Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “SISA
KISARAN” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 21 Desember 2018
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
Sisa makanan adalah persentase makanan yang tidak habis dikonsumsi dan
dibuang sebagai sampah, dan juga merupakan indikator standar pelayanan
minimal gizi rumah sakit. Banyaknya sisa makanan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor eksternal. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sisa makanan berdasarkan
cita rasa, penampilan dan variasi makanan. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit H.Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan pendekatan kuantitatif dan uji
Cross Tabulation pada 55 pasien, menggunakan teknik Purposive Sample, analisis
data dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Pengumpulan
data dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Sisa makanan diukur
berdasarkan hasil selisih antara penimbangan berat awal makanan dengan sisa
makanan pasien dalam sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sisa makanan
yang ditemukan di rumah sakit tersebut rata rata sebanyak 30,92% atau 216,46
gram dan termasuk banyak karena melebihi angka yang ditetapkan oleh PGRS
yaitu 20%. Lauk nabati merupakan jenis makanan yang memiliki sisa makanan
paling banyak yaitu 62,3%, sedangkan yang memiliki sisa makanan paling sedikit
yaitu snack dan buah. Sebanyak 15 pasien menilai rasa makanan yang disajikan
kurang baik dan 11 pasien menyatakan penampilan makanan masih kurang, serta
21 pasien menyatakan variasi makanan kurang. Dari analisis tabulasi silang antara
cita rasa makanan , penampilan makanan dan variasi makanan dengan sisa
makanan didapatkan hasil bahwa pasien yang memilih kategori kurang, cukup dan
baik pada aspek yang telah diberikan ternyata masih memiliki sisa makanan
banyak. Saran dalam penelitian ini kepada pihak rumah sakit dan instalasi gizi
untuk meningkatkan penampilan makanan menjadi lebih menarik dan perlu
dilakukan pelatihan kembali terhadap ahli gizi dan juru masak pada rumah sakit
tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas makanan yang disajikan.
Kata kunci : Sisa Makanan, Variasi Makanan, Penampilan Makanan, Cita Rasa
Makanan
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract
Leftover food is the percentage of food that is not consumed and disposed of as
garbage, and is also an indicator of a minimum standard of hospital nutrition.
The amount of leftovers is influenced by several factors, one of which is external
factors. This research is a descriptive study that aims to know the description of
leftover food based on taste, appearance and variety of food. This research was
conducted at H.Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital with a quantitative
approach and cross sectional in 55 patients, using purposive sample techniques,
analyzing data using frequency distribution and cross tabulation. Data collection
by direct interviews using questionnaires. The leftover food is measured based on
the difference between weighing the early weight of the food and the leftover food
for the patient in a day. The results showed that the leftover food found in the
hospital averaged as much as 30.92% or 216.46 grams and included a lot
because it exceeded the rate set by the hospital nutrition services of 20%.
Vegetable side dish is the type of food that has the most food scraps, which is
62.3%, while those that have the least food scraps are snacks and fruit. A total of
15 patients assessed the taste of the food served was poor and 11 patients stated
that the appearance of food was still lacking, and 21 patients stated that the
variation in food was lacking. From the cross tabulation analysis between food
taste, food appearance and food variation with the rest of the food, it was found
that patients who chose the less category, enough and good on the aspects that
were given turned out to still have a lot of leftovers. Suggestions in this research
to the hospital and nutrition installation to improve the appearance of food
become more interesting and it is necessary to do re-training of nutritionists and
kitchener at the hospital so that it can improve the quality of the food served.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi
Sumatera Utara.
4. Fitri Ardiani, SKM., MPH., selaku Dosen Pembimbing dan juga Ketua
5. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si., selaku Dosen Pengui I atas
segala saran dan masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Penguji II atas segala saran
9. Seluruh dosen dan staff di FKM USU yang telah memberikan ilmu dan
perkuliahan.
10. dr. Edi Iskandar, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul
kepada penulis.
11. Meifrida Panjaitan selaku Kepala Instalasi Gizi dan seluruh staf di RSUD
12. Kepada orang tua penulis, Aysan Surya dan Effi Zahara yang telah
dukungan dan motivasi serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga
kepada penulis.
13. Saudara-saudari penulis, Tenny Purwanty, Wiwit Dwi Astuti, Taruna Dasa
Satria, Jaka Surya Laksana, Fadh Akbar Prawiranegara dan keluarga besar
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14. Sahabat-sahabat penulis yang telah bersama sejak masuk ke FKM USU,
Nadia Safira, Ricka Putri Hardianti, Sari Yunia Ardi, Cindy Sahara
Nasution, Rafika Misni Pohan, dan Ika Rolanda yang telah memberikan
dukungan dan semangat luar biasa agar skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
16. Teman-teman tidak terduga, Dina Wulan Suci, Rika Siregar, Ruslan Zuhair,
Ulfa, Anggi, Huda, Cantika, Pua, Adis, dan Vella yang selalu meluangkan
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi. Akhir
kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu
pengetahuan.
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi
Halaman
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Tujuan Umum 8
Tujuan Khusus 9
Manfaat Penelitian 9
Tinjauan Pustaka 10
Sisa Makanan 10
Penilaian Mutu Makanan 12
Faktor yang Mempengaruhi Sisa Makanan 16
Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit 26
Standar Umum Makanan Rumah Sakit 27
Asupan Makanan Pasien 30
Landasan Teori 32
Kerangka Konsep 33
Metode Penelitian 35
Jenis Penelitian 35
Lokasi dan Waktu Penelitian 35
Populasi dan Sampel 35
Variabel dan Defenisi Operasional 38
Metode Pengumpulan Data 42
Metode Pengukuran 42
Metode Analisis Data 46
Hasil Penelitian 48
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48
Instalasi Gizi RSUD H.Abdul Manan Simatupang 49
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karakterisitik Responden 50
Gambaran Cita Rasa Makanan 51
Aroma Makanan 52
Tingkat Kematangan Makanan 52
Tekstur Makanan 53
Suhu Makanan 54
Gambaran Penampilan Makanan 54
Warna Makanan 55
Bentuk Makanan 56
Porsi Makanan 56
Cara Penyajian 57
Gambaran Variasi Makanan 58
Variasi Menu 58
Variasi Bahan Makanan 59
Gambaran Sisa Makanan 60
Sisa Makanan Pasien Menurut Waktu Makan 60
Sisa Makanan Pasien Menurut Jenis Makanan 62
Analisis Bivariat 63
Tabulasi Silang Cita Rasa Makanan dengan Sisa Makanan 63
Tabulasi Silang Penampilan dengan Sisa Makanan 63
Tabulasi Silang Makanan dengan Sisa Makanan 64
Pembahasan 65
Analisis Univariat 65
Karakteristik Responden 65
Sisa Makanan 66
Cita Rasa Makanan 67
Penampilan Makanan 70
Variasi Makanan 73
Analisis Bivariat 75
Tabulasi Silang 75
Daftar Pustaka 80
Daftar Lampiran
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel
No Judul Halaman
2. Karakteristik Responden 51
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22. Tabulasi Silang Antara Penampilan dengan Sisa Makanan 64
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1. Landasan Teori 32
3. Defenisi Operasional 37
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran
2. Kuesioner Penelitian 85
4. Master Data 89
5. Output SPSS 97
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup
Kisaran pada tanggal 1 Desember 1995. Penulis beragama Islam, anak keenam
dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Aysan Surya dan Ibu Effi Zahara.
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak
seharusnya dilakukan secara optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar
pasien. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mepercepat
pokok pelayanan gizi rumah sakit. Tujuan utama dari penyelenggaraan makanan
biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang
optimal (Pelayanan Gizi Rumah Sakit [PGRS], 2013). Juga membantu dan
dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak higienis) juga dapat menyebabkan
keracunan makanan.
yang bervariasi, tingginya mortalitas dan biaya yang harus ditanggung akibat
pada pasien dengan malnutrisi atau berisiko malnutrisi. Kendala yang dihadapi
protokol atau kurangnya komunikasi antar pengelola pasien baik dokter spesialis
Nutrition State of the Art Summit tahun 2011 diungkapkan bahwa ada 50% pasien
rumah sakit di seluruh dunia yang mengalami kekurangan gizi. Di Korea Selatan
angka malnutrisi pada pasien mencapai 45% pada tahun 2003, di Denmark 38,9%,
di negara lain seperti Amerika dan Inggris angkanya antara 40-50%. Indonesia
bahwa dari sekitar 30-70% pasien yang telah menyandang status malnutrisi dan
69%-nya mengalami penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit
(Mukhlis, 2017). Tingginya prevalensi malnutrisi di rumah sakit saat ini masih
terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi
yang lebih panjang. Makanan yang diberikan kepada pasien rumah sakit haruslah
paling umum diberikan kepada orang sakit yang dirawat dirumah sakit adalah
makanan biasa dimana susunan makanan yang dipilih tidak berbeda dengan
makanan orang sehat. Modifikasi yang paling ringan hanya dalam hal penggunaan
bumbu-bumbu, karena dalam keadaan sakit, pasien tidak boleh makan makanan
yang rasanya pedas atau zat-zat yang merangsang saluran perncernaan atau yang
Salah satu indikator standar pelayanan minimal gizi rumah sakit adalah
persentase makanan yang tidak habis dikonsumsi dan dibuang sebagai sampah
sebagai cara penentuan dari evaluasi yang sederhana dapat dipakai sebagai
indikator keberhasilan pelayanan gizi. Sisa makanan dalam hal ini merupakan
jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan disajikan. Sisa
makanan dikatakan tinggi jika seseorang meninggalkan sisa makanan lebih dari
25%. Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (2005), sisa makanan adalah jumlah
makanan yang tidak dimakan pasien yang disajikan oleh rumah sakit menurut
yang terbuang yang akan mengakibatkan anggaran gizi yang kurang efisien dan
terbuang sehari sebesar Rp. 2.939 per pasien. Biaya rata-rata sisa makanan yang
lebih banyak ditemukan pada penelitian Irawati (2009) di RSJ Madani Palu pada
Sisa makanan adalah berat makanan di piring yang tidak dihabiskan atau
merupakan salah satu dari berbagai hal yang ada di rumah sakit yang harus
diperhatikan. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang
terjadinya malnutrisi. Hal ini kemudian akan berdampak pada lamanya masa
yang berarti pula meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan. Menurut Hayes dan
Gibson (2003) yang dikutip oleh Sembiring (2015) salah satu yang mempengaruhi
penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapat dari
makanan selama hari perawatan. Data sisa makanan umumnya digunakan untuk
makanan terjadi bukan hanya karena nafsu makan yang ada dalam diri seseorang,
tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa makanan yaitu faktor
internal dan eksternal (Moehyi, 2014). Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang yang meliputi usia, jenis penyakit, jenis kelamin,
lama perawatan, nafsu makan, kebiasaan makan, keadaan psikis, aktivitas fisik,
faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang meliputi penampilan makanan
yang dapat diamati dari warna, bentuk, konsistensi, besar porsi, dan rasa makanan
dilihat dari aroma, bumbu, keempukan, tingkat kematangan, dan suhu makanan,
termasuk juga sikap petugas ruangan, jadwal makan, suasana lingkungan tempat
perawatan, variasi menu, mutu makanan, dan makanan dari luar rumah sakit
psikologis dan yang paling akhir dan sering tidak dianggap penting pertimbangan
gizi dan kesehatan (Hartono, 2000). Sedangkan menurut Djamaluddin (2005) jenis
kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur dan cita rasa pasien juga
Banjarmasin rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (>25%) pada jenis
makanan lauk nabati yaitu sebesar (55,6%), lauk hewani dan buah sebesar
menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan pasien adalah sebanyak 32,92%. Sisa
makanan menurut waktu makan yang masuk dalam kategori banyak terjadi pada
jam makan malam (38,6%). Sisa makanan menurut jenis makanan dalam kategori
banyak yaitu sisa makanan sayuran (78,1%). Penelitian Rahmawati dkk (2012)
melaporkan bahwa masih terdapat sisa makanan di bangsal kelas III RSUD
Salatiga yaitu sisa nasi 43,86%, sayur 40%, lauk nabati 34,74% dan lauk hewani
28,41%. Penulis juga melakukan observasi selama tiga hari dan menemukan
bahwa sisa makanan pasien masih tinggi, yaitu bubur 50% dan sayur 75% pada
Gizi, sisa makanan pasien yang ditetapkan adalah 25%. Penelitian Aristi (2010) di
makanan banyak, dan 66 orang (46,5%) yang meninggalkan makanan sedikit, dan
kebiasaan makan, konsumsi makanan dari luar rumah sakit, dan hari rawat dengan
(2016) bahwa 50,8% sampel menyatatakan menu lapas tidak bervariasi, lebih dari
memiliki rasa yang enak dan hampir seluruh narapidana memiliki banyak sisa
makanan (86,2%).
Kisaran yang dilakukan pada pasien di berbagai ruangan dan juga berbagai jenis
diet makanan yang diamati secara visual selama 3 hari, diperkirakan 87,5% pasien
rawat inap menyatakan makanan yang disajikan kurang enak, sehingga pasien
tersebut tidak menghabiskan makanan yang disajikan. Dari 16 orang pasien yang
lain menyisakan makanan sekitar 25%-75%, bahkan ditemukan satu orang yang
mereka tidak memakan ikan yang disajikan karena takut merasa gatal di area luka
luka setelah melahirkan. Bahkan ada pasien yang lebih memilih akses makanan
dari luar, baik dari rumah maupun dari warung. Pada pasien penyakit DM
ditemukan bahwa pasien tidak memakan makanan yang disediakan rumah sakit
tetapi makan makanan yang dibawa pihak keluarga dari rumah dengan alasan
makanan rumah sakit tidak enak. Sebagian pasien mengatakan bahwa mereka
tidak selera makan karena sedang sakit, padahal pemenuhan nutrisi penting untuk
Kisaran oleh pasien dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa pasien yang
dipilih secara acak pada setiap ruang rawat inap. Hasil dari penilaian tersebut
pasien sudah cukup baik, seperti makanan yang diterima masih dalam keadaan
hangat, waktu penyajian sesuai jam makan. Namun masih ditemukan beberapa
aspek yang belum memuaskan seperti : variasi buah yang kurang dalam sehari,
Kisaran belum pernah diteliti, khususnya yang terkait dengan sisa makanan pasien
peneliti menemukan masih adanya sisa makanan dalam jumlah yang besar,
makanan sisa pasien berdasarkan cita rasa, penampilan dan variasi makanan.
Perumusan Masalah
kesembuhan pasien maka peneliti tertarik untuk mengetahui sisa makanan pasien
berdasarkan cita rasa, penampilan, dan variasi makanan di RSUD H.Abdul Manan
Simatupang Kisaran.
Tujuan Penelitian
pasien berdasarkan cita rasa, penampilan, dan variasi makanan di RSUD H.Abdul
4. Untuk mengetahui variasi makanan pasien dalam aspek variasi menu dan
Manfaat Penelitian
Bagi rumah sakit. Sebagai bahan masukan, informasi dan bahan evaluasi
rumah sakit, serta masukan kepada petugas instalasi gizi dalam meningkatkan
Simatupang Kisaran.
Sisa Makanan
Sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah
makanan disajikan. Menurut Komalawati, Dewi dkk (2005) sisa makanan adalah
volume atau persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai
sampah dan dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu. Menurut Asosiasi
Dietisien Indonesia (2005) sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak
dimakan oleh pasien dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis
1) Waste yaitu bahan makanan yang hilang karena tidak dapat diperoleh atau
Pada penelitian ini, sisa makanan yang dimaksud adalah sisa makanan
Sisa makanan dapat diketahui dengan menghitung selisih berat makanan yang
disajikan dengan berat makanan yang dihabiskan lalu dibagi berat makanan
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
yang disajikan dan diperlihatkan dalam persentase. Oleh karena itu sisa
bahwa sisa makanan dikatakan tinggi atau banyak jika pasien meninggalkan
makanan lebih dari 25% dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan
defisiensi zat-zat gizi. Sisa makanan merupakan dampak dari sistem pelayanan
gizi di rumah sakit sehingga masalah terdapatnya sisa makanan tidak dapat
sistem pelayanan gizi rumah sakit. Hal ini merupakan suatau implementasi dari
pelayanan gizi dan aspek perilaku pasien. Banyaknya sisa makanan dalam
kepada pasien. Standar mutu makanan terdiri dari dua aspek utama yaitu aspek
warna makanan, bentuk makanan, besar porsi dan cara menyajikan makanan.
Rasa makanan dipengaruhi oleh suhu dari setiap jenis hidangan yang disajikan,
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, indikator sisa makanan yang tidak termakan
oleh pasien kurang dari atau sama dengan 20%. Sisa makanan yang kurang atau
cara yang dapat digunakan untuk menilai sisa makanan yaitu metode
makanan. Ada tiga jenis metode yang dapat digunakan menurut Connors dan
mengetahui dengan akurat bagaimana intake zat gizi dari seseorang. Metode ini
hidangan atau mengukur total sisa makanan pada individu atau kelompok.
memiliki kelebihan antara lain murah, cepat dan jelas untuk menggambarkan
makanan. Kekurangan metode recall antara lain sangat tergantung pada daya
Pada metode ini sisa makanan diukur dengan cara menaksir secara visual
banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran ini bisa
dinyatakan dalam gram atau bentuk skor bila menggunakan skala pengukuran
(Nuryati, 2008).
tersisa di piring dan menilai jumlah yang tersisa, dan juga digambarkan skala 5
poin. Cara tafsiran visual yaitu dengan menggunakan skala pengukuran yang
singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya, dan
kemampuan dalam menaksir (over estimate), metode ini efektif tetapi bisa
pengamat visual menjadi penting, namun metode ini telah diuji validitasnya
b. Tidak bersisa, jika jumlah sisa makanan kurang dari atau sama dengan
25%
penyakit saja tetapi ada faktor risiko lain seperti jenis kelamin, resep diet yang
dimodifikasi, lama rawat dan makan malam yang tidak memadai, sehingga
adalah nafsu makan, tetapi ada faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau
faktor eksternal dan faktor yang berasal dari dalam pasien atau faktor internal
(Moehyi, 2014).
Faktor internal. Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari pasien itu
sendiri. Faktor ini meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan makan, keadaan psikis,
semakin tua umur manusia maka kebutuhan energi dan zat gizi semakin sedikit.
Bagi orang yang dalam periode pertumbuhan yang cepat yaitu, pada masa bayi
dan masa remaja memiliki peningkatan kebutuhan zat gizi. Pada usia dewasa zat
rusak, meliputi perombakan dan pembentukan sel. Pada usia tua kebutuhan energi
dan zat gizi hanya digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia 65 tahun kebutuhan
energi berkurang mencapai 30% dari usia remaja dan dewasa (Kemenkes RI,
Berkurangnya nafsu makan disebabkan karena indera pengecap yang sudah tidak
Kepekaan indera seseorang terhadap bau dan rasa akan berkurang seiring
makan dan menimbulkan sisa makanan karena cita rasa yang ditimbulkan oleh
tahun. Umur pasien berhubungan dengan asupan makan pasien, umur 40-90 tahun
mempunyai kemungkinan 0,4 kali lebih kecil dalam asupan makan pasien rawat
mempengaruhi terjadinya sisa makanan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
energi antara laki-laki dan perempuan yaitu kalori basal perempuan lebih rendah
sekitar 5-10% dari kebutuhan kaori basal laki-laki. Perbedaan ini terlihat pada
susunan tubuh dan aktivitas laki-laki lebih banyak menggunakan kerja otot
Hal ini dikarenakan AKG pada perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan
laki.
dan prilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama
Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang
akan membentuk pola perilaku makan.oleh karena itu, ekspresi setiap individu
sakit seperti perubahan makanan dan hadirnya orang-orang baru, misalnya dokter,
perawat dan paramedis lainnya membuat orang sakit dapat mengalami tekanan
psikologis. Tekanan psikologis dapat ditunjukkan dengan rasa tidak senang, rasa
takut karena sakit, ketidakbebasan bergerak yang mengakibatkan rasa putus asa.
Rasa putus asa bisa menimbulkan hilangnya nafsu makan, rasa mual dan
sebagainya. Oleh karena itu, warna makanan, cara menyajikan dan alat makan
harus dipilih dengan baik agar menimbulkan kesan menarik pada orang sakit
sehingga makanan yang disajikan bisa habis. Jenis makanan yang diberikan juga
mampu merubah persepsi pasien. Perubahan dari makanan cair ke lunak bisa
dianggap pasien sebagai tanda penyakit yang diderita akan segera sembuh.
tekanan psikis yang timbul baik dari pasien maupun keluarga pasien (Moehyi,
2014).
pasien. Aktifitas fisik pada orang normal berbeda tiap individu ada yang pekerjaan
ringan, sedang ataupun berat. Tidak hanya pada orang normal, pada orang sakit,
aktivitas fisik juga memiliki peranan dalam menetapkan kebutuhan energi. Dalam
perhitungan kebutuhan zat gizi, nilai faktor aktivitas pada orang sakit dibedakan
menjadi dua yaitu istirahat di tempat tidur dan tidak terikat di tempat tidur
(Almatsier, 2017).
mempengaruhi faktor psikis pasien. Pada pasien terjadi penurunan aktivitas fisik
selama dirawat, rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan
bergerak adanya penyakit yang menimbulkan rasa putus asa. Manifestasi rasa
putus asa ini berupa hilangnya nafsu makan dan rasa mual. Faktor ini membuat
(Nuryati, 2008).
maka asupan makan menjadi terganggu dan memungkinkan pasien untuk tidak
penampilan makanan, cita rasa makanan, variasi makanan, sikap petugas penyaji,
disajikan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu
dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang
selera makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk
dilihat, karena warna juga mempunyai dampak psikologis pada konsumen (Khan,
makanan.
atau kekentalan. Cair, kenyal, dan keras merupakan karakteristik dari konsistensi.
macam tekstur dalam makanan lebih menarik daripada hanya satu macam tekstur
(Spear dan Vaden, 1984). Makanan yang mempunyai tekstur padat atau kenyal
akan memberikan rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita (Moehyi,
2014).
memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan (Moehyi,
dan kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makannya. Porsi
yang terlalu besar atau terlalu kecil akan mempengaruhi penampilan makanan.
pasien menyatakan kurang puas terhadap porsi makanan, terutama sayur yang
porsinya terlalu sedikit, sementara nasi terlalu banyak, sehingga pasien tidak
mampu menghabiskan.
krispi, berserat, halus, keras dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan (krispi)
ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan dan cara memasaknya
(Moehyi, 2003).
rasa yang tinggi bila dalam penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai
makanan tersebut tidak akan berarti, karena makanan yang ditampilkan waktu
berkaitan dengan cita rasa (Moehyi, 2014). Penyajian makanan meliputi pemilihan
kecapan (lidah). Penginderaan kecapan dapat dibagi menjadi kecapan utama yaitu
asin, manis, asam, dan pahit. Mengkombinasikan berbagai rasa sangat diperlukan
dalam menciptakan keunikan sebuah menu. Jenis diet, penampilan dan rasa
makanan yang disajikan akan berdampak pada asupan makanan. Variasi makanan
yang disajikan merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan rasa bosan.
Orang sakit akan merasa bosan apabila menu yang dihidangkan tidak menarik
atau asupan zat gizi berkurang (Lisdiana, 2003). Menurut Moehyi (2014) rasa
makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan yang disajikan dan
merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan
makanan itu sendiri. Adapun beberapa komponen yang berperan dalam penentuan
makanan yang mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang
yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula (Moehyi, 2014).
Menurut penelitian Stanga et al (2001) pada dua rumah sakit di Swiss, pasien
sebagai bumbu masakan untuk memberikan rasa pada makanan, misalnya cabai,
bawang merah, bawang putih, dan sebagainya. Bumbu masakan adalah bahan
yang ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan rasa yang enak dan khas
dalam setiap pemasakan. Dalam setiap resep makanan sudah ditentukan jenis
bumbu yang digunakan dan banyaknya masing-masing bumbu tersebut. Bau yang
sedap dari berbagai bumbu yang digunakan dapat membangkitkan selera makan
dimasak sampai benar-benar matang. Bila dibandingkan dengan Eropa yang telah
matang, dan ada juga yang benar-benar matang. Tingkat kematangan adalah
mentah atau matangnya hasil pemasakan pada setiap jenis bahan makanan yang
Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu saja mempengaruhi cita rasa
makanan.
peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan. Makanan yang terlalu panas
atau terlalu dingin akan sangat mengurangi sensitivitas saraf pengecap terhadap
terutama makanan yang dapat memancarkan aroma sedap seperti sop, soto, dan
sate. Untuk menyajikan makanan itu harus dipilih tempat yang bertutup atau dapat
digunakan panci yang dilengkapi alat pemanas. Sebaliknya, makanan yang harus
(Moehyi, 2014).
terhadap temperatur makanan. Ada hubungan antara suhu makaan dengan sisa
makanan menu sayur. Semakin tinggi suhu makanan akan semakin rendah sisa
makanan. Untuk menjaga suatu makanan tetap hangat, tentunya harus difasilitasi
dengan kereta makanan yang dilengkapi alat pemanas, sementara alat ini belum
suhu yang digunakan tidak tepat saat penyajiannya. Semua makanan panas harus
disajikan panas diatas 140°F dan semua makanan dingin harus disajikan dalam
keadaan dingin dibawah 45°F. Suhu penyajian harus ditetapkan dan dipertahankan
untuk semua bagian penyajian. Aturan dan prosedur yang jelas dibutuhkan untuk
menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan
zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Menu adalah kumpulan beberapa
macam hidangan atau makanan yang disajikan untuk seseorang atau kelompok
orang untuk setiap kali makan berupa hidangan pagi, hidangan siang, dan
hidangan malam. Menu makanan meliputi variasi menu dan variasi bahan
makanan. Menu yang disajikan kepada pasien haruslah bervariasi agar pasien
tidak bosan untuk mengkonsumsi makanan. Selain variasi menu variasi bahan
makanan dalam sebuah menu dapat memberikan kesan yang menarik dan
makanan yang terdapat dalam satu hidangan berbeda pada tiap kali penyajian
diperlukan untuk meningkatkan nutrisi yang optimal bagi pasien rawat inap. Hal
ligkungan yang menguatkan selera makan. Oleh karena itu menyajikan makanan
tepat waktu, tepat diet dan tepat jumlah. Waktu pembagian makanan yang tepat
dengan jam makan pasien serta jarak waktu makan yang sesuai, turut berpengaruh
terhadap timbulnya sisa makanan. Hal ini berkaitan dengan ketepatan petugas
Makanan yang terlambat dapat menurunkan selera makan pasien, sehingga dapat
Makanan dari luar rumah sakit. Makanan yang dimakan oleh pasien
yang berasal dari luar RS akan berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan.
Rasa lapar yang tidak segera diatasi pada pasien yang sedang dalam perawatan
dan timbulnya rasa bosan karena mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi
menyebabkan pasien mencari makanan tambahan dari luar RS atau jajan. Hal
pasien tidak dihabiskan. Bila hal ini selalu terjadi maka makanan yang
(Moehyi, 2014).
pasien. Hal ini termasuk pencatatan dan evaluasi dalam rangka pencapaian status
yang kualitasnya baik jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang
penyelenggaraan makanan dapat dinilai dari ada tidaknya sisa makanan, sehingga
serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan
makanan rumah sakit, standar masukan (input) meliputi biaya, tenaga, sarana dan
PGRS adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan
penyakit yang diderita pasien. Menurut Almatsier (2017) makanan orang sakit
cair.
beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal.
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan
makanan khusus (diet). Walaupun tidak ada pantangan secara khusus, makanan
sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang
saluran cerna misalnya bumbu tidak terlalu banyak, tidak terlalu pedas atau
konjungtivis tanpa demam, penyakit kulit yang bukan alergi, low back pain,
penyakit pada hidung telinga dan tenggorokan (THT) yang tidak memerlukan
Tidak ada pantangan secara khusus tetapi makanan sebaiknya diberikan dalam
bentuk yang mudah dicerna. Standar porsi yang berlaku untuk makanan biasa
dan khusus mengacu pada Buku Penuntun Diet tahun 2010 tetapi untuk standar
porsi makanan biasa standar rumah sakit disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan rumah sakit. Nilai gizi makanan biasa pada Buku Penuntun Diet
tahun 2017 adalah energi 2146 kalori, protein 76 gram, lemak 59 gram dan
karbohidrat 331 gram. Pembagian bahan makanan sehari untuk makanan biasa
Tabel 1
Standar Porsi Makanan Biasa Menurut Penuntun Diet
Waktu Makan Bahan Makanan Penuntun Diet
Pagi Nasi 150 gram
Lauk hewani ( telur/penukar) 50 gram
Sayuran 50 gram
Minyak 5 gram
Snack pagi Kue -
Siang Nasi 250 gram
Lauk hewani (daging/penukar) 50 gram
Lauk nabati (tempe/penukar) 50 gram
Sayuran 75 gram
Minyak 10 gram
Buah/penukar 100 gram
Snack sore Bubur kacang hijau (25 gram) 1 gelas
Sore Nasi 200 gram
Lauk hewani (daging/penukar) 50 gram
Lauk nabati ( tahu/penukar) 50 gram
Sayuran 75 gram
Minyak 10 gram
Sumber: Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit (PPMRS) tahun 2014
Penuntun Diet tahun 2017
biasa. Makanan lunak dapat langsung diberikan kepada pasien atau sebagai
kepada pasien dengan operasi tertentu, pasien dengan infeksi akut termasuk
saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan mengunyah atau menelan,
atau sebagai perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak. Makanan
ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya diberikan untuk jangka waktu
konsistensi cair hingga kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang
disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca
pendarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan cair terdiri dari
tiga jenis, makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair kental.
dalam keadaan sakit. Kebutuhan zat gizi dalam keadaan sakit tergantung jenis dan
berat penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat seperti
umur, gender (jenis kelamin), aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil
dan menyusui (Almatsier, 2013). Pasien rawat inap membutuhkan asupan makan
yang adekuat agar kebutuhan dan kecukupan gizi terpenuhi dan terhindar dari
malnutrisi.
adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang atau
rata-rata kelompok agar hampir semua orang (97,5% populasi) hidup sehat
(Kemenkes RI, 2013). Jika dalam tubuh terjadi ketidakcukupan gizi, maka
ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai
dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat
yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang
dapat dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariasa, 2013). Di rumah
sakit, banyak pasien yang mengalami ketidakcukupan zat gizi sebagai akibat
dari rendahnya asupan zat gizi pasien. Pasien yang memiliki asupan makan
Landasan Teori
Sisa makanan merupakan jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien
dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. Pasien
Faktor Internal :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Lama Perawatan
4. Jenis Penyakit
5. Nafsu Makan
6. Kebiasaan Makan
7. Keadaan Psikis
8. Aktivitas Fisik
9. Gangguan Pencernaan
10. Konsumsi Obat
Teori faktor internal dan eksternal menurut Moehyi (2014) terjadinya sisa
makanan yaitu usia, jenis kelamin, jenis penyakit, lama perawatan, nafsu makan,
kebiasaan makan dan motivasi pasien untuk sembuh (internal). Sedangkan faktor
dan adanya makanan dari luar rumah sakit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Umami (2017) yang meneliti tentang faktor eksternal (mutu makanan rumah
sakit dan makanan dari luar rumah sakit), serta faktor internal yaitu usia, jenis
kelamin dan kebiasaan makan pasien dan dampak yang ditimbulkan terhadap
estimasi biaya sisa makan. Pada penelitian kali ini faktor internal tidak akan
adalah pasien yang mendapatkan makanan biasa dan tidak mendapatkan diet
psikis.
Kerangka Konsep
Salah satu indikator pelayanan minimal gizi rumah sakit adalah sisa
optimal. Sehingga sisa makanan dapat dijadikan sebaagai salah satu indikator
makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor eksternal.
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi sisa makanan adalah faktor cita
uraian diatas maka kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Cita Rasa
Makanan
Variasi Makanan
Jenis Penelitian
frekuensi.
tingginya angka sisa makanan berdasarkan survei awal yaitu sekitar 60% pasien
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di kelas I, II,
dan III yang dirawat pada saat peneliti melakukan penelitian dan yang
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di kelas I, II, dan III
35
berikut :
n= N
1 + N (d2)
n = Besar Sampel
tidur pada ruang rawat inap kelas I, II, dan III adalah 94 tempat tidur, maka besar
n= N
1 + N (d²)
n= 94
1 + 94 (0,1²)
n= 94
1 + 0,94
n = 94
1,94
n = 48 orang (minimal)
n = 48 + 5
n = 53 orang
Besar sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 55 orang, lebih dari
sampel minimal. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampel, namun untuk
2. Pasien rawat inap dewasa yang berusia sekitar 18-50 tahun, pemilihan
secara langsung
Variabel. Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas yaitu cita rasa makanan, penampilan makanan, variasi
Defenisi operasional
menggunakan kuesioner. Data primer adalah variabel sisa makanan, cita rasa
Data sekunder. Data sekunder terdiri dari data siklus menu, dan data
pasien rawat inap yang diperoleh dari dokumen instalasi gizi RSUD H.Abdul
Simatupang Kisaran.
Metode Pengukuran
berikut:
Skor 3 = sedap/matang/sesuai
Keterangan :
Skor nilai maksimal aspek : jumlah skor maksimal setiap jenis makanan 3
Tidak sedap/tidak matang dan terlalu matang/tidak sesuai jika skor <60%
Keterangan :
Total nilai skor setiap aspek : jumlah skor dari setiap aspek cita rasa
Skor nilai maksimal komposit : jumlah skor maksimal dari semua aspek
rasa) = 204
Perhitungan ntuk mendapatkan nilai rasa makanan, maka seluruh nilai dari
penampilan makanan (warna, bentuk, porsi dan cara penyajian) diperoleh melalui
Skor 3 = menarik/sesuai/baik
kriteria :
makanan (variasi menu dan variasi bahan makanan) diperoleh dari penilaian
Skor 3 = bervariasi
Bervariasi ≥80%
Berat sisa makanan = berat akhir makanan (gr) – berat awal makanan (gr)
berikut :
Entry Data. Proses pemasukan data yang telah diberi kode numerik ke
dalam komputer, diolah dengan menggunakan program SPSS versi 15.00 dengan
tujuan mendapatkan persentase dari jumlah yang didapat sebagai dasar pembuatan
gambaran usia, jenis kelamin, cita rasa makanan (aroma, kematangan, tekstur dan
suhu), penampilan makanan (warna, bentuk, porsi dan cara penyajian) dan sisa
makanan setiap jenis makanan yag disajikan dengan menggunakan tabel distribusi
silang antara masing-masing variabel yaitu variabel independen meliputi cita rasa
bentuk, porsi dan cara penyajian ), dan variasi makanan (variasi menu dan variasi
rumah sakit kelas C satu-satunya milik Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan yang
merupakan pusat rujukan untuk Kabupaten Asahan, pusat rujukan bagi kota
sekitarnya seperti Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kota
Tanjungbalai. Rumah sakit ini ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C pada tahun
1982. Saat ini luas bangunan rumah sakit 7398 m². Luas keseluruhan Rumah Sakit
memberikan pelayanan rawat jalan dan juga rawat inap. Didukung dokter spesialis
serta dilengkapi fasilitas pelayanan lainnya relatif cukup baik. Rumah Sakit Umum
tempat tidur.
48
Instalasi gizi RSUD H.Abdul Manan Simatupang merupakan salah satu unit
kerja yang melayani makan pasien rawat inap, baik yang mendapatkan pelayanan diet
sakit kelas C dilakukan pada Instalasi Gizi yang terdiri dari 21 orang petugas dengan
penyaluran makanan. Instalasi gizi saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi
Gizi yang berlatar pendidikan D3 Gizi. Latar belakang pendidikan petugas Instalasi
Gizi yang berjumlah 8 orang yaitu lulusan pendidikan gizi (D3 dan D4) dengan
spesifikasi pendidikan gizi klinik, dan S1 dengan spesifikasi sarjana pertanian. Juru
masak terdiri dari 6 orang yang terdiri dari lulusan SD sampai lulusan SMU dan
pramusaji 7 orang.
setiap hari yang dilakukan oleh gizi ruangan kepada bidang administrasi permintaan
Bahan makanan yang akan diolah selama satu hari kepada seluruh pasien terlebih
dahulu dibeli melalui pemesanan kepada pemasok dan diterima oleh tim penerima
penyajian ke tempat makanan pasien tidak sama banyaknya, hal itu dikarenakan
membutuhkan waktu lama jika harus menimbang masing-masing berat makanan dan
juga pembagian porsi ke alat makan belum sama rata karena di RSUD H.Abdul
Manan Simatupang Kisaran belum ada standar porsi khususnya untuk pasien kelas I,
Manan Simatupang Kisaran dilakukan dengan cara sentralisasi. Semua makanan yang
telah diolah dibagikan ke tempat alat makan pasien sesuai dengan diet yang telah
makan pagi, pukul 11.00-12.00 untuk makan siang dan pukul 16.00-17.00 untuk
Karakterisitik Pasien
yaitu usia, jenis kelamin dan lama rawat inap. Berdasarkan hasil distribusi Tabel 2
dapat dilihat bahwa pasien yang berusia 18-34 tahun memiliki persentase yang lebih
besar yaitu sebesar 56,4% (31 orang). Sedangkan pasien yang berusia 35-50 tahun
memiliki persentase sebesar 43,6% (24 orang). Rata rata usia pasien adalah 33,04
tahun dengan umur pasien termuda adalah 18 tahun, sedangkan umur pasien tertua
adalah 50 tahun. pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40% (22 orang)
yang menjalani rawat inap kurang dari 3 hari persentasenya sebanyak 52,7%,
sedangkan pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 3 hari memiliki persentase
sebesar 47,3%.
Tabel 2
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden n %
Usia (tahun)
18-34 31 56,4
35-50 24 43,6
Total 55 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 22 40
Perempuan 32 60
Total 55 100%
Lama Rawat Inap
<3hari 29 52,7
>3hari 26 47,3
Total 55 100%
aroma, kematangan, tekstur dan suhu makanan. Cita rasa makanan dikategorikan
menjadi 3 kelompok yaitu : kurang, cukup dan baik. Berdasarkan tabel 3, lebih
banyak pasien (60%) berpendapat cita rasa makanan yang disajikan sudah cukup,
27,3% pasien berpendapat cita rasa makanan masih kurang, serta sebagian kecil yaitu
12,7% pasien menyatakan cita rasa makanan baik. Distribusi cita rasa makanan dapat
Tabel 3
Distribusi Cita Rasa Makanan
Rasa Makanan n %
Kurang 15 27,3
Cukup 33 60
Baik 7 12,7
Total 55 100
Selanjutnya dibawah ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai distribusi aspek-
aspek penilaian dari cita rasa makanan yaitu aroma, kematangan, tekstur dan suhu
makanan.
yaitu tidak sedap, kurang sedap dan sedap. Pada tabel 4 menunjukkan persentase
terbesar pasien yang menilai aroma makanan yang disajikan sudah sedap yaitu
41,8%. Dapat dilihat juga dari tabel dibawah pasien yang menyatakan bahwa aroma
makanan tidak sedap sebesar 32,7% dan persentase terkecil yang menyatakan tidak
sedap sebanyak 25,5%. Distribusi penilaian aroma makanan dapat dilihat pada tabel 4
di bawah ini
Tabel 4
Distribusi Penilaian Aroma Makanan
Aroma n %
Tidak Sedap 14 25,5
Kurang Sedap 18 32,7
Sedap 23 41,8
Total 55 100
kurang matang dan matang. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat kategori yang memiliki
persentase terbesar (40%) yaitu responden yang menjawab makanan yang disajikan
Tabel 5
Distribusi Penilaian Tingkat Kematangan Makanan
Tingkat Kematangan n %
Tidak Matang/Terlalu Matang 19 34,5
Kurang Matang 14 25,5
Matang 22 40
Total 55 100
kelompok yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Berdasarkan tabel 8 dapat
dilihat bahwa cukup banyak responden yang berpendapat tekstur makanan sudah
sesuai (38,2%), selanjutnya 27,3% berpendapat tekstur makanan kurang sesuai dan
34,5% lain yang menyatakan tekstur makanan tidak sesuai. Distribusi penilaian
Tabel 6
Distribusi Penilaian Tekstur Makanan
Tekstur Makanan n %
Tidak Sesuai 19 34,5
Kurang Sesuai 15 27,3
Sesuai 21 38,2
Total 55 100
yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat
kategori yang memiliki persentase terbesar (40%) yaitu responden yang menjawab
kurang sesuai. Sementara itu kategori yang mendapat persentase terkecil (34,5%)
adalah kategori tidak sesuai. Sedangkan untuk kategori sesuai memiliki persentase
sebesar 25,5%. Distribusi penilaian suhu makanan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah
ini
Tabel 7
Distribusi Penilaian Suhu Makanan
Suhu n %
Tidak Sesuai 19 34,5
Kurang Sesuai 22 40
Sesuai 14 25,5
Total 55 100
dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang, cukup, dan baik. Berdasarkan tabel
makanan yang disajikan sudah cukup dan 20% atau 11 orang responden yang
bawah ini akan dijelaskan dengan lebih rinci mengenai distribusi aspek-aspek
penilaian dari penampilan makanan yaitu warna, bentuk, porsi dan cara penyajian
makanan. Distribusi penampilan makanan dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8
Distribusi Penilaian Penampilan Makanan
Penampilan Makanan n %
Kurang 11 20
Cukup 41 74,5
Baik 3 5,5
Total 55 100
yaitu tidak menarik, kurang menarik dan menarik. Berdasarkan tabel 9, responden
yang berpendapat bahwa warna makanan kurang menarik berjumlah 22 orang atau
jumlah pesentasenya (40%), tidak berbeda jauh dengan responden yang berpendapat
warna makanan tidak menarik berjumlah 20 orang atau 36,4% dan warna makanan
menarik hanya 23,6% atau sebanyak 13 orang. Distribusi penilaian warna makanan
Tabel 9
Distribusi Penilaian Warna Makanan
Warna n %
Tidak Menarik 20 36,4
Kurang Menarik 22 40
Menarik 13 23,6
Total 55 100
yaitu tidak menarik, kurang menarik dan menarik. Berdasarkan tabel 10 terlihat
bahwa responden yang menyatakan bentuk makanan menarik sangat sedikit hanya
bentuk makanan tidak menarik dan kurang menarik persentasenya hampir sama yaitu
43,6% atau 24 orang dan 40% atau 22 orang. Distribusi penilaian bentuk makanan
Tabel 10
Distribusi Penilaian Bentuk Makanan
Bentuk n %
Tidak Menarik 24 43,6
Kurang Menarik 22 40
Menarik 9 16,4
Total 55 100
tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Berdasarkan tabel distribusi porsi makanan
dapat dilihat pada kategori tidak sesuai memiliki persentase terbesar yaitu sebesar
36,4% atau sebanyak 20 orang, diikuti kategori kurang sesuai dan sesuai memiliki
persentase 32,7% dan 30,9% yaitu 18 dan 17 orang atau sebesar. Distribusi penilaian
Tabel 11
Distribusi Penilaian Porsi Makanan
Porsi n %
Tidak Sesuai 20 36,4
Kurang Sesuai 18 32,7
Sesuai 17 30,9
Total 55 100
terhadap cara penyajian makanan yang dilakukan oleh petugas distribusi rumah sakit.
Penyajian makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang, cukup dan baik.
Berdasarkan tabel 12, responden yang berpendapat bahwa cara penyajian di rumah
sakit ini kurang baik memiliki jumlah persentase 34,5% atau 19 orang. Dua puluh tiga
responden menjawab cara penyajian makanan cukup, kemudian yang menjawab cara
penyajian baik sebanyak 13 orang atau sebesar 23,6%. Distribusi cara penyajian
Tabel 12
Distribusi Penilaian Penyajian Makanan
Penyajian n %
Kurang 19 34,5
Cukup 23 41,8
Baik 13 23,6
Total 55 100
variasi menu dan variasi bahan makanan yang disajikan kepada pasien. Variasi
Berdasarkan tabel 13, jumlah responden yang berpendapat variasi makanan kurang
sebanyak 21 orang atau 38,2% dan yang berpendapat cukup sebanyak 28 orang atau
50,9%, sedangkan responden yang menjawab baik memiliki persentasi paling sedikit
yaitu 10,9% atau hanya 6 orang. Selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan dengan
lebih rinci mengenai distribusi aspek-aspek penilaian dari variasi makanan yaitu
variasi menu dan variasi bahan. Distribusi variasi makanan dapat dilihat pada tabel 13
di bawah ini.
Tabel 13
Distribusi Penilaian Variasi Makanan
Variasi Makanan n %
Kurang 21 38,2
Cukup 28 50,9
Baik 6 10,9
Total 55 100
kelompok yaitu tidak bervariasi, kurang bervariasi dan bervariasi. Pada tabel 14
menunjukkan hampir dari separuh responden menilai bahwa variasi menu yang
disajikan tidak bervariasi yaitu sebanyak 25 orang atau 45,5%. Dapat dilihat juga,
responden yang menyatakan bahwa variasi menu kurang bervariasi sebesar 29,1%
atau sebanyak 16 orang dan yang berpendapat variasi menu bervariasi sebanyak 14
orang atau 25,5%. Distribusi penilaian variasi menu dapat dilihat pada tabel 14 di
bawah ini.
Tabel 14
Distribusi Penilaian Variasi Menu Makanan
Variasi Menu n %
Tidak Bervariasi 25 45,5
Kurang Bervariasi 16 29,1
Bervariasi 14 25,5
Total 55 100
responden terhadap variasi bahan makanan yang disajikan. Variasi bahan makanan
bervariasi. Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bawah perbedaan antara penilaian tidak
begitu banyak perbedaan. Kategori kurang bervariasi yang memiliki persentase paling
besar 43,6% atau sebanyak 24 orang. Sementara itu untuk kategori tidak bervariasi
memiliki persentase sebesar 34,5% atau 19 orang dan kategori bervariasi memiliki
persentase sebesar 21,8% atau 12 orang Distribusi penilaian variasi bahan makanan
Tabel 15
Distribusi Penilaian Variasi Bahan Makanan
Variasi Bahan n %
Tidak Bervariasi 19 34,5
Kurang Bervariasi 24 43,6
Bervariasi 12 21,8
Total 55 100
makanan yang tidak habis dikonsumsi oleh pasien dari makanan yang disajikan oleh
rumah sakit menurut jenis makanannya, yang terbagi dalam kategori menurut Depkes
2013 yaitu sedikit jika sisa makanan <20% dan banyak jika sisa makanan >20%.
Sisa makanan menurut waktu makan. Waktu makan pasien dibagi menjadi
tiga yaitu makan pagi pada pukul 07.00, makan siang pada pukul 12.00 dan makan
Sisa makanan pagi. Berdasarkan tabel 16, responden dengan sisa makanan
pagi dengan kategori banyak ternyata lebih banyak yaitu berjumlah 51 orang atau
92,7% daripada responden dengan sisa makanan dengan kategori sedikit sebanyak 4
orang atau 7,3%. Distribusi sisa makanan pagi dapat dilihat pada tabel 16 di bawah
ini.
Tabel 16
Distribusi Sisa Makanan Pagi
Sisa Makanan n %
Sedikit 4 7,3
Banyak 51 92,7
Total 55 100
Sisa makanan siang. Pada tabel 17 responden dengan sisa makanan yang
dihitung saat siang hari dengan kategori banyak berjumlah 52 orang atau 94,5%
sedangkan 4esponden dengan sisa makanan dengan kategori sedikit sebanyak 3 orang
atau 5,5%. Distribusi sisa makanan siang dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17
Distribusi Sisa Makanan Siang
Sisa Makanan n %
Sedikit 3 5,5
Banyak 52 94,5
Total 55 100
Distribusi sisa makanan malam dapat dilihat pada tabel 18 di bawah ini.
Tabel 18
Distribusi Sisa Makanan Malam
Sisa Makanan n %
Sedikit 5 9,1
Banyak 50 90,9
Total 55 100
bahwa rata-rata sisa makanan pasien di rumah sakit ini termasuk banyak (>20%) ,
melewati batas yang ditetapkan Depkes 2013. Setelah dilakukan perhitungan, semua
jumlah sisa makanan pasien diatas angka 20% maka dapat dikatakan sisa makanan di
Tabel 19
Distribusi Sisa Makanan
Sisa Makanan n %
Sedikit 0 0
Banyak 55 100
Total 55 100
RSUD H.Abdul Manan Simatupang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayur, buah dan snack. Berdasarkan tabel 20, sisa makanan di kategorikan
pada jenis makanan yang disajikan, berdasarkan kategori yang ditetapkan Depkes
2013 maka yang memiliki sisa makanan banyak atau diatas 20% yaitu makanan
pokok (nasi dan bubur) 48,9%, lauk nabati (tahu dan tempe) 62,3%, sayur (53,3%)
dan lauk hewani (ayam, telur, ikan) 40,6%. Rata-rata sisa makanan banyak pada jenis
makanan sayur, hal ini dikarenakan menu sayur kurang terasa bumbunya dan lebih
sering ditumis sehingga pasien merasa bosan. Sedangkan untuk kategori buah dan
snack rata-rata pasien selalu menghabiskannya. Sisa makanan menurut jenis makanan
Tabel 20
Distribusi Sisa Makanan Menurut Jenis Makanan
Jenis Makanan Rata-rata Rata-rata Sisa Makanan
Berat Awal (g) Sisa Makanan (g) (%)
Nasi/Bubur 220 107,7 48,9
Lauk Hewani 80 32,5 40,6
Tahu/Tempe 30 18,7 62,3
Sayur 80 42,78 53,3
Buah 45 9,8 21,7
Snack 30 4,8 16
Analisis Bivariat
independen dengan variabel dependen pada penelitian ini. Pada analisis digunakan uji
Cross Tabulation. Berikut adalah hasil dari analisis bivariat dari setiap variabel yang
diteliti.
menunjukkan bahwa responden yang memilih cita rasa makanan kurang, cukup, dan
baik, semuanya memiliki sisa makanan yang tergolong banyak. Tabulasi silang antara
cita rasa makanan dengan sisa makanan dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21
Tabulasi Silang antara Cita Rasa Makanan dengan Sisa Makanan
Sisa Makanan
Rasa Sedikit Banyak Total
n % n % n %
Kurang - - 15 27,3 15 27,3
Cukup - - 33 60,0 33 60,0
Baik - - 7 12,7 7 12,7
Total - - 55 100 55 100
dan baik semuanya memiliki sisa makanan banyak. Tabulasi silang antara penampilan
Tabel 22
Tabulasi Silang antara Penampilan Makanan dengan Sisa Makanan
Sisa Makanan
Penampilan Sedikit Banyak Total
n % n % n %
Kurang - - 11 20,0 11 20,0
Cukup - - 41 74,5 41 74,5
Baik - - 3 5,5 3 5,5
Total - - 55 100 55 100
menjawab variasi makanan tidak bervariasi dan kurang bervariasi. Jumlah responden
dengan sisa makanan banyak yang menjawab variasi makanan kurang yaitu 21 orang,
diikuti dengan responden yang menjawab variasi makanan cukup dan baik serta
memiliki sisa makanan banyak berjumlah 28 dan 6 orang. Tabulasi silang antara
variasi makanan dengan sisa makanan dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23
Tabulasi Silang antara Variasi Makanan dengan Sisa Makanan
Sisa Makanan
Variasi Sedikit Banyak Total
n % n % n %
Tidak Bervariasi - - 21 38,2 21 38,2
Kurang Bervariasi - - 28 50,9 28 50,9
Bervariasi - - 6 10,9 6 10,9
Total - - 55 100 55 100
Analisis Univariat
kelamin dan lama rawat inap dari 55 pasien di RSUD H.Abdul Manan Simatupang
Kisaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan, lebih banyak pasien yang datang ke
rumah sakit berusia18-34 tahun yaitu sebesar 56,4% atau 31 orang. Pemilihan umur
ini juga dikarenakan karakter inklusi yang lebih banyak membutuhkan pasien yang
belum berusia terlalu tua agar indra perasa pasien masih berfungsi dengan baik. Indra
perasa yang baik dapat menjamin pasien menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik
dan benar.
sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki jumlahnya tidak jauh dengan jumlah
pasien perempuan yaitu sebanyak 40%. Hal ini disebabkan penulis lebih banyak
mudah diajak berkomunikasi untuk mejawab kuesioner. Akan tetapi hal ini
pengunjung rumah sakit adalah laki-laki dan lebih mudah diajak berkomunikasi
(Rijadi, 2012). Lama rawat inap dibagi berdasarkan dua kategori yaitu kurang dari 3
hari dan lebih dari 3 hari. Pemilihan jumlah hari tersebut dibuat untuk memudahkan
penelitian agar menemukan pasien yang bisa menjawab kuesioner dengan valid
karena sudah menjalani rawat inap lebih dari dua hari dan sudah mendapatkan
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
makanan di waktu pagi, siang, dan sore dari rumah sakit. Hasil penelitian
menunjukkan pasien dengan lama rawat inap kurang dari 3 hari jumlahnya lebih
banyak 52,7% (29 orang) dibandingkan dengan pasien rawat inap lebih dari 3 hari
Sisa makanan. Sisa makanan adalah persentase nilai rata-rata hidangan yang
tidak dikonsumsi yang didapat dari hasil penimbangan berat sisa dan dibandingkan
makanan sering dikaitkan dengan adanya sisa makanan. Sisa makanan menunjukkan
adanya pemberian makanan yang kurang optimal, sehingga sisa makanan dapat
penyelenggaraan makanan. Pada penelitian ini, sisa makanan yang dimaksud adalah
sisa makanan di piring (plate waste) karena berhubungan langsung dengan pasien
sehingga dapat mengetahui dengan cepat penerimaan makanan pasien di rumah sakit.
Pada tabel 16 dapat dilihat distribusi jumlah dan persentase sisa makanan
pasien yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu sedikit jika sisa makanan <20% dan
banyak jika sisa makanan >20% (Depkes 2013). Berdasarkan hasil perhitungan
keseluruhan didapatkan bahwa sisa makanan di rumah sakit ini termasuk dalam
kategori banyak. Rata-rata total sisa makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang
berdasarkan hasil pehitungan adalah sebesar 30,92%. Hal tersebut menandakan rata-
rata sisa makanan pasien tergolong banyak karena melebihi standar yang ditetapkan
Depkes yaitu 20%. Perbandingan juga dilakukan terhadap waktu makan yaitu pagi,
siang dan malam. Hasil menunjukkan bahwa sisa makanan paling banyak terjadi pada
saat siang hari, dari 55 pasien, 94,4% memiliki sisa makanan banyak sedangkan yang
memiliki sisa makanan sedikit hanya 5,5%. Penilaian terhadap sisa makanan pada
penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia pasien, jenis kelamin
pasien, lama rawat inap, cita rasa makanan, penampilan makanan dan variasi
Cita rasa makanan. Menurut Moehyi (2014), rasa makanan adalah rasa yang
ditimbulkan dari makanan yang disajikan. Cita Rasa makanan merupakan gabungan
penilaian pasien terhadap beberapa aspek yaitu aroma, kematangan, tekstur dan suhu
makanan. Cita rasa makanan ditentukan melalui indera perasa dan penciuman. Pada
penelitian ini persentase terbesar adalah pasien yang menyatakan bahwa rasa
(69,1%).
Aroma makanan. Aroma makanan merupakan bagian dari cita rasa makanan.
karena memiliki daya tarik sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman
oleh rumah sakit memiliki aroma yang berbeda-beda sesuai dengan jenis makanan
dan cara memasaknya. Pada tabel 6 pasien sudah banyak yang menjawab bahwa
aroma makanan yang disajikan sudah sedap (41,8%). Sebanyak 25,5% dan 32,7%
pasien menjawab aroma makanan tidak sedap dan kurang sedap dikarenakan adanya
pengaruh aroma pada ruang rawat inap seperti aroma obat yang menyebabkan aroma
makanan tertutupi sehingga pasien berpendapat aroma yang disajikan menjadi kurang
sedap. Selain itu juga berhubungan dengan cara memasak yang lebih sering ditumis
sehingga kurang mengeluarkan aroma dan juga keterbatasan bumbu yang dimasukkan
menilai aroma makanan tidak memuaskan. Beberapa pasien juga berpendapat ikan
gembung yang disajikan pada menu acar ikan gembung mengeluarkan aroma amis,
hal ini menimbulkan banyak pasien tidak menghabiskan lauk hewani tersebut.
bagian dari cita rasa makanan. Pada penelitian ini sebanyak 40% pasien menjawab
bahwa makanan yang disajikan sudah matang, tapi sebagian besar pasien (25,5%)
menyatakan bahwa makanan yang disajikan kurang matang. Hal ini dikarenakan
persepsi dari masing-masing pasien yang indra perasanya sedang tidak dalam kondisi
normal dan tingkat kematangan makanan rumah sakit tidak sesuai dengan selera
H.Abdul Manan Simatupang sudah cukup baik dan memiliki waktu yang cukup
makanan. Jenis makanan yang diuji dalam penelitian ini yaitu makanan biasa.
Makanan biasa adalah makanan yang diberikan kepada pasien yang tidak
sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk,
tekstur dan aroma yang normal. Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat 21 pasien
(38,2%). Pasien yang memilih kurang sesuai sebesar 27,3%. Tekstur makanan dinilai
kurang sesuai dilihat apabila dari segi kepadatannya tidak baik sehingga makanan
menjadi tidak enak saat dikunyah. Pada rumah sakit proses pengolahan bahan
makanan belum dilakukan dengan baik sehingga teksturnya tidak memuaskan pasien
terutama pada jenis makanan lauk hewani. Banyak pasien yang mengeluh bahwa
tekstur ikan sering hancur saat makanan disajikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
waktu pemasakan yang terlalu lama dan cara pengolahan dari juru masak yang terlalu
sering mengaduk makanan. Hal ini menandakan bahwa makanan biasa di RSUD
H.Abdul Manan Simatupang belum sesuai dengan makanan biasa yang seharusnya.
Suhu makanan. Aspek cita rasa yang berikutnya adalah suhu makanan. Pada
tabel 9 pasien yang menyatakan bahwa suhu makanan kurang sesuai memiliki
persentase paling besar (40%). Suhu makanan dikatakan sesuai jika makanan panas
disajikan dengan suhu di atas 60 derajat celcius dan makanan dingin disajikan dengan
suhu di bawah 7 derajat celcius (Sullivan, 2014). Sebagian besar pasien menjawab
dilakukan dengan cara sentralisasi yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat
disajikan suhunya tidak sesuai atau sudah dingin saat diberikan kepada pasien. Suhu
makanan memegang peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan karena
makanan yang sudah tidak hangat akan mengurangi selera pasien untuk
mengonsumsinya.
Meninggalkan makanan dalam suhu ruang dan jangka waktu yang lama dapat
dapat menimbulkan penyakit. Suhu zona bahaya (danger zone) ini berada dalam
rentang suhu 5ºC - 60ºC (NFSMI, 2014). Resiko terjadinya kontaminasi silang jauh
lebih besar karena banyaknya hidangan yang dimasak atau disiapkan secara
bersamaan. Seringnya, pada saat makanan disajikan untuk banyak orang, sejumlah
cepat. Jika selama selang waktu antara penyiapan dan penyajian makanan tersebut
tidak disimpan pada kondisi yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, sebuah
bahaya akan terbentuk. Sehingga sangat penting untuk menyimpan hidangan yang
sudah matang dalam alat penghangat, selain untuk menjaga suhu hidangan tetap
Penampilan makanan. Rasa makanan dapat dinilai melalui indra perasa dan
bentuk, porsi dan cara penyajian makanan. Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
sudah cukup baik (74,5%). Penampilan makanan merupakan kesan pertama yang
makanan. Pada penelitian ini lebih banyak pasien yang mengatakan bahwa warna
makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang kurang menarik. Hal ini disebabkan
karena warna makanan yang disajikan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang tidak
bervariasi sehingga makanan terlihat tidak menarik. Makanan untuk orang sakit harus
diperhatikan warnanya agar dapat merangsang selera makan pasien dan menimbulkan
makanan yang menyatakan kurang menarik yaitu warna makanan (40%) ini karena
makanan yang disajikan oleh rumah sakit kurang beragam sehingga kurang
kombinasi warna.
dari penampilan makanan. Sama halnya dengan warna makanan, bentuk makanan
pasien memilih makan berdasarkan bentuk dan kemasan makanan tersebut (Rijadi,
2012). Berdasarkan hasil penelitian, banyak pasien yang berpendapat bahwa bentuk
makanan yang disajikan tidak menarik (43,6%), hanya memiliki sedikit perbedaan,
kategori kurang menarik juga memiliki persentase cukup besar yaitu 40%. Pada
komentar yang diberikan pasien menyatakan bahwa bentuk tempe dan tahu yang
terlalu besar dan hanya berbentuk kotak menjadikan lauk nabati tersebut kurang
menarik. Sebaiknya instalasi gizi lebih menyesuaikan bentuk makanan dengan jenis
makanan yang disajikan, bisa dilakukan inovasi dengan pemotongan bentuk makanan
yang lebih menarik agar menggugah selera pasien untuk menghabiskan makanannya.
Begitu juga dengan sayur, ada pasien yang mengatakan bahwa bentuk sayur tidak
menarik sehingga pasien kurang tertarik untuk memakan makanan tersebut. Dengan
bentuk makanan yang kurang menarik maka dapat mengurangi penampilan makanan
dan menurunkan selera makan, hal inilah yang menyebabkan 22 pasien menilai
bahwa bentuk makanan yang disajikan oleh rumah sakit masih kurang baik.
Pada tabel 13 jumlah pasien yang menyatakan bahwa porsi makanan tidak sesuai
banyak pada jenis makanan pokok, tetapi terlalu sedikit untuk jenis makanan lauk
hewani. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa banyak ditemukannya sisa
Simatupang Kisaran belum ada standar porsi yang disediakan oleh rumah sakit
khususnya untuk kelas I, II, III sehingga pendistribusian makanan kepada pasien
berbeda-beda porsinya, ada yang terlalu banyak dan ada yang terlalu sedikit. Besar
porsi yang disajikan kepada masing-masing pasien berbeda-beda sesuai dengan jenis
diet dan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam penelitian ini pasien yang
menjadi sampel adalah pasien yang mendapat diet makanan biasa, yang artinya
pemorsian makanan pada masing-masing alat saji pasien harus sama banyaknya
makanan sesuai dengan porsi dan jenis makanan yang diberikan kepada pasien
(Depkes, 2017). Meskipun makanan diolah dengan cita rasa tinggi, namun apabila
penyajian makanan di rumah sakit tersebut tidak dilakukan dengan baik maka nilai
makanan tersebut kurang berarti. Pada penelitian ini setengah dari jumlah pasien
termasuk dalam kategori cukup (41,8%). Sementara pasien yang menyatakan bahwa
cara penyajian makanan kurang dan baik sebesar 34,5% dan 23,6%. Dalam penyajian
makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang terdapat perbedaan alat makan antara
kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III. Pasien yang berada di kelas VIP dan kelas I
menggunakan alat makan yang terbuat dari melamin dan bagian atasnya dilapisi
dengan plastik, sedangkan pada pasien yang berada di kelas II dan III menggunakan
alat makan yang terbuat dari bahan plastik yang sudah ada penutupnya dan juga
menu yang akan diolah memenuhi selera konsumen.pasien dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang (Depkes RI, 2014). Bervariasi adalah tidak
boleh terjadi pengulangan hidangan yang sama dalam satu siklus menu atau tidak
boleh terjadi metode pemasakan yang sama dalam satu kali makan (Khotimah, 2016).
Perencanaan menu di RSUD H.Abdul Manan Simatupang dilakukan oleh ahli gizi
yang terdapat di Instalasi Gizi dan dibuat untuk menentukan kebutuhan bahan
Manan Simatupang. Pada penelitian ini paling banyak pasien yang berpendapat
bahwa variasi makanan yang disajikan sudah cukup (50,9%). Penilaian variasi
makanan merupakan gabungan penilaian dari beberapa aspek yaitu variasi menu dan
Variasi menu. Setiap rumah sakit memiliki siklus menu tersendiri. Siklus
menu adalah satu set menu sehari yang disusun selama jangka waktu tertentu (5,7,10
hari) dan dilaksanakan untuk kurun waktu tertentu (3,6,12 bulan) (Depkes RI, 2017).
Pada penelitian ini lebih dari setengah jumlah pasien menjawab menu yang disajikan
tidak bervariasi (45,5%). Siklus menu yang digunakan oleh RSUD H.Abdul Manan
Simatupang adalah siklus menu 10+1 hari. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan , sebesar 29,1% pasien menyatakan variasi menu kurang bervariasi. Siklus
menu ini dipilih bertujuan untuk menghindari rasa bosan pasien jika pasien berada
dalam rumah sakit dalam jangka waktu yang lama sehingga nafsu makan pasien tetap
tinggi. Siklus menu RSUD H.Abdul Manan Simatupang dapat dilihat di halaman
lampiran.
Variasi bahan makanan. Selain variasi menu ada juga variasi bahan makanan
sebagai salah satu aspek dari variasi makanan. Pada penelitian ini pasien menyatakan
bahwa variasi bahan makanan kurang bervariasi (43,6%) dengan alasan bahan
makanan yang digunakan sangat sering berulang. Seperti penggunaan bahan makanan
wortel, labu siam dan sawi putih yang berulang di berbagai menu meskipun
digunakan untuk menu yang berbeda. Dalam hal ini pasien menilai bahan makanan
yang digunakan sangat sering berulang sehingga membuat cepat bosan dengan menu
yang disajikan. Hal yang sama juga terjadi pada lauk hewani yang memiliki sisa
makanan sebanyak 40,6%, disebabkan karena menu ikan terlalu sering disajikan
secara berturut turut sehingga pasien merasa bosan. Pengulangan bahan makanan
yang sama oleh instalasi gizi disebabkan oleh beberapa hal, seperti daya simpan yang
tinggi pada beberapa bahan makanan, harga yang murah, dan pengolahan yang
masih kurang terutama pada waktu makan pagi hari, dan juga pada buah. Buah yang
disajikan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang untuk pasien rawat inap kelas I, II
Selain faktor-faktor diatas ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan
terjadinya sisa makanan seperti faktor eksternal atau faktor dari luar tubuh pasien
contohnya makanan dari luar dan jenis penyakit. Sesuai dengan teori Moehyi (2014)
makanan yang dimakan oleh pasien yang berasal dari luar rumah sakit akan
berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan. Rasa lapar yang tidak segera diatasi
pada pasien yang sedang dalam perawatan, timbulnya rasa bosan karena
makanan tambahan dari luar rumah sakit atau jajan, sehingga kemungkinan makanan
yang disajikan kepada pasien tidak dihabiskan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring (2014) di Rumah Sakit Pirngadi Medan yang menyatakan
ada hubungan antara makanan dari luar rumah sakit dengan sisa makanan, pasien
yang sering mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit lebih banyak menyisakan
makanan dan pasien yang tidak sering mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit
lebih sedikit menyisakan makanan. Jenis penyakit juga bisa menjadi penyebab
terjadinya sisa makanan seperti pasien penderita penyakit lambung, pasien infeksi
daluran pencernaan atau pasien yang sedang hamil biasanya selera makannya
Analisis Bivariat
Tabulasi silang. Dari hasil analisis bivariat antara rasa makanan, penampilan
makanan dan variasi makanan dengan sisa makanan dapat terlihat bahwa walaupun
ada beberapa pasien yang menjawab bahwa cita rasa, penampilan atau variasi
makanan sudah baik ternyata sisa makanan yang ditemukan di RSUD H.Abdul
Manan Simatupang masih sangat banyak jumlahnya. Fakta di rumah sakit sesuai
dengan hasil penelitian bahwa pasien-pasien yang memiliki sisa makanan banyak
memang menilai bahwa rasa makanan yang disajikan rumah sakit masih kurang baik.
Penilaian rasa makanan terdiri dari akumulasi penilaian beberapa faktor yaitu aroma,
kematangan, tekstur dan suhu makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nuryati
hubungan yang bermakna antara rasa makanan dengan sisa makanan pasien.
menyatakan bahwa seluruh pasien yang memilih cita rasa makanan kurang menarik
memiliki sisa makanan yang banyak (Puspita dan Rahayu, 2010). Begitu juga
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Tangerang bahwa pasien yag
2014).
seseorang menyisakan makanan lebih banyak, sesuai dengan teori yang menyatakan
Hal yang sama juga terjadi pada penelitian tentang sisa makanan di RSUP DR
makanan yang disajikan tergolong kurang memiliki sisa makanan yang banyak
bahwa pasien dengan daya terima di bawa 25%, 100% pasien berpendapat bahwa
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara variasi menu dengan sisa makanan
makanan terdiri dari penilaian variasi makanan dan variasi menu. Menu yang
disajikan kepada pasien setiap harinya haruslah bervariasi agar pasien tidak merasa
bosan untuk mengkonsumsi makanan. selain variasi menu variasi bahan makanan
dalam sebuah menu dapat memberikan kesan yang menarik dan membangkitkan
nafsu makan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Rijadi (2012) dan Aprilina
(2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara variasi makanan
Kesimpulan
sakit tersebut yaitu rata rata sebanyak 30,92% atau sebanyak 216,46 gr dan termasuk
banyak karena melebihi angka yang ditetapkan oleh PGRS yaitu 20%. Berdasarkan
waktu makan pagi, siang dan malam seluruh pasien memiliki sisa makanan banyak.
Lauk nabati (tahu dan tempe) merupakan jenis makanan yang memiliki sisa makanan
paling banyak 62,3%, sedangkan jenis makanan yang memiliki sisa makanan paling
sedikit adalah buah dan snack. Penilaian pasien terhadap cita rasa dan penampilan
makanan sudah dalam kategori cukup. Gambaran penilaian pasien terhadap variasi
makanan terbanyak mendapat kategori cukup (50,9%) dengan rincian variasi menu
kurang bervariasi (29,1%) dan variasi bahan juga kurang bervariasi (43,6%).
Walaupun beberapa pasien telah memilih kategori baik ataupun cukup dalam aspek-
aspek tertentu, tetapi sisa makanan yang tersisa jumlahnya tetap melebihi standar.
Saran
Bagi instalasi gizi rumah sakit tersebut disarankan agar penampilan makanan
agar ditingkatkan lagi sehingga menjadi lebih menarik terutama pada warna,
penyajian dan bentuk makanan. Warna makanan yang lebih bervariasi akan
membangkitkan selera pasien. Pada aspek bentuk makanan, seperti pada tempe dan
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
tahu yang disajikan masih dalam ukuran besar, hal ini bisa disiasati dengan dipotong
dadu sehingga ukurannya tidak terlalu besar tentunya disesuaikan dengan jenis menu
yang akan dimasak. Untuk meningkatkan rasa makanan, pada saat pemasakan bisa
ditambahkan bumbu atau bahan makanan yang memiliki aroma kuat seperti daun
salam, bawang putih, kunyit dan bumbu lain tetapi kadarnya disesuaikan dengan
standar makanan biasa. Perlu dilakukannya pelatihan ulang terhadap juru masak di
dapur atau penerimaan tenaga kerja khususnya untuk pegawai lulusan tata boga untuk
Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai sisa makanan pasien terutama pada pasien makanan dengan
diet khusus. Meneliti faktor dan aspek lain terutama faktor internal yang dapat
mempengaruhi sisa makanan pasien sehingga bisa diketahui faktor yang paling
berpengaruh.
Cannors, P.L., & Rozell, S. B. (2004). Using a Visual Plate Waste Study to Monitor
MenuPerformance.J. Am. Dietetic Assoc. 104, pp=94-96.
Departemen Kesehatan RI. (2017). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta
: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.
Djamaluddin, M., & Endy,P., Ira,P. (2005). Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa
Makanan pada Pasien dengan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia.
Galetta, GM. (2013). Obesity: Obesity Causes. Diakses September 3, 2018, from
http://www.emedicinehealth.com/obesity/page2_em.htm#Obesity%20Caus
es_
Haerani, Y. (2014). Analisis Biaya Sisa Makanan Lunak dan Zat Gizi yang Hilang
Pada Pasien Dewasa Kelas III RSUP DR Hasan Sadikin Bandung.
Diakses Mei 17, 2018, from
http://digilib.esaunggul.ac.id
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
Khomsan, A. (2013). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan (3th ed). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Komalawati, D., dkk. (2005). Pengaruh Lama Rawat Inap Terhadap Sisa Makanan
Pasien Anak di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Nutrisia. 6
(2). Yogyakarta: Poltekes.
Hikmawati. (2015). Studi Evaluasi Sisa Makanan Pasien dan Biaya Makanan Pasien
di RSK Dr Tadjuddin Chalid dan RSUD Kota Makassar. Media Gizi
Pangan, XIX, edisi 1.
http://mediagizipangan.org/wp-content/uploads/2016/08/15.-JURNAL-
SISA-MAKANAN-PASIEN-.pdf.
Nuraini, N. (2016). Suhu Makanan dan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di
Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41. (2014). Pedoman Gizi
Seimbang. Yogyakarta: Anonim.
Suhardjo. (1989). Sosio Budaya Gizi. Bogor : IPB-PAU Pangan dan Gizi.
Supariasa, I.D.N. dkk. (2013). Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Umami, R. (2017). Determinan Sisa Makanan dan Estimasi Biaya Sisa Makanan
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Lumajang. Skripsi. Universitas
Jember.
Williams,P., & Karen,W. (2011). Plate Waste in Hospital and Strategies for Change.
Journal of Clinical Nutrition and Metabolism, 6 (6) , pp. 235-241.
Nama :
Jenis Kelamin : 1. Laki- laki 2. Perempuan
Umur : tahun
tentang “Sisa Makanan Pasien Berdasarkan Cita Rasa, Penampilan dan Variasi
Makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang Kisaran” yang akan dilakukan oleh
Kisaran, 2018
( )
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Lampiran 2
makanan yang disajikan, dilakukan dengan cara pengisian tabel penilaian. Beri angka
pada tabel berikut ini dengan jujur & apa adanya sesuai pendapat anda.
b. Kematangan
c. Tekstur
d. Suhu
Komentar :
Nilai : Keterangan:
1. Tidak sedap/tidak matang/tidak sesuai P : Menu Pagi
2. Kurang sedap/kurang matang/kurang sesuai S : Menu Siang
P S M P S M P S M P S M P S M P S
a. Warna
Makanan
b. Bentuk
Makanan
c. Porsi
d. Cara
Penyajian
Komentar :
Nilai : Keterangan:
1. Tidak menarik/tidak sesuai/kurang P : Menu Pagi
2. Kurang menarik/kurang sesuai/cukup S : Menu Siang
P S M P S M P S M P S M P S M P S
a. Variasi Menu
b. Variasi Bahan
Makanan
Komentar :
Nilai : Keterangan:
Nama Pasien :
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
MASTER DATA
No Nama Umur Jenis Kelamin Lama Kelas/Ruang Rata-
Rawat rata sisa
makanan
per hari
(gr)
1 Poniran 46 Laki-laki 3 hari Kelas 3, mawar
273
2 Tiar 41 Laki-laki 4 hari Kelas 3, mawar 222.33
3 Rahmad syambudi 25 Laki-laki 2 hari Kelas 2, anyelir 203.33
4 Putri andini 18 Perempuan 3 hari Kelas 3, mawar 262.66
5 Parida wati 44 Perempuan 2 hari Kelas 3, mawar 199
6 Asrul sitorus 42 Laki-laki 2 hari Kelas 3, mawar 210
7 Mujiah 49 Perempuan 2 hari Kelas 3, mawar 260.33
8 Sahri 49 Laki-laki 15 hari Kelas 1, bougenville 192.33
9 Tukiman 38 Laki-laki 3 hari Kelas 3, mawar 183.66
10 Dariah 44 Perempuan 9 hari Kelas 3, mawar 214.33
11 Nurbaiti 33 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 261
12 Parti 41 Perempuan 2 hari Kelas 3, anggrek 232
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 Evi 18 Perempuan 4 hari Kelas 3, anggrek 250
14 Priska 18 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 213.66
15 Puspita sari 25 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 263.33
16 Azizah 25 Perempuan 4 hari Kelas 3, anggrek 198.33
17 Kinanti 18 Perempuan 5 hari Kelas 3, melati 199
18 Rodiah 49 Perempuan 3 hari Kelas 3, melati 224
19 Muzainah 45 Perempuan 4 hari Kelas 3, melati 221
20 Relawati 45 Perempuan 4 hari Kelas 3, melati 204
21 Sadiah 35 Perempuan 3 hari Kelas 3, melati 236.66
22 Sri rahayu 29 Perempuan 4 hari Kelas 3, asoka 201
23 Tomi suganda 43 Laki-laki 4 hari Kelas 3, asoka 272
24 Kijo 35 Laki-laki 4 hari Kelas 2, kecubung 174.66
25 Asnan 42 Laki-laki 4 hari Kelas 2, kecubung 237
26 Abdul roni 30 Laki-laki 3 hari Kelas 2, kecubung 208.66
27 Ulfa 23 Perempuan 4 hari Kelas 1, bougenville 220.33
28 Bambang 28 Laki-laki 2 hari Kelas 1, bougenville 220.66
29 Putra 20 Laki-laki 3 hari Kelas 1, bougenville 201
90
91
92
2. 1 2 2 2 3 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2
3. 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2
4. 2 1 1 3 2 3 2 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2
5. 2 2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2
6. 1 2 1 2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 3 3 2 2
7. 2 2 1 1 3 3 2 2 2 1 3 3 1 1 2 2 2
8. 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2
9. 1 2 1 1 2 2 3 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2
10. 2 2 2 2 1 3 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2
11. 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 1 2
12. 2 2 1 2 1 3 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2
13. 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3 1 1 1 3 3 2 2
14. 2 1 1 2 3 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2
15. 2 1 1 3 3 2 1 3 1 2 1 2 2 1 1 1 2
16. 2 1 2 3 2 3 1 2 3 3 1 2 3 1 1 1 2
17. 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2
18. 2 2 1 2 1 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2
93
94
95
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
OUTPUT
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 22 40.0 40.0 40.0
Perempuan 33 60.0 60.0 100.0
Total 55 100.0 100.0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18-34 31 56.4 56.4 56.4
35-50 24 43.6 43.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <3 hari 29 52.7 52.7 52.7
>3 hari 26 47.3 47.3 100.0
Total 55 100.0 100.0
Aroma Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sedap 14 25.5 25.5 25.5
Kurang Sedap 18 32.7 32.7 58.2
Sedap 23 41.8 41.8 100.0
Total 55 100.0 100.0
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98
Kematangan Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Matang/Terlalu
Matang 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Matang 14 25.5 25.5 60.0
Matang 22 40.0 40.0 100.0
Total 55 100.0 100.0
Tekstur Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sesuai 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Sesuai 15 27.3 27.3 61.8
Sesuai 21 38.2 38.2 100.0
Total 55 100.0 100.0
Suhu Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sesuai 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Sesuai 22 40.0 40.0 74.5
Sesuai 14 25.5 25.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
Warna Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Menarik 20 36.4 36.4 36.4
Kurang Menarik 22 40.0 40.0 76.4
Menarik 13 23.6 23.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
Bentuk Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Menarik 24 43.6 43.6 43.6
Kurang Menarik 22 40.0 40.0 83.6
Menarik 9 16.4 16.4 100.0
Total 55 100.0 100.0
Porsi Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sesuai 20 36.4 36.4 36.4
Kurang Sesuai 18 32.7 32.7 69.1
Sesuai 17 30.9 30.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
Cara Penyajian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 19 34.5 34.5 34.5
Cukup 23 41.8 41.8 76.4
Baik 13 23.6 23.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
Variasi Menu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bervariasi 25 45.5 45.5 45.5
Kurang Bervariasi 16 29.1 29.1 74.5
Bervariasi 14 25.5 25.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
Variasi Bahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bervariasi 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Bervariasi 24 43.6 43.6 78.2
Bervariasi 12 21.8 21.8 100.0
Total 55 100.0 100.0
Rasa Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 15 27.3 27.3 27.3
Cukup 33 60.0 60.0 87.3
Baik 7 12.7 12.7 100.0
Total 55 100.0 100.0
Penampilan Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 11 20.0 20.0 20.0
Cukup 41 74.5 74.5 94.5
Baik 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
Variasi Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 21 38.2 38.2 38.2
Cukup 28 50.9 50.9 89.1
Baik 6 10.9 10.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
Sisa Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banyak 55 100.0 100.0 100.0
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Rasa Makanan * Sisa
Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Penampilan Makanan *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Variasi Makanan * Sisa
Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Count
Sisa
Makanan Total
Banyak Banyak
Rasa Kurang 15 15
Makanan Cukup 33 33
Baik 7 7
Total 55 55
Count
Sisa
Makanan Total
Banyak Banyak
Penampilan Kurang 11 11
Makanan Cukup 41 41
Baik 3 3
Total 55 55
Count
Sisa
Makanan Total
Banyak Banyak
Variasi Kurang 21 21
Makanan Cukup 28 28
Baik 6 6
Total 55 55
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sisa Makanan Pagi *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Sisa Makanan Siang *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Sisa Makanan Malam *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Count
Sisa
Makanan Total
Banyak Banyak
Sisa Makanan Sedikit 4 4
Pagi Banyak 51 51
Total 55 55
Count
Sisa
Makanan Total
Banyak Banyak
Sisa Makanan Sedikit 3 3
Siang Banyak 52 52
Total 55 55
Count
Sisa
Makanan Total
Banyak Banyak
Sisa Makanan Sedikit 5 5
Malam Banyak 50 50
Total 55 55
Daftar Menu 10 Hari Pasien Diet Makanan Biasa RSUD H.Abdul Manan Simatupang
Kisaran
Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan
104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105
Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan
Bubur Nasi
Tumis kacang
panjang
Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan
Telur rebus
Pagi Tempe bacem Pagi Telur dadar
Selingan pagi Bubur kacang ijo, Selingan pagi Dadar gulung, teh
teh manis manis
Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan
Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan
Telur semur
Pagi Telur rebus Pagi Tempe bacem
Tumis kacang
panjang
Selingan pagi Kue tepung turah, Selingan pagi Kue cantik manis,
teh manis teh manis
IX X
Nasi putih Nasi putih
109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA