OLEH
WAYAN USIANA
209012434
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
b. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Di akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi
sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.
c. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai.
d. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin juga memegang peranan karena
pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya) persalinan.
e. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu
hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
4. Pathway
Kala I
Kala II
Resiko Infeksi
Kala IV :
Partus Kala IV
Atonia uteri
Terjadi luka
Pelepasan Perdarahan
neurotransmitter nyeri ( > 500 cc )
Substansi P, serotonin,
prostaglandin keluar Resiko Hipovolemia
Diterima di kornu
dorsalis medulla
spinalis
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri Melahirkan
5. Tahapan/Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu (Kurniawan, 2016):
1) Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi
2 fase yaitu :
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari
4 cm dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.
b. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks
membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
2) Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai
kala pengeluaran. Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :
a. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil
pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
a. Pembukaan serviks telah lengkap
b. Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina
3) Kala III
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
a. Fisiologi kala tiga
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus
secara tiba – tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus
ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta.
Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal
kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
b. Tanda – tanda lepasnya plasenta
1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah tiba – tiba
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan, antara lain :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan
e. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500 cc
e. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina keluar saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah
melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina.
Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum ibu
Tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status
mental klien.
b. Inspeksi
Perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah
melahirkan plasenta.
c. Palpasi
Tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun
sesudah pengeluaran plasenta.
Pengkajian Kala IV
1. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
2. Sirkulasi
‐ Nadi biasanya lambat (50-70 x/menit) karena hipersensitivitas
vagal
‐ TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
‐ Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
‐ Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-
500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk
kelahiran sesaria
3. Integritas Ego
‐ Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal :
eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa
‐ Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk
perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
4. Eliminasi
‐ Hemoroid sering ada dan menonjol
‐ Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
kateter urinarius mungkin dipasang
‐ Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi
menghambat aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan
selama persalinan dan kelahiran.
5. Makanan / Cairan
Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6. Neurosensori
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan
menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes
mellitus, remaja, atau pasien primipara)
7. Nyeri / Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi,
kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan
“menggigil”
8. Keamanan
‐ Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
‐ Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9. Seksualitas
‐ Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak
setinggi umbilicus
‐ Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
‐ Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
‐ Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
‐ Payudara lunak dengan puting tegang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks,
pengeluaran janin
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
1. Mengeluh nyeri 1. Mual
2. Perineum terasa tertekan 2. Nafsu makan
menurun/meningkat
Objektif Objektif
1. Ekspresi wajah meringis 1. Tekanan darah meningkat
2. Berposisi meringankan 2. Frekuensi nadi meningkat
nyeri 3. Ketegangan otot meningkat
3. Uterus terba membulat 4. Pola tidur meningkat
5. Fungsi berkemih berubah
6. Diaforesis
7. Gangguan perilaku
8. Perilaku ekspresif
9. Pupil dilatasi
10. Muntah
11. Fokus pada diri sendiri
Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
kreteria hasil
Nyeri Melahirkan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama … x menit/jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri dapat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, ‐ Menganalisis karakteristik nyeri
teratasi dengan criteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dalam memilih intervensi dan
2. Meringis menurun dengan skala 2. Identifikasi skala nyeri ‐ Menjadi dasar dalam rencanan
gas dapat teratasi dengan criteria upaya napas kedalaman pernafasan bervariasi
2. PCO2 membaik dengan skala 5 2. Auskultasi bunyi napas ‐ Ronkhi dan wheezing menyertai
JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Depkes RI.
Kurniawan, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI