Anda di halaman 1dari 14

AGROTECH, Vol 1, No.

1 NOVEMBER 2020

POTENSI MODIFIKASI PATI DENGAN ESTERIFIKASI SEBAGAI PREBIOTIK

Masrukan11

Abstract
Foodstuffs derived from starch are an important source of energy for society and in fact they
also make a fairly specific contribution to health. Starch modification can result in resistant starch in the
human digestive tract. Resistant starch from chemical modification by esterification has been known to
improve its physical, chemical, and functional properties as well as to have health benefits. Resistant
starch positively affects digestive tract function, microbes, glycemic index and helps in diabetes control.
Apart from having health effects, resistant starch also has sensory properties that do not change much
when compared to sources of starch fiber, such as whole grains, fruits or bran. Among the
physicochemical properties of resistant starch are its swelling capacity, viscosity, gelling capacity and
water-binding capacity, which makes it useful in a variety of foods.

Abstrak
Bahan makanan yang bersumber dari pati adalah sumber energi penting bagi masyarakat dan
secara nyata juga memberikan kontribusi yang cukup spesifik untuk kesehatan. Modifikasi pati dapat
mengahasilkan pati yang tahan cerna di dalam saluran pencernaan manusia. Pati resisten dari modifikasi
kimia secara esterifikasi telah diketahui meningkatkan sifat fisik, kimia, dan sifat fungsionalnya serta
mempunyai manfaat kesehatan. Pati resisten secara positif mempengaruhi fungsi saluran pencernaan,
mikroba, indeks glikemik dan membantu dalam pengendalian penyakit diabetes. Selain mempunyai efek
kesehatan, pati resisten juga mempunyai sifat sensoris yang tidak banyak mengalami perubahan apabila
dibandingkan dengan sumber serat pati, seperti biji-bijian utuh, buah-buahan atau dedak. Di antara sifat
fisikokimia dari pati resisten adalah kapasitas pembengkakan, viskositas, pembentukan gel dan kapasitas
pengikat airnya, yang membuatnya berguna dalam berbagai makanan.

Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Widya Mataram Yogyakarta
1

Email: mrukan@gmail.com

1
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

Pendahuluan ikatan α-(1,4)-D-glikosidik, berbentuk rantai


Pati merupakan salah satu jenis lurus, tidak bercabang atau mempunyai struktur
polisakarida yang banyak dijumpai pada heliks yang terdiri dari 200 – 2000 satuan
tanaman. Secara histologi pati terdapat dalam anhidroglukosa. Sedangkan amilopektin
sel, berbentuk butiran-butiran kecil (granula) merupakan polimer unit-unit glukosa dengan
yang dinamakan amiloplas atau kloroplas, ikatan α-(1,4)-D-glikosidik pada rantai
berikatan dengan air, lemak, dan senyawa- lurusnya dan ikatan α-(1,6)-D-glikosidik pada
senyawa lainnya. Pati merupakan polimer dari percabangannya yang terdiri dari 10.000 –
satuan α-D-glukosa (anhidroglukosa) dengan 100.000 satuan anhidroglukosa (Itthisoponkul
rumus empiris (C6H10O5)n. Pati disusun oleh et al., 2007). Struktu molekul amilosa dan
dua satuan polimer utama yaitu amilosa dan amilopektin dapat dilihat pada Gambar 1.
amilopektin. Molekul amilosa merupakan
polimer dari unit-unit glukosa dengan bentuk

Gambar 1. Struktur amilosa (a) dan amilopektin (b), Dumitriu, 2005

Pati alami dari berbagai sumber tanaman tentang modifikasi pati telah banyak dilakukan
pada umumnya memiliki sifat-sifat yang hingga saat ini, akan tetapi pada umumnya
membatasi penggunaannya dalam aplikasinya penelitian tersebut hanya difokuskan pada upaya
dalam berbagai produk pangan. Perbaikan sifat untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia pati
fisik dan kimia pati alami bisa dilakukan, antara saja. Di sisi lain modifikasi pati memiliki
lain dengan cara modifikasi pati. Penelitian potensi yang besar untuk memberikan efek

2
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

fungsional terhadap kesehatan orang yang Modifikasi secara kimia tergantung pada
mengkonsumsinya. Pati termodifikasi, terutama reaktivitas dari gugus hidroksi (OH) yang
hasil modifikasi dengan cara esterifikasi, lebih terdapat di dalam molekul gula. Pati yang
tahan cerna dibandingkan pati alami karena termodifikasi secara kimiawi disebut juga
menyisakan bagian pati tahan cerna (resistant derivat pati atau turunan pati. Modifikasi secara
starch, RS) yang kemudian memberikan efek kimiawi dapat dilakukan dengan cara oksidasi,
yang menyehatkan terhadap kolon dalam sistem eterifikasi dan esterifikasi, tergantung dari
pencernaan makanan. karakteristik pati termodifikasi yang
dikehendaki. Modifikasi pati secara oksidasi
Modifikasi pati secara kimia
biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
Modifikasi merupakan perubahan
mendapatkan pati termodifikasi dengan
struktur molekul pati yang dapat dilakukan
karakteristik: (1) memiliki viskositas rendah, (ii)
dengan cara fisik, kimia (eterifikasi, esterifikasi,
memiliki kecepatan retrogradasi rendah, (iii)
oksidasi dan ikatan silang) dan enzimatik. Setiap
lebih cepat tergelatinisasi, (v) memiliki
perlakuan modifikasi pada jenis pati yang
kejernihan lebih baik, dan (vi) pada suhu dingin
bermacam-macam menghasilkan karakteristik
tidak membentuk gel yang rigid. Modifikasi
pati modifikasi yang berbeda-beda (Volkert et
secara eterifikasi biasanya dilakukan untuk
al., 2010).
mendapatkan pati termodifikasi dengan
Esterifikasi merupakan salah satu
karakteristik: (i) memiliki kecepatan retrogradasi
metode modifikasi pati secara kimia yang
dan suhu gelatiniasasi yang rendah, (ii) stabil
menghasilkan pati termodifikasi yang lebih sulit
pada suhu beku, dan (iii) mudah dimasak.
dicerna oleh enzim amilolitik yang ada dalam
Modifikasi secara esterifikasi dilakukan dengan
sistem pencernaan, sehingga menyisakan
tujuan untuk mendapatkan pati termodifikasi
sejumlah pati tahan cerna (resistant starch, RS)
dengan karakteristik: (i) memiliki kecepatan
karena perubahan struktur beberapa satuan
retrogradasi lebih lambat, stabil pada suhu
glukosa pada molekul pati (Perera et al., 2010).
rendah, panas dan kondisi asam, (ii) serta
Perubahan struktur pada pati dapat
memiliki kejernihan pasta lebih baik dan mudah
meningkatkan kadar pati resisten. Selanjutnya
dimasak (Cereda et al.,2003).
RS masuk ke dalam kolon dan digunakan
Pada modifikasi kimia pati secara
sebagai substrat bagi mikroflora kolon
esterifikasi, terdapat tiga gugus OH pada atom
menghasilkan short chain fatty acid (SCFA)
C2, C3 dan C6 pada satuan glukosa yang dapat
yang bermanfaat bagi kesehatan kolon.

3
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

disubstitusi oleh gugus asil melalui reaksi adisi- C sekunder (C2 dan C3) dan gugus OH pada
eliminasi dengan keberadaan senyawa atom C2 lebih reaktif daripada C3 karena sifat
intermediet yang terbentuk (Muljana et al., sterik atom C3 (Diop et al., 2011). Pada
2010). Reaktivitas gugus OH berbeda pada atom Gambar 2, dapat dilihat mekanisme reaksi
C2, C3 dan C6, gugus OH pada atom C primer esterifikasi.
(C6) lebih reaktif daripada gugus OH pada atom

Gambar 2. Mekanisme reaksi esterifikasi, Muljana et al., 2010

maltodekstrin oktenil suksinat yang mengalami


Berbagai cara modifikasi kimia pada
substitusi pada atom C2, C3 dan C6 (Bai et al.,
pembuatan pati secara esterifikasi. Diantaranya
2011).
adalah pati asetat, pati oktenil suksinat, dan
pati butirat. Asetilasi maltodekstrin dengan
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
vinil asetat menghasilkan maltodekstrin asetat
proses modifikasi pati
yang mengalami substitusi pada atom C2, C3
pH
dan C6 (Shogren dan Biswas, 2010).
Pada proses modifikasi pati, terutama
Modifikasi pati jagung ketan (waxy maize)
proses modifikasi dengan cara esterifikasi, pH
dengan oktenil suksinat anhidrida
suspensi berperanan dalam proses keberhasilan
menghasilkan pati oktenil suksinat yang
reaksi. Hasil penelitian sebelumnya bahwa pH
mengalami substitusi pada atom C2 dan C3
berpengaruh terhadap gugus asetil yang terikat
(sedangkan modifikasi maltodekstrin dengan
pada molekul glukosa dan efisiensi reaksi.
oktenil suksinat anhidrida menghasilkan

4
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

Proses modifikasi pati jagung dan pati peranan penting dalam tumbukan antar partikel
amaranth pada umumnya dilakukan pada pH akan menghasilkan reaksi dan akan
antara 7,0 - 11,0. Untuk mendapatkan hasil menghasilkan energi tumbukan sehingga akan
yang optimum, proses modifikasi pati jagung memungkinkan terjadinya benturan antar
dan pati amaranth dilakukan pada pH 8,0. partikel. Dua reaktan dapat bereaksi bersama
Contoh lain adalah modifikasi pati jagung bila antara satu reaktan dengan reaktan lainnya
dengan phosporilasi diperoleh kondisi saling kontak. Pertama yang terjadi adalah
optimum pada pH 12 (Kahraman et al., 2015). benturan antara satu reaktan dengan reaktan
Apabila reaksi esterifikasi dilakukan pada pH lainnya, dan kedua adalah terjadinya reaksi.
lebih dari 8,0, maka pati mudah mengalami Namun demikian tidak semua benturan antar
hidrolisis, sedangkan apabila proses esterifkasi molekul dapat menyebabkan terjadinya reaksi.
dilakukan pada pH kurang dari 8,0, maka tidak Benturan antar molekul dapat menyebabkan
cukup efektif bagi gugus hidroksil sebagai terjadinya reaksi bila memiliki energi aktivasi
nukleofil dari pati untuk menyerang butirat minimum. Energi aktivasi adalah energi
anhidrida, sehingga proses esterifikasi tidak minimum yang diperlukan sehingga
dapat terjadi secara efektif (Bhosale dan memungkinkan terjadinya tumbukan antar
Singhal, 2006). Pada pembuatan pati molekul sehingga memungkinkan terjadinya
termodifikasi secara kimiawi, khususnya reaksi (Solomons, 1990). Bila energi yang
dengan esterifikasi akan sangat dipengaruhi dihasilkan karena terjadinya benturan antar
karakteristik granula bahan baku pati, serta partikel lebih kecil bila dibandingkan dengan
komposisi rasio amilosa dan amilopektinya. energi aktivasi, maka tidak akan terjadi reaksi.
Pada modifikasi pati dengan
Konsentrasi reaktan menggunakan oktenil suksinat anhidrida (OSA),
Konsentrasi reaktan juga berpengaruh peningkatan derajat subsitusi (DS) dapat terjadi
terhadap modifikasi pati. Kecepatan reaksi seiring dengan peningkatan konsentrasi OSA.
akan meningkat dengan meningkatnya Menurut Bhosale dan Singhal (2006), bahwa
konsentrasi reaktan yang dapat dijelaskan makin meningkat konsentrasi OSA makin besar
dengan teori tumbukan. Bila konsentrasi reaktan ketersediaan molekul OSA untuk bereaksi
meningkat, maka frekuensi tumbukan antara dengan molekul pati. Hal ini dikarenakan bahwa
partikel akan meningkat. Berdasarkan teori gugus hidroksil pati bersifat immobile sehingga
tumbukan, konsentrasi reaktan memegang reaksinya dengan molekul OSA sangat

5
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

tergantung pada ketersediaan molekul OSA yang suhu 123 oC dapat diperoleh pati asetat dengan
terdapat disekitar gugus OH. DS 2,23. Hasil penelitian lain menunjukkan
Konsentrasi reagent berbeda untuk bahwa proses esterifikasi pati jagung kaya
mendapatkan pati ester yang berbeda, walaupun amilosa dengan asetat anhidrida yang
derajat subsitusi (DS) yang dikehendaki adalah dilakukan pada suhu 50, 65 dan 75oC dapat
sama. Sebagaimana yang dilaporkan oleh diperoleh pati asetat dengan DS masing-masing
Annison et al. (2003) bahwa untuk mendapatkan sebesar 0,85; 1,78 dan 2,89 (Chi et al., 2008).
pati jagung asetat, propionat dan butirat dengan
DS 0,2 diperlukan asetat anhidrida, propionat Lama waktu reaksi
anhidrida dan butirat anhidrida, berturut-turut Lama waktu reaksi sintesis berpengaruh
sebanyak 19,17; 30,00 dan 38,33% (v/w). terhadap nilai DS pati modifikasi. Waktu
reaksi yang lebih lama diketahui akan
Suhu menurunkan efisiensi reaksi, karena terjadi
Suhu merupakan salah satu faktor yang reaksi hidrolisis. Pada proses asetilasi pati
berpengaruh terhadap proses modifikasi pati. Xanthosoma violaceum diketahui bahwa
Bila suhu meningkat, maka kecepatan reaksi efisiensi reaksi tertinggi diperoleh dengan lama
akan meningkat karena makin banyak energi waktu reaksi 30 menit. Pengaruh lama waktu
yang masuk ke dalam sistem. Di samping itu reaksi terhadap DS pada berbagai jenis pati
dengan meningkatnya suhu, maka dapat adalah berbeda, tergantung pada jenis reagen,
menyebabkan meningkatnya benturan antar morfologi dan bentuk granula pati. Pada
partikel. Namun demikian untuk meningkatkan sintesis pati oktenil suksinat dari pati jagung
kecepatan reaksi tetap membutuhkan energi diketahui bahwa DS menurun dari 0,018
aktivasi, sehingga tumbukan antara partikel akan menjadi 0,013 seiring dengan makin
meningkat. Suhu dalam proses esterifikasi meningkatnya lama waktu reaksi dari 6 jam
sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya DS menjadi 48 jam, sedangkan pada waxy corn
pati ester. Berdasarkan hasil penelitian starch DS maksimum diperoleh pada lama
sebelumnya diketahui bahwa proses esterifikasi waktu reaksi 24 jam (Bhosale dan Singhal,
pada suhu tinggi dapat menghasilkan pati asetat 2006). Peningkatan suksinilasi oktenil dengan
dengan DS yang tinggi. memperpanjang lama waktu reaksi berdampak
Esterifikasi pati jagung kaya amilosa langsung pada proses difusi dan adsorpsi antara
dengan asetat anhidrida yang dilakukan pada oktenil dengan molekul pati. Hasil ini

6
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

menunjukkan bahwa setiap jenis pati memiliki tidak dapat dihidrolisis oleh ketiga jenis enzim
karakteristik spesifik. tersebut.
RS diklasifikasikan menjadi lima tipe
Potensi pati resisten dari modifikasi pati yang disebut RS1, RS2, RS3, RS4 dan RS5
secara kimia (Fuentes-Zaragoza et al., 2010). RS1 adalah
RS didefinisikan sebagai jumlah dari pati yang secara fisik terperangkap diantara
pati dan hasil pencernaan pati yang tidak dinding sel bahan pangan dan ditemukan pada
diserap di dalam usus halus individu sehat. serealia dan biji- bijian. RS 2 adalah granula
Secara analitis, RS didefinisikan sebagai pati pati yang tahan terhadap enzim pencernaan dan
yang tahan terhadap dispersi di dalam air ditemukan pada pati kentang, pisang mentah
mendidih dan hidrolisis amilase pankreas dan dan pati amilosa tinggi. RS 3 adalah pati
pullulanase, tetapi dapat didispersi oleh KOH retrogradasi, yaitu pati yang dirubah
dan dilanjutkan dihidrolisis oleh enzim α- konformasinya melalui pengolahan pangan
amilase, amiloglukosidase dan pullulanase (proses panas dan dingin). RS 4 adalah pati
(Englyst dan Cummings, 1987; dalam yang dimodifikasi secara kimia yang tahan
Marsono, 2004), artinya bahwa proses terhadap hidrolisis enzim diantaranya pati eter,
hidrolisis RS oleh enzim α-amilase, pati ester dan pati ikat silang (Sanz et al.,
amiloglukosidase dan pullulanase baru dapat 2009). RS 5 adalah pati yang membentuk
terjadi apabila RS tersebut didispersikan komplek dengan minyak/lipid. Diskripsi dari
terlebih dulu di dalam larutan KOH. RS yang masing-masing tipe RS disajikan pada Tabel 1.
tidak didispersikan ke dalam larutan KOH

Tabel 1. Klasifikasi dan diskripsi tipe pati resisten


Pencernaan dalam
Tipe RS Diskripsi Sumber
usus halus
RS-1 Pati yang secara fisik lambat serealia utuh/digiling
sulit dicerna tidak halus

7
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

RS-2 Granula pati resisiten Sangat lambat kentang dan pisang


mentah

RS-3 Pati teretrogradasi Lambat Pati resisten dalam


(resisten krn proses corn flakes,
pengolahan) rotitawar, lempeng

RS-4 pati yang Tahan terhadap pati-butyrat


dimodifikasi fisik, hidrolisis
kimia atau ensimatik

RS-5 komplek amilosa dan Lambat amilo-lipid complex


lipid yang terjadi ): contoh amilo-lipid
secara alami maupun pada makanan
karen aproses berlemak
pengolahan

Sumber : (Fuentes-Zaragoza et al., 2010)

Sifat fungsional pati resisten sebagai penggunaan RS dari pati jagung yang
prebiotik dimodifikasi secara phosporilasi adalah pada
RS diketahui memiliki sifat fungsional pembuatan cookies. Cookies yang dibuat dari
yang menguntungkan bagi kesehatan yang RS tersebut terbukti menurunkan nilai indeks
mengkonsumsinya. Efek keshatan tersebut glikemik postprandial (Kahraman et al., 2019).
antara lain adalah RS dapat mencegah Prebiotik adalah ingredien pangan yang
terjadinya kanker kolon, memiliki efek tidak dapat dicerna yang akan menstimulasi
hipolipidemik dan meningkatkan absorpsi pertumbuhan dan atau aktivitas bakteri di
kolesterol, asam empedu, dan mineral (Ashwar dalam kolon, terutama yang dapat
et al., 2016). Salah satu contoh penerapan meningkatkan kesehatan Ingredien pangan

8
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

yang memiliki sifat prebiotik adalah rafinosa, menstimulasi pertumbuhan dan atau aktivitas
inulin, frukto oligosakarida (FOS), bakteri dalam usus besar yang memberikan
galaktosilaktosa, laktolusa dan RS. Menurut kontribusi terhadap kesehatan (Roberfroid,
Brouns et al. (2002), RS memiliki sifat 2007).
fungsional sebagai berikut: (i) dapat Prebiotik secara selektif digunakan oleh
difermentasi oleh mikroflora usus, (ii) pada komponen yang menguntungkan flora usus dan
saat difermentasi gas yang terbentuk relatif tidak mendukung potensi patogen seperti racun
sedikit, (iii) jumlah asam butirat lebih banyak yang dihasilkan oleh Clostridia, bakteri
dibandingkan dengan hasil fermentasi proteolitik dan toksigenik E. Coli. Bakteri
polisakarida bukan pati, (iv) bersifat selektif dalam usus besar menghasilkan enzim untuk
untuk pertumbuhan Bifidobacteria dan mencerna substrat yang mampu difermentasi
Lactobacilli, (v) menghambat pertumbuhan yang masuk di dalam usus besar. Fermentasi
mikroba patogen yang terdapat di dalam usus, secara anaerob memungkinkan bakteri untuk
dan (vi) mengabsorpsi asam empedu, dan (vii) menggunakan hasil dari proses ini untuk
mengurangi toksisitas feses. mencukupi energi yang dibutuhkan untuk
Komponen makanan dikatakan sebagai pemeliharaan dan pertumbuhan, sehingga
prebiotik apabila tidak dihidrolisis atau diserap meningkatkan biomassanya (Coles et al.,
dibagian atas saluran pencernaan, menjadi 2005). RS selain dapat dimanfaatkan sebagai
substrat selektif untuk satu atau sejumlah kecil sumber karbon bagi bakteri probiotik, akan
bakteri yang menguntungkan di dalam kolon tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
yang menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas karbon bagi mikroba patogen di dalam kolon.
metabolisme bakteri tersebut, mengakibatkan
perubahan koloni flora menjadi komposisi
yang lebih sehat dan mendorong efek
sistematis yang menguntungkan bagi kesehatan Fermentasi RS di dalam kolon.
manusia (Wang, 2009). Beberapa syarat suatu Substrat utama bagi fermentasi oleh
komponen makanan dikategorikan sebagai bakteri dalam kolon adalah karbohidrat yang
prebiotik yaitu (i) resisten terhadap keasaman lolos melewati saluran cerna bagian proksimal,
lambung, hidrolisis oleh enzim pencernaan yang terutama terdiri atas RS, disusul non-
mamalia dan penyerapan pada usus kecil, (ii) starch polysaccharide, dan nondigestible
difermentasi oleh mikroflora usus besar, (iii) oligosaccharide. Selain daripada itu juga

9
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

protein yang lolos baik eksogen maupun pada molekul pati dan produk fermentasi
endogen. Sehubungan dengan banyaknya jenis mikrobia kolon.
spesies yang hidup bersama dalam kolon, Strategi meningkatkan SCFA akan
dengan kemampuan metabolisme yang sangat memberikan keuntungan pada manusia. Salah
bervariasi, maka proses fermentasi dalam satu strategi yang dapat dilakukan adalah
kolon sangat rumit. Produk akhir metabolisme meningkatkan konsumsi makanan yang banyak
satu spesies dapat menjadi substrat bagi spesies mengandung RS, sebab bila difermentasi akan
lainnya. Bacteroides, genus terbanyak, adalah menghasilkan asam butirat. Asam butirat
pengguna polisakarida, di samping bakteri merupakan penghasil energi utama bagi
sakarolitik lainnya seperti Bifidobacteria, colonocyte karena oksidasi butirat mampu
Ruminococcus, Eubacteria, Lactobacilli dan menyediakan lebih dari 70% oksigen untuk
Clostridia. Proses metabolisme dalam kolon dikonsumsi jaringan kolon manusia (Brouns et
bergantung pada kerjasama berbagai enzim al., 2002; Annison et al., 2003). Selain dapat
dari bermacam-macam spesies bakteri yang mencegah terjadinya sel kanker pada kolon,
saling bergantung satu sama lain dalam rantai asam butirat juga mampu menstimulasi sistem
proses fermentasi. kekebalan tubuh melawan sel kanker (Brouns
Modifikasi dengan cara esterifikasi et al., 2002). Beberapa pengaruh SCFA
dapat menghasilkan pati termodifikasi dengan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut
kandungan RS yang tinggi. RS tidak tercerna (Hijova dan Chmelarova, 2007):
di dalam usus halus dan masuk ke dalam 1. Absorpsi SCFA di dalam kolon akan
kolon. Di dalam kolon, RS dapat dimanfaatkan meningkatkan absorpsi air dan sodium
sebagai sumber karbon dalam proses serta meningkatkan sekresi bikarbonat
fermentasi oleh mikroba kolon dan 2. SCFA yang diabsorbsi oleh kolonisitas
meningkatkan konsentrasi SCFA, khususnya digunakan sebagai sumber energi dari
asam asetat, asam propionat dan asam butirat, sel-sel epitel mukosa kolonisitas.
yang berpotensi fungsional pada kesehatan Peningkatan jumlah SCFA di dalam
kolon karena dapat menurunkan pH, mencegah kolon akan menurunkan pH kolon yang
kanker dan peradangan kolon (Beards et al., secara tidak langsung akan
2010). Peningkatan SCFA di dalam kolon mempengaruhi komposisi mikroflora
sangat mungkin disebabkan karena hasil kolon (meningkatkan mikroflora
deesterifikasi substituen yang teresterifikasi menguntungkan dan menurunkan

10
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

jumlah mikroba patogen), menurunkan 4. Butirat merupakan SCFA yang paling


kelarutan asam empedu, jumlah amonia banyak digunakan sebagai sumber
dan amina dan meningkatkan absorpsi energi kolonisitas dan mempunyai sifat
mineral. anti-inflamasi yang penting untuk
3. Asam propionat digunakan sebagai menjaga kesehatan dan penyembuhan
substrat untuk glukoneogenesis hepatik sel-sel kolon. Kondisi ini berimplikasi
dan menghambat sintesis kolesterol pada peranan butirat sebagai pengontrol
dalam jaringan hepatik sehingga dapat diferensiasi, proliferasi dan apoptosis
menurunkan kolesterol plasma. sel.

Gambar 3. Jalur metabolisme karbohidrat oleh bakteri didalam kolom (Donadille, 2010)

SCFA merupakan produk metabolit dari fermentasi polisakarida, oligosakarida, protein, dan
peptide oleh bakteri anaerob di dalam kolon. Pada prinsipnya SCFA adalah asetat, propionat dan butirat,
walaupun SCFA yang lainnya juga diproduksi akan tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Pathway
produksi SCFA di dalam kolon disajikan dalam Gambar 3.

Kesimpulan digunakan untuk menghasilkan pati


termodifikasi. Modifikasi secara kimia
Modifikasi secara kimiawi merupakan
tergantung pada reaktivitas gugus hidroksi yang
metode modifikasi pati yang paling banyak
terdapat di dalam molekul gula.

11
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

Modifikasi dengan cara esterifikasi Annison, G., Illman, R.J. and Topping, D.L.
menghasilkan pati yang retrogradasinya lambat, 2003. Acetylated, propionylated or
stabil dalam pencernaan, dan komponen butyrylated starches raise large bowel short
fungsionalnya meningkat. Pati termodifikasi chain fatty acids preferentially when fed to
lebih sulit dicerna oleh enzim karena perubahan rats. J. Nutr. 133: 3523-3528.
struktur beberapa satuan glukosa pada molekul Ashwar, B.A., Gani, A., Shah, A., Wani, I.A.,
pati, sehingga menyebabkan kandungan RS Masoodi, F.A., 2016. Preparation, health
meningkat. RS dari modifikasi kimia diduga benefits and applications of resistant starch
memiliki kemampuan pengikatan air yang - A review. Starch/Staerke 68, 287–301.
cukup besar sehingga mampu meningkatkan https://doi.org/10.1002/star.201500064
kadar air feses dan mengencerkan senyawa Bai, Y. and Shi, Y.C. 2011. Structure and
karsinogen dalam kolon. Peningkatan kadar air preparation of octenyl succinic esters of
feses menyebabkan pertambahan berat dan granular starch, microporous starch and
volume feses sehingga isi lumen menjadi lebih soluble maltodextrin. Carbohydr. Polym.
bulky dan memberi efek mempercepat waktu 83: 520 – 527.
transit feses di dalam kolon. Beards, E., Tuohy, K. and Gibson, G. 2010.
Bacterial, SCFA and gas profiles of a range
RS termasuk salah satu prebiotik untuk
of food ingredients following in vitro
memacu pertumbuhan bakteri yang
fermentation by human colonic microbiota.
menguntungkan seperti Bifidobacteria dan
Anaerobe 16: 420 – 425.
Lactobacilli, serta dapat menghambat
Bhosale, R. and Singhal, R. 2006. Process
pertumbuhan bakteri yang merugikan seperti
optimization for the synthesis of octenyl
Bacteroides dan Clostridia. Oleh karena itu pati
succinyl derivative of waxy corn and
termodifikasi dapat dimanfaatkan sebagai
amaranth starches. Carbohydr. Polym. 66:
makanan prebiotik untuk menjaga kesehatan
521–527.
usus. Produk fermentasi karbohidrat tak tercerna
Brouns, F., Kettlitz, B. and Arrigoni, E. 2002.
termasuk RS adalah asam lemak rantai pendek,
Resistant starch and the butyrate
terutama asam asetat, asam propionat dan asam
revolution. Trends Food Sci. Technol. 13:
butirat.
251-261.
Cereda, M.P., Vilpoux, O. and Demiate, I.M.
Daftar pustaka 2003. Modified starch. Book technology,

12
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

use and potentialities of latin american and Farhat, I.A. 2007. Inclusion
starchy tubers. CPC International, Milho, complexes of tapioca starch with flavour
Brazil. compounds. Carbohydr. Polym. 69: 106-
Chi, H., Xu, K., Wu, X., Chen, Q., Xue, D. and 115.
Song, C., Zhang, W. dan Wang, P. 2008. Kahraman, K., Koksel, H., Ng, P.K.W., 2015.
Effect of acetylation on the properties of Optimisation of the reaction conditions for
corn starch. Food Chem. 106: 923–928. the production of cross-linked starch with
Coles, L.T., Moughan, P.J. and Darragh, A.J. high resistant starch content. Food Chem.
2005. In vitro digestion and fermentation 174, 173–179.
methods, including gas production https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2014.11
techniques, as applied to nutritive .032
evaluation of foods in the hindgut of Marsono, Y. 2004. Serat Pangan dalam
humans and other simple-stomached Perspektif Ilmu Gizi. Pidato Pengukuhan
animals. Anim. Feed Sci. Technol. 123-124: Jabatan Guru Besar pada Fakultas
421-444. Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah
Diop, C.I.K., Li, H.L., Xie, B.J. and Shi, J. Mada, Yogyakarta.
2011a. Effect of acetic acid / acetic Muljana, H., Van Der Knoop, S., Keijzer, D.,
anhydride ratios on the properties of corn Picchioni, F., Jansen, L.P.B.M. and Heeres,
starch acetates. Food Chem. 126: 1662- H.J. 2010. Synthesis of fatty acid starch
1669 esters in supercritical carbon dioxide.
Donadille, A.B. 2010. Fermentative metabolism Carbohydr. Polym. 82: 346 – 354.
by the human gut microbiota. Gastroen. Perera, A., Meda, V. and Tyler, R.T. 2010.
Clin. Biol. 34, Suppl. 1: S16-S22. Resistant Starch : A Review of Analytical
Dumitriu, S., Knil, C.J. and Kennedy, J.F. 2005. protocol for determining resistant starch
Polysaccharides: Structural Diversity and and of factors affecting the resistant starch
Functional Versatility. Marcel Dekker, content of food. Food Res. Int. 43: 1959 –
Inc., New York. 1974.
Hijova, E. and Chmelarova, A., 2007. Short Roberfroid, M. 2007. Prebiotic: The Concept
chain fatty acids and colonic health. Revisited. J. Nutr. 137: 880s - 887s.
Bratisl. Lek. Listy 108(8): 354-358.
Sanz, T., Salvador, A., Baixauli, R. and
Itthisoponkul, T., Mitchell, J.R., Taylor, A.J.
Fiszman, S.M. 2009. Evaluation of four

13
AGROTECH, Vol 1, No. 1 NOVEMBER 2020

types of resistant starch in muffins. II. synbiotic: State of the Art. Proc. Nutr. Soc.
Effectin texture, colour and consumer 62: 171-176.
response. Eur. Food Res. Technol. 229 (2): Volkert, B., Lehmann, A., Greco, T. and Nejad,
197 – 204. M.H. 2010. A comparison of different
Shogren, R.L. and Biswas, A. 2010. Acetylation synthesis routes for starch acetate and the
of starch with vinyl acetate in imidazolium resulting mechanical properties.
ionic liquids and characterization of Carbohydr. Polym. 79: 571-577.
acetate distribution. Carbohydr. Polym. Wang, Y. 2009. Prebiotic: Present and future in
81: 149 - 151. food science and technology. Food Res.
Topping, D. L., Fukushima, M. and Bird, A. R. Int. 42: 8-12.
2003. Resistant starch as a prebiotic and

14

Anda mungkin juga menyukai