Anda di halaman 1dari 18

Faktor Penyebab KDRT

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA SURVIVOR
YANG DITANGANI OLEH
LEMBAGA SAHABAT PEREMPUAN MAGELANG

Evi Tri Jayanthi1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab


terjadinya Kekerasan dalam rumah tangga pada survivor yang ditangani oleh
Lembaga Sahabat Perempuan Magelang, bentuk-bentuk kekerasan yang
dialami oleh survivor serta reaksi survivor terhadap kekerasan yang
dialaminya. Untuk membedah kasus kekerasan tersebut, peneliti menggunakan
teori yang relevan dengan permasalahan, yaitu dengan menggunakan teori
konflik, fungsionalisme struktural dan feminisme.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Lembaga Sahabat Perempuan
Magelang. Subyek Penelitian ini adalah tujuh survivor yang melapor ke
Sahabat Perempuan antara tahun 2005-2008 serta seorang staf divisi
Pengorganisasian dan Bantuan Hukum. Subyek penelitian tersebut diambil
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam pengumpulan data,
peneliti menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Triangulasi
sumber digunakan sebagai teknik dalam pemeriksaan keabsahan data.
Langkah-langkah yang diambil dalam analisis data adalah reduksi data, unitasi
dan kategorisasi, display data dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga pada survivor adalah perselingkuhan, masalah
ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan
perbedaan prinsip. Faktor utama yang menyebabkan kekerasan dalam rumah
tangga adalah perselingkuhan yang dilakukan suami dengan perempuan lain.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh survivor adalah kekerasan fisik
(ditampar, dijambak, ditempeleng, diinjak-injak), kekerasan psikis (caci maki,
ancaman), dan penelantaran rumah tangga. Beberapa survivor mengambil
sikap diam atas kekerasan yang dialaminya. Hal ini dikarenakan mereka tidak
mau terjadi peristiwa yang lebih parah lagi dan tidak menghendaki
permasalahan semakin berlarut-larut. Selain bersikap diam, beberapa survivor
bersikap melawan terhadap suami atas kekerasan yang menimpanya.
Perlawanan tersebut sebagai upaya perlindungan atas serangan suami yang
mengakibatkan luka fisik maupun nonfisik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa masih relevannya teori konflik, teori fungsionalisme struktural dan teori

1
Penulis adalah alumni Program Studi Pendidikan Sosiologi, FISE, Universitas Negeri Yogyakarta

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 33


Evi Tri Jayanthi

feminisme dengan kenyataan yang ada di masyarakat, yakni dalam mengkaji


kekerasan dalam rumah tangga.

Kata kunci: kekerasan dalam rumah tangga, survivor, advokasi perempuan.

A. Pendahuluan Hal ini dikarenakan masalah dalam


Wacana mengenai kekerasan keluarga merupakan masalah privat
dalam rumah tangga (KDRT) telah dan tabu bila disebarluaskan.
menjadi isu global dan telah Secara lebih khusus,
menjadi perhatian publik. Lembaga Sahabat Perempuan
Kekerasan dalam lingkup domestik sebagai salah satu lembaga di
ini menjadi tema ataupun topik Kabupaten Magelang yang
penting yang diangkat dalam media menangani masalah kekerasan
massa maupun dalam seminar- terhadap perempuan mencatat
seminar. Fenomena akan adanya bahwa jumlah korban kekerasan
kekerasan domestik ini bagaikan terutama dalam lingkup rumah
fenomena gunung es, yang mana tangga juga mengalami
kasus yang tampak di permukaan peningkatan. Hal ini dapat dilihat
tidak sebanyak dengan kasus yang dari tabel berikut:
terjadi sesungguhnya di lapangan.

Tabel 2: Data kasus KDRT yang ditangani


Lembaga Sahabat Perempuan Magelang
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
Jumlah
14 kasus 24 kasus 35 kasus 42 kasus 49 kasus
Kasus
Sumber: Dokumentasi Sahabat Perempuan tahun 2008.

Jumlah korban yang tercatat antara tangga. Namun pada umumnya


tahun 2003 sampai dengan 2007 ini korban KDRT menimpa kaum
hanya merupakan korban yang perempuan yang dianggap sebagai
melapor atau meminta advokasi ke makhluk yang lemah. Sejak dahulu
Lembaga Sahabat Perempuan banyak mitos2 yang menjadi
Magelang. penyebab ketidakadilan gender,
Peningkatan jumlah kasus salah satunya adalah laki-laki
kekerasan dalam rumah tangga dianggap bertindak berdasarkan
tentunya menjadi keprihatinan rasional, sedangkan perempuan
tersendiri. Dari data di atas dapat selalu mendahulukan perasaan.
dikatakan bahwa kekerasan rentan Misalnya perempuan sebagai konco
terjadi dalam lingkungan rumah
2
tangga. Dalam hal ini korban KDRT Mitos merupakan sesuatu yang tidak benar,
tidak hanya menimpa istri atau tetapi dipercayai oleh banyak orang, termasuk
para ilmuwan. Lihat Jalaluddin Rakhmat,
suami tetapi juga orang-orang yang Rekayasa Sosial Reformasi atau Revolusi?.
ada di dalam lingkup rumah Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, hlm. 4.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 34


Faktor Penyebab KDRT

wingking atau teman belakang dan dilindungi oleh negara, hukum


mempunyai fungsi 3 M, yaitu masak, dan pemerintah, dan setiap orang
macak, manak. Di samping itu juga demi kehormatan serta
ada anggapan bahwa tabu bagi laki- perlindungan harkat dan martabat
laki untuk bekerja di dapur untuk manusia.4 Dengan demikian setiap
memasak, mencuci, maupun individu berhak atas rasa aman dan
melakukan kegiatan rumah tangga. tentram serta bebas dari
Dikatakannya jika laki-laki berada penyiksaan, penghukuman atau
di dapur, maka rezekinya akan seret perlakuan yang kejam dan tidak
(sulit).3 manusiawi. Dengan mencermati
Dalam masyarakat definisi hak asasi manusia di atas
patriarkhi, relasi gender cenderung maka dapat dikatakan bahwa KDRT
lebih memberi tempat yang utama merupakan salah satu bentuk
bagi laki-laki, sehingga bila pelanggaran hak asasi manusia
dicermati maka dalam banyak (HAM), yang mana korban
bidang kehidupan menempatkan kekerasan dirampas hak asasinya
perempuan pada posisi subordinasi. dan direnggut kebahagiaan serta
Perempuan seakan menjadi warga ketentramannya.
kelas dua (second class), dan hal ini Kekerasan demi kekerasan
menjadi akar ketimpangan relasi yang dialami oleh perempuan
gender. Ketimpangan tersebut ternyata meninggalkan dampak
sering tidak disadari oleh anggota traumatik yang sangat berat. Pada
masyarakat dan dianggap sebagai umumnya korban merasa cemas,
kodrat perempuan. ebagian stres, depresi, trauma serta
masyarakat terhegemoni oleh menyalahkan diri sendiri.
kaidah-kaidah yang ada. Peran dan Sedangkan akibat fisik yang
posisi perempuan yang subordinat ditimbulkan adalah memar, patah
dianggap merupakan hal yang tulang, kerusakan bagian tubuh
wajar. bahkan kematian. Walaupun
Selain kesetaraan akan perempuan (istri) sebagai korban
kedudukan, setiap individu juga kekerasan, mereka cenderung
mempunyai hak asasi. Menurut bertahan. Hal ini disebabkan karena
pasal 1 ayat 1 UU No. 39 Tahun istri dalam situasi yang terancam,
1999 yang dimaksud dengan hak tidak ada tempat berlindung, untuk
asasi manusia adalah seperangkat kepentingan anak, takut dicerca
hak yang melekat pada hakikat dan masyarakat karena aib akan
keberadaan manusia sebagai ditimpakan pada perempuan, serta
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi
3
Trisakti Handayani dan Sugiarti, Konsep dan
4
Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press, Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum. Jakarta:
2006, hlm. 10. Sinar Grafika, 2006, hlm. 90.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 35


Evi Tri Jayanthi

alasan demi mempertahankan perlindungan bagi korban


perkawinan.5 kekerasan terhadap perempuan.
Walaupun Indonesia telah Selain itu, Sahabat Perempuan
meratifikasi Konvensi Penghapusan berusaha untuk mengajak
Segala Bentuk Diskriminasi masyarakat di wilayah Kabupaten
terhadap Perempuan (CEDAW) dan Magelang untuk berhenti
telah mengesahkan Undang- melakukan kekerasan terhadap
Undang Penghapusan Kekerasan perempuan.
Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) Adapun tujuan penelitian
No. 23 Tahun 2004, namun angka yaitu: 1) untuk mengetahui faktor-
kekerasan dalam lingkup domestik faktor penyebab terjadinya kasus
tetap saja masih menunjukkan kekerasan dalam rumah tangga
peningkatan dari tahun ke tahun. pada survivor yang ditangani oleh
Padahal dengan Undang-Undang Lembaga Sahabat Perempuan
ini diharapkan adanya Magelang, 2) untuk mengetahui
perlindungan hukum bagi anggota bentuk-bentuk kekerasan dalam
keluarga, khususnya perempuan rumah tangga yang dialami oleh
dari segala tindak kekerasan dalam survivor, dan 3) untuk mengetahui
rumah tangga. Dengan melihat reaksi survivor terhadap kekerasan
fenomena ini maka peneliti tertarik yang dialaminya.
untuk mengkaji ataupun menggali
lebih dalam mengenai faktor-faktor B. Tinjauan Pustaka
penyebab timbulnya kekerasan 1. Kedudukan dan Peran
dalam rumah tangga, bentuk- Perempuan dalam Keluarga
bentuk kekerasan yang dialami oleh Menurut Ki Hadjar
survivor serta reaksi survivor Dewantara, wanita itu dalam
terhadap kekerasan yang pergandaan secara kodrati
dialaminya. Kekerasan yang dinamakan “pemangku turunan”,
dimaksud adalah kekerasan dalam sedangkan orang laki-laki
lingkup rumah tangga. merupakan “pangkal turunan”.
Penelitian ini mengambil Seperti halnya seorang suami,
sampel di Lembaga Sahabat perempuan sebagai ibu dalam
Perempuan Magelang, dimana keluarga mempunyai kedudukan
lembaga tersebut merupakan yang sama nilainya, yaitu sebagai
organisasi yang bergerak dalam kawulo atau abdi, yakni abdi yang
usaha penghapusan segala bentuk mempunyai kedudukan sebagai
kekerasan terhadap perempuan. anggota. Dalam hal ini bapak
Lembaga Sahabat Perempuan maupun ibu berhak untuk ikut
merupakan satu-satunya lembaga di mengurus dan berkuasa.
Kabupaten Magelang yang Sebaliknya, di sini terdapat
memberikan advokasi ataupun kewajiban bersama untuk
berkorban guna kepentingan umum
5
serta hak untuk ikut melakukan
Mufidah Ch,. dkk, Haruskah Perempuan dan
Anak Dikorbankan?. Malang: Pilar Media,
2006, hlm.13-14.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 36


Faktor Penyebab KDRT

kekuasaan untuk keselamatan dan 2. Kekerasan dalam Rumah


kebahagiaan seluruh keluarga.6 Tangga
Kedudukan perempuan Kekerasan dalam rumah
dalam keluarga antara lain sebagai tangga menurut UU No. 23 Tahun
teman hidup, kekasih dan ibu 2004 adalah setiap perbuatan
(pemangku turunan). Yang terhadap seseorang terutama
terpenting fungsi perempuan dalam perempuan, yang berakibat
keluarga adalah sebagai ibu. timbulnya kesengsaraan atau
Seorang ibu adalah pemelihara penderitaan secara fisik, seksual,
rumah tangga, dan juga sebagai psikologis dan/atau penelantaran
pengasuh serta pendidikan rumah tangga termasuk ancaman
terhadap anak-anaknya, mulai dari untuk melakukan perbuatan,
bayi itu dikandungnya sampai usia pemaksaan, atau perampasan
dewasa, bahkan sampai pada waktu kemerdekaan secara melawan
kawinnya, sampai beranak cucu. hukum dalam lingkup rumah
Oleh karena itu sebagian kalangan tangga.7
dalam masyarakat menyatakan Pada kasus kekerasan dalam
bahwa seorang ibu hanya sekadar rumah tangga memperlihatkan
perempuan yang tidak jauh sebagai suatu pola yang menunjukkan
orang yang fungsinya manak siklus kekerasan diantara pasangan
(beranak atau berketurunan), macak suami istri. Siklus ini terdiri dari
(bersolek; berdandan), dan masak tiga tahapan (fase) utama, yaitu:
(memasak). a. Fase ketegangan atau
Dengan melihat kedudukan ketegangan yang meningkat
dan peran perempuan dalam Pada tahap ini pelaku
keluarga seperti yang telah kekerasan mulai menyalahkan
dijelaskan di atas, maka dapat pasangannya dan menggunakan
dikatakan bahwa posisi perempuan penganiayaan kecil untuk
dalam keluarga adalah sangat mengontrol pasangannya.
penting, baik sebagai seorang istri Sebaliknya korban (istri) akan
maupun sebagai seorang ibu bagi mencoba menyabarkan diri dan
anak-anaknya. Jadi seorang timbul perasaan dalam dirinya
perempuan memiliki tugas yang untuk menyelamatkan rumah
sangat mulia dalam menjalankan tangga.
biduk rumah tangganya. Dengan b. Fase akut atau penganiayaan
penuh kesabaran dan keikhlasan, akut
seorang perempuan dapat menjaga Pada tahap kedua,
eksistensi keluarganya. ketegangan yang telah meningkat
dapat meledak menjadi tindak
penganiayaan. Dalam hal ini suami
6
Hardjito Notopuro, Peranan Wanita dalam
7
Masa Pembangunan Indonesia. Jakarta: Ghalia Fathul Djannah, Kekerasan terhadap Istri.
Indonesia, 1984, hlm. 43-44. Yogyakarta: LKIS, 2007, hlm. 16.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 37


Evi Tri Jayanthi

bermaksud untuk memberi dengan nilai-nilai universal agama,


pelajaran kepada pasangan, maka misalnya seperti nusyuz, yakni
timbullah perasaan takut pada istri suami boleh memukul istri dengan
dan istri mencoba melepaskan rasa alasan mendidik, atau ketika istri
marahnya dengan jalan melawan. tidak mau melayani kebutuhan
c. Keadaan tenang atau fase seksual maka suami berhak
bulan madu memukul dan si istri dilaknat oleh
Setelah terjadi penganiayaan malaikat, 4) kekerasan berlangsung
pada istri, terkadang pelaku justru tumpang tindih dengan
menyadari dan menyesali legitimasi dan menjadi bagian dari
tindakannya yang telah melewati budaya, keluarga, negara, dan
batas. Umumnya pelaku akan minta praktik di masyarakat, sehingga
maaf dan berjanji tidak mengulangi menjadi bagian kehidupan.9
penganiayaan lagi. Permintaan maaf Menurut UU No. 23 Tahun
suami tersebut membuat istri 2004 tentang Penghapusan
merasa bahagia dan mempunyai Kekerasan dalam Rumah Tangga,
harapan lagi.8 menyebutkan terdapat empat
Setelah melalui ketiga tahap macam bentuk kekerasan dalam
tersebut, suami istri mulai rumah tangga, yaitu sebagai
membentuk kehidupan baru berikut:
kembali dan melupakan kejadian a. Kekerasan fisik
sebelumnya. Jika tidak muncul Yang dimaksud dengan
kesadaran utuh dari pelaku, maka kekerasan fisik adalah perbuatan
keadaan ini tidak akan bertahan yang mengakibatkan rasa sakit,
lama, sampai akhirnya muncul jatuh sakit atau luka berat.
kembali ketegangan, yaitu yang b. Kekerasan psikis
akan berlanjut lagi dari tahap Kekerasan psikis adalah
pertama. perbuatan yang mengakibatkan
Menurut Mufidah Ch, ketakutan, hilangnya rasa percaya
terdapat beberapa kecenderungan diri, hilangnya kemampuan untuk
orang melakukan dan bertindak, rasa tidak berdaya,
melanggengkan kekerasan, yaitu: 1) dan/atau penderitaan psikis berat
budaya patriarkhi yang pada seseorang.
menempatkan posisi laki-laki c. Kekerasan seksual
dianggap lebih unggul daripada Kekerasan seksual adalah
perempuan, 2) pandangan dan setiap perbuatan yang berupa
pelabelan negatif (stereotip) yang pemaksaan hubungan seksual,
sangat merugikan, misalnya laki- pemaksaan hubungan seksual
laki kasar dan perempuan lemah, 3) dengan cara tidak wajar dan/atau
interpretasi agama yang tidak sesuai tidak disukai, pemaksaan hubungan
seksual dengan orang lain untuk
8
Wini Tamtiari, Awig-Awig, Melindungi tujuan komersial dan/atau tujuan
Perempuan dari Kekerasan Dalam Rumah tertentu.
Tangga?. Yogyakarta: Kerja Sama Ford
Foundation dengan Pusat Studi Kependudukan
9
dan Kebijakan UGM, 2005, hlm. 18. Mufidah, op. cit, hlm. 7-9.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 38


Faktor Penyebab KDRT

d. Penelantaran rumah tangga tersubordinasi di dalam rumahnya


Penelantaran rumah tangga sendiri.
adalah seseorang yang
menelantarkan orang dalam 3. Survivor
lingkup rumah tangganya, padahal Survivor merupakan istilah
menurut hukum yang berlaku yang digunakan oleh Lembaga
baginya atau karena persetujuan Sahabat Perempuan dalam
atau perjanjian ia wajib memberikan menyebut perempuan korban
kehidupan, perawatan, atau kekerasan yang ditanganinya.
pemeliharaan kepada orang Istilah survivor lebih tepat
tersebut. Selain itu, penelantaran digunakan karena menunjuk pada
juga berlaku bagi setiap orang yang kemampuan survive (bertahan) dari
mengakibatkan ketergantungan para perempuan tersebut. Adapun
ekonomi dengan cara membatasi yang dimaksud dengan korban
dan/atau melarang untuk bekerja adalah orang yang menjadi
yang layak di dalam atau di luar menderita akibat suatu kejadian,
rumah sehingga korban berada di perbuatan jahat, dan sebagainya.11
bawah kendali orang tersebut.10 Korban ini menerima tindakan di
Kekerasan dalam rumah luar perikemanusiaan sehingga
tangga merupakan bentuk mengalami penderitaan, baik fisik
pengontrolan terhadap pasangan maupun nonfisik.
yang dapat terjadi di setiap
masyarakat dan keluarga pada kelas 4. Lembaga Sahabat Perempuan
sosial ekonomi manapun, yang Magelang
terjadi karena adanya anggapan Lembaga Sahabat Perempuan
bahwa laki-laki adalah superior dan Magelang merupakan sebuah
posisi perempuan adalah inferior. organisasi nirlaba, yaitu organisasi
Hal ini menyebabkan suami yang tanpa mencari keuntungan.
memiliki hak untuk memaksakan Sahabat Perempuan bergerak dalam
kehendaknya kepada istri karena ia usaha penghapusan segala bentuk
adalah seorang kepala keluarga. kekerasan terhadap perempuan.
Selain itu, anggapan gender bahwa Adapun daerah operasionalnya
seorang istri seharusnya bekerja di melingkupi daerah Kabupaten
wilayah domestik dan laki-laki Magelang dan sekitarnya.
bekerja di wilayah publik Berdasarkan klasifikasi awal mula
menyebabkan istri terjebak dalam pembentukan lembaga seperti yang
rutinitas domestik sehingga telah disebutkan di atas, maka
posisinya termarjinalkan dan Lembaga Sahabat Perempuan
termasuk dalam Emancipatory
10
Anonim, Sekilas tentang Undang-Undang
NGO’s. Sesuai bidang geraknya,
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
11
Tersedia pada http://www.lbh- Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
apik.or.id/factsheet.htm. Diakses pada tanggal Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
23 April 2008. Balai Pustaka, 2005, hlm. 595.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 39


