Prodi S1 Keperawatan
Email : annizawulandari2@gmail.com
Abstrak
Pada skikzofrenia dengan pasien halusinasi maka pasien akan mengalami susahnya dalam
mengontrol halusinasi pada pasien tersebut, sehingga pentingnya terapi musik klasik mozart
ini untuk mengontrol halusinasi. Hasil riset kesehatan 2018 menyatakan 15 persen dari
populasi penduduk Indonesia terdeteksi mengalami gangguan jiwa atau sekitar 34.500.000
jiwa dan persentase itu juga berlaku disemua daerah dan mengidentifikasi prevelensi masalah
kesehatan jiwa sebesar 12.06% dengan kata laindari 100 penduduk Indonesia, 12 sampai 13
diantaranya mengalami gangguan jiwaringan sampai dengan berat. Tujuan dari telaah lieratur
ini adalah untuk mengindentifikasi manfaat terapi musik klasik mozart terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi. Artikel ini merupakan literature review dengan
menggunakan beberapa sumber elektronik seperti : PNRI, portal garuda, pubmed, google
schoolar, cochare library dengan menggunakan kata kunci “terapi musik klasik mozart pada
pasien halusinasi dan mozart’s classical music therapy and hallucinations”. Dari 3 artikel
yang didapatkan terapi musik klasik mozart’s menunjukkan hasil yang efektif untuk
mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi. Jadi terapi musik klasik mozart ini bisa
dilakukan pada pasien halusinasi. Berdasarkan hasil tersebut maka penulis menyarankan
untuk menerapkan dan melakukan dan juga melakukan sosialisasi berhubungan dengan terapi
musik klasik mozart mampu mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.
Pendahuluan
Halusinasi merupakan salah satu gejala skizofrenia yang positif dan hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar), (puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati, n.d.). Halusinasi
merupakan gangguan atau masalah persepsi dimana penderita mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi, (Rosiana, jumaini, 2017). Halusinasi terdiri dari 5 jenis, yaitu
halusinasi penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, dan
halusinasi pendengaran (Damayanti rafina, jumaini, 2014)
World Health Organization memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita
gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data study world bank di beberapa
Negara menunjukan 8,1% dari kesehatan global masyarakat, dan masalah gangguan
kesehatan jiwa yang menunjukan dampak lebih besar dibandingkan dengan masalah
kesehatan yang lainnya. Hasil riset kesehatan 2018, menyatakan 15 persen dari populasi
penduduk Indonesia terdeteksi mengalami gangguan jiwa atau sekitar 34.350.000 jiwa dan
persentase itu juga berlaku di semua daerah dan mengindentifikasi prevelensi masalah
kesehatan jiwa sebesar 12.06% dengan kata lain dari 100 penduduk Indonesia, 12 sampai 13
diantaranya mengalami gangguan jiwa ringan sampai dengan berat3. Prevelensi gangguan
jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi Jakarta (24,3%), Nangroe Aceh Darussalam
(18,5%), NTB (10,9%), Sumatra Selatan (9,2%), Jawa Tengah (6,8%), Sumatra Barat
(17,7%) menurut penelitian (Suryani ulfa, rizka ausrianti, yola yolanda, 2020).
Jenis- jenis musik dibedakan menjadi dua yaitu: musik klasik dan musik non klasik.
Musik klasik adalah sebuah musik yang dibuat dan ditampilkan oleh orang yang
berpengalaman secara profesional melalui pendidikan musik. musik non klasik yang biasa
diajarkan adalah musik pop, jazz, rock dan blues, (puspaningrum hira, heppy dwi
rochmawati, n.d.).
Musik klasik Mozart adalah musik klasik yang muncul 250 tahun yang lalu,
diciptakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart, (puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati,
n.d.). Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak dimiliki oleh komposer lain dan
kekuatan yang membebaskan, mengobati serta menyembuhkan, (puspaningrum hira, heppy
dwi rochmawati, n.d.). Melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu
membangkitkan dan memberdayakan daerah kreatif serta motivatif di otak, (puspaningrum
hira, heppy dwi rochmawati, n.d.). Irama efek Mozart memberikan efek yang secara fisik,
mental, emosional dan spiritual dapat mengasah pikiran serta meningkatkan kreativitas dan
menyehatkan tubuh, (puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati, n.d.).
Berdasarkan penjelasan yang telah ditemukan, maka penulis tertarik untuk mereveiw
beberapa literatur terkait tentang terapi musik klasik mozart pada pasien halusinasi.
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan literature reviuw adalah dengan
mencari literatur-literatur yang dilakukan menggunakan databased yaitu PNRI, portal garuda,
pubmed, google schoolar, cochare library dengan menggunakan kata kunci “terapi musik
klasik mozart pada pasien halusinasi dan mozart’s classical music therapy and
hallucinations”. Kriteria insklusi yang digunakan untuk pemilihan studi literature review ini
adalah artikel penelitian yang menggunakan intervensi metode terapi musik klasik mozart
pada pasien halusinasi. Kriteria eksklusi adalah yang tidak menggunakan metoda terapi
musik klasik mozart pada pasien halusinasi.
(n = 0) (n = 1) (n = 0) (n = 3) (n = 0)
Total (n= 4)
Hasil penulusuran
yang sama Jumlah hasil
penulusuran akhir
(n = 1)
(n = 3)
Hasil analisis 3 artikel yang sesuai dengan topik menunjukkan bahwa banyak
dilakukan penelitian mengenai intervensi terapi musik klasik mozart tetapi tidak pada pasien
halusinasi melalui pencarian databased PNRI, portal garuda, pubmed, google schloolar,
cpchare library dengan kata kunci “mozart’s classical music therapy and hallucinations”.
Setelah dilakukan penyaringan terdapat 3 artikel yang berhubungan dengan topik tersebut.
Pada tabel 1.2 menjelaskan bahwa semua literatur menyatakan terapi musik klasik mozart
berpengaruh pada pasien halusinasi.
No 1. 2. 3.
Asal peneliti Mahasiswa program Program studi ilmu Program studi ilmu
studi S1 ilmu keperawatan universitas keperawatan
keperawatan riau universitas riau
STIKES telogorejo
semarang, dosen
program studi
keperawatan
universitas islam
sultan agung
semarang dan dosen
program studi
keperwatan
poltekkes kemenkes
semarang
Terapi musik diartikan sesuai dengan berbagai kepentingan. Terapi musik adalah
penggunaan musik sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki, memelihara,
mengembangkan mental, fisiki dan kesehatan emosi. Kemampuan nonverbal, kreativitas dan
rasa alamiah dari musik fasilitator untuk hubungan, ekspresi diri, komunikasi, dan
pertumbuhan.
Musik Mozart memberikan efek pada pendengarnya menjadi santai dan damai
(Rosiana, jumaini, 2017). Selain itu musik Mozart juga dapat mencegah perasaan yang tidak
menyenangkan, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki koordinasi tubuh, mengatur
hormon-hormon yang berkaitan dengan stres, mengubah persepsi tentang ruang dengan kata
lain mempengaruhi untuk mengenali ruang sekitar, memberikan rasa aman, mengurangi
kecemasan, relaksasi, mengurangi perilaku agresif dan antisosial, serta mengatasi depresi
(Rosiana, jumaini, 2017).
Musik juga dapat bersifat preventif dengan tujuan untuk memeperbaiki pasien yang
mengalami sosial emosional maupun intelegensy. Selain itu, perawatan musik juga
merupakan sebuah siklus yang menggabungkan bagian-bagian dari penyembuhan dengan
kondisi dan keadaan seseorang, fisik/tubuh gairah, mental, dunia lain, kebutuhan intelektual
dan sosial. Musik juga dapat mempertahankan imunitas tubuh, suasana yang ditimbulkan
oleh musik akan mempengaruhi sistem kerja hormon manusia. Jika kita mendengar musik
yang bagus/positif maka bahan kimia yang meningkatkan kekebelan tubuh juga akan
menghasilkan. Salah satu kelebihan musik sebagai pengobatan adalah dominasi diri yaitu
kemampuan untuk mengontrol diri.
Berdasarkan dari penelitian (puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati, n.d.) bahwa
dari 54 responden, peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok usia dewasa sebanyak 34
responden (44,4%) dengan rata-rata 33,43. Dan juga hasil penelitian yang dilakukan peneliti,
dari 54 responden yang permah diteliti, mayoritas responden laki-laki sebanyak 30 responden
(55,6%) yang mengalami halusinasi, (puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati, n.d.). Dan
bahwa dari 54 responden didapatkan responden paling banyak yaitu berpendidikan
SLTA/SMA dengan jumlah 18 responden (33.3 %) dan pendidikan responden paling sedikit
adalah Akademi Perguruan tinggi dengan jumlah 1 responden (1.9 %) menurut
penelitian(puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati, n.d.). Berdasarkan diketahui bahwa
dari 54 responden didapatkan responden paling yang banyak adalah wiraswasta/ pedagang
dengan jumlah 20 responden (37.0 %) dan paling sedikit pekerjaan responden adalah pegawai
swasta dengan jumlah 3 responden (5.6 %). (puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati,
n.d.).
Pada penelitian(Damayanti rafina, jumaini, 2014) ini membahas terapi musik klasik
(haydn dan mozart) yang mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan dan persepsi spasial.
Menurut penelitian pada kelompok eksperimen didapatkan nili significancy (p value) 0,003
atau p value < α (0.05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan antara pretest dan
posttest dan terjadi penurunan nilai rata-rata pretest dan postest diberikan terapi musik klasik
(haydn dan mozart) yaitu dari 3 menjadi 2, sehingga adanya penurunan tingkat halusinasi
pada kelompok eksperimen yang telah diberikan terapi musik klasik.
Hasil dari semua penelitian tersebut adalah terapi musik klasik mozart efektif
terhadap penurunan skor halusinasi pada pasien halusinasi.
Kesimpulan
Terapi untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi tidak hanya dilakukan
dengan terapi farmakologi tetapi juga dapat dilakukan dengan pemberian terapi non
farmakologis berupa terapi musik klasik. Terdapat berbagai macam terapi musik yang dapat
dilakukan alternatif untuk mengontrol halusinasi seperti terapi musik klasik dan non klasik.
Musik Mampu membangkitkan kreatifitas otak. Jadi terapi musik klasik mozart ini
berpengaruh terhadap kemampuan menontrol halusinasi pada pasien dengan gagguan
halusinasi.
Saran
Untuk itu agar peneliti selanjutnya dapat meneliti musik lainnya agar digunakan untuk
pasien halusinasi. Dan bisa di aplikasi pada pasien halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti rafina, jumaini, sri utami. (2014). Efektifitas terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat halusinasi pada pasien halusinasi dengar di rsj tampan provinsi riau
Rafina. 1.
Herawati, N., & Afconneri, Y. (2020). Perawatan Diri Pasien Skizofrenia dengan Halusinasi.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 9. Https://doi.org/10.26714/jkj.8.1.2020.9-20
Puspaningrum hira, heppy dwi rochmawati, S. (n.d.). Pengaruh terapi musik klasik mozart
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi di rsj dr. Amino
gondohutomo provinsi jawa tengah hira. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan.
Rosiana, jumaini, yesi hasneli. (2017). Efektivitas terapi musik klasik mozart terhadap
penurunan skor halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia. 214–221.
Suryani ulfa, rizka ausrianti, yola yolanda, asriwan guci. (2020). Pemberian terapi suportif
terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa di wilayah
kerja puskesmas nanggalo kota padang. Jurnal Peduli Masyarakat, 2, 11–18.