Psikoanalisis Freud
Psikoanalisis Freud
Misal: seorang istri belum siap untuk berumah tangga memilih untuk
pulang kembali ke rumah orangtuanya.
¡ Usia 0 – 5 tahun, anak melewati fase-fase
yang terdiferensiasikan secara dinamis.
¡ Usia 12 – 13 tahun, anak mengalami fase
laten yaitu dinamika menjadi lebih stabil.
¡ Pada masa remaja, dinamika kepribadian
“meletus” kembali dan akan semakin tenang
atau stabil seiring dengan kedewasaan.
¡ Usia 0 – 1 tahun
¡ Sumber kenikmatan berasal dari mulut dan terkait
dengan proses makan.
¡ Meliputi perangsangan terhadap bibir dan rongga
mulut, menelan, menyemburkan makanan ke luar,
menggigit.
¡ Aktivitas makan seringkali menjadi prototipe dari
sifat individu setelah dewasa
§ Menyuapkan makanan ke mulut à kegigihan usaha untuk
memperoleh pengetahuan
§ Menggigit à kemampuan dalam berdebat
¡ Usia 1 – 3 tahun
¡ Sumber kenikmatan berpusat pada fungsi
eliminasi (pembuangan kotoran).
¡ Usia 2 tahun adalah saat tepat dimulainya toilet
training dengan kemungkinan berikut:
§ Bila ibu bersikap keras maka anak mungkin akan
menahan feces à anak berkembang menjadi
individu dengan sifat kurang bebas, kurang berani,
tertekan, kurang terbuka.
§ Bila ibu bersikap membimbing dengan kasih sayang
dan disertai pujian à anak berkembang menjadi
individu yang kreatif dan produktif.
¡ Usia 3 – 5 tahun
¡ Pusat perkembangan seksual dan agresi serta fungsi
alat kelamin.
¡ Setiap anak (apapun jenis kelaminnya) pada
awalnya jatuh cinta pada ibu (karena ibu selalu
memenuhi kebutuhannya) dan menentang ayah
(sebagai saingan dalam memperebutkan kasih
sayang ibu). Pada perkembangannya, masing-
masing jenis kelamin ternyata memiliki pola yang
berbeda.
¡ Perkembangan “jatuh cinta pada ibu” bagi anak laki-
laki.
¡ Munculnya dorongan incest terhadap ibu dan sikap
menentang terhadap ayah.
¡ Adanya ketakutan bahwa ayah akan melukainya
terutama bagian penis karena penis adalah sumber
kenikmatannya (disebut sebagai ketakutan kastrasi).
¡ Ketakutan kastrasi membuat anak menekan keinginan
seksual terhadap ibu dan membuat anak
mengidentifikasi ayah dengan tujuan:
§ Memperoleh pemuasan dorongan seksualnya terhadap ibu.
§ Menuruti rasa erotisnya terhadap ibu dengan sikap menurut
kepada ibu.
¡ Perkembangan “jatuh cinta pada ayah” bagi anak
perempuan.
¡ Anak mengganti obyek jatuh cintanya dari ibu
menjadi jatuh cinta pada ayah sebagai reaksi
terhadap pengalaman traumatisnya, yaitu anak
laki-laki memiliki alat kelamin yang sempurna
sedang dia tidak (anak perempuan mengira bahwa
alat kelaminnya adalah penis yang dipotong).
¡ Menurut anak perempuan, Ibu adalah pihak yang
harus bertanggung jawab atas kondisi alat
kelaminnya yang tidak sempurna.
¡ Usia 5 – 12/13 tahun
¡ Dorongan seksual seakan-akan hilang.
¡ Pada fase ini, anak-anak secara relatif lebih
mudah dididik daripada fase-fase
sebelumnya atau sesudahnya.
¡ Usia 12/13 – 20 tahun
¡ Dorongan seksual muncul kembali.
¡ Aktivitas individu kembali dinamis.
¡ Sumber kenikmatan bersumber kembali pada alat
kelamin seperti pada fase falis.
¡ Pada fase falis, individu mempunyai sifat narsistis
yaitu kepuasan diri berasal dari perangsangan dan
manipulasi tubuh sendiri sedangkan orang lain
diinginkan hanya karena memberikan bentuk-
bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah itu.
¡ Pada fase genital, narsisme diarahkan kepada
obyek luar sehingga individu mulai belajar
mencintai orang lain karena alasan altruisme dan
mulai meninggalkan alasan narsistis.
¡ Fungsi biologis yang pokok dari fase genital adalah
reproduksi.
¡ Terlalu fokus pada seksualitas sebagai faktor kunci
perkembangan kepribadian
¡ Tindak lanjut dari kritik tersebut, para pengikut
Freud mulai mengembangkan teori kepribadian
yang sedikit berbeda dengan Freud yang dikenal
dengan pandangan Neo-Freudian.