Evi Tri Jayanthi

Lembaga Sahabat Perempuan ternyata juga menyisakan sekelumit


memberikan advokasi ataupun kisah yang memilukan dan
perlindungan bagi korban menimbulkan kepedihan.
kekerasan terhadap perempuan. Melalui proses pengkajian
Selain itu, Sahabat Perempuan yang mendalam mengenai wacana
berusaha untuk mengajak kekerasan domestik, yaitu dengan
masyarakat di wilayah Kabupaten melakukan wawancara dengan
Magelang untuk berhenti korban yang telah mengalami
melakukan kekerasan terhadap kekerasan dalam rumah tangga
perempuan. (survivor), ternyata terdapat
beberapa faktor penyebab yang
melatarbelakangi seseorang
C. Pembahasan melakukan kekerasan, diantaranya
1. Faktor-Faktor Penyebab adalah:
Terjadinya Kekerasan Dalam a. Perselingkuhan
Rumah Tangga Dalam hal ini perselingkuhan
Perempuan barang kali tidak yang dimaksud adalah
lagi memiliki ruang tersisa untuk perselingkuhan yang dilakukan
merasa aman. Lingkup keluarga oleh suami dengan perempuan lain
dianggap sebagai tempat untuk ataupun suami menikah atau
meraih kebahagiaan bagi mempunyai istri lagi.
perempuan justru menjadi tempat Perselingkuhan ini juga menjadi
penyiksaaan bagi mereka yang salah satu faktor seseorang
mengalami tindak kekerasan oleh melakukan tindak kekerasan dalam
suaminya. Di dalam rumah tangga, rumah tangga. Setelah melakukan
ketegangan maupun konflik wawancara dengan beberapa
merupakan hal yang sudah biasa survivor, pada umumnya mereka
terjadi. Perselisihan pendapat, telah dikhianati oleh suaminya
perdebatan, pertengkaran, bahkan sendiri. Hal ini dapat dilihat dari
memaki merupakan hal yang umum sekelumit cerita yang dituturkan
terjadi dalam kehidupan rumah oleh para survivor, diantaranya
tangga. Kejadian-kejadian seperti adalah Ibu L, Ibu P, Ibu D, Ibu A
itulah yang memicu dan Ibu I.
ketidakharmonisan diantara Awal mula
anggota keluarga. Tentunya tidak ketidakharmonisan rumah tangga
ada akibat jika tidak ada sebab yang Ibu L dikarenakan bahwa suaminya,
melatarbelakangi. Begitu juga yaitu Bapak YS melakukan
dengan tindak kekerasan yang perselingkuhan dengan perempuan
terjadi dalam lingkup rumah lain, seperti penuturannya: ”Saya
tangga, yang lebih dikenal dengan tahu suami saya selingkuh dengan
sebutan kekerasan dalam rumah orang di kota M, terus jarang
tangga (KDRT). Lingkup rumah
tangga yang dipandang sebagai
lingkungan yang sarat akan
kedamaian dan kasih sayang,

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 40


Faktor Penyebab KDRT

pulang. Saya tahu sendiri kalau dia tapi itu sudah sama wanita yang
selingkuh”.12 tidak benar, sering minum-
Kisah yang tidak terlalu jauh minuman, main kartu, ngganja
berbeda dengan Ibu L di atas adalah (menggunakan ganja), merokok kan
kisah yang dialami oleh Ibu I, hati saya sudah tidak bisa terima”.14
dimana suaminya melakukan Tidak jauh berbeda dengan
pengkhianatan dalam ikatan keadaan yang menimpa survivor-
perkawinannya. Sikap pasrah pun survivor sebelumnya, dimana
terlihat dari penuturannya sebagai mereka “ditikam” dari belakang
berikut: “Sejak ditinggal, anak oleh suami mereka sendiri, Ibu A
pertama masih dalam kandungan juga mengalami hal yang serupa.
usia tujuh bulan. Umur satu tahun Keutuhan keluarga yang telah
bapaknya ke sini lagi. Setelah itu dibina bertahun-tahun, akhirnya
saya mengandung anak kedua retak akibat suami mendua dengan
namun pada usia tiga bulan suami perempuan lain. Hal ini dapat
saya pergi lagi. Suami gluyuran dilihat dari penuturan Ibu A
(pergi tanpa ada manfaatnya) ke berikut:
Kota Mg, katanya jadi sopir tetapi “Perkawinan mengalami
lama-lama tertarik dengan janda masalah kira-kira anak saya umur
Kota Mg”.13 delapan bulan. Mulai ketahuannya
Faktor perselingkuhan juga Aj tiap minggu kok telepon-telepon.
menjadi penyebab retaknya Terus saya tanya sama suami, Aj itu
hubungan antara Ibu P dan Bapak siapa, jawabnya hanya anak kecil di
Sf. Hal ini dapat dilihat dari Kota Sm sana. Setelah itu ke sini
penuturan Ibu P: “Yang menjadi bawa tas besar. Saya bilang kok ke
awal ketidakharmonisan sini bawa tas besar & mau
perkawinan adalah menginap lama. Kalau menginap
perselingkuhan”. Kisah yang paling lama ya tidak boleh. Dia
tragis adalah yang dialami oleh Ibu mengakunya keponakan suami
D, dimana suaminya berselingkuh saya. Kenyataannya tiap hari
dengan “perempuan nakal”, seperti minggu dia keluar tanpa izin saya.
penuturannya: Terus saya tegur, kamu pergi kok
“Suami saya tidak kasar, tidak izin sama saya, suami saya
sekali menyakiti hati tergoda sama malah bilang kenapa izin sama
wanita nakal itu yang sudah kelas kamu karena perginya sama saya.
berbintang, sudah kawin kontrak- Dulu sebelum ada Aj, suami saya
kawin kontrak kan sudah parah. baik, sayang sama saya. Setelah ada
Mungkin kalau pacaran sama orang perempuan itu sama sekali tidak
kampung mungkin saya bisa terima, suka sama saya, serba salah”.15

12 14
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul Wawancara. Sabtu, 24 Januari 2009, pukul
09.52. 11.25.
13 15
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul Wawancara. Sabtu, 24 Januari 2009, pukul
13.51. 10.02.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 41


Evi Tri Jayanthi

Kisah-kisah memilukan di kebutuhan keluarga, malah


atas merupakan sebuah jeritan digunakan untuk bermain judi.
kelima perempuan tegar, dimana Beliau mencoba menguraikan
kesetiaan dalam bingkai pernikahan kisahnya seperti yang tertulis
dipecah oleh sang pemimpin dibawah ini:
keluarga, yakni suami, dan harus “Saya mencari nafkah sendiri,
berujung pada sebuah kata mendidik anak sendiri,
perpisahan. Perempuan yang menyekolahkan sendiri. Suami saya
suaminya memiliki hubungan ya pernah mengirim sesuatu, tetapi
dengan perempuan lain (extra sama sekali tidak mencukupi,
marital relationship) mengalami kadang enam bulan sekali, dulu itu
trauma psikologis karena dua memberi Rp 26.000,- pokoknya
faktor, yaitu perempuan merasa selama berapa tahun tidak ada
tidak dicintai dan posisinya diambil sepuluh kali ngirimnya. Misalnya
alih oleh orang lain serta suami dia kerja, terus saya tanyakan
menjadi berubah, yang bekerja untuk apa nanti
menunjukkan ada sesuatu yang menjawabnya malah marah-
kurang pada dirinya sebagai marah”.16
pasangan dan melihat dirinya Walaupun keadaan ekonomi
sebagai perempuan yang sudah keluarga Ibu L terhimpit masalah,
tidak menarik lagi. namun Ibu L tetap mau berusaha
untuk menghidupi anaknya. Beliau
b. Masalah ekonomi membuka warung untuk memenuhi
Kepala keluarga (suami) kebutuhan sehari-hari tanpa
mempunyai tanggung jawab untuk mengandalkan suaminya yang
memenuhi kebutuhan rumah bekerja sebagai buruh (tukang
tangganya. Nafkah merupakan bangunan) di Sumatra.
suatu hak yang dimiliki seorang Kisah yang hampir sama juga
istri atau anak kepada ayahnya. diutarakan oleh Ibu S. Sejak
Namun bila hal itu tidak perkawinan baru seumur jagung,
diindahkan (dilakukan) oleh Bapak S yang tak lain adalah suami
seorang ayah maka dapat menjadi Ibu S kurang bertanggung jawab
suatu bentuk kekerasan ekonomi, dalam menghidupi keluarganya.
dimana hal ini dapat menjadi Bahkan ekonomi keluarga
penyebab terjadinya konflik ditanggung oleh orang tua Ibu S.
(ketidakharmonisan) dalam Meskipun hanya menjual rokok dan
keluarga. Terdapat beberapa minuman di pinggir jalan, orang tua
peristiwa kekerasan yang dialami Ibu S rela untuk ikut meringankan
oleh survivor akibat seorang suami beban Ibu S, seperti penuturan Ibu
tidak menafkahi istri dan anak- S: “Suami tidak mencukupi, kalau
anaknya. Hal ini seperti masalah lainnya baik, yang jadi
pengalaman Ibu L yang ditinggal masalah hanya ekonomi, kurang
suaminya pergi ke Sumatra untuk
bekerja. Namun hasil dari bekerja 16
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul
itu tidak untuk mencukupi 09.52.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 42


Faktor Penyebab KDRT

tanggung jawab, kalau diarahkan mengambil alih peran suami


untuk bekerja yang tetap tidak mau. dengan cara berperan ganda, yaitu
Suami kalau memberi uang saya sebagai pencari nafkah dan juga
kadang satu minggu Rp 13.000,- sebagai ibu rumah tangga. Beban
kadang Rp 27.000,- kadang kalau kerja ganda yang harus dipikul
tidak bekerja sama sekali tidak perempuan (istri) tersebut
memberi”.17 merupakan salah satu bentuk
Selain Ibu L dan Ibu S, manifestasi ketidakadilan gender
masalah ekonomi juga menjadi yang terjadi dalam keluarga.
penyebab kekerasan di keluarga Ibu
P. Selain perselingkuhan yang c. Budaya patriarkhi
dilakukan oleh suaminya, rumah Menurut Bhasin, secara
tangga Ibu P pun mulai retak akibat harfiah patriarkhi berarti sistem
suami yang tidak mencukupi yang menempatkan ayah sebagai
kebutuhan rumah tangga. Berikut penguasa keluarga. Istilah ini
penuturan beliau: “Yang menjadi kemudian digunakan untuk
awal ketidakharmonisan adalah menjelaskan suatu masyarakat,
memberi nafkah tidak pasti tempat kaum laki-laki berkuasa atas
(sedikit), kerja malas, inginnya kaum perempuan dan anak-anak.
kenyang tetapi tidak mau kerja. Hal senada juga dikatakan oleh
Dulu sebelum pisah kalau memberi Usman bahwa perjanjian sosial yang
hanya Rp 1.000,- tidak setiap hari, mengatur peranan laki-laki dan
kadang Rp 2.000,- juga tidak setiap perempuan dibingkai oleh sebuah
hari”.18 sistem patriarchal, yang lebih
Terkadang laki-laki (suami) banyak menempatkan laki-laki pada
tidak merasa bertanggung jawab posisi kunci atau pada peranan
dalam memberikan nafkah kepada yang lebih dominan. Sistem tersebut
keluarganya. Keluarga Ibu L, Ibu S kemudian menempatkan status dan
dan Ibu P merupakan contoh peranan perempuan di bawah
keluarga yang hidup dalam perwalian laki-laki.19
keterbatasan materi. Ekonomi Dalam masyarakat patriarkhi,
mereka sangat terhimpit ditambah relasi gender cenderung lebih
juga mereka harus menghidupi memberi tempat yang utama pada
anaknya. Keterbatasan yang laki-laki, sehingga bila dicermati
demikian tidak mendorong suami secara teliti maka dalam banyak
untuk bekerja lebih keras guna bidang kehidupan menempatkan
kelangsungan hidup keluarga. Oleh perempuan pada posisi subordinasi.
karenanya, perempuan (istri) Laki-laki dianggap lebih berkuasa
ataupun keluarga pihak istri yang dan di atas segalanya dari seorang

17 19
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul Sri Meiyanti, Kekerasan terhadap Perempuan
11.22. dalam Rumah Tangga. Yogyakarta: Kerja Sama
18
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul Ford Foundation dengan Pusat Penelitian
11.54. Kependudukan UGM, 1999, hlm. 7.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 43


Evi Tri Jayanthi

perempuan. Dalam lingkup Apa yang dialami Ibu S dan


domestik, anggapan ini Ibu T tersebut merupakan contoh
menimbulkan sikap adanya sah dimana seorang perempuan
ketergatungan perempuan (istri) yang tidak mampu keluar dari
kepada suami serta perempuan jaring kekuasan suami. Keadaan
merasa dirinya lemah dan tidak demikian membuat perempuan
berdaya. Ibu S misalnya, dalam selalu berlindung di bawah ketiak
kehidupan rumah tangganya, suami suami, dianggap sebagai bawahan
tetap yang lebih dominan dalam dan warga kelas dua.
memegang kendali keluarga. Beliau
menuturkan: d. Campur tangan pihak ketiga
“Dominasi dalam mengatur Campur tangan anggota
hidup lingkungan, seumpama keluarga dari pihak suami dalam
gotong royong sama tetangga, penelitian ini merupakan salah satu
belanja rumah tangga, kebutuhan penyebab timbulnya kekerasan
rumah tangga. Saya menanggapinya antara suami istri. Peristiwa
ya baik-baik saja. Sebagai kepala semacam ini dialami oleh Ibu D
keluarga tetap suami yang menjadi yang pernah tinggal satu rumah
panutan, saya hanya sebagai dengan mertuanya di Kota Tg.
peratara, ibaratnya saya di bawah Menurutnya:
kekuasaan suami. Saya jadi orang “Saya dengan suami cocok,
menerima, sekarang demi anak, tetapi habis kita nikah pihak
anak bisa bersama bapaknya”.20 keluarga terlalu mencampuri
Hal serupa juga dialami oleh urusan keluarga saya, jadi saya
Ibu T yang dalam kesehariannya tidak mau kalau dicampuri sama
bekerja sebagai perawat di salah kakaknya, orang tuanya, karena
satu Puskesmas di Kota Mg. Ibu T menghina saya. Dikatakannya kowe
menyampaikan bahwa: kere (kamu miskin), kan
“Yang lebih dominan dalam menyakitkan hati. Selain itu kalau
memegang kendali keluarga adalah suami pas bantu-bantu, pihak
suami, dalam hal segalanya, keluarga tidak boleh. Tidak usah
misalnya hari itu saya harus dibantu, pihak istrimu karena tidak
melakukan apa, setelah saya pulang pernah weh-weh (memberi)”.22
kerja saya harus melakukan apa, Hal serupa juga pernah
saya ingin mengambil anak-anak dialami oleh Ibu T, dimana campur
karena anak-anak saya titipkan tangan pihak keluarga suami
tidak boleh saya harus kerja. Saya menjadi penyebab konflik dalam
punya uang, uang harus saya rumah tangganya. Peristiwa itu
apakan, saya nurut sama dia, saya terjadi saat mereka tinggal di rumah
harus pergi ke mana juga harus orang tua Bapak YS (suami Ibu T),
bilang ke dia”.21 seperti penuturannya berikut ini:
“Mungkin karena saya orangnya
20
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul
11.22.
21 22
Wawancara. Sabtu, 24 Januari 2009, pukul Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul
14.43. 13.51.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 44


Faktor Penyebab KDRT

tidak manut (tidak patuh) karena Ibu I berujung pada perpisahan.


beda pendapat tadi mereka Suami Ibu I pergi meninggalkan
(keluarga suami) menganggap saya istri serta kedua anaknya dan
berani sama laki-laki”.23 memilih seorang janda yang sudah
Kasus-kasus di atas mempunyai dua orang anak.
menunjukkan bahwa keberadaan Namun perpisahan ini hanya
anggota keluarga lain, khususnya sebatas perpisahan, dan belum ada
dari pihak suami, dapat kata cerai diantara mereka.
menyebabkan terjadinya kekerasan
terhadap istri dan bukan sebaliknya f. Perbedaan prinsip
mencegah suami untuk bertindak Prinsip menurut Kamus
kekerasan terhadap istri. Besar Bahasa Indonesia merupakan
e. Bermain judi asas (kebenaran yang menjadi
Judi merupakan sesuatu yang pokok dasar berpikir, bertindak,
dilarang, baik oleh hukum maupun dan sebagainya) ataupun dasar.24
agama. Bermain judi bagi sebagian Seseorang yang telah memiliki
kalangan memang sesuatu yang dasar dalam berperilaku maka akan
mengasyikkan, kadang malah selalu berpegang pada prinsip yang
membuat segalanya menjadi lupa. diyakininya. Apabila ada orang lain
Seperti yang dialami oleh Ibu I yang yang mencoba untuk
suaminya hobi mabuk dan bermain menggoyahkan prinsip tersebut
judi. Awal ketidakharmonisan maka seseorang akan tersinggung
keluarga Ibu I dimulai saat orang dan tidak terima. Tidak terkecuali
tua Ibu I membelikan menantunya, hubungan antara suami istri dalam
yang tak lain adalah suami Ibu I rumah tangga. Walaupun mereka
sebuah andong (dokar). Bermaksud telah menyatu dalam ikatan
untuk menghidupi istri dan anak- pernikahan, namun tidak dapat
anaknya, namun pada dipungkiri jika keduanya memiliki
kenyataannya uang hasil jerih prinsip yang berbeda. Perbedaan
payahnya digunakan untuk berjudi prinsip inilah yang dapat
dan minum minuman keras. Alhasil menjadikan pertengkaran
orang tua Ibu I pun kecewa. Setelah (kekerasan dalam rumah tangga),
mengetahui kejadian itu, suami Ibu seperti yang dialami Ibu T berikut
I tersebut meninggalkan ini:
keluarganya dan beralih ke “Pokoknya semua pendapat
perempuan lain. Bermula dari saya tidak ada yang sama dengan
terlalu menyukai hobinya yaitu dia (suami) dan semua ditentang.
berjudi dan minum-minuman keras, Dari semua masalah, saya yang
serta berlanjut dengan penelantaran salah. Bagi saya dalam rumah
keluarga, akhirnya rumah tangga tangga tidak harus satu orang bisa

23 24
Wawancara. Sabtu, 24 Januari 2009, pukul Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit,
14.43. hlm. 896.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 45


Evi Tri Jayanthi

memutuskan masalah. Kita kan sakit, jatuh sakit atau luka berat.
harus ada musyawarah, tukar Terdapat beberapa jenis kekerasan
pendapat dulu bagaimana baiknya, yang dapat digolongkan sebagai
itu tidak. Kamu besok harus ke sana kekerasan fisik, antara lain adalah
padahal saya harus kerja. Kamu dipukul, dilempar dengan barang,
harus ke sana dulu tidak boleh dijambak rambutnya, ditendang,
kerja. Bagaimana dan sebagainya. Bentuk kekerasan
pertanggungjawaban saya dengan seperti ini juga dialami oleh para
pekerjaan saya, ya saya kan tetap survivor yang bersedia meluangkan
ngeyel (tidak mau kalah), yang waktunya untuk berbagi
pertama kan pekerjaan saya dulu. pengalaman dengan peneliti. Kisah
Dia tidak mau tahu saya, tahunya seorang istri yang bernama Ibu L
dia cuma aku, cuma aku, tidak mau sering mendapat serangan fisik dari
tahu orang lain”.25 suaminya sendiri. Seperti yang
dikatakan Ibu L dengan peneliti:
Perbedaan sikap dalam “Menampar itu pasti, yang menjadi
menyelesaikan masalah antara hafalan menampar itu. Menampar,
suami dan istri (Ibu T) di atas menjambak sudah hobi sedikit-
menunjukkan bahwa masing- sedikit menampar, menjambak”.26
masing pihak bersikukuh dengan Apa yang dilakukan suami
pendiriannya. Walaupun pada Ibu L dan Ibu T sudah terlewat
akhirnya Ibu T yang mengalah batas dan tidak mengindahkan
namun ketegangan tersebut telah norma yang ada. Apalagi peneliti
menyisakan kepedihan di hati Ibu T. melihat gigi Ibu L bagian depan
Dalam keadaan yang demikian Ibu beberapa sudah tanggal akibat
T merasa ditindas dan dikuasai oleh perlakuan kejam suaminya.
suaminya sendiri. Kekerasan yang diekspresikan
dengan kekuatan fisik memang
2. Bentuk-Bentuk Kekerasan menimbulkan luka, baik luka yang
Dalam Rumah Tangga tampak (seperti memar, cacat
Setiap informan (survivor) tubuh) maupun luka yang tidak
dalam penelitian ini pernah tampak, yaitu luka yang terpendam
mengalami kekerasan, bahkan dalam hati Luka dalam hati tersebut
mereka tidak hanya mengalami satu dapat menimbulkan korban
jenis kekerasan. Kekerasan yang kekerasan mengalami trauma atau
dialami para istri dalam penelitian gangguan psikologis akibat suatu
ini adalah kekerasan fisik, kekerasan perlakuan yang tidak manusiawi.
psikis, dan penelantaran rumah b. Kekerasan psikis
tangga (ekonomi). Kekerasan psikis adalah
a. Kekerasan fisik perbuatan yang mengakibatkan
Kekerasan fisik merupakan ketakutan, hilangnya rasa percaya
perbuatan yang mengakibatkan rasa diri, hilangnya kemampuan untuk

25 26
Wawancara. Sabtu, 24 Januari 2009, pukul Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul
14.43. 09.52.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 46


Faktor Penyebab KDRT

bertindak, rasa tidak berdaya, begitu kejamnya. Kekerasan psikis


dan/atau penderitaan psikis berat juga menimbulkan luka yang sangat
pada seseorang. Pada umumnya sulit untuk disembuhkan, karena
survivor yang diwawancarai oleh adanya perasaan takut dan trauma
peneliti mendapat perlakuan yang dalam diri korban. Trauma tersebut
dapat meruntuhkan harga diri, akan menyebabkan seseorang
seperti caci maki, kata-kata kasar, mengalami gangguan psikologis
ancaman (ancaman dipenjara, yang menyebabkan dirinya malu
dibunuh), dan tuduhan. Ibu S, salah dan jika suatu saat kekerasan terjadi
satu survivor yang bercerita tentang lagi padanya maka kejiwaannya
masa lalunya mengaku pernah akan terganggu.
mendapat ucapan-ucapan yang c. Penelantaran rumah tangga
kasar dari suaminya sendiri. (ekonomi)
Dikatakannya bahwa “Kalau bicara Penelantaran rumah tangga
dengan tetangga, mencukupi adalah seseorang yang
semuanya, tetapi kenyataannya menelantarkan orang dalam
tidak, itu berarti dia kan menipu lingkup rumah tangganya, padahal
saya. Sudah pernah saya difitnah, menurut hukum yang berlaku
kata suami, saya menyuruhnya baginya ia wajib memberikan
untuk menjual rumah padahal saya kehidupan, perawatan, atau
tidak pernah, terus diomongkan pemeliharaan kepada orang
dengan teman, tetangga sama tersebut. Selain itu, penelantaran
saudara-saudaranya”.27 rumah tangga juga berlaku bagi
Ibu T juga mengalami setiap orang yang mengakibatkan
kekerasan yang serupa, yaitu selain ketergantungan ekonomi dengan
mendapat perlakuan fisik cara membatasi dan/atau melarang
(ditempeleng dan diinjak-injak), untuk bekerja yang layak di dalam
beliau juga mendapat ancaman dari atau di luar rumah sehingga korban
pihak suaminya. Beliau berada di bawah kendali orang
menceritakan bahwa: “Dia terus tersebut. Bentuk kekerasan berupa
mengancam, awas kalau ngomong penelantaran rumah tangga terjadi
sama orang lain, kamu akan pada Ibu L, dimana suaminya tidak
mendapat yang lebih parah lagi”.28 bertanggung jawab dalam mencari
Kekerasan psikis merupakan nafkah, dikatakannya bahwa:
kekerasan yang paling menyakitkan “Saya cari nafkah sendiri,
bagi para istri (survivor). Hal ini mendidik anak sendiri,
dikarenakan mereka menjadi menyekolahkan sendiri. Suami
tertekan dan tidak berdaya dalam hanya bekerja sesuka hati, untuk
menghadapi sikap suaminya yang kesenangan sendiri, untuk judi,
mabuk juga. Pernah mengirim
27
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul sesuatu tetapi tidak mencukupi,
11.22. kadang enam bulan sekali, dulu
28
Wawancara. Sabtu, 24 Januari 2009, pukul
14.43. ngasih Rp 26.000,- pokoknya selama

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 47


Evi Tri Jayanthi

berapa tahun tidak ada sepuluh kali perlakuan suami Ibu L telah
ngirimnya. Kalau pulang tidak menyakiti hati Ibu L, namun beliau
membawa uang, pulang hanya tidak pernah menyatakan
menengok saja, tidak meninggalkan penyesalannya. Setelah berulang
uang kira-kira cukup buat hidup kali menerima perlakuan kasar dari
tidak, pulang ya hanya sekadar suami maka Ibu L meminta
pulang”.29 perlindungan ke pejabat setempat,
seperti penuturannya:
3. Reaksi Survivor terhadap “Kalau dulu saya cuma
Kekerasan yang Dialaminya bilang saudara, adik saya begitu.
Adanya kekerasan dalam Dulu pernah parah juga terus saya
rumah tangga yang dialami oleh memanggil kepala dusun terus
seorang istri melahirkan sikap diam suami saya dinasehati, katanya janji
ataupun melawan terhadap tidak mau mengulang, tetapi ya
serangan ataupun kekerasan yang kejadian lagi malah lebih parah.
dilakukan oleh suami. Secara garis Terus pas kejadian saya langsung
besar dalam penelitian ini terdapat telepon kantor polisi. Kebetulan ada
tiga dari tujuh survivor yang teman saya yang polisi
memilih diam atas perlakuan kasar menyarankan untuk ke Sahabat
suami terhadapnya. Tiga orang Perempuan”.31
survivor yang memilih diam Selain bersikap diam,
tersebut adalah Ibu L, Ibu I dan Ibu terdapat empat survivor yang
T. Dalam pembicaraannya dengan bersikap melawan atas perlakuan
peneliti, Ibu L lebih memilih diam kasar yang dilakukan oleh suami
dikarenakan beliau tidak mau kalau mereka. Sikap melawan tersebut
malah terjadi pertengkaran (adu ditunjukkan oleh Ibu S, Ibu P, Ibu D,
mulut), menurutnya sikap diam dan Ibu A. Ibu S yang mengalami
adalah lebih baik walaupun hati kekerasan ekonomi (penelantaran
terasa sakit. rumah tangga), berani bersikap
Ungkapan tersebut dapat melawan jika suami bertindak yang
dilihat dari penuturan beliau: “Ya menyakitkan kepada dirinya. Hal
dulu saya banyak diamnya, ini dilakukan Ibu S untuk membela
masalahnya kalau saya tidak diam haknya, yaitu sebagai seorang istri
malah mesti ndadine (marahnya) dan juga sebagai seorang ibu.
tambah parah. Sampai sekarang, Terkadang suami meminta maaf
sampai akhir kejadian ini saya atas kesalahan yang dibuatnya,
hanya diam, diam dan diam. Dulu sampai-sampai orang tua Ibu S ikut
saya cuma diam, tetangga tidak ada masalah, seperti penuturannya:
yang tahu, tahunya baik, rukun ”Orang tua saya bilang kalau
padahal di rumah tidak pernah tidak bisa mencukupi anak istri ya
bertegur sapa”.30 Walaupun sudah sendiri-sendiri saja. Dia
merasa salah terus minta maaf
29
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul tetapi kalau masalah sepele hanya
09.52.
30
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul
31
09.52. Ibid.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 48


