04 - Lembaga Penjamin Simpanan - BLK
04 - Lembaga Penjamin Simpanan - BLK
Para Mahasiswa yang baik, sampailah kita pada kegiatan belajar IV dengan topik
tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dibanding OJK, LPS telah berdiri lebih dulu. LPS
berdiri sejak tahun 2004, tepatnya 22 September 2004 saat diundangkannya UU No. 24 Tahun
2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS
merupakan suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan
dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Meskipun sudah cukup lama berdiri, namun LPS merupakan hal baru dalam industri
perbankan, maupun industri jasa keuangan secara umum di Indonesia. Secara konsep,
keberadaan LPS sangat mempengaruhi stabilitas industri perbankan, yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja perbankan secara umum. Untuk itu mari para Mahasiswa kita pelajari
seluk beluk LPS dalam menjamin simpanan nasabah perbankan Indonesia.
Dari gambar tersebut dapat ditunjukkan bahwa, kepemimpinan LPS bersifat kolegial, dimana
Dewan Komisioner terdiri dari banyak person (6 person) dan merupakan puncak kepemimpinan
tertinggi. Sesuai peraturan, keputusan Dewan Komisioner diputuskan secara bersama.
Operasional LPS
Untuk melakukan operasionalnya, LPS diberikan modal awal oleh Pemerintah melalui
APBN. Sesuai pasal 81 UU No. 24 Tahun 2004, ditetapkan bahwa modal awal LPS ditetapkan
sekurang-kurangnya Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) dan sebesarbesarnya
Rp8.000.000.000.000,00 (delapan triliun rupiah).
Selain mendapatkan modal awal, LPS berhak menerima iuran kepesertaan Bank-Bank
peserta LPS, dan menerima premi atas simpanan yang dijaminkan. Secara operasional prinsip
penjaminan LPS adalah semacam asuransi simpanan, dan oleh karena itu Bank peserta LPS
wajib membayar premi atas simpanan yang dijaminkan. Besarnya premi ditentukan sesuai
kelompok Bank, yaitu Bank Umum, Bank Syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan BPR
Syariah.
Dari sistem pendanaan tersebut, penggunaannya diatur dalam pasal 83 UU No. 24
Tahun 2004. Surplus yang diperoleh LPS dari kegiatan operasional selama 1 (satu) tahun harus
dialokasikan, 20% (dua puluh perseratus) untuk cadangan tujuan; dan (delapan puluh perseratus)
diakumulasikan sebagai cadangan penjaminan. Jika LPS sampai mengalami defisit karena proses
penanganan Bank gagal, maka defisit itu menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Dari sisi jenis simpanan, tidak semua simpanan dijamin tanpa batas. Terdapat beberapa
ketentuan dan persyaratan tentang simpanan yang di jamin (www.lps.go.id ).
1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang dijamin meliputi:
a. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah;
b. Giro berdasarkan Prinsip Mudharabah;
c. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah;
d. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah
muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank;
e. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah
muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank; dan/atau
f. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah
mendapat pertimbangan LPP.
3. Simpanan yang dijamin mencakup pula simpanan yang berasal dari bank lain.
4. Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha
Bank.
5. Saldo tersebut berupa:
a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang
memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah;
b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki
komponen bunga;
c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto
yang tercatat pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki komponen diskonto.
6. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil penjumlahan saldo
seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal maupun
rekening gabungan (joint account);
7. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan bagi satu
nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah
pemilik rekening
8. Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint account), saldo
rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal.
9. Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis diperuntukkan bagi
kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan sebagai
saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan
10. Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah
paling banyak sebesar Rp 2 Milyar
Dalam menjalankan tugasnya, LPS dapat bekerja sama dengan organisasi atau lembaga
dalam negeri dan luar negeri. Selain itu, LPS dapat bertindak sebagai anggota dari organisasi
atau lembaga internasional mewakili Negara Republik Indonesia apabila terdapat ketentuan
bahwa anggota dari organisasi atau lembaga internasional tersebut mengharuskan atas nama
Negara.
RANGKUMAN
LPS merupakan suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya. Latar belakang berdirinya LPS adalah pentingnya keberadaan industri
perbanakan dalam perekonomian. Oleh karena itu kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankankan adalah mutlak diperlukan.
Belajar dari krisis tahun 1997/1998, di mana kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankan sangat menurun, mengakibatkan timbulnya rush terhadap lembaga perbankan. Hal ini
berakibat pada runtuhnya industri perbankan yang menimbulkan guncangan perekonomian dan
diikuti oleh krisis sosial dan politik. Berdasarkan hal ini maka diperlukan memiliki sistem
penjaminan simpanan bank, yang mampu menjaga kepercayaan masyarakat (nasabah) untuk
menyimpan uangnya di bank, namun tetap mampu mendorong pengelola bank agar hati-hati
(prudent) dan produktif dalam mengelola dananya, dan tidak melakukan moral hazard.
Kebutuhan inilah yang mendorong munculnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang dijamin
dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Fungsi LPS adalah: menjamin simpanan nasabah penyimpan dan ikut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Secara kelembagaan LPS
merupakan lembaga independen yang bertanggung jawab kepada Presiden. Untuk menjalankan
operasionalnya, mendapatkan modal awal dari Pemerintah. Selain itu, LPS berhak menerima
iuran kepesertaan Bank-Bank peserta LPS, dan menerima premi atas simpanan yang dijaminkan.
Secara operasional prinsip penjaminan LPS adalah semacam asuransi simpanan, dan oleh karena
itu Bank peserta LPS wajib membayar premi atas simpanan yang dijaminkan.
Jika terjadi Bank bermasalah, penanganan LPS dibedakan berdasarkan dampak yang
ditimbulkan. Untuk Bank yang tidak menimbulkan dampak sistemik, maka ada dua
kemungkinan, yaitu dilakukan penyehatan atau dilikuidasi. Pilihan ini tergantung dari kalkulasi
biaya (untung dan rugi) yang dilakukan oleh LPS. Sebaliknya, untuk Bank yang berdampak
sistemik, maka hanya ada satu penanganan, yaitu penyehatan dengan atau tanpa pemegang
saham lama.
LATIHAN
1. Mengapa dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan?
2. Apa fungsi dari LPS?
3. Bagaimana pendanaan LPS untuk membiayai operasionalnya?
4. Jika terjadi Bank bermasalah, bagaimana tindakan LPS?
5. Apa kewnangan LPS terhadap Bank Gagal?
Petunjuk menjawab:
1. Belajar dari krisis tahun 1997/1998, di mana kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankan sangat menurun, mengakibatkan timbulnya rush terhadap lembaga perbankan.
Hal ini berakibat pada runtuhnya industri perbankan yang menimbulkan guncangan
perekonomian dan diikuti oleh krisis sosial dan politik. Berdasarkan hal ini maka diperlukan
memiliki sistem penjaminan simpanan bank, yang mampu menjaga kepercayaan masyarakat
(nasabah) untuk menyimpan uangnya di bank, namun tetap mampu mendorong pengelola
bank agar hati-hati (prudent) dan produktif dalam mengelola dananya, dan tidak melakukan
moral hazard. Kebutuhan inilah yang mendorong munculnya Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) yang dijamin dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS).
2. Fungsi LPS adalah: menjamin simpanan nasabah penyimpan dan ikut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
3. Untuk menjalankan operasionalnya, mendapatkan modal awal dari Pemerintah. Selain itu,
LPS berhak menerima iuran kepesertaan Bank-Bank peserta LPS, dan menerima premi atas
simpanan yang dijaminkan. Secara operasional prinsip penjaminan LPS adalah semacam
asuransi simpanan, dan oleh karena itu Bank peserta LPS wajib membayar premi atas
simpanan yang dijaminkan.
4. Jika terjadi Bank bermasalah, penanganan LPS dibedakan berdasarkan dampak yang
ditimbulkan. Untuk Bank yang tidak menimbulkan dampak sistemik, maka ada dua
kemungkinan, yaitu dilakukan penyehatan atau dilikuidasi. Pilihan ini tergantung dari
kalkulasi biaya (untung dan rugi) yang dilakukan oleh LPS. Sebaliknya, untuk Bank yang
berdampak sistemik, maka hanya ada satu penanganan, yaitu penyehatan dengan atau tanpa
pemegang saham lama.
5. Jika Bank Gagal tersebut harus dilikuidasi, maka Bank Gagal yang dicabut izin usahanya,
LPS melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Melakukan kewenangan:
1) Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham,
termasuk hak dan wewenang RUPS.
2) Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal yang diselamatkan.
3) Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah setiap kontrak
yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang
merugikan bank.
4) Menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau
kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.
d. Memberikan talangan untuk pembayaran gaji pegawai yang terutang dan talangan
pesangon pegawai sebesar jumlah minimum pesangon sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan
e. Melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pengamanan aset bank sebelum
proses likuidasi dimulai; dan memutuskan pembubaran badan hukum bank,
membentuk tim likuidasi, dan menyatakan status bank sebagai bank dalam likuidasi.
TES FORMATIF
7. Jika terjadi Bank bermasalah, penanganan LPS dibedakan berdasarkan dampak yang
ditimbulkan.
A. Untuk Bank yang tidak menimbulkan dampak sistemik, maka ada dua
kemungkinan, yaitu dilakukan penyehatan atau dilikuidasi.
B. Untuk Bank yang menimbulkan dampak sistemik, maka ada dua kemungkinan,
yaitu dilakukan penyehatan atau dilikuidasi.
C. Semua benar
D. Semua salah
Jawab: A
9. Untuk Bank yang berdampak sistemik, maka bila terjadi masalah, tindakan yang dilakukan
LPS:
A. Penyehatan
B. Likuidasi
C. Semua benar
D. Semua salah
Jawab: A
10. Salah satu pertimbangan yang digunakan LPS untuk menentukan apakah Bank yang
bermasalah perlu dilikudasi atau tidak adalah:
A. Jumlah karyawan
B. Kalkulasi biaya
C. Jumlah aset
D. Jumlah omset
Jawab: B
DAFTAR PUSTAKA
1. Bank Indonesia, 2003, Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia, Tinjauan
Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi, Edisi 1, Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan, Jakarta
2. Bank Indonesia, 2011, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Jakarta
3. Bank Indonesia, 2012, Bagaimana Bekerjanya Kebijakan Moneter?, www.bi.go.id
4. Insukindro, 1994, Ekonomi Uang dan Bank, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta
5. Kusbianto, Firman, 2013, Independensi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan
Kegiatan Sektor Jasa Keuangan, Thesis Magister Hukum, Universitas Indonesia,
Jakarta
6. Musium Bank Indonesia, www.bi.go.id
7. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan No. 1 Tahun 2015 Tentang Likuidasi Bank Gagal
8. Saunders, Anthony; dan Cornett, Marcia Millon; 2011, Financial Institution Management: A
Risk Management Approach, Seven Edition, McGraw-Hill Int. Edition
9. Struktur organisasi Bank Indonesia, www.bi.go.id
10. Struktur Kelambagaan Bank Indonesia, 2018, www.bi.go.id
11. Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia,2018, www.bi.go.id
12. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
13. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999
14. Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
15. Undang-Undang Nomer 6 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang No. 23 Tahun
1999
16. Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
17. www.lps.go.id