak baik 12 6
Baik 188 94
Penetuan prioritas Tidak Sesuai Standart 191 95.5
kegawatdaruratan
Sesuai Standart 9 4.5
Total 200 100

Tabel 1 menunjukkan Peran perawat kegawatdaruratan dikategorikan menjadi 2


dijabarkan menjadi 2 kategori, perawat yang kategori yaitu benar dan salah, hasil
menjalankan peran dengan baik pada penelitian menunjukkan hampir seluruh
pasien sebesar 94%, perawat yang penentuan prioritas kegawatdaruratan
menjalakan peran dengan tidak baik hanya benar sejumlah 95.5% hanya sebagian kecil
sebesar 6%. Penentuan prioritas terjadi kesalahan dalam penentuan prioritas
kegawatdaruratan yaitu sejumlah 4.5%.

Tabel 2 Hubungan peran perawat dengan penentuan prioritas kegawatdaruratan di IGD RSU
dr. Saiful Anwar Malang.
Variabel Penentuan Proritas (%)
Tidak sesuai Total p
standar Sesuai standar (%)
Peran Tidak baik
perawat 2.5 4.0 6.5 0.000
Baik
4.5 89.0 93.5
Total
7.0 93.0 100.0

Pada tabel 2 penetuan prioritas dilakukan baik oleh perawat yang


kegawatdaruratan pada ruang triage IGD menjalan peran dengan tidak baik dan
RSU dr. Saiful Anwar 93% tepat sesuai 4.5% dilakukan baik oleh perawat yang
dengan prinsip penentuan prioritas menjalan peran dengan baik. Penentuan
kegawatdaruratan pada instrument hubungan peran perawat dengan
penelitian dan ketidaktepatan penentuan penentuan prioritas kegawatdaruratan
prioritas kegawatdaruratan hanya sebesar dilakukan dengan uji chi square dan
7% dari keseluruhan jumlah subjek didapatkan hasil p value 0.000 < (α 0.05)
penelitian. Ketidaksesuaian penetuan sehingga H1 diterima artinya terdapat
prioritas kegawatdaruratan sebesar 2.5%
17
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
hubungan antara peran perawat dengan mengkomunikasikan hal ini secara verbal
penentuan prioritas kegawatdaruratan. atau tertulis kepada anggota lain dalam tim
kesehatan (Barbara et al, 2010 & Potter
PEMBAHASAN and Perry, 2005). Peran perawat sebagai
Gambaran Pelaksanaan Peran Perawat komunikator merupakan prosedur yang
Pada Ruang Triage di IGD RSU dr. harus dilaksanakan oleh perawat ruang
Saiful Anwar Malang. triage IGD RSU dr. Saiful Anwar Malang
Peran perawat utama pada ruang triage dimana komunikasi baik secara verbal
difokuskan pada 3 peran yaitu care giver maupun nonverbal dilakukan oleh perawat
sebesar 100 %, leader sebesar 30%, terutama pada saat serah terima pasien ke
manager sebesar 30% dan komunikator ruang kritis setelah penentuan prioritas
sebesar 80 %. Data yang didapatkan dari kegawatdaruratan, sedangkan komunikasi
observasi peran perawat sebesar 94% secara tertulis dilakukan perawat melalui
perawat menjalankan perannya dengan lembar dokumentasi baik pada ruang
baik dan hanya sebesar 6% perawat yang triage maupun pada lembar triage pasien.
menjalankan peran dengan tidak baik Pelaksanaan peran perawat dengan baik
dikarenakan menajalankan peran kurang juga dipengaruhi tingkat pendidikan
dari 50% penilaian peran perawata di akademik perawat dimana pada ruang
ruang triage. Peran perawat triage sebagai triage dari 13 perawat yang bertugas 15%
care giver menduduki peringkat pertama berasal dari jenjang pendidikan S1
didasarkan pada alur prosedur keperawatan dan sebesar 84% berasal
pemeriksaan wajib pada system dari jenjang pendidikan D3 keparawatan.
pelayanan ruang triage IGD RSU dr. Saiful Peran perawat sebagai leader dan
Anwar Malang. Pelaksanaan peran manager dilaksanakan hanya pada
perawat yang berdasar prosedur rumah sebagian kecil perawat. Minimnya
sakit juga sesuai dengan peran perawat pelaksanaan peran sebagai leader dan
triage yaitu segera melakukan intervensi manager dipengaruhi minimnya jumlah
dan prosedur organisasi untuk perawat di ruang triage sehingga sebagian
meningkatkan keselamatan pasien dan merawat melaksanakan peran mandiri
petugas di unit gawat darurat (College dalam pelayanan pasien pada ruang
Emergency Nursing Australia, 2007). triage. Pada pelaksanan peran perawat
Secara keseluruhan perawat yang sebagai leader dan manager dilakukan
menjalankan care giver yaitu sebagai perawat triage berupa pendelegasian
pemberi asuhan fisik, psikososial, budaya tindakan, melakukan monitoring tindakan
dan spiritual (Barbara et al, 2010 & Potter delegasi dan mendokumentasikan
and Perry, 2005). monitoring
Peringkat kedua pelaksanaan
peran perawat berdasarkan hasil
observasi pada perawat triage IGD RSU
dr. Saiful Anwar Malang adalah peran
komunikator. Dimana perawat
mengindentifikasi masalah klien kemudian

18
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
Gambaran Ketepatan Penentuan kegawatdaruratan pada ruang triage IGD
Prioritas Kegawatdaruratan Pasien di RSU dr. Saiful Anwar Malang tindakan
Ruang Triage IGD RSU dr. Saiful Anwar mandiri perawat dikuatkan dengan proses
Malang. validasi oleh dokter di ruang triage.
Hasil penelitian ketepatan Ketepatan penetuan prioritas
penentuan prioritas kegawatdaruratan kegawatdaruratan pada ruang triage juga
pada 200 pasien di ruang triage dipengaruhi pengalaman klinis perawat
didapatkan hasil penelitian menunjukkan dimana masa kerja perawat selama 5-10
hampir seluruh penetuan prioritas tahun sejumlah 30.74 % dan 10-15 tahun
kegawatdaruratan benar sejumlah 95.5% sejumlah 53.84%. Konsep penentuan
terdiri dari 31% P1, 49 % P2, 20% P3 dan prioritas berdasarkan kriteria P1, P2 dan
hanya sebagian kecil terjadi kesalahan P3 secara umum telah dikuasai oleh
dalam penentuan prioritas perawat sedangkan ketidaktepatan pada
kegawatdaruratan yaitu sejumlah 4.5%. penetapan prioritas banyak terjadi pada
yang terdiri dari 40 % P1 dan 60 % P2 . kasus kasus P2 yang seharusnya
Kesalahan penetuan prioritas merupakan pasien-pasien P1 seperti
kegawatandaruratan terutama pada kasus kasus-kasus kardiologi dan respirasi. Pada
–kasus prioritas 2 yang seharusnnya bagian P1 alokasi penggunaan sarana
masuk dalam kategori prioritas p1 masih diprioritaskan terutama untuk kasus-
terutama pada kasus-kasus cardiologi. kasus trauma kritis. Berdasarkan hasil
Ketepatan penetuan prioritas dalam peneletian yang dilakasanakan pada
proses triage dipengaruhi pengalaman dan rumah sakit tipe C di Malang didapatkan
keahlian yang secara signifikan hasil bahwa penetuan triage di pengaruhi
berkontribusi dalam pengambilan oleh pektihan yang di ikuti oleh petugas
keputusan, bersama dengan adanya kesehatan di IGD sedangkan factor jumlah
tugas, konflik, pengalaman perawat, tenga kesehatan dan jumlah pasien tidak
pendidikan dan keahlian. Perawat pemula mepengaruhi ketepatan penentuan
membutuhkan aturan spesifik untuk prioritas kegawatadarurtan (Sova, 2016 ).
membuat keputusan , tetapi perawat ahli Penelitian lain yang dilaksanakn pada IGD
memiliki variasi pendekatan yang holisti di rumah sakit Riau menunjukan hasil
(Zimmermmann & Herr, 2006). terdapat hubungan antara tingkat
Penetuan prioritas pengetahuan dan sikap petugas
kegawatdaruratan benar sejumlah 95.5% kesehatan IGD terhadap tindakan triage
dimana secara teoritis dipengaruhi berdasarkan prioritas ( Yanti et al, 2014).
beberapa strategi pengambilan keputusan Berdasarkan beberapa penelitian diatas
triage antara lain pertimbangan dapat disimpulkan bahwa ketepatan
(reasoning), pola pengakuan (pattern penentuan triage oleh tenaga kesehatan di
recognition), hipotesis berulang (repetitive IGD sangat di pengaruhi kapasitas
hypothesizing), representasi mental personal tiap tenaga kesehatan.
(mental representation), dan intuisi
(intuition) (Mackway et al., 2006). Pada
aplikasi penetuan prioritas

19
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
Hubungan Peran Perawat dengan sejalan dengan salah satu stategi triage
Penentuan Prioritas Kegawatdaruratan yaitu intusi yang terkait erat dengan
di Ruang Triage IGD RSU dr. Saiful keahlian dan umumnya dianggap sebagai
Anwar Malang. kemampuan praktisi untuk memecahkan
Penentuan hubungan peran masalah dengan data yang relatif sedikit
perawat dengan penentuan prioritas (Zimmermann & Herr, 2006)
kegawatdaruratan dilakukan dengan uji chi
square dan didapatkan hasil p value 0.000 KESIMPULAN DAN SARAN
< (α 0.05) yang artinya terdapat hubungan KESIMPULAN
antara peran perawat dengan penentuan Terdapat hubungan antara peran perawat
prioritas kegawatdaruratan. Peran perawat dengan penentuan prioritas
pada ruang triage secara signifikan kegawatdaruratan pada ruang triage
mempengaruhi ketepatan penentuan Insatalasi Gawat Darurat RSU dr. Saiful
prioritas kegawatdaruratan. Penilaian klinis Anwar Malang
tentang perawatan pasien memerlukan
pemikirian dan intuisi, dan keduanya harus SARAN
didasarkan pada pengetahuan dan Penetapan prosedur pelayanan pada
ketrampilan profesional (Mackway et al, ruang triage secara spesifik yang sesuai
2006). Pada ruang triage di IGD RSU dr. dengan standar pelayanan baik secara
Saiful Anwar Malang penentuan prioritas lokal maupaun nasional harus di tetapkan
kegawatdaruratan pasien dilakukan pihak rumah sakit mengacu pada poin-
perawat yang telah memiliki pengalaman poin penilaian kinerja klinis tenaga
klinis cukup baik dimana rata-rata kesahatan yang di fokuskan pada mutu
pengalaman klinik perawatan pada pelayanan dan keamanan pasien ( patient
rentang 5-10 tahun dengan persentase safety).
jumlah perawat sebesar 30.74% dan untuk
rentang masa kerja 10-15 tahun dengan DAFTAR PUSTAKA
persentase jumlah perawat sebesar Andersson, A. K., Omberg, M &
53.84%. Svedlund, M. (2006). Triage in the
Pelaksanaan triage di IGD RSU dr. emergency department – a qualitative
Saiful Anwar Malang terutama untuk aspek study of the factors which nurses
penentuan prioritas kegawatdaruratan consider when making decisions.
dilaksanakan oleh perawat pada ruang Journal Compilation, Vol. 11, No. 3, p.
triage yang pada aplikasinya penetapan 136-145 .
prioritas kegawatdaruratan juga Australian College for Emergency
dipengaruhi dengan perkembangan klinis Medicine.(2005). Policy on the
pasien, dimana jika terjadi perkembangan Australian Triage
klinis yang mengalami perburukan kondisi Scale.www.acem.org.au/P06_Aust_Tr
pada ruang kritis tingkat prioritas iage_Scale. di akses 25 April 2013.
kegawatan pasien akan mengalami
perubahan yang penetuannya di tetapkan
oleh perawat pada ruang kritis. Hal ini

20
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
Barbara, et al. (2010). Fundamental Jayashree, M., & Singhi, S. (2011). Initial
Keperawatan Konsep, Proses dan Assessment and Triage in ER. Indian
Praktek. Jakarta: EGC. Journal Of Pediatrics, 78(9), 1100-
College Emergency Nursing Australia. 1108.
(2007). Emergency Departement Jus, Erwan. (2008). Factor Influencing
Model Of Care. NSW Ministy Of Healt. Length Of Stay In The Emergency
Departemen Kesehatan Republik Department In a Private Hospital In
Indonesia.(2005). Pelayanan North Jakarta. Mediana Vol 27 no.4.
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Mackway, J. K., Marsden, J., & Windle, J.
Esensial Dasar. Jakarta: Departemen (2006). Emergency triage. Manchester
Kesehatan Republik Indonesia. triage group 2nd ed. Blackwell
Don liew, et al. (2003). Emergency publishing: USA
Departmen Length Of Stay Ministri Of Health.(2012). Emergency
Independency Predict Excees Departmen Model Of Care.
Inpatient Length Of Stay. Medical Emergency Care Institute New South
Journal vol 179 Wales.
Elliot, D., Aitken, L., Chaboyer, W. (2007). Oman, Kathleen., et al. (2008). Panduan
ACCN’s Critical Care Nursing. Belajar Keperawatan Emergency.
Australia: Elsevier. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Fathoni, M., Sangchan, H., Praneed, S. EGC.
(2010). Triage Knowledge and Skills Oman, Kathleen., et al. (2008). Panduan
among Emergency Nurses in East Belajar Keperawatan Emergency.
Java Province, Indonesia. Conference Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Abstracts. p: 153. EGC.
www.sciencedirect.com Potter dan perry. (2005). Fundamental
Gerdtz, M. F And Bucknall, T. K. (2001). keperawatan. Jakarta : EGC.
Triage nurses’ clinical decision Sands, N. (2004). Mental health triage
making. An observational study of nursing: An Australian perspective.
urgency assessment.Journal of Journal of Psychiatric Mental Health
Advanced Nursing; 35: 550–561. Nursing, 11, 150−155.
August 2001. Sands, N. (2009).An Exploration of
Gilboy, Nikki., et al. (2005). Emergency Clinical Decision Making in Mental
Severity Index Handbook .Keputusan Health Triage. Archives of Psychiatric
Mentri Kesehatan Republik Nursing, Vol. 23, No. 4 (August): 298-
Indonesia.(2009). Standar Instalasi 308.
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Semonin, Holleran. (2008). Caringfor the
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Patient in the Emergency Department.
Indonesia www.bookdev.com. Di akses 7 April
Huffman. (1994). Waiting time and Length 2013.
Of Stay Concept. www. Gov.on.ca Sovi et al. (2016). Analisis Faktor yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan
Triage Di Ruang IGD Rumah Sakit

21
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
Tipe C Malang. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan. Volume 12
No 3 Oktober 2016.
ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
Subash F, et al. ( 2003). Team Triage
Improve Emergency Departmen
Efficiency. Emergency Journal
2004:21:542-544.
Trisniati, Eni. (2012). Hubungan
Pengetahuan Tentang Cidera Kepala
dan Peran Perawat Dalam
Penanganan Pasien Cidera Kepala Di
IGD RS QADR Tanggerang Tahun
2012. Http/: Digilib. Esaunggul.ac.id.
Yanti et al. ( 2014). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Petugas
Kesehatan IGD Terhadap Tindakan
Triage Berdasrkan Prioritas.
Jom.unri.ac.id
Widodo, Panggah dan Pratiwi, Arum.
(2008). Hubungan Beban Kerja
Dengan Waktu Tanggap Perawat
Gawat Darurat Menurut Persepsi
Pasien di IGD RSU Pandan Arang
Boyolali. Bentang Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697 Vol 1 no 3: 125-130.

22
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE
23
Vol 3, No 2 (2019), JURNAL KEPERAWATAN FLORENCE

Anda mungkin juga menyukai