Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

UJI KEPEKAAN BAKTERI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
Dhany Okawa 11194761910404
Desna Dewi Yani 11194761910403
Dian Reki Fileni Filemon 11194761910405
Dyah Fitriani 11194761910406
Ema Harta Lestari 11194761910407
Esa Putri Perdanie 11194761910408
Febriyanti 11194761910410

UNIVERSITAS SARI MULIA


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum
dikenal
dikalangan masyarakat. Penggunaan dari ntibiotik dan antimikroba ini
pun telah meningkat, seiring dengan bermunculannya berbagai jenis
infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun
virus baru. Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya dikalangan awam
seringkali disalah artikan atau disalah gunakan, dalam artian seringkali
penatalaksanaan dalam menangani suatu jenis infeksi yang tidak tepat,
yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama terapi atau
penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman mengenai
antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari merupakan
penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat antibiotik
maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu. Obat-obat
antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena kemampuan obat
tersebut membunuh mikroorganisme yang menginvasi penjamu tanpa
merusak sel.
Dalam percobaan ini akan dilakukan uji sensitifitas, yang
merupakan suatu teknik untuk menetapkan sensitifitas suatu antibiotika
dengan mengukur efek senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu
mikroorganisme serta berhubungan dengan waktu inkubasi untuk melihat
antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh
mikroba lain. Alasan penggunaan beberapa macam antibiotik yaitu untuk
melihat antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau
membunuh mikroba, antibiotik mana yang telah resisten dan antibiotik
mana yang betul-betul cocok untuk suatu jenis mikroba.
Penggunaan atau pemberian antibiotik sebenarnya tidak membuat
kondisi tubuh semakin baik, justru merusak sistem kekebalan tubuh
karena imunitas bisa menurun akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa
waktu kemudian akan mudah jatuh sakit kembali.
Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan
infeksi virus, gondok dan bronkhitis. Antibiotik yang diperlukan untuk
mengobati infeksi virus malah bisa membahayakan tubuh. Hal ini karena
setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh, malah
sebaliknya, terjadi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik.
Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat
tersebut pada dosis yang sama. Inilah sebabnya mengapa setiap orang
harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum mengambil
antibiotik.
Pada percobaan ini dilakukan uji pada beberapa antibiotik terhadap
bakteri E. coli dan Enterobacter untuk mengetahui besar sensitif,
resistensi, intermediet dan zona hambat dari setiap antibiotik.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui metode-metode penentuan sensitivitas antibakteri terhadap
suatu bakteri dan mengetahui adanya resistensi bakteri terhadap suatu
antimikroba. Sehingga dapat menentukan obat-obat yang paling cocok
untuk bakteri penyebab penyakit.
3.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA
1. Teori Yang Berhubungan Dengan Tema
A. Uji Kepekaan Antibiotik
Uji kepekaan bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode uji kepekaan
bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah (Jawetz dkk, 2005). Uji kepekaan bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri
terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri.
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas
bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya
hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari
daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri. Tujuan dari proses uji
kepekaan adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok untuk
kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang
kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam
antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang
kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat
pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat
sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik (Refdanita
dkk, 2004).

B. Metode Dilusi
Metode dilusi disebut metode pengenceran. Pada metode ini obat
(misalnya antibiotik) dibuat dalam berbagai konsentrasi, kemudian
ditambahkan pada media yang mengandung mikroba uji. Hasil yang
dibaca adalah kekeruhan. Kekeruhan menandakan adanya potensi hambat
obat pada konsentrasi tersebut. Keuntungan metode ini dibandingkan
dengan metode difusi adalah dapat menentukan Kadar Hambat Minimum
(KHM) atau MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari obat tersebut.
Ada 3 macam cara dalam metode dilusi yaitu metode Macro Broth
Dilution, metode Micro Broth Dilution dan metode agar dilusi (dilusi
padat). Pada metode agar dilusi digunakan satu seri plate agar, masing-
masing mengandung konsentrasi obat yang berbeda yang berkisar pada
dosis terapeutik. Setelah inkubasi dapat dilihat hasilnya dengan membaca
kekeruhan pada masing-masing konsentrasi sehingga bisa ditentukan
MIC (Koneman et al, 1997)
Metode dilusi (dilution method) menggunakan senyawa antimikroba
dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau
padat. Pada media yang diinokulasi mikroba uji, dilarutkan senyawa
antimikroba dengan menggunakan beberapa tingkatan konsentrasi
senyawa antimikroba, dan kemudian diamati pada konsentrasi berapakah
senyawa antimikrobia tersebut bersifat menghambat atau mematikan.
Pada uji mikrodilusi cair dapat memberikan hasil kuantitatif yang
menunjukkan jumlah antimikrobia yang dibutuhkan untuk mematikan
bakteri (Jawetz dkk, 2001). Metode ini dapat digunakan untuk penentuan
Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).
Metode dilusi dibedakan dua yaitu dilusi cair dan dilusi padat :
1) Metode Dilusi Cair
Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum) dan
KBM (Kadar Bakterisidal Minimum). Cara yang dilakukan adalah
dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium
cair yang ditambahkan dengan mikroba uji (Pratiwi, 2008).
2) Metode Dilusi Padat
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun
menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah
satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan
untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).
2. Deskripsi Bahan Praktikum

a. Nutrient Agar
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan
termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami
merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan
senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media
yang peling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri.
Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena dibuat dari
campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai
bahan pemadat, dalam hal ini media yang di gunakan diproduksi oleh
Oxoid.ltd., Basingstoke, Hampshire, England, dengan merek OXOID.
kode CM0003. Komposisi NA Kode CM0003 adalah pepton 5.0, sodium
chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast extract 2.0.(tertulis
dalam kemasan). Media padat biasanya digunakan untuk mengamati
penampilan atau morfologi koloni bakteri (Munandar, 2016:84).

b. Amoxilin
Amoxicillin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif (Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus
mirabilis, Salmonella). Amoxicillin juga dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif (seperti; Streptococcus
pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria)
tetapi walaupun demikian, aminophenisilin, amoxicillin secara umum tidak
dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh
infeksi streprococcus dan staphilococcal (Written, 2011).

c. Aquadest Steril (Kontrol Negatif)


Aquadest steril digunakan sebagai pelarut dan sekaligus sebagai kontrol
negatif yang digunakan untuk memastikan bahwa aquades steril sebagai
kontrol negatif tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli.

d. Bakteri Eschericia Coli


Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek yang memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-
0,7µm. Dan bersifat anaerob fakultatif. E. Coli membentuk koloni yang
bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Smith-Keary, 1988 ;
Jawetz et al., 1995). E. coli adalah anggota flora normal usus. E. Coli
berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu,
asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. E. Coli termasuk ke
dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari
lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang
dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini
menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2,
H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini
berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna,
1995). E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pencernaan meningkat atau berada di luar usus. E. Coli menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. E. Coli berasosiasi
dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (jawetz et
al., 1995). Manifestasi klinik infeksi oleh E. Coli bergantung pada tempat
infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh
bakteri lain (jawetz et al., 1995).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat:
 Tabung Reaksi
 Beker glass
 Batang pengaduk
 Cawan Petri
 Ose
 Bunsen
 Sarung Tangan/Handskun
 Masker
 Tisu
2. Bahan:
 Natrium Agar (NA)
 Bakteri Escherichia Coli
 Amoxcillin
B. Prosedur kerja
1. Dilusi Cair
 Sterilisasi alat
 Pembuatan seri konsentrasi amoxillin 100%, 50 %, 25%, 12,5%,
6,25%
 Tabung reaksi yang berisi antibiotik, di masukan 10 tetes atau 0,5 mL
bakteri E. Coli
 Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°
 Amati kejernihan dalam tabung reaksi (KHM=Kadar Bunuh Min)
2. Dilusi Padat
 Sterilisasi alat
 Pembuatan media
 Pembuatan seri konsentrasi amoxillin 100%, 50 %, 25%, 12,5%,
6,25%
 Tuangkan media ke dalam cawan petri, tambahkan larutan pengencer
antibiotik 2,5 ml
 Masukkan media ke dalam kulkas agar mengeras
 Kemudian totolkan suspensi bakteri pada media sebanyak 20 totolan
 Bungkus cawan petri menggunakan plastik wrap
 Diinkubasi pada 37⁰C selama 18-24 jam
 Amatilah pertumbuhan bakteri
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Konsentras Dilusi padat
i
50% Kel 1 Kel 5

25% Kel 2 Kel 6

12,5% Kel 3 Kel 7


6,25% Kel 4 Kel 8

Dilusi Cair

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji pemeriksaan potensi antibiotik dan
kepekaan bakteri. Praktikum ini bertujuan untuk Memahami dan mengetahui
metode dan cara pemeriksaan potensi antibiotik dalam mengukur daya
antibakteri dari suatu antibiotik terhadap bakteri standar serta mengetahui
metode penentuan sensitivitas antibakteri terhadap suatu bakteri dan
mengetahui adanya resistensi bakteri terhadap suatu antimikroba.
Praktikum ini menggunakan dilusi cair dan padat dengan suspensi
antibiotik amoxicillin dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%
dengan menggunakan bakteri Eschericia coli untuk melihat zona hambat pada
media Nutrien agar.
Hasil pengamatan untuk dilusi padat pada konsentrasi Amoxicillin 25% itu
terdapat zona bening yang artinya amoxicillin mampu menghambat
pertumbuhan bakteri (E.Coli), dapat diketahui bahwa Amoxicillin berpotensi
sebagai antibiotik sintesis mampu membentuk hambat pada bakteri uji.

Hasil pengamatan untuk dilusi cair terlihat pada tabung kelompok


kontrol dan pada tabung konsentrasi amoxicillin secara berurutan yaitu
50%, 25%, 12,5% dan 6,25% hasilnya jernih dari tabung kelompok kontrol
hingga ke tabung yang mengandung antibiotik amoxicillin.
Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana seharusnya setelah
diinkubasi tabung kelompok kontrol seharusnya berwarna keruh dan pada
tabung untuk beberapa konsentrasi amoxicillin seharusnya ada yang keruh,
ketidaksesuaian ini diperoleh karena pembuatan suspensi bakteri tidak
mengacu pada standar Mc Farland. Sehingga, kemungkinan besar suspensi
bakteri yang ada terlalu sedikit jumlah bakterinya, sehingga tidak dapat
menentukan KBM maupun KHMnya.
BAB V
KESIMPULAN
Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Untuk
mengetahui sensitivitas antibakteri, maka digunakan metode ini
menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap,
baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan diinkubasi. Tahap akhir di larutkan antimikroba dengan kadar
yang menghambat atau mematikan.
Pada hasil pengamatan dilusi padat pada konsentrasi 25%
Amoxicillin mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan menentukan
potensi sebagai antibiotik.

Dari hasil pengamatan untuk dilusi cair pada terlihat pada tabung
kelompok kontrol dan pada tabung konsentrasi amoxicillin secara
berurutan yaitu 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% hasilnya jernih dari tabung
kelompok kontrol hingga ke tabung yang mengandung antibiotik
amoxicillin. Sehingga, kemungkinan besar suspensi bakteri yang ada
terlalu sedikit jumlah bakterinya, sehingga tidak dapat menentukan KBM
maupun KHM nya.
Daftar Pustaka

Croxen M., Law R.J., Scholz R., Keeney K.M., Wlodarska M, dan Finlay
B.B. 2013. Recent Advances in Understanding Enteric Pathogenic
Escherichia coli. Clinical Microbiology Review 26 (4).
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan
800-810, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Jawetz., Melnick, and Adelberg’s. 2005. Medical Microbiology. Mc
Graw-Hill Companies Inc. 327-329.
Koneman EW et al. Introduction to microbiology: Part I. In: Koneman's
color atlas and textbook of diagnostic microbioloqy 8th edition.
Philadelphia: Lippincott & Williams & Wilkins;2006.p. 1-48.
Munandar,K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah.
Bandung: Refika Aditama
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Refdanita, Maksum R, Nurgani A, Endang P. 2004. Pola Kepekaan
Kuman terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif RS Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002. Makara Kesehatan. 8 (2):41-48.
Smith-Keary P. F. 1988. Genetic Elements in Escherichia coli. London:
Macmillan Molecular biology series.
Written, 2011. Amoksisilin. (online). Pdf-Adobe Reader
Jawaban pertanyaan
1. Sensitifitas bakteri adalah
2. Jelaskan, zona hambat
3. Golongan antibiotik berdasarkan sasaran tindakannya
Jawab :

1. Uji sensitivitas bakteri adalah suatu metode untuk menentukan


tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri atau
antibiotik dan untuk mengetahui daya kerja dari suatu antibiotik
dalam membunuh bakteri (Waluyo, 2009).

2. Zona hambat adalah suatu zona dimana bakteri tidak tumbuh pada
media MHA (Muller Hiton Agar) yang ditandai dengan daerah
yang bening. Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri
terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba.
Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik.
3. Golongan antibiotik berdasarkan sasaran tindakannya terbagi
menjadi:
1. penghambat sintesis dinding sel bakteri mencakup golongan
penicillin, polypeptide dan Cephalosporin.
2. Penghambat transkripsi dan replikasi mencakup golongan
Quinolone.
3. Penghambat sintesis protein, mencakup banyak jenis
antibiotik, terutama dari golongan macrolida, aminoglikosida, dan
tetrasiklin.
4. Penghambat fungsi membran sel, misalnya jonomycin,
valinomycin. 15
5. Penghambat fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau
sulfonamida.
6. Antimetabolit, misalnya azaserine

Anda mungkin juga menyukai