Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : GAC118067
KELAS :A
ANGKATAN : 2018
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN
MATA KULIAH : OTONOMI DESA
DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs. Wijoko L, S.Sos., M.Si
2. Terkait dengan otonomi desa hak dan kewajiban apa yang menjadi tanggung jawab
pemerintah desa adalah Pemerintah desa terdiri dari pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah Desa yang dimaksud terdiri dari Kepala
Desa dan Perangkat Desa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
penanggungjawab utama dalam bidang pembangunan Kepala Desa dapat dibantu
lembaga kemasyarakatan yang terdapat di desa. Sedangkan dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, sekretaris desa, kepala seksi, dan kepala dusun berada di bawah serta
bertanggungjawab kepada Kepala Desa, sedang kepala urusan berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada sekretaris desa. Contohnya : Otonomi desa hak dan
kewajibannya di Desa Saripoi Kecamatan Tanah Siang Kota Puruk Cahu Provinsi
Kalimantan Tengah menjadi tanggung jawab Pemerintahan desa yaitu kepala desa dan
perangkat desa yang membantu tugas Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa.
3. Pembangunan desa dapat diartikan sebagai suatu usaha perubahan untuk menuju ke
keadaan desa yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu melalui
pendayagunaan sumberdaya. Pembangunan desa adalah bersifat multidisipliner
karena cakupannya yang luas meliputi aspek geografi, ekonomi, sosial, budaya,
politik, pemerintahan, dan fisik. Karena itu, penyusunan perencanaan pembangunan
daerah memerlukan suatu tim perencana yang mempunyai beberapa keahlian dalam
ilmu terkait seperti Planologi, Teknik, Ekonomi, Pertanian, Hukum, Pemerintahan,
dan Sosial Budaya. Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan.
Contoh pembangunan desa ialah :
1. Inovasi Air Sungai sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PLTMH) di
Desa Batang Uru, Mamasa, Sulawesi Barat
Salah faktor yang mendorong terciptanya ide Inovasi ini,karena Desa Batang Uru,
Mamasa, Sulawesi Barat ini merupakan daerah terisolir. Selain itu,daerah ini juga
jarang tersentuh pembangunan sehingga perekonomian menjadi melambat.
2. Inovasi Teknologi Sumur sebagai Ketersediaan Air Desa di Desa Sugih Waras,
Jawa Timur
Awal terciptanya inovasi ini karena pada tahun 2007 terjadi kemarau selama lima
bulan di Desa Sugih Waras, Jawa Timur. Puncak dari permasalahan tersebut
warga langsung melakukan protes di Balai Desa.
3. Inovasi Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Olahraga Multifungsi Warga Desa
di Desa Sesela, Kecamatan Gunug Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
(NTB)
Pemerintah Desa Sesela, Kecamatan Gunug Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat (NTB) menyulap Tempat Pembuangan Sampah (TPS) menjadi sarana
olahraga (Sorga) multifungsi dengan menggunakan Dana Desa. Alhasil, kini desa
tersebut memiliki wadah pengembangan bakat olahraga bagi remaja, sarana jalan
sehat bagi orangtua dan lansia, tempat bermain yang aman bagi anak-anak,
sekaligus kegiatan bermanfaat lainnya di bidang seni.Latar belakang tercetusnya
ialah Minat dan perhatian warga Desa Sesela terhadap olahraga cukup besar, tidak
hanya di kalangan remaja,namun juga anak-anak dan lansia. Memanfaatkan lahan
pasar yang tadinya berbau dan kotor akhirnya masyarakat desa mengusulkan
pembangunan lapangan futsal di areal depan pasar dan dalam Musrenbangdes
menjadi prioritas pada tahun 2015 dan untuk lapangan bola disetujui akan di
bangun tahun 2018.
4. Inovasi Membangun Sekolah untuk Memenuhi Kebutuhan Pendidikan di Desa
Blang, Aceh
Pemerintah Desa Blang Krueng bersama warga berinisiatif membangun taman
kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) secara swadaya untuk menjamin
anakanak desa mendapatkan pendidikan awal dan dasar.
Lahirnya inovasi ini karena pada tahun 2004 Aceh dilanda bencana tsunami. Desa
Blang Krueng ini menjadi salah satu yang terkena dampaknya. Pembangunan
kembali dilakukan termasuk merencanakan pendirian sekolah dengan membuat
master plan pengembangan pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi
pada 2006 dan menerbitkan peraturan desa wajib belajar sampai sekolah
menengah atas (SMA) pada 2013 kemudian Pemerintah Desa berupaya
mengajukan proposal kepada dinas pendidikan namun belum terealisasi. Atas
permasalah tersebut akhirnya Desa menyediakan sarana pendidikan untuk TK dan
SD secara swadaya untuk menjaga keberlangsungan kegiatan belajar mengajar
bagi usia wajib sekolah.
Dan hasilnya sekarang seluruh anak usia TK dan SD di Desa Blang Krueng dapat
mengenyam pendidikan formal di sekolah dan kini terdapat 2 kelas untuk TK dan
6 kelas untuk tingkat SD.
5. Inovasi BUMDes Karya Makmur Menjamin Pasar Petani Sawit Kecil di Desa
Pangkalan Tiga, Kalimantan Tengah
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Makmur menjadi pengumpu;
(pengepul) untuk hasil panen petani sawit skala kecil di bawah dua hektare.
Dengan begitu petani kecil memiliki kepastian pasar dan BUMDes bisa bersaing
dengan pengepul besar yang sudah ada. Lahirnya BUMDes Karya Makmur karena
permasalahan petani yang memilik kebun dengan luas kurang dari dua hektare dan
rata-rata panen di bawah 2 kuintal akibatnya petani susah menjual hasil panenya
karena Pengepul besar lebih mengutamakan mengambil hasil panen besar di atas
setengah ton. Kemudian solusinya BUMDes Karya Makmur menjadi pengumpul
(pengepul) hasil panen dari petani kecil untuk dijual ke pabrik kelapa sawit, dan
hasilnya Jumlah penjual sawit kepada BUMDes bertambah dari 50 petani menjadi
125 petani. Sebanyak 50 persen lebih dari 125 petani tersebut lahan di bawah 2
hektare dan BUMDes mampu berkontribusi terhadap pendapatan asli desa (PAD)
sebanyak Rp 20 juta pada tahun 2016.
4. - RPJM DESA (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) adalah rencana
kegiatan pembangunan desa untuk jangka waktu 6 tahun berdasarkan Pasal 1 angka
15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa (“Permendagri 114/2014”).
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa, tahapan penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Desa meliputi:
Kepala Desa Membentuk Tim Penyusun RPJM Desa
Tim penyusun RPJM Desa Melakukan Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan
Kabupaten/Kota
Pengkajian Keadaan Desa
Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa
Penyusunan Rancangan RPJM Desa
Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa
Penetapan dan Perubahan RPJM Desa
1. Kepala Desa Membentuk Tim Penyusun RPJM Desa
Tim Penyusun RPJM Desa terdiri dari: (1) Kepala Desa selaku pembina; (2)
Sekretaris Desa selaku ketua; (3) Ketua Lembaga pemberdayaan masyarakat selaku
sekretaris; dan (4) anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.
Tim ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Desa.
Langkah kerja:
Penyelerasan data desa.
Penggalian gagasan masyarakat; dan
Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa
Output: Bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam rangka penyusunan
perencanaan pembangunan Desa.
Output: Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa dituangkan dalam berita acara
dan menjadi pedoman bagi pemerintah Desa dalam menyusun RPJM Desa.
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan
pembangunan desa serta rencana kegiatan yang meliputi Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan Kemasyarakatan
Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa
ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKP
Desa menjadi dasar penetapan APB Desa. Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan
mengikutsertakan masyarakat Desa. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, tahapan penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) meliputi:
1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa dalam rangka
penyusunan rencana pembangunan Desa yang menjadi pedoman bagi pemerintah Desa
menyusun rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa. Badan Permusyawaratan Desa
menyelenggarakan musyawarah Desa paling lambat bulan Juni tahun berjalan.
Musyawarah Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
mencermati ulang dokumen RPJM Desa;
Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.
Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat Desa dan/atau satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota.
Hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara, yang menjadi menjadi pedoman kepala
Desa dalam menyusun RKP Desa.
2. Pembentukkan Tim Penyusun RKP Desa
Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, terdiri dari:
Kepala Desa selaku pembina;
Sekretaris Desa selaku ketua;
Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan
Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan dan masyarakat,
kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) orang. Pembentukan tim penyusun RKP Desa
dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Tim penyusun RKP Desa ditetapkan
dengan keputusan kepala Desa.
Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa;
Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
Penyusunan rancangan RKP Desa; dan
Penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.
3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke
Desa
Pada tahap ini Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang:
pagu indikatif Desa;
rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa.
Data dan informasi diterima kepala Desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap
tahun berjalan.
Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa meliputi:
rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota;
Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
4. Pencermatan Ulang RPJM Desa
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam
dokumen RPJM Desa. Hasil pencermatan sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi tim
penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa.
5. Penyusunan Rancangan RKP Desa
Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
hasil kesepakatan musyawarah Desa;
Pagu indikatif Desa;
Pendapatan asli Desa;
Rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;
Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
Hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
Hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan Desa sesuai jenis
rencana kegiatan.
5. Menurut saya keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa
Pengelolaan keuangan desa menurut saya adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban yang
berkaitan dengan keuangan Desa.