Faktor Penyebab KDRT

saya sama bapaknya kalau salah ya setempat ataupun dengan


tidak pernah meminta maaf”.32 mengorbankan dirinya untuk
Dengan keadaan yang bercerai dengan suaminya, bahkan
demikian Ibu S akan mengambil salah satu survivor (Ibu A)
jalan hidup sendiri jika suami merelakan suaminya untuk
terlewat batas. Sikap perlawanan menikah kembali dengan
juga ditunjukkan oleh Ibu P perempuan lain. Cara-cara tersebut
terhadap sikap suami yang telah diambil oleh survivor karena mereka
melakukan kekerasan terhadap menerima perlakuan kasar dari
dirinya dan keluarganya. Hal ini suami tidak hanya sekali, dan yang
seperti penuturan beliau: lebih disayangkan bahwa dengan
“Kalau saya melawan, terus sikap istri yang diam ataupun
saya lapor sama ayah saya. Setelah melawan, suami tetap tidak
itu suami pergi dari rumah, menyatakan penyesalannya, malah
masalahnya sama mertua berani, kekerasan terus dilakukan.
sama saya juga berani. Sebelum
peristiwa itu dia pulang ke tempat D. Kesimpulan
orang tuanya. Tidak mau pulang ke Kekerasan dalam rumah
sini. Penyesalan pun tidak ada, tangga merupakan suatu
perselingkuhan malah permasalahan yang telah menjadi
diteruskan”. 33 isu global. Hal ini dikarenakan
Setelah peristiwa tersebut kekerasan dalam lingkup domestik
akhirnya Ibu P berencana untuk telah mengesampingkan kedudukan
menggugat cerai suaminya, namun dan peran perempuan dalam
sebelum menggugat cerai, terlebih keluarga. Adanya bias gender
dahulu Ibu P melakukan konsultasi dalam kehidupan keluarga
dengan konselor Sahabat menjadikan perempuan
Perempuan. tersubordinasi, termarginalisasi,
Dari paparan kisah para mengalami beban kerja ganda, serta
survivor di atas juga dapat dikaji mengalami kekerasan. Dalam hal ini
bahwa dalam menghadapi kekerasan telah merenggut hak-hak
kekerasan, survivor juga mencari perempuan, diantaranya adalah hak
cara agar kekerasan yang terjadi untuk memiliki rasa nyaman, bebas
tidak pernah menghampiri dirinya dari ketakutan dan perlakuan
lagi. Adapun cara yang diambil oleh kejam. Fenomena kekerasan dalam
para survivor adalah dengan lingkup rumah tangga tak ubahnya
melakukan konsultasi dengan fenomena gunung es, dimana
konselor Sahabat Perempuan, kenyataan yang tampak tidak
mencari perlindungan aparat sebanyak yang terjadi di lapangan.
Data menunjukkan bahwa dari
32
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul tahun ke tahun angka kekerasan,
11.22. terutama dalam lingkup domestik
33
Wawancara. Sabtu, 17 Januari 2009, pukul
11.54.
selalu mengalami peningkatan.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 49


Evi Tri Jayanthi

Melalui penelitian yang mengkaji masalah kekerasan dalam


mengambil sampel di Lembaga rumah tangga.
Sahabat Perempuan Magelang
diketemukan bahwa terdapat Daftar Pustaka
beberapa faktor yang menjadi
penyebab terjadinya kekerasan Fathul Djannah, Kekerasan terhadap
dalam rumah tangga, yaitu Istri. Yogyakarta: LKIS, 2007.
perselingkuhan, masalah ekonomi,
campur tangan pihak ketiga, Hardjito Notopuro, Peranan Wanita
bermain judi, budaya patriarkhi, dalam Masa Pembangunan Indonesia.
serta perbedaan prinsip. Faktor Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.
perselingkuhan merupakan faktor
utama yang menyebabkan Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial
kekerasan dalam rumah tangga. Reformasi atau Revolusi?. Bandung:
Adapun bentuk-bentuk kekerasan Remaja Rosdakarya, 1999.
yang dialami oleh survivor adalah
kekerasan fisik, kekerasan psikis, Mufidah Ch,. dkk, Haruskah
dan penelantaran rumah tangga Perempuan dan Anak Dikorbankan?.
(ekonomi). Malang: Pilar Media, 2006
Dalam menghadapi sikap
suami yang demikian kerasnya Sri Meiyanti, Kekerasan terhadap
maka pada umumnya survivor Perempuan dalam Rumah Tangga.
memilih untuk diam ataupun Yogyakarta: Kerja Sama Ford
melawan. Sikap yang dipilih Foundation dengan Pusat Penelitian
survivor ini merupakan suatu Kependudukan UGM, 1999.
keputusan yang dinilai tepat. Sikap
diam diambil untuk meredakan Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
ketegangan yang sedang Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
berlangsung, serta untuk menjaga Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
kehormatan keluarga karena
memperbincangkan masalah Trisakti Handayani dan Sugiarti,
keluarga kepada orang lain Konsep dan Teknik Penelitian Gender.
merupakan aib, sedangkan survivor Malang: UMM Press, 2006.
memilih melawan dikarenakan
mereka tidak mau diinjak-injak Wini Tamtiari, Awig-Awig,
harga dirinya oleh suami serta Melindungi Perempuan dari Kekerasan
membuktikan bahwa ia bukan Dalam Rumah Tangga?. Yogyakarta:
makhluk yang lemah. Dengan Kerja Sama Ford Foundation
demikian dapat dikatakan bahwa dengan Pusat Studi Kependudukan
masih relevannya teori konflik, teori dan Kebijakan UGM, 2005.
fungsionalisme struktural dan teori
feminisme dengan kenyataan yang Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum.
ada di masyarakat, yakni dalam Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

DIMENSIA, Volume 3, No. 2, September 2009 | 50

Anda mungkin juga menyukai