Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK


Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners
Departemen Maternitas
di RSUD Sidoarjo

Oleh:

Nama : Dian Permatasari


NIM : 200714901293

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ........
DI RSUD SIDOARJO

DISUSUN OLEH

DIAN PERMATASARI
200714901293

Disetujui Oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

(.........................................) (.....................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar
cavum uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi (Murria, 2014).
Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplatasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan
kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis
servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah
ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat
beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak
pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars interstisialis tuba dan
kehamilan pada serviks uteri.
Kehamilan ektopik adalah implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi
diluar endometrium kavum uteri(kapita selekta,2001)
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba.Sangat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus
yang rudimeter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil
konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars intersialis tuba, kehamilan pars
ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.

B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. faktor-faktor yang memegang peranan
dalam hal ini ialah sebagai berikut :
1. Faktor tuba, yaitu salpingitis,perlekatan tuba,kelainan konginetal
tuba,pembedahan sebelumnya,endometriosis,tumor yang mengubah
bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.
2. Kelainan zigot,yaitu kelainan kromosomdan malformasi.
3. Faktor ovarium,yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
4. Penggunaan hormone eksogen.
5. Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD (Rustam,
2012)
C. Manifestasi Klinis
1. Amenore
2. Gejala kehamilan muda
3. Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba
dan hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada
Abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain.
Bila darah sampai diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila
terjadi hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi.
4. Perdarahan pervapina berwarna cokelat tua.
5. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol
karena ada bekuan darah (Arief, 2010)

D. Klasifikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014), lokasinya kehamilan ektopik dapat
dibagi dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornua
d) Tanduk Rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus

E. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau
abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding
tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan
berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat
menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder
dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang
berkumpul.

F. Prognosis
Penderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih
besar, untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu
kemungkinan yang mengalami kehamilan akan menurun.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan kadar hormon progesterone
c) Pemeriksaan kadar HCG serum
d) Pemeriksaan golongan darah
2. Kuldosentesis (Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra vasio
rektou terina (ruang Douglas), melalui tindakan pungsi melalui
dinding vagina).
3. Ultrasonografi (USG)

H. Penatalaksanaan
1. Medis (operasi)
a) Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi
yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan
ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain
yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau
menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan
sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya
dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter
dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut
laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini
dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan
lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung
tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional
yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan
sayatan yang lebih besar.
b) Laparatomi
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan
kemudian luka insisi dijahit kembali.
c) Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar
tuba.
d) Tanfusi darah
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika
terjadi pendarahan yang berlebihan.
e) Pemeriksaan laboratorium
Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.
f) Dilatasi kuretase
g) Kuldosintesi
yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum
douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi :
1) Baringkan pasien dalam posisi litotomi.
2) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.
3) Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam
serviks, lakukan traksi ke depan sehinggah forniks posterior tampak.
4) Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan
penghisapan dengan semprit 10 ml.
h) Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan
kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
i) Ultrasonografi
Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar
uterus .
2. Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan
kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk
mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan dan
asuhan mandiri selama dirumah.
I. Pathway

Proses Implantsi ovum yang dibuahi

Pembuahan telur diampula tuba

Perjalanan ke uterus telur


Risiko Ketidakseimbangan
mengalami hambatan
Cairan

Nyeri Akut Bernidasi di tuba Perdarahan Pervagina

Kehamilan Ektopik Risiko Infeksi

Post Operasi

Nyeri Akut Gangguan Mobilitas


Fisik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Anamese:
a. Menstruasi Terakhir
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran persalinan
(TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).Untuk
menentukan TP berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari
ditambah tujuh, bulan dikurang
b. tiga, tahun disesuaikan
c. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
d. Nyeri abdomen: kejang, tumpul
e. Jenis kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu, atau
keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada saat kunjungan
pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat
kehamilan yang tidak dikatahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ
seksual janin

f. Riwayat gangguan tuba sebelumnya


Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat
infeksi, prosedur operasi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus
didokumentasikan.

g. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah
fisik yang dapat dipengaruhi kehamilan.

1) Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi
akan mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan
darah diukur pada posisi duduk dengan posisi sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.

 Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia bisa terjadi pada
keadaan cemas, hipertiroid dan infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit
penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa
untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat
dan teratur.
 Pernapasan\
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per
menit.Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit
jantung. Suara napas harus sama bilateral, ekspansi paru simetris dan
lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
 Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawat medis.
2) Sistem Kardiovaskular
 Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan
vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya
terjadi pada tungkai, vulva dan rectum.
 Edema pada ekstremitas
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah oada
ekstermitas akibat perpindahan cairan intravaskular keruan
intertesial.Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol
menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting
edema.Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut
karena merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
3) Sistem Musculuskoletal
 Postur Tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan.
Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
 Tinggi badan dan berat
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat
menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan.Berat badan sebelum
konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu
beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir rendah. Berat badan
sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat mengakibatkan diabetes pada
kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea, dan
infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks masa tubuh.
 Pengukuran pelvis
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan
diameternya yang berguna untuk persalinan per vaginaan.
 Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur
jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis.Kandung kemih harus
dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menentukan
keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan posisi ibu berbaring.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas
yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan
masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar antar 9-10 nyeri hebat
 Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak
memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya
masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya dilakukan karena hiperfleksi
menandakan adanya komplikasi kehamilan
 Sistem integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis,
jaundice menandakan ganguan pada hepar, lesi hiperpigmentasi seperti
closma gravidarum, sreta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie
perlu dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda menandakan
pengisian kapiler dengan baik.
 Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang
berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
 Sistem gastrointestinal
a) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir bebas dari
ulserasi, gusiberwarna kemerahan, serta edema akibat efek
peningkatan estrogen yang mengakibatkan hiperplasia.Gigi terawat
dengan baik, ibu dapat dianjurkan kedokter gigi secara teratur karena
penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya
persalinan prematur.Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
b) Usus
Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman
untuk ibu hamil.Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron
pada otot polos, sehingga menyebabkan konstipasi.Peningkatan bising
usus terjadi bila menderita diare.
 Sistem urinarius
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine
tengah. Urine diperiksa untuk mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan
zat yang ada dalam urine yang menandakan suatu masalah.
a) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine,
hal ini menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal,
serta hipertensi pada kehamilan,
b) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal
pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan
pemeriksaan gula darah
c) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat
atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat
d) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih
yang bisanya terjadi pada ibu hamil.
 Sistem reproduksi
a) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan pengeluaran
kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada
payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
b) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu diperiksa
dari eksiorisasi, ulserasi, lesi, varises dan jarinagn parut pada perineum
c) Organ reproduksi internal
 Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan
berwarna merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda
Chadwik.
 Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh
esterogen sehingga tampak makin merah dab kebiru biruan.
 Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan, indung telur
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
 Tes laboratorium
a) Urine
1) Protein: Hasil negative menunjukkan keadaan yang normal
2) Glukosa: adanya glukosa dalam urine ibu hamil harus dianggap
sebagai gejala DM, kecuali dapat membuktikan bahwa hal-hal lain
menyebabkannya
3) Pemeriksaan sedimen : untuk melihat adanya gangguan pada ginjal
b) Darah
1) HB: 5 gr %\
2) Eritrosit: 3,5 juta/mm3
3) Leukosit: 8000-10.000 mm3
4) HCG
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine dihasilkan oleh
tropulus ketika ovum yang dibuahi terbenam dalam endemetrium.
5) USG
Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih detail dan
tidak ada kontraindikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan
6) Non-Stress Test (NST)
Ada 8 Pemeriksaan 10 T di antaranya :
 TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk kehamilan adalah 150
cm dan kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar antara 11-
13,5 kg, pada trimester I kenaikannya kurang lebih 1 kg, trimester II
kurang lebih 5 kg dan trimester III kurang lebih 5,5 kg.
 Tekanan darah :Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya
ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi tekanan darah pada ibu
hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk dengan
posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi
dan tekanan darah yang didapatkan.
 TFU
Leopold I : menentukan usia kehamilan dan tinggi fundus uteri dalam
cm
Leopold II : menentukan bagian janin, punggung kiri & punggung kanan
Leopold III: menentukan bagian terendah janin, apakah kepala atau
bokong
Kepala : bundar, keras dan melenting
Bokong : tidak bundar, keras dan melenting
Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di PAP (pintu atas
panggul)
 TT: pemberian imunisasi selama kehamilan dilakukan sebnyak 4 kali.
Pada trimester I satu kali, trimester II satu kali dan trimester III dua kali
 Tablet: selama hamil ibu diberikan tablet FE sebanyak 90 tablet
fungsinya yaitu untuk membantu pertumbuhan tulang janin, waktu
meminumnya 1x1 setiap malam sebelum tidur.
 Temu Wicara (HE) : dilakukan untuk memberikan health education
pada ibu hamil dan memberikan penjelasan pada ibu hamil yang
mengalami keluhan-keluhan selama kahamilan
 Torch/Toksoplasma : pemeriksaan melalui LAB yang gunanya untuk
mengetahui apakah ibu hamil terinfeksi bakteri toksoplasma
 Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
 Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
 Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

B. DIAGNOSA
Nyeri Akut b.d kehamilan
Manajemen Nyeri (I. 08238)
Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk menurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Ansietas b.d Kurang terpapar informasi


Reduksi Ansietas (I. 09314)
Observasi:
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik:
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3. Anjurkan menggungkap perasaan dan persepsi
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.

Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi


Edukasi Kesehatan (I. 12383)
Observasi:
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
Murray, RK. 2014. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai