Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGISIAN

SALURAN AKAR DENGAN KEBERHASILAN


PERAWATAN SALURAN AKAR

Putu Ratna Kusumadewi Giri


Bagian Ilmu Konservasi Gigi, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Tahap pengisian saluran akar merupakan salah satu tahap yang harus

diperhatikan karena didalam sistem saluran akar gigi banyak dijumpai variasi anatomi

bentuk saluran akar gigi yang tidak beraturan serta adanya saluran akar tambahan yang

beranastomosis (ramifikasi). Adanya foramen apical pada saluran akar tambahan akan

mempersulit untuk memperoleh pengisian saluran akar yang tepat dan padat mengisi

daerah apical. Jarak pengisian terhadap apeks merupakan hal yang penting. Idealnya,

bahan pengisi dapat mengisi seluruh saluran akar yang telah dipeparasi sesuai dengan

panjang kerja yang telah ditentukan. Adanya kegagalan jangka pendek maupun jangka

panjang terhadap perawatan saluran akar yang dilakukan yang salah satunya disebabkan

oleh pengisian yang tidak baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

adanya hubungan ketepatan pengisian saluran akar dengan keberhasilan perawatan

saluran akar. Data diambil dari gigi saluran akar ganda yang telah dirawat saluran akar

>2 th yang lalu dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Kemudian dilakukan analisa

data penelitian dengan Spearman tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara ketepatan pengisian saluran akar dengan keberhasilan perawatan

saluran akar

Kata Kunci: perawatan saluran akar, ketepatan pengisian , keberhasilan perawatan

1
RELATIONSHIP BETWEEN THE ACCURACY FILLING

ROOT CANAL WITH SUCCESS

ROOT CANAL TREATMENT

Putu Ratna Kusumadewi Giri


Conservative Dentistry, Dental School, Medical Faculty, Udayana University

ABSTRACT

Root canal filling stage is one step that must be considered as within the root canal

system encountered anatomical variations root canals irregular form and the presence

of additional anastomoses root canal (ramifications). The existence of the foramen

apical on the root canal will additionally complicate to obtain filling root canals

precisely and densely populate the area apical. Distance charging towards the apex is

important. Ideally, the filler can fill the entire root canal in accordance with the length

of the work that has been determined. The failure of short term and long term for root

canal treatment performed one of which is caused by charging is not good. The aim of

this study was to determine the relationship precision of filling the root canal with the

success of root canal treatment. Data taken from the tooth root canal that has multiple

root canal treated> 2 years ago with a sample size of 30 people. Then analyzed the

research data with the Spearman test. The results showed that there is a relationship

between the precision of filling the root canal with the success of root canal treatment

Keyword : root canal treatment, accuracy filling, treatment success

2
PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang bermaksud

mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang rusak dapat diterima secara

biologis oleh jaringan sekitarnya, tanpa gejala, dapat berfungsi kembali dan tidak ada tanda-

tanda kelainan patologis. Gigi yang rusak bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan

bertahan di dalam rongga mulut selama akarnya terletak pada jaringan penyangga yang

sehat1. Prinsip perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu pembersihan dan preparasi,

sterilisasi dan pengisian saluran akar2.

Pembersihan saluran akar merupakan tahap awal dalam perawatan untuk membersihkan

saluran akar kuman dan debris2. Selanjutnya adalah preparasi saluran akar yang bertujuan

membersihkan dari proses infeksi dan juga membentuk saluran akar seperti corong (round

tapared) sehingga tidak mengubah bentuk aslinya. Penentuan teknik preparasi yang

digunakan tergantung dari konfigurasi anatomi saluran akar antara lain bentuk, ukuran,

derajat kurvatur dan prinsip preparasi saluran akar yaitu membuat ruang yang cukup untuk

penempatan bahan pengisi dan membuang bakteri semaksimal mungkin6. Untuk mencapai

keberhasilan perawatan, alat-alat yang digunakan pada perawatan saluran akar harus dapat

mencapai foramen apikal selanjutnya membersihkan saluran akar dari debris nekrotik, bahan

metabolit, kuman dan penyebab iritasi lain yang dapat menyebabkan keradangan7.

Tahap pengisian saluran akar merupakan salah satu tahap yang harus diperhatikan

karena didalam sistem saluran akar gigi banyak dijumpai variasi anatomi bentuk saluran akar

gigi yang tidak beraturan serta adanya saluran akar tambahan yang beranastomosis

(ramifikasi). Adanya foramen apikal saluran akar gigi tambahan, akan mempersulit untuk

memperoleh pengisian saluran akar yang hermetis. Anatomi saluran akar dari daerah gigi

molar sering menjadi penyulit dilakukannya pengisian saluran akar yang tepat. Menurut

3
beberapa penelitian didapat saluran akar tambahan pada gigi molar dengan foramen apikal

menjadi satu bahkan ada yang terpisah3.

Dalam penelitian Ingle dan Taintor (1994), pengisian saluran akar merupakan tahap

yang sangat kritis dan hampir seluruh kegagalan perawatan endodontik yaitu kira-kira 58-

60% adalah karena pengisian yang tidak sempurna. Keberhasilan atau kegagalan perawatan

saluran akar merupakan penilaian dari sejumlah faktor yaitu: pengisian dengan bahan pengisi

gutta point (overfilling/under filling), kualitas pengisian yang baik, kelainan periapikal

setelah perawatan4.

Pengisian saluran akar harus terisi dengan baik sampai di atas foramen apikal untuk

mecegah timbulnya infeksi ulang7. Kriteria hasil pengisian saluran akar yang maksimal yaitu

bahan pengisi tepat dan padat mengisi daerah apikal, kemudian hasil pengisian terdeteksi

melalui foto roentgen dilihat dari lateral, mesial, dan distal dengan tidak ada radiolusensi

yang merupakan rongga kosong dalam ruangan obturasi atau dinding saluran akar dan

pengisian saluran akar sesuai dengan panjang kerja (1-2 mm dari apikal)8.

Kegagalan oleh karena pengisian saluran akar yang tidak baik dapat terjadi dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Dari penelitian, diketahui kegagalan makin lama

makin meningkat bila bahan pengisi utama masuk ke daerah periapeks. Pada pemeriksaan

secara histologis nampak adanya inflamasi dan ganggguan penyembuhan serta adanya rasa

tidak nyaman. Dampaknya adalah iritasi dan kebocoran apeks. Sitotoksisitas dan neurotoksik

juga dapat terjadi, adanya reaksi tubuh terhadap benda asing. Tetapi jika pengisian yang

kurang panjang (underfilling) akan meninggalkan iritan pada saluran akar apikal. Inflamsi

periapeks dapat timbul setelah jangka waktu lama.3,9.

Banyaknya kegagalan yang terjadi disebabkan pengisian saluran akar yang tidak baik,

maka dilakukan penelitian tentang hubungan antara ketepatan pengisian saluran akar dengan

4
keberhasilan perawatan saluran akar, pada pasien di Klinik Spesialis Konservasi RSGM(P)

FKG UNAIR.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Menggunakan sampel gigi

saluran akar ganda yang telah dirawat saluran akar >2tahun yang lalu. Sampel yang dipilih

sesuai kriteria berikut : gigi molar rahang bawah dengan tiga saluran akar, telah dirawat

saluran akar.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat diagnose 1 set (kaca

mulut, sonde, pinset, excavator), jangka sorong, film rontgen, magnifying viewer, dan bahan

processing.

Dilakukan seleksi kartu status ≥ 2 tahuh lalu, dipilih yang telah dirawat saluran akar pada gigi

molar rahang bawah. Rontgen foto diamati, kemudian pengukuran dengan jangka sorong

pada pengisian. Pemanggilan ulang terhadap penderita yang telah selesai dilakukan

perawatan saluran akar ≥ 2 th yang lalu di klinik spesialis RSGM (P) FKG UNAIR, dengan

menghubungi lewat telepon atau didatangi sesuai alamat yang tertera pada kartu statusnya.

Rontgen foto dilaksanakan pada Lab. Dental Radiologi FKG UNAIR. Pemeriksaan pada hasil

rontgen foto pengisian ≥ 2 tahun yang lalu dengan hasil foto sekarang dibandingkan dilihat

apakah ada perbaikan kelainan periapikal atau menetap, muncul kelainan periapikal setelah

perawatan, adanya hipercementosis, adanya resorbsi akar. Pemeriksaan klinis diperiksa

apakah ada keluhan, tidak ada pembengkakan, perkusi dan tekanan tidak sakit.

Data yang diperoleh dianalisa statistik dengan uji korelasi Spearman dengan tingkat

signifikansi p<0,01, untuk mengetahui hubungan antara :

- Ketepatan pengisian saluran akar dengan keberhasilan radiografis

- Ketepatan pengisian saluran akar dengan keberhasilan klinis

5
- Keberhasilan radiografis dengan keberhasilan klinis

Selain uji diatas juga dilakukan analisa non parametrik yaitu :

- Uji Kruskal- Wallis (k-independent test) dengan tingkat signifikansi p<0,05 untuk

mengetahui perbedaan ketepatan pengisian dan keberhasilan radiografis diantara ketiga

saluran akar molar (mesio bukal, mesio lingual dan distal)

- Uji Mann-Whitney U (2-independent test) dengan tingkat signifikansi p<0,05 untuk

mengetahui perbedaan ketepatan pengisian dan keberhasilan radiografis diantara masing-

masing dua saluran akar (mesio bukal dan mesio lingual, mesio bukal dan distal, mesio

lingual dan distal).

HASIL

Secara umum dihitung jumlah ketepatan pengisian, keberhasilan radiografis dan klini pada

tabel 1.

Tabel 1. Jumlah kasus yang dihitung menurut ketepatan pengisian, keberhasilan radiografis

dan

keberhasilan klinis.

Kasus Penilaian ketepatan dan keberhasilan

Tepat Tidak tepat Berhasil Gagal

Ketepatan 21(67,7%) 10 (32,3%) - -

Keberhasilan - - 22 (71%) 9(29%)

Radiografis

Keberhasilan Klinis - - 28(90,3%) 3(9,7%)

6
Pada tabel di atas umumnya semua kasus pengisiannya tepat dan berhasil secara radiografis

dan klinis. Tetapi keberhasilan radiografis tidak selalu diikuti dengan ketepatan pengisian

(tabel 2).

Tabel 2. Tabulasi silang antara Ketepatan dengan Keberhasilan Radiografis

Ketepatan Pengisian Keberhasilan radiografis TOTAL

Berhasil Gagal

Tepat 19(61,2%) 2(6,5%) 21

Tidak Tepat 3(9,7%) 7(22,6%) 10

TOTAL 22 9 31(100%)

Demikian juga ketepatan pengisian tidak selalu diikuti dengan keberhasilan klinis seperti

nampak pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Tabulasi silang antara Ketepatan dengan Keberhasilan Klinis

Ketepatan Pengisian Keberhasilan Klinis TOTAL

Berhasil Gagal

Tepat 20(64,5%) 8(25,8%) 28

Tidak Tepat 1(3,2%) 2(6,5%) 3

TOTAL 21 10 31 (100%)

Untuk melihat hubungan antara ketepatan pengisian dengan keberhasilan radiografis dan

klinis maka dilakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan tes Spearman, terlihat pada

tabel 4:

7
Tabel 4. uji Korelasi (Tes Spearman)

Korelasi Keberhasilan Keberhasilan

Radiografis Klinis

Ketepatan 0,000* 0,192

Keberhasilan Radiografis - 0,003*

*signifikan p<0,01 (2-tailed)

Hasil analisa menunjukkan bahwa pada penelitian ini dari 31 gigi pengisian yang tepat

67,7%; perawatan yang berhasil secara radiografis71% dan perawatan yang berhasil secara

klinis 90,3% (tabel 1). Gigi yang dirawat, pengisiannya tepat dan berhasil secara radiografis

yaitu 61,2% (tabel 2); pengisian tepat dan berhasil secara klinis 64,5 %(tabel 3). Selanjutnya

pada tabel 5.4 nampak ada hubungan yang signifikan antara ketepatan pengisian dengan

keberhasilan radiografis (p<0,01). Sedangkan hubungan ketepatan pengisian dengan

keberhasilan secara klinis tidak signifikan (p>0,01). Dan antara keberhasilan radiografis

dengan keberhasilan klinis hubungannya signifikan (p<0,01).

Dalam pengamatan terlihat bahwa ketepatan pengisian dan adanya kelainan periapikal

berbeda pada tiap saluran akar. Maka dilakukan analisa lebih lanjut untuk melihat perbedaan

ketepatan pengisian dan keberhasilan atar ketiga saluran akar (mesio bukal, mesio lingual dan

distal).

Jumlah kasus masing-masing saluran akar pengisiannya tepat/tidak tepat dan

berhasil/gagal secara radiografis nampak pada tabel 5:

8
Tabel 5. Jumlah kasus Ketepatan dan Keberhasilan Radiografis per saluran akar

Saluran Akar Gambaran Radiografis Gambaran Keberhasilan

Pengisian Radiografis Radiografis

Periapikal Setelah ≥2 th

Tepat Tidak Ada Tidak ada Berhasil Gagal

Tepat kelainan kelainan

Mesio Bukal 24(77,4%) 7(22,6% 21(67,7% 10(32,3%) 25(80,6%) 6(19,4%

) ) )

Mesio Lingual 23(74,2%) 8(25,8% 21(67,7% 10(32,3%) 23(74,2%) 8(25,8%

) ) )

Distal 26(80,6%) 5(19,4% 21(67,7% 10(32,3%) 28(90,3%) 3(9,7%)

) )

Pada tabel diatas nampak bahwa saluran akar distal memiliki tingkat ketepatan pengisian

paling tinggi (80,6%) dengan tingkat keberhasilan perawatan secara radiografis (90,3%).

Sedangkan saluran akar dan mesio bukal dan mesio lingual perbedaan jumlah ketepatan

pengisian dan keberhasilan radiografis tidak banyak. Maka untuk mengetahui perbedaan

ketepatan pengisian dan keberhasilan antar ketiga saluran akar dilakukan analisa data

menggunakan non parametrik tes.

9
Tabel 6. uji Mann-Whitney U dan Kruskal-Wallis

Untuk perbedaan ketepatan antar ketiga saluran akar :

Saluran Akar Perbedaan yang dinilai

Ketepatan Keberhasilan

1 dan 2 0.769 1,000

1 dan 3 0,757 1,000

2 dan 3 0,547 1,000

1,2 dan 3 0,833 1,000

Ket:

1. Mesio bukal

2. Mesio Lingual

3. Distal

Analisa data yang dilakukan per saluran akar menunjukkan bahwa saluran akar yang

tingkat ketepatannya paling tinggi yaitu bagian distal 80,6% dengan tingkat keberhasilan

radiografis 90,3%. Sedangkan saluran akar bagian mesio lingual memiliki tingkat ketepatan

terendah 74,2% (tabel 5).Untuk mengetahui perbedaan keberhasilan dan perbedaan ketepatan

masing-masing akar maka dilakukan uji non parametrik yaitu Mann- Whitney U (2-

independent sampel) dan Kruskal-Wallis (k-independent sampel) dengan hasil yang didapat

keberhasilan dan ketepatan masing-masing akar tidak signifikan p>0,05(tabel 6).

DISKUSI

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara ketepatan pengisian

dengan keberhasilan radiografis. Hal tersebut sesuai dengan penelitian lain yang

menyebutkan bahwa pengisian saluran akar sangat berperan dalam keberhasilan perawatan

saluran akar dan merupakan faktor penyebab

10
terbanyak terjadinya kegagalan perawatan saluran akar3. Keberhasilan juga tergantung pada

dimanakah ujung dari pengisian saluran akar.pengisian saluran akar yang terlalu panjang atau

over (nampak secara radiografi) menunjukkan penurunan keberhasilan. Alasannya sangat

kompleks. Dapat terjadi respon inflamasi dan reaksi tubuh terhadap benda asing tetapi tanpa

keluhan nyeri. Sedangkan jika pengisian yang under hal ini memungkinkan masih adanya

bakteri pada jaringan periapikal yang dapat menimbulkan reinfeksi9.

Tetapi dari data penelitian didapatkan bahwa ketepatan pengisian tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan keberhasilan klinis. Dan didapatkan pula hasil perawatan

yang gagal dimana pengisiannya tepat Hal ini mungkin disebabkan karena faktor-faktor

penyebab yang perlu diteliti lebih lanjut seperti faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal

diantaranya : infeksi, Perdarahan, kerusakan jaringan, gangguan aliran darah, benda asing ,

faktor operator. Faktor sistemik diantaranya: umur, nutrisi, penyakit kronis, hormon,

vitamin, dehidrasi , stress23.

Sedangkan adanya hubungan ketepatan pengisian dengan keberhasilan, hal ini dapat

terjadi karena proses kesembuhan pada jaringan periapikal, dimana penyebab keradangan

telah dihilangkan sehingga proses keradangan mereda dan merangsang pemulihan

jaringan22.

Proses penyembuhan yang terjadi merupakan hubungan complex antara endo-perio.

Fibroblast dan sel lain dari jaringan sekitar bergerak ketengah lesi dan sekitar fibrin clot.

Setelah preparasi saluran akar, jaringan granulasi tumbuh pada pulpo periodonsium complex.

baru. Terjadi pertahanan terhadap proses instrumentasi saluran akar dengan terbentuk

jaringan granulasi (mengandung makrofag, limfosit, plasmasit dan PMN). Kemudian tumbuh

kapiler baru yang dikelilingi jaringan mesenkim. Apabila terjadi reaksi penyembuhan akan

terjadi pembentukan jaringan fibrosa, aposisi sementum dan tulang alveolar 23.

11
Analisa yang dilakukan pada masing-masing saluran akar didapatkan hasil bahwa

akar distal tingkat ketepatan pengisian dan keberhasilannya lebih tinggi. Hal ini karena

sebanyak 64,4% saluran akar mesial terbagi dua lagi mesio bukal dan lingual. Sehingga pada

saluran akar mesial anatominya menjadi lebih sempit daripada akar distal yang menjadi

faktor penyulit dilakukannya pengisian yang tepat17. Saluran akar mesio bukal dan lingual

pada gigi molar bawah ataupun atas memiliki saluran akar yang bervariasi. Orifice biasanya

sulit ditemukan dan sulit membuat akses yang lurus. 4.

Dalam penelitian ini juga didapatkan tidak ada perbedaan keberhasilan dan ketepatan

pada masing-masing saluran akar. Hal ini karena perbedaan jumlah ketepatan dan

keberhasilan masing-masing saluran akar sangat kecil. Kemungkinan karena teknik

perawatan yang dilakukan di klinik konservasi gigi telah dilakukan perawatan yang

disesuaikan dengan kondisi saluran akar gigi, sehingga ketepatan dan keberhasilan dari ketiga

saluran akar dapat tercapai. Pengisian saluran akar yang dilakukan sudah disesuaikan dengan

teknik preparasi yang dilakukan.

Variabel yang berpengaruh salah satunya pemilihan teknik preparasi yang tepat 4. Di

klinik konservasi gigi untuk sebagian besar kasus perawatan endodontik menggunakan tehnik

crown down pressureless (CDP). Teknik CDP mempunyai banyak keuntungan antara lain

seluruh akar lebih bersih, potensi untuk terdorongnya kotoran melalui foramen apikal

berkurang, dapat mempertahakan bentuk saluran akar, mencegah terjadinya ledge dan
19,20
perforasi serta sangat cocok digunakan pada saluran akar yang bengkok. Jika terdapat

saluran akar yang buntu dapat dibantu dengan bahan-bahan pelunak dentin seperti EDTA dan

saat preparasi digunakan lubricant 4..

Beberapa variabel penyebab kegagalan pada perawatan yang dilakukan di klinik

spesialis konservasi gigi dapat terjadi karena perawatan dari operator yang kurang hati-hati,

kurangnya fasilitas seperti mikroskop endo yang mampu melihat orifice lebih jelas, cairan

12
irigasi yang kurang mampu mengangkat bakteri dari dalam saluran akar maupun alat rontgen

yang hasilnya dua dimensi. Tetapi dengan keterbatasan tersebut, pada penelitian ini ternyata

didapatkan tingkat ketepatan pengisian dan keberhasilan perawatan yang cukup tinggi. Hal

ini menunjukkan bahwa tindakan operator dalam melakukan perawatan saluran akar sesuai

dengan indikasi dan tahapan perawatan yang seharusnya dilakukan.

SIMPULAN

Ketepatan pengisian tidak selalu menentukan keberhasilan perawatan secara

radiografis maupun klinis, karena ada faktor-faktor lain yang berperan baik faktor lokal

maupun sistemik. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai reaksi

imunologi dan pemeriksaan histologis yang mempengaruhi proses penyembuhan dari suatu

perawatan saluran akar.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Bence, R.,. Buku Pedoman Endodontik Klinik, ed 1. UI-Press.Jakarta. 1990.h:80-82.
2. Grossman L.i. Oliet S., and Rio C.E.D. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Alih Bahasa
Rafiah Byono. EGC. Jakarta. 1995.h: 196-247.
3. Kyun Sang Min. Clinical Management of Mandibular First Molar with Multiple Mesial
Canal. The Journal Cont. Dent. Parctice.2004. 5(3):142.
4. Walton, R.E., Torabinejad, M.,. Principle and Practice Endodontics. 3rd ed. WB
Saunders.Co. Philadelphia. 2002.p:322-9.
5. Cohen S. and Burns R.C., , Pathway of The Pulp,8th ed, , Mosby Inc .St Louis, Miisouri.
2002.p:293-318.
6. Machtou P., Endodontic Canal Preparation: Advance in Rotary Instrumentation
Endodentics, Pendidikan Ilmu Kedokteran Gigi Berkelanjutan. FKG Prof
Moestopo.Jakarta.2004.10(7):937.
7. Stock, C., Walker, R Gubbivala, K.,. Endodentic 3 rd ed. Mosby.London.2004.P:135-7
8. Roda R.S.,.Root Porforation Repair: surgical and Non surgical Management.Pract.
Proced Aesthet Dent : 13(6)2001.p:467-72.
9. Bergenholtz G, Horsted P. and reit C. Textbook of Endodontology,1sted. Blackwell
Munksgaard. UK. 2002, p:156-8
10. Ford T.R, The Restorative of Teeth. Ed ke 2. Alih bahasa oleh Narlan Sumawinta. EGC.
Jakarta. 1992. h:159-60
11. Harty’S, Endodontic in Clinical Practice. 5th ed. T.R Pitt Ford Wright. Edinburgh. 2004,
p:80-6
12. Cohen, S. and Burns, C.R, Pathways of The Pulp. 8th ed. California:Mosby.2002. p:293-
318
13. Henry, S.H, Perawatan Saluran Akar Bengkok dengan Teknik Balance. MIKG, Ed
khusus FORIL, 2002.
14. Ingle,J.L. and Taintor, J.F. Endodontic. 4th ed. Philadelphia. Lea and Febinger.1994. p:5-
46
15. Weine F.S. Endodontic Therapy. 6th ed. The C.V. Mosby Co, St. Louis, p:166-176
16. Gutmann J.L dkk. Pemecahan Masalah dalam Endodonsia. Alih bahasa : Prof. drg
Rafiah Abyono, Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2000. H:5-12
17. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Ed ke 2.Jakarta, h:105-7
18. Schmalz. G In Bergenholtz. G. Preben H.B and Claes R. Textbook of Endodontology.
Blackwell Pub. Co. State Avenue, Ames, Lowa. USA, 2003. P:261-285
14
19. Yun. H.H and Sung K. Comparison of The Shaping Abilities of 4 nickel-titanium Rotary
Instrumen in Stimulated Root Canals. J. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology,
Oral Radiology and Endodontics. Pub. By Bosby Inc, St Lois. USA. 2003, p:228-232
20. Smith RS. Weller R. Loushine R. Effect of Varying the Depth of Heat Aplication on The
Adaptability of Gutta Percha during Warm Vertical Compaction. J.
Endodontic.2000.20(11):668.
21. Gencoglu N. Comparison of 6 Different Gutta-percha Techniques (part III);Thermafil,
JS Quick-Fill, Soft Core, Microscal, Sistem B and Lateral Condensation. J. J. Oral
Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology and Endodontics. Pub. By
Bosby Inc, St Lois. USA. 2003.96(1) :91
22. Cohen S. Burns R. Pathobiology of The Periapex in Pathway of The Pulp. 8th ed. St.
Louis. Missouri. Mosby. 2002. P:458-9, 472-80.

15
16

Anda mungkin juga menyukai