Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PRAKTIK KEJANG DEMAM

KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 1/8


ANAK/014/2019
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur RSUD Limpung

RSUD LIMPUNG 18 APRIL 2019 dr. ANY RUSYDIANI, M.Kes


NIP. 19751204 200501 2 012

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
PENGERTIAN
tubuh (suhu diatas 38 C dengan metode pengukuran apapun) yang
disebabkan proses ekstrakranial, tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
(SSP) atau gangguan elektrolit akut/ metabolik serta tidak ada riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak dengan umur berkisar antara 6
bulan sampai 5 tahun, insidensi tertinggi pada umur 18 bulan. Kejang
demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang demem
kompleks. Kejang demem kompleks adalah kejang demam fokal, atau
kejang demam lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Kejang
demam sederhana adalah kejang yang berlangsung umum, singkat
kurang dari 15 menit, dan hanya satu kali dalam 24 jam.
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Umumnya kejang
ANAMNESIS
tonik-klonik. Selama fase tonik, mungkin disertai henti nafas dan
inkontinensia. Kemudian diikuti fase klonik berulang, ritmik dan
akhirnya anak setelah kejang latergi atau tidur. Saat kejang anak tidak
sadar, mata dapat melihat ke atas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal. Serangan dalam bentuk absens atau
mioklonik sangat jarang.
PANDUAN PRAKTIK KEJANG DEMAM
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 2/8


ANAK/014/2019

RSUD LIMPUNG
Pada umumya kejang akan berhenti sendiri, setelah beberapa detik atau
menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan
neurologis.Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 5 menit, dan
kurang dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit, dan 4% kejang
berlangsung lebih dari 30 menit.
Perlu diketahui mengenai pengobatan sebelumnya, ada tidaknya trauma,
perkembangan psikomotor, dan riwayat keluarga dengan epilepsi atau
kejang demam.
Deskripsi lengkap mengenai kejang sebaiknya didapat dari orang yang
melihatnya.
Dari pemeriksaan fisik, derajat kesadaran baik, tidak ada meningismus,
PEMERIKSAAN FISIK
ubun-ubun besar tidak tegang atau membonjol, tidak ada tanda rangsang
meningeal, kekuatan dan tonusotot baik.
 Bangkitan kejang
KRITERIA DIAGNOSIS
 Saat suhu tubuh (suhu rektal) > 38°C
 Disebabkan oleh proses ekstrakranial
 Usia 1 bulan – 5 tahun
 Pemeriksaan cairan serebro spinal dalam batas normal
Bukan kejang demam:
 Ada riwayat kejang tanpa demam
 < 1 bulan
 < 6 bulan atau > 5 tahun : pikirkan infeksi SSP atau epilepsi disertai
demam
 Pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam
KEJANG DEMAM
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 3/8


ANAK/014/2019

RSUD LIMPUNG
Kejang Demam
DIAGNOSIS KERJA
Obs Febris

Ekstrakranial: Kejang Demam Simpleks, Kejang Demam Kompleks.


DIAGNOSIS BANDING
Intrakranial: Infeksi susunan saraf pusat,

 Pemeriksaan laboratorium rutin dikerjakan untuk mengevaluasi


PEMERIKSAAN
sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain yang dapat
PENUNJANG
menjadi penyebab kejang. Misalnya pemeriksaan darah perifer,
elektrolit (Na, K, Cl, Ca) dan gula darah.
 Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini
pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia < 12 bulan yang mengalami kejang demem sederhana,
well-appearing, imunisasi lengkap (termasuk HiB dan
pneumokokus)
 Indikasi pungsi lumbal:
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksan klinis
3. Dipertimbangkan pada bayi usia 6-12 bulan yang belum
mendapatkan imunisasi HiB atau pneumokokus atau yang
riwayat imunisasinya tidak jelas.

KEJANG DEMAM
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 4/8


ANAK/014/2019

RSUD LIMPUNG
4. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam
yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian
antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala
meningitis.
 Pemeriksaan pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) hanya atas
indikasi pada keadaan:
1. Adanya riwayat atau tanda klinis trauma kepala
2. Kemungkinan adanya lesi struktural di otak, ditandai adanya
defisit neurologis (mikrosefal, spastisitas, hemiparesis, kejang
fokal)
3. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, fontanela anterior membonjol,
paresis saraf otak, atau edem papil)
 EEG dipertimbangkan hanya pada kejang demam yang bersifat
fokal, kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6
bulan.
 Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada bagian
tata laksana penghentian kejang (lihat algoritme). Pengobatan
kejang demam saat ini lebih diutamakan pada pengobatan
profilaksis intermiten pada saat demam.
 Antipiretik
Antipiretik tidak mengurangi risiko terjadinya demam, akan
tetapi tetap diberikan asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali setiap 4-
TERAPI 6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kg/kali tiap 4-6 jam
 Pemberian antikonvulsan intermiten
Tidak ditemukan bukti bahwa pemberian obat
antikonvulsan dapat mencegah terjadinya kejang demam.
Kesepakatan dokter neurologi anak di Indonesia bahwa
profilaksis intermiten:

KEJANG DEMAM
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 5/8


ANAK/014/2019

RSUD LIMPUNG
- Tidak diberikan pada kejang demam sederj=hana tanpa
faktor risiko
- Diberikan pada kejang demam sederhana dengan faktor
risiko yaitu:
 Kelainan neurologis berat
 Berulang 3 kali dalam 6 bulan atau 4 kali dalam
setahun
 Usia < 6 bulan
 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh yang tidak
terlalu tinggi
 Kejang demam sebelumnya terjadi saat suhu
tubuh naik dengan cepat
- Obat yang digunakan adalah diazepam dengan dosis 0,3
mg/kg/kali, sebanyak 3x sehari, dosis maksimum
diazepam 7,5 mg/kali. Obat diazepam intermiten
diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orang tua bahwa dosis tersebut
cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabel
serta sedasi
- Pemberian obat antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak
diinginka, maka pengobatan rumat

KEJANG DEMAM
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 6/ 8
ANAK/014/2019

RSUD LIMPUNG
- Pengelolaan di rumah sakit, biasanya di ruang gawat darurat,
diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb diberikan dalam waktu
3-5 menit (kecepatan 2 mg/menit), dosis maksimal 10 mg. Jika
masihtetap kejang, berikan fenitoin intravena 20 mg/kgbbdalam 50 ml
larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau < 50
mg/menit. Jika berhentimaka dosis fenitoin selanjutnya (dosis
pemeliharaan) 4-8 mg/kgbb/hari dimulai 12 jam setelahdosis awal
maximum pemberian fenitoin 1000mg/hari. Jika kejang masih belum
berhenti diberikan fenobarbital intravena 20 mg/kgbb, dimasukkan
perlahan > 10 menit. Jika berhenti maka dosis fenobarbital selanjutnya
5 mg/kgbb/hari dibagi dalam dua kali maksimum pemberian 600
mg/hari, maka dinamakan refrakter status epileptikus dan harus dirawat
di ruang intensif, menggunakan obat pelumpuh otot.
- Saat demam diberikan parasetamol dengandosis 10-15
mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari. Obat lain: ibuprofen dengan dosis
5-10 mg/kgbb/kali, 3–4 kali sehari.
- Diazepamoral 0,3-0,5 mg/kgbb/hari dibagi tiap 8 jam saat
demam.
- Pengobatan rumat diberikan jika: kejang lama > 15 menit, ada
kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya paresis
Todd, cerebral palsy, retardasi mental,hidrosefalus, dan adanya kejang
fokal.Pengobatan rumat dipertimbangkan jika ada kejang berulang dua
kali atau lebih dalam 24 jam, terjadi pada bayi < 12 bulan, kejang
demam ≥ 4 kali/tahun.Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat
dengan dosis 15-40mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis; atau fenobarbital 3-4
mg/kgbb/hari dibagi dalam 1-2 dosis.Pengobatan diberikan sampai 1
tahun bebas kejang, kemudian dihentikanbertahap dalam 1-2 bulan.

KEJANG DEMAM
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PPK- ………………….. 7/8


ANAK/014/2019
RSUD LIMPUNG

KOMPETENSI
Dokter Spesialis Anak
 Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan
peristiwa yang menakutkan.
 Edukasi antara lain: meyakinkan bahwa kejang demam
terutama kejang demam sederhana (simplek) umumnya
mempunyai prognosis baik, memberitahukan cara penanganan
kejang, memberi informasi tentang risiko kejang berulang,
pemberian obat pencegahan memang efektif tetapi harusdiingat
risiko efek samping obat.
EDUKASI  Jika anak kejang, lakukan hal berikut : tetap tenang dan tidak
panik, kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher,
jika tidak sadar posisikan anak telentang dengan kepala miring,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut dan hidung jika ada.
Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun
ke dalam mulut. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat
kejang, tetap bersama anak selama kejang, berikan diazepam
per rektal. Jangan diberikan jika kejangtelah berhenti. Bawa ke
dokter atau rumahsakit jika kejang berlangsung ≥ 5 menit.
Ad vitam = ad bonam
Ad sanationam = ad bonam
Ad fungsionam = ad bonam
 Risiko cacat akibat komplikasi kejang demam tidak
pernahdilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis
PROGNOSIS
umumnya tetap normalpada pasien yang sebelumnya normal.
Kelainan neurologis dapat timbul pada sebagian kecil kasus,
yang biasanya terjadi pada kasus dengankejang lama atau
kejang berulang. Kematian akibat kejang demam tidak pernah
dilaporkan

KEJANG DEMAM
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PPK- ………………….. 8/ 8
ANAK/014/2019

RSUD LIMPUNG
Diagnosis : I/ II/ III/ IV (referensi no 1)
TINGKAT EVIDENS
Terapi : I / II / III/ IV (referensi no4)

Kejang berhenti, demam membaik.


INDIKATOR MEDIS

1. Poesponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus kejang


demam. UKK neurologi PP-IDAI. Jakarta : Balai Penerbit
IDAI; 2005.
2. Soetomenggolo TS. Kejang Demam dan Penghentian Kejang.
In : Pusponegoro HD, Passat J, Mangunatmadja, Widodo DP,
Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Neurologi Anak
dalam praktek sehari-hari. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ; 1995. h. 209-21.
KEPUSTAKAAN
3. American Academy of Pediatrics. Practice Parameter: Long-
term treatment of the child with simple febrile seizures.
Pediatrics. 1999; 103: 1307-9.
4. Freidman JN; Canadian Paediatric Society, Acute Care
Commitee. Emergency management of the paediatric patient
with generalized convulsive status epilepticus. Paediatr Child
Health 2011;16(2);91-97.

Anda mungkin juga menyukai