Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA BARTHOLIN PADA NY V di POLI KANDUNGAN


RSUD SIDOARJO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Maternitas di RSUD Sidoarjo
Dosen Pembimbing: Ika Arum.,S.Kep.,Ners.,M.Biomed

Oleh
ANITA YOLANDHA
200714901321

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA BARTHOLIN

A. Pengertian Kista Bartholin


Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran
kelenjar Bartholini yang mengalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae (Widjanarko, 2007).
Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar.
Penyumbatan pada kelenjar Bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(Baradero, 2006).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kista Bartholini
adalah penyumbatan kelenjar bartholini karena terinfeksi oleh bakteri sehingga
cairan lubrikasi vagina tidak keluar dan menimbulkan benjolan (Baradero, 2006).

B. Anatomi
Glandula Bartholini terletak pada kedua sisi kiri dan kanan bawah, fossa
navikulare, dengan ukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot
konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang
bermuara di vulva pada saat koitus kelenjar barthoni mengeluarkan getah lendir.

C. Etiologi Kista Bartholin


Dinata (2015) menyebutkan infeksi pada kelenjar ini dapat terjadi akibat
adanya infeksi microorganisme seperti:
a. Virus : Herpes, klamidia trakomatis
b. Jamur: Kandida albikan, asinomises
c. Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, stafilokokus dan E.coli
Mikroorganisme tersebut menyumbat saluran lubrikasi pada vagina yang
mengakibatkan tidak keluarnya cairan lubrikasi yang mestinya keluar (perempuan
yang belum 40 tahun). Cairan yang telah diproduksi namun tidak dapat
dikeluarkan atau terperangkap, akan menumpuk pada kelenjar bartolini dan
mudah berubah menjadi serupa dengan nanah. Penumpukan cairan ini, akan
membentuk benjolan yang semakin membesar.

C. Manifestasi Klinis Kista Bartholin


Pada saat kelenjar bartholini terjadi peradangan maka akan membengkak,
merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan terasa nyeri bila
penderita berjalan dan sukar duduk (Djuanda, 2017). Kista bartholini tidak selalu
menyebabkan keluhan akan tetapi kadang dirasakan sebagai benda yang berat
dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Bila kista bartholini berukuran
besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:
1. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar, nyeri tekan.
2. Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia
berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam. Kebanyakkan wanita penderita
kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa
sakit saat berhubungan dengan pasangannya, rasa sakit saat buang air kecil, atau
ada benjolan di sekitar alat kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses
pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau
dan bercampur dengan darah

D. Patofisiologi Kista Bartholin


Kelenjar Bartholini terus menerus menghasilkan cairan, maka lama kelamaan
sejalan dengan membesarnya kista, tekanan didalam kista semakin besar.
Dinding kelenjar/kista mengalami peregangan dan meradang. Demikian juga
akibat peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista terjepit
mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak mendapatkan pasokan darah
sehingga jaringan menjadi mati (Setyadeng, 2010).
Infeksi oleh kuman, maka terjadilah proses pembusukan, bernanah dan
menimbulkan rasa sakit. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit
terutama saat duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai
dengan demam. Pasien berjalan ibarat menjepit bisul di selangkangan (Djuanda,
2017).
E. Pemeriksaan
Pemeriksaan Diagnostik kista bartholin ialah:
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urin
 Pemeriksaan kultur cairan vagina

F. Diagnosis Kista Bartholin


Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, manifestasi
klinik dari kista bartolini termasuk nyeri, tenderness, dispareunia. Jaringan
sekitar mengalami inflamasi dan edema. Pada pemeriksaan fisik, introitus
vagina biasanya berubah dengan tampak adanya fluktuasi massa pada
pemeriksaan palpasi. Jarang sekali gejala sistemik dan tanda-tanda infeksi
dilaporkan.

Jika kista bartolini tidak terinfeksi, mungkin hanya akan terasa benjolan di
daerah vulva, dengan kemerahan atau bengkak. Ukuran kista dapat bervariasi
mulai dari 0,25 inci hingga 1 inci. Kista mungkin dapat ditemukan secara tidak
sengaja pada pemeriksaan. Jika kista terinfeksi, hal itu mungkin akan
menyebabkan kesakitan yang lebih. Kista yang terinfeksi membentuk suatu
abses. Kelenjar mungkin terinfeksi jika pasien berada dalam kesakitan yang
ekstrim bahkan kesulitan berjalan atau duduk.

G. Penatalaksanaan Kista Bartholin


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita kista bartolini adalah:
 Pada wanita usia 40 thn keatas dianjurkan utk melakukan eksisi seluruh
kelenjar Bartholin oleh karena kemungkinan timbulnya suatu keganasan.
 Pemasangan Kateter Word; Setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan
selama 4 minggu dan penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas
seksual, sampai kateter dilepas. setelah 4 minggu akan terbentuk saluran
drainase baru dari kista bartholin.
 Marsupialisasi adalah pembuatan insisi elips dengan skalpel diluar atau
didalam cincin hymen, insisi mengiris kulit dan dinding kista dibawahnya
(utk kemudian dibuang). apabila terdapat lokulasi dibersihkan. kemudian
dinding kista didekatkan dengan kulit menggunakan benang 3.0 atau 4.0
dan dijahit interrupted. Angka rekurens sekitar 10%
 Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang, sebaiknya tindakan ini
dilakukan di kamar operasi untuk mencegah perdarahan dari plexus
venosus bulbus vestibuli
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Data biografi pasien


2) Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya
yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
3) Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alcohol
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah
pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
 Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama
persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta
laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
 Pemeriksaan genetalia
 Pemeriksaan payudara
 Riwayat operasi ginekologi
 Pemeriksaan pap smear
 Usia menarche
 Menopause
6) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
 Kesehatan lingkungan/hygiene
 Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai
dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
7) Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
 Terapi medis yang diberikan
 Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
8) Persepsi klien terhadap penyakitnya

B. Diagnoasa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
pada saluran lubrikasi dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah genitalia
b. Gangguan termoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan adanya proses
inflamasi
c. Kecemasan berhubungan dengan adanya benjolan pada labia mayora
posterior dan prosedur pembedahan yang akan dijalani
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan rasa NOC: 1. Kaji keluhan nyeri dengan Mempengaruhi pengawasan
nyaman: Nyeri Setelah diberikan asuhan menggunakan skala nyeri, serta keefektifan intervensi
akut keperawatan selama ... X 24 jam perhatikan lokasi, karakteristik dan Pengetahuan klien mempengaruhi
berhubungan diharapkan klien memperlihatkan intensitas serta observasi vital sign tindakan dan perilaku klien
dengan proses rasa nyaman/ nyeri berkurang/ nyeri 2. Jelaskan pada klien dan orang tua menghadapi keadaannya
inflamasi pada hilang mengenai penyebab nyeri yang Intensitas nyeri yang dirasakan dapat
saluran lubrikasi dirasakan klien saat ini dipertimbangkan dengan ungkapan
dan peningkatan Kriteria Evaluasi: 3. Observasi ketidaknyamanan non verbal mau nonverbal yang
tekanan pada - Menunjukkan kemampuan verbal dan ungkapan verbal ditampilkan
pembuluh darah penggunaan ketrampilan relaksasi, 4. Bantu klien menemukan posisi Mempengaruhi kemampuan klien
genitalia - Ungkapan verbal klien bahwa nyeri nyaman/ mobilisasi. untuk rileks, tidur dan istirahat secara
berkurang, 5. Anjurkan klien untuk latihan napas efektif
- ekspresi wajah tampak rileks, dalam dan imajinasi visual atau Memfokuskan kembali perhatian,
skala nyeri 1 – 2 (0-5). teknik relaksasi. meningkatkan rasa kontrol,
meningkatkan kemampuan koping
Kolaborasi dalam manajemen nyeri.
1. Berikan obat analgesic sesuai Memblokir reseptor nyeri sehingga
program dapat mengurangi nyeri
Gangguan NOC: 1. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam Deteksi dini jika kondisi klien
termoregulasi: Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji pengetahuan klien mengenai membaik atau memburuk
Hipertermi keperawatan selama ...x24 jam penyebab demam dan penangan Pengetahuan klien mempengaruhi
berhubungan diharapkan temperatur tubuh dalam demam di rumah tindakan dan perilaku klien
0 0
dengan adanya batas normal (36,5 C – 37,5 C) 3. Anjurkan klien/ keluarga untuk menghadapi keadaannya
proses inflamasi meningkatkan intake cairan Suhu tubuh yang tinggi memperbesar
4. Kompres pada daerah vena besar penguapan sehingga klien lebih
mudah dehidrasi
Kriteria Evaluasi: Kolaborasi Membantu menurunkan panas tubuh
- Suhu tubuh dalam rentang normal 5. Pemberian terapi antipiretik dengan vasodilatasi pembuluh darah
(36,50C – 37,50C), Menurunkan suhu tubuh dan menjaga
- tidak terjadi peningkatan suhu, klien dari komplikasi yang lebih berat
- klien tampak tenang. dari peningkatan suhu
Kecemasan NOC: 1. Bina hubungan saling percaya Mempengaruhi keterbukaan klien
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji tingkat pengetahuan klien dalam perawatan
dengan adanya keperawatan selama ...x24 jam tentang masalah yang dihadapi Mempengaruhi pola dan metode
benjolan pada diharapkan klien memperlihatkan 3. Berikan kesempatan pada klien dan pemberian informasi bagi klien
labia mayora rasa cemas berkurang atau hilang keluarga untuk memberikan Memberi kesempatan pada klien
posterior dan pertanyaan terkait masalah klien untuk mengungkapkan perasaannya
prosedur Kriteria Evaluasi: 4. Berikan informasi yang akurat dan membantu perawat dalam
pembedahan - tidak terjadi peningkatan suhu, tentang kondisi kesehatan klien dan pemberian informasi yang tepat
yang akan dijalani - klien tampak tenang. penyembuhannya sasaran
- ekspresi wajah tampak rileks, 5. Libatkan keluarga untuk Pengetahuan klien dan
- ungkapan verbal klien bahwa menenangkan dan memotivasi klien keterlibatannya dalam intervensi,
dirinya tidak lagi merasa cemas, mendorong klien untuk mengontrol
klien dan menurunkan kecemasan
Kehadiran dan perhatian terhadap
kondisi menjadi salah satu motivasi
bagi klien untuk lebih tenang
DAFTAR PUSTAKA

Hestiantoro, Andon. (2018). Masalah Gangguan Haid Dan Infertilitas. FKUI: Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa. (2017). Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta
Mochtar, Rustam. (2016). Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial Jilid 2. Jakarta: EGC.
Nurarif A.H dan Kusuma. H. (2015) Apliaksi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Hummel, W. P. (2015). Miscarriage and the successfull pregnancy. USA : universe.
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Jakarta;
EGC
Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin. Bandung; Media Komunikasi PPDS
ObGyn Unair
Medforth, Janet. Dkk. (2012). Kebidanan Oxford Edisi Terjemahan. Jakarta; EGC
Jhonson. Ruth & Wendy. (2010). Buku Ajar Praktik Kebidanan Edisi Terjemahan. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai