Anda di halaman 1dari 4

Nama: Evana Elirica Aliyah

Kelas: A
NIM: 205060500111030

ESAI
OPINI & CERITA

9 Agustus 2020 13:29

Pro dan Kontra Pembelajaran Daring di


Kalangan Orangtua
Konten ini diproduksi oleh Nisa Anjani

Covid-19 atau Novel Coronavirus yang disebut pertama kali menyebar di


Wuhan telah menjadi wabah atau pandemi di berbagai belahan dunia. Kasus
Covid-19 pertama kali muncul di Indonesia pada 2 Maret 2020. Pemerintah
mengumumkan dua orang WNI telah positif terpapar Covid-19. Semakin hari
jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat, sehingga
pemerintah menetapkan status bencana nasional. Hal ini berdampak pada
segala sektor kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah sektor pendidikan.
Sektor pendidikan mengalami gangguan dan perubahan dalam proses
pembelajaran.
Pemerintah melalui Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan) telah mengeluarkan kebijakan Tahun Ajaran Baru 2020/2021 di
masa Pandemi Covid-19 mulai dari pendidikan anak usia dini hingga
pendidikan menengah atas, proses belajar mengajar dilakukan secara daring
atau online.

Pembelajaran daring dijadikan solusi di masa pandemi seperti ini dengan


menggandeng berbagai aplikasi pendukung untuk melakukan pembelajaran
bagi siswa. Kendati sistem ini telah berjalan beberapa bulan namun masih
menuai pro dan kontra khususnya di kalangan orangtua. Sebagian orangtua
merasa tidak masalah dengan sistem pembelajaran yang dilakukan secara
daring. Sementara sebagian lain merasa keberatan dengan sistem daring ini
yang mana mereka berpendapat bahwa “anak menjadi malas dan semakin
bodoh”.

Desi, seorang Ibu rumah tangga (38) memberikan pendapat positif terkait
sistem pembelajaran daring, “Belajar Online ini merupakan solusi yang
cocok untuk saat ini, dengan belajar online di rumah, kita sebagai orang tua
juga bisa lebih dekat dan memperhatikan proses pembelajaran anak-anak.”
Ujar Desi, saat ditanyai, Sabtu (8/8/2020).

Belajar online dirumah, kata Desi, merupakan kegiatan yang menyenangkan


karena bisa mendampingi anak saat belajar yang dimana hal itu tidak bisa
dilakukannya saat anak belajar di sekolah.

Sementara Suryati (45) berpendapat lain, “Bagi saya Belajar Online itu
enggak efektif, terkadang anak saya beranggapan libur jadi belajarnya tidak
maksimal, semakin malas belajar, kalau kata kasarnya semakin bodoh.
Apalagi belajar Online menambah biaya, belum lagi orangtua yang tidak
terlalu paham teknologi.” Menurut Suryati, anak-anak memiliki mindset atau
pemikiran bahwa saat ini mereka sedang libur sekolah, dan tugas yang
mereka kerjakan itu seperti pekerjaan rumah (PR).

Kedua pendapat tersebut mewakili pemikiran para orangtua siswa di berbagai


wilayah di Indonesia. Ada sebagian yang merasa biasa saja, setuju dan juga
merasa puas terhadap kebijakan pemerintah tentang pembelajaran daring,
yang dimana orangtua dapat berperan aktif dan terlibat langsung dalam
proses pembelajaran anak-anak mereka. Namun sebagian yang lain merasa
pembelajaran daring tidak efektif bagi anak-anak. Minat belajar siswa yang
menurun serta banyaknya keluhan orangtua siswa bahwa belajar daring
menambah biaya. Mereka tidak hanya diwajibkan membayar uang sekolah
tetapi juga harus mengeluarkan biaya untuk membeli kuota internet.

Penulis: Nisa Anjani, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UINSU. Peserta KKN-DR Kelompok
61, 2020. (DPL: Dr. Zulfahmi Lubis, Lc. M.Ag)
Sumber: https://kumparan.com/nisa-anjani/pro-dan-kontra-pembelajaran-daring-di-kalangan-
orangtua-1ty3du1I6Ar/full
KOMENTAR
Setelah saya mengikuti kegiatan pembelajaran daring di Universitas Brawijaya selama
kurang lebih tiga minggu terakhir ini, saya berkomentar bahwa beberapa pendapat yang tertulis
di esai tersebut ada yang benar saya rasakan dan ada juga yang tidak.
Dalam esai tersebut, dimuat pendapat Ibu Desi yang mengatakan bahwa pembelajaran
daring cocok untuk saat ini dan memudahkan orang tua untuk lebih memperhatikan kegiatan
belajar anaknya. Menurut saya, pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Saat ini, memang
pembelajaran daring adalah cara yang sangat tepat untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Namun, pembelajaran daring tidak sepenuhnya berdampak positif terkait kemudahan orang tua
untuk memantau kegiatan belajar anak. Tidak semua peserta didik merasa nyaman jika mendapat
perhatian lebih dari orang tua dalam proses belajarnya. Selain itu, banyak dari peserta didik yang
memiliki kondisi rumah yang kurang kondusif. Misalnya banyak suara bising yang ada di sekitar
rumah sehingga dapat mengganggu fokus peserta didik dalam belajar.
Kemudian, dalam esai tersebut juga dimuat pendapat Ibu Suryati yang mengatakan
bahwa pembelajaran daring tidak efektif karena orang tua kurang paham teknologi. Selain itu
pembelajaran daring juga membuat anak menjadi malas belajar dan menambah biaya. Menurut
saya, pendapat tersebut juga tidak sepenuhnya benar. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan
pembelajaran daring ini terkadang terasa sangat membosankan sehingga keinginan untuk belajar
menjadi berkurang. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan dukungan dan motivasi yang selalu
diberikan oleh orang tua kepada anaknya karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab
instansi pendidikan saja, tetapi juga tanggung jawab orang tua. Maka dari itu, peran orang tua
juga sangat penting dalam menumbuhkan semangat belajar pada anak.
Terkait dengan penambahan biaya dalam pembelajaran daring juga menurut saya tidak
sepenuhnya benar. Adanya pembelajaran daring ini membuat seluruh aktivitas pembelajaran
dilakukan dari rumah sehingga orang tua tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi.
Selain itu, dengan pembelajaran daring juga peserta didik tidak perlu mengeluarkan energi lebih
untuk datang ke sekolah atau kampus karena biasanya mobilisasi seperti inilah yang membuat
energi yang dimiliki terkuras banyak. Saya kira biaya dan energi yang dikeluarkan selama
pembelajaran tatap muka tersebut dapat dialihkan untuk menutup biaya kuota selama
pembelajaran daring ini. Walaupun hal tersebut tidak bisa dipukul rata untuk semua kalangan,
tetapi saat ini pemerintah juga sudah berusaha untuk membantu peserta didik dengan
memberikan subsidi kuota untuk pembelajaran daring.
Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya bahwa pendidikan juga merupakan tanggung
jawab orang tua, dalam hal ini sebaiknya orang tua berusaha untuk memahami teknologi agar
dapat membantu kegiatan belajar anak. Di era globalisasi saat ini, teknologi sudah berkembang
sangat pesat dan bisa dikatakan bahwa teknologi merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Menurut saya, dengan adanya kegiatan pembelajaran daring ini seharusnya
bisa dijadikan wadah untuk orang tua dan peserta didik untuk memahami teknologi agar terus
bisa berkembang dan terus mengikuti kemajuan zaman.
Setelah saya membaca esai tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran daring ini memiliki banyak sekali pro dan kontra. Tidak hanya dari orang tua,
tetapi juga dari kalangan peserta didik. Di masa pandemi seperti ini, memang pembelajaran
daring merupakan satu-satunya solusi terbaik dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak
bisa dipungkiri bahwa sistem ini masih memiliki banyak kekurangan, terlebih lagi bagi
masyarakat pelosok yang kurang mendapat akses internet.
Dalam kasus-kasus tersebut, sebaiknya pemerintah bisa lebih memperhatikan masyarakat
yang terkendala dengan akses internet. Walaupun bantuan kuota belajar sudah diberikan, tetapi
nyatanya bantuan tersebut masih belum merata sehingga perlu ada koordinasi lebih untuk
meratakan bantuan tersebut. Selain itu, peserta didik dan orang tua juga harus selalu saling
mendukung dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjalankan kegiatan pembelajaran
daring ini dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai