Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
laporan“Desiminasi Awal Parktek Profesi Ners Keperawatan Manajamen ”.
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi salah
satu praktek profesi Ners Keperawatan Manajamen. Dalam penyelesaian laporan
ini kami banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik
moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Frengki Apryanto S.Kep., Ners., M.Kep dan Ibu Yuni
Endarwati S.kep., Ners. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu
segenap saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama,
yaitu perawat melakukan inovasi dan berubah. Perawat harus mempunyai
keterampilan dalam proses perubahan. Proses keperawatan merupakan
pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten
dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dan
pengalaman praktik. Perawat harus diajarkan ilmu teoritis di kelas dan
mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang
lain. Perubahan pelayanan keperawatan merupakan kesatuan dalam
perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan, menjadi
hal yang aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan
lingkungannya terus berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan
bagian masyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan profesi
keperawatan (Nursalam, 2014).
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada
Milenium III, termasuk asuhan keperawatan akan terus berubah karena
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus-menerus mengalami
perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat juga terus-menerus berubah karena berbagai faktor
yang mendasarinya juga terus mengalami perubahan (Nursalam, 2016).
Pada dasarnya mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator
kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu penentu institusi
pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat
dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien
dan keluarganya. Indikator dari mutu pelayanan keperawatan adalah
tergantung pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan
yang diberikan memuaskan pasien atau tidak. Karena kepuasan merupakan
perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan
keinginan, kebutuhan dan harapan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18 – 20 Januari 2021 di
Ruang Teratai Atas Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo data perawat
berjumlah (26 orang), dokter spesialis 7 orang, helper 1 orang,
administrasi 2 orang, dan farmasi 2 orang, dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 44 tempat tidur untuk Ruang Teratai Atas. Kebutuhan sarana dan
prasarana sebagian besar sudah memenuhi standar. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP
modifikasi Tim dan Primer dengan kepala ruangan adalah seorang S1
Keperawatan Ners, dengan 2 orang katim yang terdiri dari S1 Keperawatan
Ners yang beranggotakan beberapa perawat pelaksana dengan 7 orang
berpendidikan Sarjana Keperawatan Ners, 1 orang D4 Keperawatan dan 16
orang D3 Keperawatan. Satu orang Katim bertugas pada satu ruangan, yaitu
Ruang Teratai Atas Barat, Ruang Teratai Atas Timur.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro-aktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant dan Massey,1999). Manajemen keperawatan merupakan
suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan profesional. Model asuhan
keperawatan profesional saat ini yang sedang menjadi trend dengan metode
Primary Nursing. Metode Primary Nursing merupakan suatu metode yang
memberikan tugas kepada satu orang perawat untuk bertanggung jawab
penuh sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2016).
Langkah konkret pengelolaan yang dapat digunakan dalam
peningkatan keperawatan profesional berupa penataan sistem model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang meliputi ketenagaan/pasien,
penetapan sistem MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan
menerapkan prinsip SME (Sesuai standar, Mudah dilaksanakan, Efektif dan
Efisien). Model keperawatan profesional ini mampu mendorong
keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja, meningkatkan
kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan tenaga
kesehatan yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggung
gugat secara profesional terhadap tindakannya (Nursalam, 2016).
Berdasarkan hal di atas, maka mahasiswa program pendidikan profesi
ners (P3N) STIKes Widyagama Husada Malang mencoba menerapkan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pemberian
asuhan keperawatan Modifikasi Primer-Tim dimana pelaksanaannya
melibatkan empat tempat tidur kelolaan di Ruang F di Ruang Teratai Atas
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo dengan perawat yang bertugas di
ruang tersebut. Model asuhan keperawatan tersebut diharapkan mampu
menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan manajemen keperawatan
dan model pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori
Modifikasi Primer-Tim
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan di
Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo, mahasiswa mampu :
a. Menganalisa kebutuhan tenaga keperawatan (SDM) di Ruang
Teratai Atas Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
b. Menganalisa kecukupan sarana dan prasarana di Ruang Teratai
Atas Rumah Sakit Umum Daeah Sidoarjo.
c. Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP Modifikasi
Primer-Tim yang telah ditentukan :
1. Melakukan penerimaan pasien baru
2. Melakukan penerapan sentralisasi obat
3. Melakukan timbang terima keperawatan
4. Melakukan supervisi keperawatan
5. Melakukan ronde keperawatan
6. Melakukan Discharge Planning
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan salah satu
model penugasan asuhan keperawatan.
d. Menganalisa standarisasi administrasi keuangan di RSUD Sidoarjo.
e. Menganalisa tingkat mutu di Ruang Teratai Atas RSUD Kabupaten
Sidoarjo
1.3. Manfaat
1.3.1 Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan
perannya masing-masing dalam penerapan MAKP Modifikasi
Primer-Tim.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP
Modifikasi Primer-Timdi Ruang Teratai Atas Rumah Sakit Umum
Daerah Sidoarjo.
c. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP
Modifikasi Primer-Timdi Ruang Teratai Atas Rumah Sakit Umum
Daerah Sidoarjo.
d. Mahasiswa dapat menganalisa masalah dengan metode SWOT
dan menyusun rencana strategi (renstra).
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
model asuhan keperawatan Modifikasi Primer-Tim di Ruang Teratai
Atas Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
f. Meningkatkan pelayanan keperawatan melalui praktik manajemen
pelayanan keperawatan profesional.
1.3.2 Perawat
a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat mengetahui
masalah-masalah yang ada di Rumah Sakit Umum daerah Sidoarjo
yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP Modifikasi Primer-Tim
b. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat
mempelajari penerapan model keperawatanModifikasi Primer-Tim
c. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
d. Terbinanya hubungan yang kondusif antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan
Ruang Teratai Atas pasien serta keluarga.
e. Meningkatnya kinerja perawat di Teratai Atas Rumah Sakit Umum
Daerah Sidoarjo.
1.3.3 Pasien
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal
sehingga memperoleh kepuasan selama mendapat perawatan di Teratai
Atas Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
1.3.4 Institusi
a. Mampu menerapkan ilmu manajemen keperawatan khususnya
terkait penerapan model keperawatan Modifikasi Primer-Tim
b. Mampu menjalin kerjasama yang lebih baik antara institusi
pendidikan dengan institusi pelayanan di Teratai Atas Rumah Sakit
Umum Daerah Sidoarjo.
BAB II
PENGKAJIAN
Bab ini akan menyajikan tentang tahapan proses menejemen keperawatan yang
meliputi pengkajian data, análisis SWOT dan identifikasi masalah.
A. Visi, Misi dan Motto RSUD Sidoarjo
1. Visi RSUD Sidoarjo
Menjadi Rumah Sakit yang terakreditasi internasional dalam pelayanan,
pendidikan, dan penelitian
2. Misi RSUD Sidoarjo
a. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan terakreditasi dengan
mengutamakan keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan
b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan yang
bermutu dan beretika untuk menunjang pelayanan.
c. Mewujudkan tata kelolarumah sakit yang profesional, integritas, dan
beretika
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 – 20 Januari 2021, meliputi 5M
(Man, Material, Metode, Money, Mutu) data yang diperoleh berdasarkan wawancara,
observasi, kuesioner dan dokumen rumah sakit dianalisis dengan menggunakan
metode SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah dan prioritas masalah.
1. Ketenagaan (M1-Man)
Instalasi Rawat Inap Teratai Atas ini dipimpin oleh seorang kepala ruangan,
dengan jumlah perawat sebanyak 24 orang, 17 orang perawat wanita dan
perawat laki-laki sebanyak 7 orang (S1 Keperawatan + Ners sebanyak 7 orang,
D4 Keperawatan 1 orang dan D3 Keperawatan sebanyak 16 orang). Sedangkan
untuk tenaga dokter spesialis terdiri atas 7 orang, sebanyak 2 orang sebagai
administrasi dan 1 orang lainnya sebagai helper.
Pembagian wilayah penugasan Mahasiswa Program Profesi Ners STIKES
Widyagama Husada Malang mendapat wilayah penugasan di Ruang Teratai Atas.
Ruang Teratai Atas terdiri dari Ruang A – K yang terdiri dari satu ruangan
mempunyai 4 tempat dan Ruang Isolasi. Wilayah kelolaan terpilih adalah Ruang F
yang terdiri dari F1 – F4 yang terbagi dalam 4 orang dinas pagi, 2 orang dinas
siang
dan 3 orang dinas sore. MAKP yang diterapkan di Ruang Teratai Atas adalah
MAKP modifikasi Tim-Primer.
MAKP Tim-Primer ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. MAKP
ini terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat di ruangan dibagi menjadi 2
tim yang berbeda-beda, yang terdiri atas tenaga professional, tekhnikal dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Berdasarkan data
yang diperoleh dari bagian administrasi saat ini Ruang Teratai Atas memilki 1
orang ketua tim, 2 orang perawat primer dan 1 orang perawat associate yang
terbagi dalam 4 orang dinas pagi, 2 orang dinas siang dan 3 orang dinas sore.
Pemilihan penanggung jawab/ketua tim dilakukan oleh kepala ruangan yang
ditentukan secara tetap dan tidak berubah-ubah, sedangkan untuk anggota tim
atau perawat associate dipilih secara berkala setiap bulan. Penempatan anggota
tim di setiap ruangan ditentukan oleh kepala ruangan. Ketua tim ditentukan
dengan kualifikasi lama bekerja dan profesionalitas, sedangkan untuk pembagian
tenaga perawat untuk setiap pasien dibagi berdasarkan jumlah ruangan dan
jumlah perawat pelaksana yang jaga pada shift tersebut. Adapun struktur
organisasi adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI RUANG TERATAI ATAS
RSUD SIDOARJO
KEPALA RUANGAN
Gambar. 2.1. Bagan struktur yang diterapkan di Ruang Teratai Atas RSUD
Sidoarjo
Berdasarkan hasil identifikasi komponen perawat yang ada di Teratai A
RSUD Sidoarjo, perawat terdiri dari jenjang pendidikan S1 Keperawatan sejumlah
3 orang dan sisanya 7 orang jenjang pendidikan D3 Keperawatan.
a. Tenaga Keperawatan
No Nama Pelatihan
1 BLS, BCLS, BTLS, ECG, CI, CC, DALIN
Nuraini
2 BLS, BTLS, HIV, DALIN, ECG, CC
Lailah Nafiah
3 Linda Marta Sari PPGD, BCLS, CC, HIV
4 Defita Indah BLS, BTLS, BCLS
Wahyuningtias
5 PPGD, BCLS, CC, HIV
Dewi Astutik
6 BLS, BCLS, APAR, HIV
Fendi Suganda
7 Chuluqin Nazidah BLS, CC, HIV, RAWAT LUKA, DA
Munawar
8 BLS
Dianita Astrid
9 BTL
Putri Indah Sari
10 BTLS
Budi Cahyono
11 BTLS
Vivi Febriani
12 Jujuk Handayani BLS, BCLS, BTLS, ECG, HIV
13 Andini Rizky W BLS, BTLS, CC, HIV, DALIN
14 Bayu Hadi W BLS
15 Yuni Endarwati BLS, BCLS, ECG, CC
16 Linawati BLS
17 Iqbal Zulfianto BLS
18 Ika Krisnawati Sueb BLS, BCLS, APAR
19 Hanum BLS
20 Yuniar Fadiroh BLS
21 Dwi Ismayanti BLS
22 Rizki Devanti BLS
23 Arizal Prakoso BLS
24 M. Wahyu P BLS
Keterangan :
- BLS : Basic Life Support
- BCLS : Basic Cardiac Life Support
- BTLS : Basic Trauma Life Support
- CC : Creative Commons
- HIV : Human Immunodeficiency Virus
- PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat
- CI : Clinical Instructor
- EKG : Electro Cardiogram
- APAR : Alat Pemadam Api Ringan
- TOT Konselor : Training of Trainers Konselor
- SKP : Sasaran Kerja Pegawai
- DALIN : Pengendalian Infeksi
b. Tenaga Non-Keperawatan
Tabel 2.5. Tenaga Non-Keperawatan di Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo
Tabel 2.6. Jumlah Tenaga Non- Keperawatan di Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo
Total 2 1 1
N18.0 Dyspepsia 32
A09 24
Acute renal falure, unspecified
E11.2 22
CHRONIC KIDNEY DISEASE, STAGE 5
Diagnosa penyakit yang dimiliki setiap pasien tidak hanya merujuk pada
satu diagnosa. Setiap pasien dapat memiliki lebih dari satu diagnose penyakit.
Total tenaga perawat Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari :
Pagi : 3 orang 86 x 7 = 602 = 2,02 = 2 orang
Sore : 2 orang 297 297
Malam : 2 orang
Total : 7 orang
Total tenaga perawat Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari :
Pagi : 3 orang 86 x 7 = 602 = 2,02 = 2 orang
Sore : 2 orang 297 297
Malam : 2 orang
Total : 7 orang
Rumus : Ax B x C = F = H
(C-D)xE G
Keterangan :
A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah hari kerja masing-masing perawat
F : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
G : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/bulan
H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan metode Gillies di Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo 18 – 20
Januari 2021 adalah sebagai berikut:
a. Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan metode Gillies di Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo hari Senin,
18 Januari 2021.
1. Keperawatan Langsung :
Keperawatan mandiri 5 orang pasien, 5 x 2 jam = 10 jam
Keperawatan parsial 8 orang pasien, 8 x 3 = 24 jam
Keperawatan total 4 orang pasien, 4 x 6 jam =24jam +
58 am
2. Keperawatan Tidak Langsung :17 orang pasien x 1 jam = 17 jam
3. Penyuluhan Kesehatan : 17 orang pasien x 0,25jam = 4,25 jam
- Total jam = 58 + 17 + 4,25 = 79,25 jam
- Total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien/hari = 79,25
jam : 17 pasien = 4,66 = 5 jam
- Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada
ruangan tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus
Gillies di atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
5jam/pasien/hari x 17 pasien/hari x 365 hari = 31.025 = 16 orang
(365 hari – 86 hari) x 7 jam 1953
20% x 16 = 3,2 (3 orang)
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari
adalah 16 + 3 = 19 orang/hari.
b. Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan metode Gillies di ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga
keperawatan dengan metode Gillies di Ruang Teratai Atas RSUD
Sidoarjo hari Selasa, 24 Desember 2020.
1. Keperawatan Langsung :
Keperawatan mandiri 5 orang pasien, 2 x 2 jam = 4 jam
Keperawatan parsial 8 orang pasien, 13 x 3 = 39 jam
Keperawatan total 4 orang pasien, 4 x 6 jam = 24 jam +
67 jam
2. Keperawatan Tidak Langsung :19 orang pasien x 1 jam = 19 jam
3. Penyuluhan Kesehatan : 19 orang pasien x 0,25jam = 4,75 jam
- Total jam = 67 + 19 + 4,75 = 90,75 jam
- Total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien/hari = 90,75 jam
: 19 pasien = 4,77 = 5 jam
- Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus Gillies di
atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
5jam/pasien/hari x 19 pasien/hari x 365 hari = 34.675 = 18 orang
(365 hari – 86 hari) x 7 jam = 1953
20% x 18 =3,6 (4 orang)
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per
hari adalah 18 + 4 = 22 orang/hari.
67 jam
2. Keperawatan Tidak Langsung :19 orang pasien x 1 jam = 19 jam
3. Penyuluhan Kesehatan : 19 orang pasien x 0,25jam = 4,75 jam
- Total jam = 67 + 19 + 4,75 = 90,75 jam
- Total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien/hari = 90,75 jam
: 19 pasien = 4,77 = 5 jam
- Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus Gillies di
atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.18. Beban Kerja Perawat di Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo
Pagi Sore Malam
Waktu produktifitas 2344 menit 1864 menit 1864 menit
Tidak produktif 40 menit 40 menit 40 menit
Jumlah jam kerja 2664 menit 2184 menit 2184 menit
Prosentase produktifitas kerja 87,98% 85,34% 85,34%
Rata-rata beban kerja perawat 86,22%
Keterangan : Tinggi = >80%, Sedang = 60-80%, Rendah =
<60% Berdasarkan metode Time and Motion Study yaitu
86,22% (Kategori tinggi).
2. M2 (Material)
Penerapan proses praktik profesi Ners mahasiswa program studi profesi
ners Stikes Widyagama Husada Malang, mengambil tempat di ruang Teratai lantai
2 Kelas II RSUD Kabupaten Sidoarjo. Pengkajian data awal di lakukan pada
tanggal 18-20 Januari 2021. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
DENAH RUANGAN TERATAI LANTAI II
Bersih GUDANG
R. Pantri
TERATAI TERATAI TERATAI TERATAI TERATAI TERATAI TERATAI
D2 C2 B2 A2 F2 G2 H2 KAMAR
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 PASIEN
LIFT
R. Kursi
R. Transit Roda
PINTU DARURAT
R.ADMIN
AREA LAPANG LANTAI 2 DAN PERAWAT
LUAR BEDAH CENTRAL
KETERANGAN
JALUR EVAKUASI
TITIK KUMPUL
TANGGA
25
Keterangan:
1. Kantor perawat
2. Nurse Station
3. R. Mahasiswa (Ruang Transit)
4. Kamar pasien
5. Ruang tindakan
6. Ruang linen bersih dan kotor
7. Ruang panel
a. Lokasi dan denah ruangan
1. Lokasi Ruangan
Lokasi penerapan proses praktik yang digunakan dalam kegiatan profesi manajemen
keperawatan mahasiswa program Studi Profesi Ners STIKES Widyagama Husada
Malang yang terletak dengan uraian sebagai berikut:
Sebelah barat nursing station pintu keluar dengan jalan ke ruangan mawar
kuning atas
Sebelah utara gudang dan ruang Cleaning service
Sebelah selatan berbatasan dengan ruang ITIP
Sebelah timur taman RSUD Kabupaten Sidoarjo
b. Gambaran umum ruangan
Ruang teratai lantai 2 didalamnya terdapat beberapa ruangan antara lain ada
ruang perawat (nurse station) berada di tengah tempatnya depan pintu keluar, nurse
station antara kamar K dan kamar E (isolasi TMB DR). Kamar A-D ruang rawat inap
penyakit dalam Sedangkan kamar E ruang isolasi, Kamar F dan J ruang rawat inap
pasien non TB, Kamar H ruang rawat inap pneumonia non-covid, kamar I-K ruang
rawat inap pasien TB dengan total 11 ruangan, Ruang linen, Ruang kursi roda, Kamar
mandi perawat, dan setiap ruang rawat inap pasien terdapat satu kamar mandi khusus
pasien.
c. Sarana dan Prasarana Petugas Kesehatan
Fasilitas
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18- 20 januari 2021 tenaga kesehatan
diruang teratai lantai 2 kelas II dilengkapi fasilitas sebagai berikut :
1. Ruang kepala ruangan berbeda dengan ruang pertemuan perawat, ruang kepala
ruangan terletak dibawah ruangan teratai bawah.
2. Terdapat 2 kamar mandi atau WC khusus perawat
3. Nurse station berada ditengah ruang teratai lantai 2 menjadi satu dengan rawat
inap.
26
4. Meja administrasi berada di dalam nurse station bagian utara nurse station
5. Gudang berada di pojok utara berselahan dengan ruang rawat inap I dan menjadi
satu dengan ruang linen kotor
6. Ruang kantor perawat, tempatnya berada di sebelah belakang nurse station
7. Ruang linen bersih berada didekat pintu keluar arah Mawar kuning atas ruang
rawat inap kelas II didepan ruang panel
8. Ruang kursi roda berada disamping gudang
9. Ruang transit sebelah utara tepatnya disamping ruang D rawat inap
Administrasi penunjang RM
1. Buku observasi TTV
2. Buku laborat
3. Buku transfusi
4. Buku harian morning report
5. Buku visit non IPD
6. Buku perlengkapan KRS (surat istrahat dan dirawat)
27
7. Buku PKRS
8. Buku setor status teratai
9. Buku catatan evaluasi sterilisasi
10. Buku KTD
11. Buku kematian
12. Buku perbaikan IPS
13. Buku CSSD
14. Buku VCT (pasien HIV)
15. Buku suspek TBC
16. Buku daftar pasien beresiko
17. Buku sensus
d. Sarana dan Prasarana Pasien (Desember 2020)
Fasilitas :
Prasarana sumber listrik dari PLN, sedang Genset bergabung dengan milik Rumah
Sakit, Untuk sumber air menggunakan air PDAM dengan sistem tandon.
Adapun fasilitas masing-masing ruang adalah sebagai berikut:
1) Fasilitas ruang pasien kelas II : Masing - masing Ruang pasien terdiri dari :
Sarana dan prasarana peralatan kesehatan Ruang teratai atas bulan januari 2021
Tabel 1.3 Fasilitas Medis
NO NAMA BARANG JUMLAH
1 Ambubag anak 1
2 Ambubag bayi 1
3 ECG 2
4 Lampu tindakan 1
5 Nebulizer 2
6 Penlight 1
7 Stetoskop anak 1
8 Stetoskop dewasa 3
9 Section pump dewasa 1
10 Syringe pump 9
11 Tensi meter 3
12 Thermometer digital 3
Sarana dan Prasarana Inventaris alat tenun diRuang Teratai lantai II RSUD
Sidoarjo
Tabel 1.4 linen bersih
No Jenis
1 Selimut
2 Seprei
3 Sarung bantal
4 Stick laken
5 Perlak
Pencahayaan di Ruang Teratai Atas RSUD Kabupaten Sidoarjo cukup terang, baik
pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut ruangan
sudah diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu masuk, disekitar
individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau. Ventilasi di Ruang Teratai Atas
RSUD Kabupaten Sidoarjo menggunakan ventilasi, jendela, suhu, aliran udara, dan
kelembaban setiap ruangan tidak dapat diatur sesuai permintaan pasien, dan khusus
diruangan Isolasi terdapat ventilasi blower. Berdasarkan Kemenkes
1204/Menkes/SK/X/2010 tentang. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
kondisi pencahayaan dan ventilasi di Ruang Teratai Atas RSUD Kabupaten Sidoarjo
sudah memenuhi standart.
Pengertian Manajemen Logistik adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan,
pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung
efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi .
i. Kegiatan Logistik di Irna Teratai
1. Pengendalian inventarisasi/kontrol
Usaha untuk mengawasi dan mengamankan keseluruhan barang / peralatan logistik
2. Pengadaan
Usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional ruangan,sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan sebenarnya secara prioritas.
3. Penyimpanan
Kegiatan penerimaan dan penyimpanan sesuai dengan jenis barang / peralatan
4. Pemeliharaan
30
Tulis sisa barang dimodul ASET di sim RS dengan menu PERMINTAAN
Tulis permintaan barang dimodul ASET dengan menu PERMINTAAN
Sesuaikan barang yang diterima sesuai dengan permintaan dalam modul farmasi, kemudian klik kotak diterima
2. Permintaan kebutuhan logistik medis, seperti bola tensi, manset, kertas EC
Catat barang yang di dapat ke buku catatan ruangan.
G
Simpan form Catat
penerimaan
barangdalam arsip
yang di dapat dalam buku catatan ruangan
Simpan barang ke gudang penyimpanan ruangan
Simpan copy form permintaan barang dan form penerimaan barang dari gudang
Simpan barang ke gudang penyimpanan ruangan
32
33
. M3 (METODE)
a. Penerapan MAKP
sesuai dengan misi dan visi institusi, dapat diterapkan proses asuhan
dan MAKP nya. Menurut Grant & Massey (1997) ada 4 model MAKP yang
keperwatan yaitu MAKP fungsional, MAKP kasus, MAKP primer, MAKP tim.
34
STRUKTUR ORGANISASI KEPERAWATAN PROFESIONAL
METODE TIM INSTALASI RAWAT INAP TERATAI LANTAI 2
KEPALA RUANGAN
NURAINI MANAJER
PELAYANAN PASIEN
ANIS FARIDAH
AE BCD FG HI JK
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan pada taggal 18 Januari 2021,
Model asuhan keperawatan professional di Ruang Teratai atas saat ini menggunakan
metode tim dikarenakan kualifikasi perawat S1 keperawatan berjumlah 7 orang, D3
keperawatan berjumlah 16 orang, D4 keperawatan berjumlah 1 orang Non Medis
berjumlah orang 3. Komunikasi antar profesi terlaksana dengan baik, pendokumentasian
keperawatan sebagian masih belum terlaksana. Secara keseluruhan MAKP tim yang
diterapkan diruangan sudah bisa berjalan dengan lancar dan sudah cukup maksimal.
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Model Asuhan Keperawatan
35
a. apakah job decription untuk anda selama ini sudah jelas? 100% 0%
b. apakah tugas anda sesuai dengan model asuhan 100% 0%
keperawatan yang saat ini digunakan ruangan ?
c. apakah anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan 100% 0%
dapat menilai tingkat kebutuhan?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021)
2021 Penerimaan pasien baru di ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo dimulai
pasien yang akan masuk rumah sakit, dari IGD menghubungi terlebih dahulu
Ruang Teratai Atas dan dari poli ataupun ruangan lain. Ruang Teratai Atas akan
menyiapkan kamar, setelah kamar pasien sudah siap, kemudian pasien datang
harus ditanda tangani oleh pengantar dan penerima pasien, kemudian perawat
37
Pasien
IGD IRJ
MRS
1. Pelayanan
2. Terapi medis
3.Diagnosa medis 4.Keperawatan
Rawat Jalan
5.Penunjang medis
KRS
Meninggal
Dirujuk Pulang Pulang paksa
Instalasi
Pemulasaran jenazah
1. Healt education
2. Kontrol
Hasil Kuesioner Model Penerimaan Pasien Baru Dengan Perawat Di Ruang Teratai
Atas RSUD Kabupaten Sidoarjo Tanggal 21 Januari 2021
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah anda mengerti bagaimana penerimaan pasien 100% 0%
baru?
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang penerimaan 57,1% 42,9%
pasien baru?
3. Apakah setelah selesai melakukan penerimaan pasien baru 100% 0%
anda melakukan pendokumentasian?
4. Apakah kepala ruangan atau penanggung jawab sif 100% 0%
memberitahu bahwa akan ada pasien baru?
5. Apakah sudah ada media seperti leaflet, booklet, dll yang 100% 0%
digunakan atau diberikan kepada pasien atau keluarga saat
melakukan penerimaan pasien baru?
6. Apakah saat penerimaan pasien baru sudah dilakukan 100% 0%
penjelasan tentang 3P (pengenalan kepada pasien tentang
tenaga kesehatan lain, peraturan rumah sakit, penyakit
serta sentralisasi obat)
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021)
baru meliputi sarana prasarana yang telah disediakan di ruang Teratai Atas
yaitu lembar pasien masuk RS, tata tertib pasien dan pengunjung ruangan,
tempat tidur pasien baru, lembar format pengkajian pasien baru, lembar
rekonsiliasi obat dan menvalidasi kembali identitas pasien yang tertera pada
akan ada pasien baru. Perawat yang menerima pasien baru adalah perawat yang
bertanggung jawab saat itu sehingga semua perawat harus memiliki kompetensi
39
untuk melakukan penerimaan pasien baru. Berdasarkan wawancara pada kepala
ruangan dan perawat penerimaan pasien baru yang sudah dilakukan di Ruang
Teratai Atas yaitu dimulai sejak pasien datang, perawat akan menyiapkan kamar
dibantu dengan pekarya kesehatan, menyiapkan lembar penerimaan pasien
dan aturan ruangan dari Mawar Merah Barat. Pada saat pasien baru masuk,
perawat akan memvalidasi kembali identitas pasien yang tertera pada gelang
brosur atau leaflet dan booklet saat melakukan penerimaan pasien baru, namun
3. Dokumentasi Keperawatan
secara sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Jadi, dapat disimpulkan
spiritual yang terjadi pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara
menyeluruh serta informasi yang disusun secara sistematis kedalam suatu format yang
telah disetujui dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral maupun hukum.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18-19 Januari 2021 semua tenaga kesehatan
yang melakukan implementasi ke pasien dicatat dalam satu lembar terintegrasi dan
berkelanjutan.
40
Setelah dilakukan wawancara terhadap perawat, menyatakan sudah ada format
pendoku mentasian yang berlaku di Ruang Teratai Atas adalah sistem SOR (Source
Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai
sumber tenaga kesehatan, misalnya dari Dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapi dan lain-
lain. Contoh dokumentasi : lembar indeks diagnose, lembar registsrasi, lembar masuk
dan keluar RS, lembar untuk penempelan surat (MRS, rujukan), daftar masalah, lembar
riwayat penyakit, lembar catatan harian dokter, lembar instruksi dokter, lembar untuk
pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Lembar instruksi dokter dan laporan perawat,
objektif, data subjektif dan tindakan keperawatan. Selama ini pendokumentasian asuhan
keperawatan sudah dilaksanakan pada lembar rekam medis dan format asuhan
keperawatan. Catatan tindakan keperawatan pada rekam medis terkait advice dari
Dokter, sedangkan pada format status pasien meliputi anamnesa, diagnosa, pengkajian,
renpra, intruksi Dokter, laporan perawat dan intervensi serta evaluasi keperawatan.
Lembar observasi pasien tidak ditempel pada bed pasien masing-masing ruangan tapi
Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan serta dokter
yang merawat
Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/kebutuhan utama
Jelaskan intervensi yang telah dilakuakan dan respons pasien dari setiap diagnose
keperawatan 41
Sebutkan riwayat alergi, riwayat pemedahan penanganan alat infasif dan obat-
Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti TTV, Skor
R: Recommendation
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah bapak/ibu sudah mengerti cara pengisian format
100%
dokuntasi tersebut dengan benar dan tepat?
2. Apakah menurut bapak/ibu format yang digunakan ini bisa
membantu (memudahkan) perawat dalam melakukan pengkajian 100%
pada pasien?
3. Apakah bapak/ibu sudah melaksanakan pendokumentasian
85,7% 14,3%
dengan tepat waktu (segera setelah melakukan tindakan)?
4. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi yang digunakan
28,6% 71,4%
ini menambah beban kerja perawat?
5. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasian digunakan ini
57,1% 42,9%
menyita banyak waktu?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021)
Berdasarkan data yang didapatkan, sejumlah 100% perawat ruang teratai atas
melakukan pengkajian pada klien. Pengkajian digunakan sebagai pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien. Pengkajian
merupakan tahapan proses keperawatan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui cara komunikasi. Pengkajian yang tidak lengkap dapat mengakibatkan
intervensi atau asuhan yang diberikan tidak tepat. Kelengkapan dalam dokumentasi
42
keperawatan sebaiknya dikerjakan untuk mencegah resiko kesalahan dalam pemberian
pendokumentasian yang telah terstandar oleh JCI, sebagai sebuah alat komunikasi bersama
antar tenaga kesehatan yang bertugas sebagai penanggung jawab pasien, antara lain dokter,
perawat, ahli gizi, farmasi klinis dan lain- lain. Berdasarkan hasil observasi, dokter dan
perawat sudah mengisi catatan perkembangan pasien terintegrasi untuk setiap harinya, namun
ahli gizi, farmasi dan tenaga kesehatan lain belum menuliskan di catatan perkembangan yang
keperawatan pasien
4. Timbang Terima
2021, Timbang terima dilakukan tiga sift dalam sehari atau pergantian sift, dimana
pergantian sift malam ke pagi dilakukan pada jam 07.00 WIB, Sift pagi ke shift sore
dilakukan pada jam 14.00 dan sift sore ke sift malam dilakukan pada jam 21.00 WIB.
Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas serta didampingi katim.
Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di ruang Nurse Station setelah itu
perawat yang bertugas berkeliling ke kamar pasien untuk melihat kondisi pasien
pasien. Timbang terima yang isinya informasi tentang identitas pasien, nomor bed pasien,
diagnosa medis, keadaan umum atau keluhan utama, data objektif, data subjektif,
masalah keperawatan, intervensi baik mandiri maupun kolaborasi dan catatan serta terapi
dan intervensi yang belum dan sudah dilakukan. Pelaksanaan timbang terima ini
dilakukan oleh seluruh perawat kepada perawat yang bertugas berikutnya. Pelaksanaan
timbang terima terdokumentasikan di buku timbang terima yang sudah disediakan oleh
ruangan.
lakukan di nurse station oleh kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana. Timbang
terima di ruangan Teratai Atas masih terfokus pada tindakan yang direncanakan dan yang
sudah dilakukan serta masalah medis tidak terfokus pada masalah keperawatan yang
ada, pada saat obserfasi keliling ke pasien sudah ditemukan perawat yang
timbang terima menggunakan buku laporan tidak menggunakan status pasien karena
status dipakai visite dokter dan adanya keterbatasan waktu maka menggunakan buku
bantuan laporan.
Hasil Kuesioner Timbang Terima Dengan Perawat Di Ruang Teratai Atas RSUD
Kabupaten Sidoarjo Tanggal 21 Januari 2021
N
PERTANYAAN YA TIDAK
O
1. Apakah timbang terima dilakukan setiap shift ? 100%
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu? 42,9% 57,1%
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang 100% 0%
berkepentingan?
4. Apakah timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan ? 42,9% 57,1%
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan timbang 57,1% 42,9%
terima?
6. Apakah anda mengetahui apa saja yang harus disampaikan 100% 0%
dalam pelaporan timbang terima?
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang 71,4% 28,6%
terima?
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang 100% 0%
terima?
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang terima 100% 0%
berlangsung?
10. Apakah anda mengetahui bagaimana teknik pelaporan timbang 100% 0%
terima ketika berada di depan pasien?
11. Apakah waktu untuk mengunjungi masing-masing pasien 71,4% 28,6%
antara 5-10 menit?
12. Apakah terdapat persetujuan atas penerimaan timbang terima? 42,9% 57,1%
13. Apakah terdapat evaluasi mengenai kesiapan perawat 100% 0%
pengganti sif selanjutnya oleh kepala ruangan?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021).
Timbang terima dilakukan di ruang perawat teratai atas RSUD Kabupaten Sidoarjo
yang dihadiri oleh seluruh perawat yang dinas setelah shift, dan perawat yang akan dinas
shift selanjutnya. Semua perawat 57,1% menyatakan bahwa timbang terima tidak diikuti
oleh kepala ruangan dikarenakan Kepala Ruangan memiliki tugas yang tidak dapat
ditinggalkan dan Kepala Ruangan telah melimpahkan wewenang kepada katim yang
44
dipercaya dapat memimpin timbang terima. Seluruh perawat 100% menyatakan ada
interaksi dengan pasien saat timbang terima berlangsung. Dari hasil observasi, selama
pengkajian berlangsung tanggal 18 Januari 2021 validasi dilaksanakan dari shift pagi ke
shift sore, dari shift sore ke shift malam, dan dari shift malam ke shift pagi. Proses
pelaksanaan validasi pasien 71,4% perawat menyatakan waktu yang dibutuhkan hanya
5-10 menit.
5. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara pada tanggal 18-19 Januari 2021 di ruang Teratai Atas,
diketahui bahwa ronde keperawatan masih belum dilakukan dan masih menggunakan
RDK (Refleksi Diskusi Kasus) yang merupakan suatu metode dalam merefleksikan
Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan pengalaman actual dan menarik baik
penyelesaiannya misal dengan adanya rencana untuk menyusun SOP baru. RDK hanya
dilakukan pada saat menemukan adanya permasalahan dan masih belum terjadwal
karena adanya keterbatasan waktu, dan biasanya RDK ditentukan oleh katim
ke kepala ruangan, kemudian dipimpin kepala ruangan untuk melakukan RDK yang diikuti
Dari Hasil Observasi tanggal 18-19 januari 2021 di ruang Teratai Atas ronde
keperawatan memang belum dilakukan dan selama ini masih menggunakan RDK
(Refleksi Studi Kasus) dan RDK dilakukan hanya pada saat menemukan permasalahan.
45
Hasil Kuesioner Ronde Kerperawatan Dengan Perawat Di Ruang Teratai Atas RSUD
Kabupaten Sidoarjo Tanggal 21 Januari 2021
N PERTANYAAN YA TIDAK
O
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde keperawatan? 85,7% 14,3%
2. Apakah sebagaian besar perawat diruangan ini mengerti 100% 0%
adanya ronde keperawatan?
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan diruangan ini telah 71,4% 28,6%
optimal?
4. Apakah setiap bulan dilakukan ronde keperawatan? 57,1% 42,9%
5. Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya ronde 57,1% 42,9%
keperawatan?
6. Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan 71,4% 28,6%
sudah dibentuk?
7. Apakah yang dibentuk telah mampu melaksanakan kegiatan 100% 0%
ronde keperawatan secara optimal?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021).
Teratai Atas masih belum optimal, hal ini ditunjukkan dengan data kuesioner hanya 100%
Ruang Teratai atas dilakukan ronde tiap tiga bulan sekali melalui metode studi kasus
pada pasien dengan masalah penyakit yang tak kunjung mengarah ke perbaikan dan
beberapa hambatan, antara lain: jumlah tenaga keperawatan yang ada di ruangan teratai
atas masih terbatas, dengan beban kerja yang tinggi. Perawat Ruang teratai atas akan
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan di ruang teratai atas, perawat juga akan
melakukan diskusi dengan profesi lain seperti dokter dan ahli gizi tanpa melibatkan
keluarga. Diskusi ini sejenis ronde keperawatan, dengan membahas usaha kolaborasi
6. Sentralisasi Obat
46
Dokter
Resep
Tagihan
langsung
BPJS Umum
Tagihan
Perawat tidak
Perawat langsung
Farmasi
Perawat
Perawat
Gambar Alur Sentralisasi Obat di Ruang Teratai Atas RSUD Si doarjo
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pada tanggal 18-19 Januari 2021
di ruang Teratai Atas sudah dilakukan sentralisasi obat secara UDD (Unit Dose
Dispensing ) adalah suatu system distribusi obat kepeda pasien rawat inap disiapkan
dalam bentuk dosis terbagi siap pakai untuk pemakaian selama 1x24 jam system
distribusi obat UDD merupakan tanggung jawab farmasi, juga terkait dengan staf medis,
Obat diracik UDD dikemas dalam wadah kantong plastik dengan warna etiket yang
berbeda untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat sesuai waktu yang
Untuk pemberian pagi (jam 07.00) diberi dengan etiket merah muda, siang (jam 19.00)
diberi dengan etiket kuning, malam (jam 24.00) diberi dengan etiket hijau.
47
Alur sentralisasi obat setelah dokter visite memberikan resep, kemudian resep
dicollecting oleh apoteker ruangan apakah obat sudah habis atau belum di loker pasien,
kemudian resep disetorkan ke farmasi oleh apoteker ruangan. Farmasi menyiapkan obat
sesuai resep dokter, setelah itu obat diantar keruangan. Jika ada kelebihan obat maka
Pembagian obat: Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberian obat oral/ injeksi. Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang telah tercantum format
pemberian obat oral/ injeksi,. Pada saat pemberian obat, perawat memanggil nama pasien
dan melihat gelang yang terpasang pada pasien dan menjelaskan nama obat, kegunaan
obat, namun belum didokumentasikan dalam format pemberian obat oral/injeksi keluarga /
jenis, dosis atau perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat. Pada pemberian obat
yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka dokumentasi tetap di catat pada buku
sentralisasi obat dan lembar kontrol obat dan tanda tangan pada lembar dokumentasi
Hasil Kuesioner Sentralisasi Obat Dengan Perawat Di Ruang Teratai Atas RSUD
Kabupaten Sidoarjo Tanggal 21 Januari 2021
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Pengadaan Sentralisasi Obat
a. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang sentralisasi obat? 100% 0%
Apakah diruangan bapak atau ibu ini terdapat sentralisasi
b. 100% 0%
obat?
Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang sudah dilaksanakan
c. 85,7% 14,3%
secara optimal?
Jika tidak, menurut bapak/ibu apakah diruangan ini perlu
d. 100% 0%
diadakan sentralisasi obat?
Apakah selama ini bapak/ibu perna diberi wewenang dalam
e. 100% 0%
sentralisasi obat?
Apakah format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat?
f. 100% 0%
(oral-injeksi-supotoria-infus-insulin-obat gawat darurat)
2. Alur Penerimaan Obat
Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat
a. 48 85,7% 14,7%
dari pasien/keluarga pasien?
Apakah proses penerimaan obat langsung dari
b. 71,4% 28,6%
pasien/keluarga pasien?
3. Cara Penyimpanan Obat
Apakah diruangan ini terdapat ruangan khusus untuk
a. 100% 0%
sentralisasi obat?
b. Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung 100% 0%
sentralisasi obat sudah terpenuhi?
Apakah selama ini bapak/ibu memisahkan kepemilikan antar
c. 100% 0%
obat-obatan pasien?
Apakah selama ini bapak/ibu memberi etiket dan alamat
d. 100% 0%
pada obat-obat pasien?
4. Cara Penyimpanan Obat
Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada pasien
a. bapak/ibu selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat 85,7% 14,7%
yang telah dipergunakan?
Apakah ada format tiap jenis obat sebelum bapak/ibu
b. 100% 0%
memberikan obat ke pasien?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021).
Teratai Aatas RSUD Kabupaten Sidoarjo terdapat sentralisasi obat, dan 100% perawat
perawat menyatakan belum pernah diberi wewenanag dalam sentralisasi obat, sebanyak
100% perawat menyatakan ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat (Oral-
teratai atas sudah dilakukan baik saat pasien datang, saat dirawat, saat akan pulang
dengan lisan maupun tulisan oleh perawat. Untuk discharge planing sebelum terbukti
dengan format Assesment pengkajian awal keperawatan, saat akan pulang terbukti
memanggil keluarga dan pasien. Kartu Discharge planning sudah ada dengan isi sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan Rumah Sakit, meliputi : Identitas pasien, tanggal
masuk, diagnosa masuk, ruang rawat, kriteria pasien membutuhkan perencanaan pulang
49 rumah, aturan diet, obat-obatan yang diminum (dosis,
kritis, perawatan dan aktifitas di
warna dan efek samping), rencana hari perawatan, edukasi kesehatan, rincian
pemulangan (hasil yang dibawa pulang, jadwal kontrol klinik). Discharge planning
dilakukan oleh Perawat Pelaksana tepat saat saat pasien dinyatakan boleh pulang oleh
Dokter. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari dalam discharge planning di ruang
Teratai Atas dilakukan langsung kepada keluarga pasien, dan tidak ada pemberian leafleat
atau brosure yang berisi penjelasan terkait penyakit yang diderita pasien dan cara
mengatasi penyakitnya jika kambuh dan tidak ada pendokumentasian tentang HE yang
dilakukan.
50
Alur Discharge Planning Di Ruang Teratai Atas
Pasien KRS
N PERTANYAAN YA TIDAK
O
1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang Discharge Planning? 100% 0%
2. Apakah bapak/ibu berikan51
saat melakukan Discharge 100% 0%
Planning? jelaskan
3. Apakah bapak atau ibu bersedia melakukan Discharge 100% 0%
Planning? Jelaskan
4. Apakah Discharge Planning dilakukan saat pasien pulang? 100% 0%
5. Apakah sudah ada pembagian tugas Discharge Planning? 42,9% 57,1%
6. Apakah PJ unit telah menginformasikan tentang operasional 100% 0%
Discharge Planning? Jelaskan
7. Apakah sudah ada pemberian browser/leaflet saat melakukan 85,7% 14,3%
Discharge Planning?
8. Apakah Discharge Planning sudah dilakukan dengan SOP 100% 0%
yang ada?
9. Apakah Discharge Planning disampaikan dengan 100% 0%
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
keluarga pasien?
10. Apakah bahasa yang bapak/ibu gunakan dalam melakukan 71,4% 27,6%
Discharge Planning, mengalami kesulitan untuk dipahami?
11. Apakah setiap selesai melakukan Discharge Planning 100% 0%
bapak/ibu melakukan pendokumentasian dari Discharge
Planning yang telah bapak atau ibu lakukan?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021).
Ruang Teratai Atas RSUD Kabupaten Sidoarjo setiap selesai melakukan discharge
planning sudah dilakukan dengan SOP yang ada, dan sebanyak 14,3% perawat
8. Supervisi keperawatan
yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan asuhan keperawatan, kegiatan
supervise semacam ini adalah merupakan dorongan dan bimbingan kesempatan bagi
perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat, jadi dalam kegiatan supervisi
seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksana pasif melainkan diperlukan sebgai
patner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu di dengar,
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 18-19 Januari 2021 di ruang teratai atas
supervisi belum dilakukan secara maksimal. Supervise sudah dilakukan tapi tidak
terjadwal dan tidak terdokumentasi. Supervisi dilakukan oleh karu kekatim dan perawat
52
pelaksana, dan itu dilakukan sewaktu waktu dan tiba- tiba ketika perawat pelaksana
melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan SPO yang ada. Dari pelaksanaan
supervise ini perawat diharapkan dapat meningkat kinerja dalam melakukan asuhan
keperawatan. Dari Hasil Observasi tanggal 18-19 Januari 2021 di ruang teratai atas sudah
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah bapak/ibu mengerti tentang supervise? 100% 0%
2. Apakah supervisi telah dilakukan diruangan ? 100% 0%
3. Apakah supervisi dilakukan minimal satu kali setiap bulan? 100% 0%
4. Apakah PJ unit melakukan supervise? 100% 0%
Apakah supervisi diruangan sudah sesuai dengan alur yang
5. 100% 0%
ada?
6. Adakah format buku supervisi setiap tindakan? 100% 0%
Apakah format untuk supervise sudah sesuai dengan
7. 100% 0%
standar keperawatan?
Apakah alat (instrument) untuk supervisi tersedia secara
8. 100% 0%
lengkap?
9. Apakah hasil dari supervisor disampaikan kepada perawat? 100% 0%
Apakah selalu ada feed back dari supervisor untuk setiap
10. 100% 0%
tindakan?
Apakah bapak/ibu puas dengan hasil dari feed back
11. 100% 0%
tersebut?
12. Apakah follow up setiap hasil dari supervisi? 100% 0%
Apakah bapak/ibu menginginkan perubahan untuk setiap
13. 100% 0%
tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari supervise?
Apakah bapak/ibu perna mendapatkan pelatihan dan 57,1%
14. 42,9%
sosialisasi tentang supervise?
Sumber Kuesioner: Nursalam (2015); Sumber: Data Primer (2021).
sekali dan tersedianya alur supervisi yang dinyatakan oleh 100% perawat. Untuk
format baku supervisi keperawatan belum ada, SPO yang digunakan berasal dari
dan hanya setengah dari perawat yaitu 57,1% menyatakan mendapat pelatihan dan
2. Jasa Medik
Jasa medik adalah suatu dana yang diperoleh oleh pihak internal rumah sakit
serta dikelola mandiri oleh pihak internal RSUD Sidoarjo. Besar kecilnya pemberian
jasa medik ini berdasarkan beban kerja pegawai, resiko kerja pegawai, jabatan yang
Untuk tenaga Non PNS baik medis maupun non medis akan menerima
sumber kesejahteraan berasal dari dana murni yang dihasilkan oleh pihak interen
RSUD Sidoarjo. Karyawan ini akan tetap mendapatkan gaji pokok dan jasa medik.
Yang mana cara pemberiannya memalui dua tahap yaitu pada tanggal 1 tiap bulan
atau hari efektif yang terdekat dengan tanggal tersebut, sedangkan pembayaran jasa
medik tertanggal 15 di tiap bulan atau pada hari efektif yang terdekat dengan tanggal
tersebut.
Teratai Atas di kelola penuh oleh pihak rumah sakit dengan sumber biaya berasal dari
APBD dan APBN. Pihak rumah sakit akan membuat proposal untuk memenuhi
kesempatan untuk mengikuti pelatian yang di biayai oleh pihak intern RSUD Sidoarjo
55
namun sebagian ada yang mandiri di biayai oleh pihak terkait.
Teratai Atas berasal dari umum/biaya sendiri dan BPJS. BPJS dibagi menjadi 2, yaitu
Raharja (Kecelakaan) dan Biaskes Maskin yaitu untuk pasien tanpa keluarga.
1. Jenis Pembiayaan Rawat Inap pada bulan Oktober 2020 – Desember 2020 di
Prosentase
No Uraian ∑
(%)
1 UMUM 35 8,37 %
2 BPJS KESEHATAN 329 78,71 %
3 JASA RAHARJA 6 1,44 %
Jaminan Kesehatan Maskin
4 18 4,31 %
(JKMM)
5 BPJS Ketenagakerjaan 1 0,24 %
International Organization for
6 1 0,24 %
Migration (IOM)
7 BIAKES MASKIN 56 2 0,48 %
8 KEMENKES 26 6,22 %
TOTAL 418 100 %
Jenis Pembiayaan pada bulan Desember 2020
Prosentase
No Uraian ∑
(%)
1 UMUM 27 7,22 %
2 BPJS KESEHATAN 315 84,22 %
3 JASA RAHARJA 2 0,53 %
Jaminan Kesehatan Maskin
4 11 2,94 %
(JKMM)
International Organization for
5 2 0,53 %
Migration (IOM)
6 KEMENKES 17 4,55 %
Berdasarkan tabel diatas dari bulan Oktober sampai Desember 2020 hasil pembiayaan
rawat inap pasien paling besar menggunakan BPJS Kesehatan bulan Desember 2020 yaitu
No
Jenis Tindakan Kelas II
.
1 BAHP Dasar 30.000
2 Biaya Makan 40.000
3 ECG 75.000
4 GDA 23.000
5 Jasa Keperawatan 50.000
6 Kamar 70.000
Konsultasi dr. Spesialis di luar jam
7 60.000
kerja datang
8 Konsultasi dr. Spesialis Via Telpon 25.000
9 Nebul 1x tindakan 50.000
10 Oksigen
Oksigen Masker < 12 jam 94.000
Oksigen Masker > 12 jam 187.000
Oksigen Nasal >12 jam 75.000
Oksigen Nasal <12 jam 55.000
11 Pemasangan NGT 55.000
12 Pemasangan Infuse Pump 57 80.000
13 Pemberian kemoterapi 50.000
14 Perawatan Luka Sedang 75.000
15 Visite Ahli gizi 40.000
16 Visite Apoteker 20.000
17 Visite dokter spesialis 55.000
18 Visite dokter umum 35.000
dari manajemen pusat RSUD Sidoarjo, salah satu contohnya adalah dengan mencicil
pembayaran tersebut. Untuk nilai nominal baik bagi pasien umum, BPJS, maupun KSO tidak ada
yang membedakan serta kualitas layanan yang diberikan dari pihak RSUD Sidoarjo baik tenaga
a. Evaluasi struktur
Sumber keuangan di Ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo secara umum berasal dari
umum/biaya sendiri dan BPJS. BPJS dibagi menjadi 2, yaitu BPJS kesehatan, BPJS
Ketenagakerjaan yang dimana akan dipakai sewaktu kecelakaan kerja. JKMM (surat
dari dinas sosial khusus untuk warga sidoarjo). Jasa Raharja (Kecelakaan) dan Biaskes
Maskin yaitu untuk pasien tanpa keluarga. Sumber kesejahteraan Karyawan PNS baik
tenaga medis maupun non medis diruang Teratai Atas berasal dari gaji pokok yang
berasal dari APBD dan APBN serta Jasa Medik.
b. Evaluasi proses
Setiap tindakan medis maupun keperawatan yang diberikan pada pasien Ruang
Teratai Atas terdokumentasikan secara komputerisasi untuk menentukan jumlah total
pembiayaan perawatan.
c. Evaluasi hasil
Selama masa perawatan bulan Oktober sampai Desember 2020 hasil pembiayaan
rawat inap pasien ruang Teratai Atas RSUD Sidoarjo paling besar menggunakan BPJS
Kesehatan bulan Desember 2020 yaitu 315 orang sebanyak (84,22%).
1.4. M5 (Mutu)
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan
secara efisien dan efektif sesuai dengan standart profesi, standart pelayanan
yang di laksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan
pelayanan kesehatan 58
atau keperawatan sehingga mencapai derajat kesehatan
yang optimal (Nursalam, 2015)
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015).
Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018) dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien maka
rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien (PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di lakukan pada tanggal 18, 19
dan 20 januari 2021di RSUD Kabupaten Sidoarjo di ruang teratai atas bagian
telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat
beberapa aspek penilaian penting, diantaranya sebagai berikut :
A. Keselamatan pasien (Patient Safety)
a. Sasaran ketepatan identifikasi pasien
Sasaran ini memiliki dua maksud dan tujuan yakni untuk memastikan
ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan untuk
menyelaraskan layanan atau tindakan yang di butuhkan oleh pasien.
Identifikasi pasien di lakukan untuk menghindari kesalahan pasien
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan gelang untuk identitas pasien
di pasang saat pasien dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di
ruang perawatan.Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi
tersendiri pada masing-masing warna.
1. Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.
2. Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
3. Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
4. Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.
5. Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi.
Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas berwarna pink atau
biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam
medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi pasien
dilakukan dengan mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien.
Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat
paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor
induk kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat
digunakan untuk identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan ketika
59
penerimaan pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum
melakukan prosedur/tindakan dan discharge planning.
Sasaran I ketepatan identifikasi pasien meliputi standart yaitu
1. Pasien di identifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor, kamar, atau lokasi pasien
2. Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah
3. Pasien di identifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis
4. Pasien di identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan
atau prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian 19 januari 2021, penerapan gelang
identitas di Ruang mawar merah atas bagian barat sudah sesuai dengan
kriteria Kemenkes yakni berwarna pink atau biru berisi identitas pasien
meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir, NIK
pada pasien, untuk pasien allergy di berikan label berwarna merah, label
warna kuning untuk pasien beresiko jatuh, pada pengkajian semua pasien
telah diberikan gelang identitas oleh perawat.
b. Sasaran Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (2018)
komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak
mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang
bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Komunikasi efektif yang digunakan yaitu
menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation). SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim
kesehatan yang lain, timbang terima, berkomunikasi dengan teman
sejawat, konsultasi pasien, dan melaksanakan informed consent.
SBAR juga digunakan pada saat komunikasi atau perintah secara
verbal ataupun telepon, staf yang menerima pesan harus menuliskan dan
membacakan kembali kepada pemberi pesan dan dalam pemberi pesan
harus menandatangani dalam waktu 1x 24 jam. Kolom comunicator yang
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan kolom advisor yang
ditandatangani oleh dokter yang memberikan advice. Sasaran
60
Peningkatan komunikasi yang efektif meliputi standart yaitu
1. Perintah lisan dan yang melalui telfon ataupun hasil pemeriksaan yang
di tuliskan secara lengap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
2. Perintah lisan dan melalui telfon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap di bacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
3. Perintah atau hasil pemeriksaan di konfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dan komunikasi lisan melalui
telfon.
61
Berdasarkan hasil pengkajian 19
januari 2021 di Ruang Teratai atas
bagian barat penerapan komunikasi
efektif yang sudah diterapkan yaitu
menggunakan metode SBAR.