Anda di halaman 1dari 10

PERAN INDONESIA DALAM UPAYA PERDAMAIAN DUNIA

Konferensi Asia Afrika (KAA)


Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) diawali dari ide Soekarno yang
disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Colombo. Idenya datang karena
setelah Perang Dunia II, banyak negara yang masih bersitegang karena adanya Blok Barat
dan Blok Timur. Di Konferensi Colombo (Srilanka), pemikiran membuat KAA menjadi
bahan pembicaraan utama.
Tindak lanjut dari pembicaraan tersebut adalah dengan diadakannya Konferensi
Bogor. Konferensi ini yang menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:

 Mengadakan KAA di Bandung pada bulan April 1955.


 Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara-negara sponsor.
 Menetapkan 25 negara-negara Asia Afrika yang akan diundang.

Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai
oleh Sanusi Hardjadinata, seorang gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang,
Federasi Afrika Tengah menolak untuk hadir karena masih diserang oleh penjajah.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan dihadiri
oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA.
Konferensi ini menghasilkan Basic Paper on Racial Discrimination, Basic Paper on
Radio Activity dan Declaration on the Promotion of World Peace and Co-
operation. Dokumen ini kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung yang berisi tentang
“pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerja sama dunia” di mana terkandung
prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Berikut 10 poin Deklarasi
Bandung:
1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat
di dalam piagam PBB
2) Menghorrmati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3) Mengakui persamaan semua suku bangsa dn persamaan semua bangsa, besar maupun
kecil
4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negri
negara lain
5) Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian
ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya
terhadap negara lain
7) Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum), ataupun cara
damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam
PBB
9) Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional
Peran Indonesia dalam KAA sangat strategis.  Peran tersebut, yaitu :
1) Pemrakarsa. Indonesia menjadi salah satu negara pemrakarsa diselenggarakannya
KAA bersama panca negara.  Indonesia ikut serta dalam dua konferensi sebelum
diadakannya KAA.
2) Tempat Konferensi. Tempat KAA pertama kali adalah di Indonesia.  Tepatnya di
Gedung Merdeka, Bandung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955. Konferensi
pendahuluan sebelum diadakannya KAA juga terjadi di Indonesia, yaitu Konferensi
Bogor. Penyelenggraan KAA yang kedua juga diadakan di Indonesia, yaitu pada
tanggal 19 sampai 23 April 2015 di Jakarta dan pada tanggal 24 April di Bandung. 
Pada KAA yang kedua ini dihadiri oleh 89 negara Asia Afrika dari 109 negara yang
ada.
3) Panitia Konferensi. Penyelenggraan KAA pertama di Indonesia, selanjutnya panitia
penyelenggartan juga dilakukan oleh tokoh Indonesia.
 Ketua  Panitia Penyelenggara KAA adalah Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa
Barat saat itu.
 Ketua KAA adalah PM Ali Sastroamidjoyo
 Sekjend KAA   adalah Ruslan Abdul Gani, Sekjen Kementerian Luar Negeri
Indonesia
 Ketua Komite Kebudayaan adalah Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
 Ketua Komite Ekonomi adalah Prof Ir.Rooseno, Menteri Ekonomi Indonesia
 Pembukaan KAA diberikan sambutan oleh Presiden Soekarno
4) Kerjasama. Setelah diadakannya KAA sampai kini, Indonesia masih melakukan
kerjasama dnegan negara-negara Asia Afrika berdasartkan politik luar negeri bebas
aktif.

Misi Garuda
Ide awal munculnya Pasukan Garuda karena adanya konflik di Timur Tengah pada 26
Juli 1956. Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap
Mesir sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara lainnya. Dalam Sidang
Umum PBB, Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Perason, mengusulkan agar dibentuk
pemelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui dan pada tanggal 5 November
1956 Sekretaris Jenderal PBB membentuk United Nations Emergency Forces (UNEF).
Indonesia pun menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam UNEF. Indonesia
telah mengirimkan Misi Garuda I sampai Misi Garuda XXVI-C2. Menurut data Kementerian
Luar Negeri pada Senin, 21 Maret 2016, Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10
pasukan pemeliharaan perdamaian PBB dari 124 negara. Saat ini, pemerintah Indonesia telah
menugaskan 2.843 personel TNI dan POLRI yang bertugas di 10 Misi Pemeliharaan
Perdamaian PBB.
Kontribusi pasukan Indonesia ke Misi Pemeliharaan PBB merupakan wujud
pelaksanaan mandat Konstitusi yang mengamanatkan Indonesia untuk “ikut melaksanakan
ketertiban dunia”. Selain itu,pengiriman pasukan ini sebagai sarana peningkatan kapasitas
dan profesionalisme personel TNI dan POLRI. 

Gerakan Nonblok (GNB)


Setelah Perang Dunia II, muncul dua kubu dari dua negara adidaya, Amerika dengan
haluan liberal-kapitalis dan Rusia dengan aliran sosialis-komunis. Banyak negara yang tidak
ingin tergabung dalam dua aliran ini, akhirnya membuat Gerakan Nonblok (GNB). Untuk
merealisasikan beberapa poin dalam Dasasila Bandung yang menyangkut kesejahteraan suatu
negara, pada tanggal 1-6 September 1961 diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di
Beograd, Yugoslavia.
Dalam KTT di Beograd inilah, didirikan GNB, yang diprakarsai oleh lima negara,
Indonesia, India, Yugoslavia, Ghana, dan Mesir. Beberapa tujuan dari dibentuknya Gerakan
Nonblok antara lain:

 Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.


 Mengusahakan tercapainya pelucutan senjata secara umum dan menyeluruh dibawah
pengawasan internasional efektif.
 Mengusahakan agar PBB berfungsi secara efektif.
 Mengusahakan terwujudnya tata ekonomi dunia baru.
 Mengusahakan kerjasama di segala bidang dalam rangka menwujudkan pembangunan
ekonomi dan sosial.
Tujuan dari GNB juga tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk
menjamin kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara
nonblok dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, apartheid,
zionisme, rasisme dan segala bentuk intervensi.
KTT GNB sudah diadakan sebanyak 14 kali dengan berbagai pembahasan, yaitu:
1) KTT GNB I: Di Beograd, Yugoslavia 1-6September 1961. Membahas tentang upaya
pengehentian praktik Imperialisme dan Kolonialisme,mencegah percobaan senjata
nuklir, serta mendamaikan blok Barat dan blok Timur.
2) KTT GNB II: Di Kairo, Mesir 5-10 Oktober 1964. Membahas tentang usaha
perdamaian dunia dan kerja sama ekonomi.
3) KTT GNB III: Di Lusaka, Zambia 8-10September 1970. Membahas tentang usaha
perdamaian dunia, peningkatan kesejahteraan, dan kemakmuranNegara-negara
berkembang
4) KTT GNB IV: Di Aljir, Aljazair 5-9September 1973. Membahas usaha peningkatan
kerja sama dansaling pengertian antarnegara berkembang, sertameredakan ketegangan
di Timur Tengah,pergolakan di Rhodesia, dan diskriminasi ras di Afrika Selatan.
5) KTT GNB V: Di Kolombo,Sri Lanka 16-19September 1976. Membahas tentang
usaha menghindari perang nuklir, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan Negara
berkembang.
6) KTT GNB VI: Di Havana, Kuba 16-19September 1979. Membahas tentang usaha
mewujudkan tatanan ekonomi dunia baru untuk Negara berkembang dan
mengusulkan negosiasi global untuk membentuk kerja sama yang bersifat global.
7) KTT GNB VII: Di New Delhi, India 7-12 Maret 1983. Menghasilkan The New Delhi
Message yang berisi dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan Namibia,
serta usaha memecahkan krisis ekonomi dunia dengan membentuk Tatanan Ekonomi
Dunia Baru
8) KTT GNB VIII: Di Harare, Zimbabwe 1-6September 1986. Membahas tentang usaha
mengakhiri pertikaian antar Irak dan Iran.
9) KTT GNB IX: Di Beograd, Yugoslavia 4-7September 1989. Membahas tentang usaha
memperjuangkan kerja sama dan dialog antarnegaraSelatan.
10) KTT GNB X: Di Jakarta, Indonesia 1-6September 1992. Menghasilkan Jakarta
Message atau Pesan Jakarta yang berisi tentang pembahasan masalah kependudukan,
penyelesaian utang luar negeri, pembentukan cadangan pangan bersama, peningkatan
kerjasama negara Utara Selatan,maupun antarnegara Selatan.
11) KTT GNB XI: Di Kartagena,Kolombia 16-22 Oktober 1995. Membahas tentang
usaha penataan kembali dandemokrasi di forum PBB.
12) KTT GNB XII: Di Durban, AfrikaSelatan1-6September 1998. Membahas tentang
usaha demokratisasi dalam hubungan antarnegara di seluruh dunia.
13) KTT GNB XIII: Di Kuala Lumpur, Malaysia 20-25 Februari 2003. Membahas
tentang revitalisasi GNB dan usahameredakan Perang Teluk III.
14) KTT GNB XIV: Di Havana, Kuba 1-6September 2006. Menghasilkan deklarasi yang
mengutuk serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengkritik
kebijakan negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak
kepada negara kecil dan berkembang.

Selain sebagai negara pelopor berdirinya GNB, Indonesia memiliki peran yang cukup
besar dalam organisasi tersebut, di antaranya:
 Sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal digagasnya
Gerakan Nonblok
 Sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini karena
Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam mengundang
mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.
 Menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang berlangsung pada 1-7
September 1992 di Jakarta dan Bogor.
Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya kembali dialog utara-selatan, yaitu
dialog yang memperkuat hubungan antara negara berkembang (selatan) terhadap negara maju
(utara). Hingga tahun 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan pada 2012 telah
memiliki 120 negara sebagai anggota.

ASEAN
ASEAN merupakan singkatan dari Association of Southeast Asian Nation atau Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Latar belakang berdirinya organisasi ini didasarkan pada
letak geografis, kepentingan nasional, persamaan nasib, dan kebudayaan.ASEAN didirikan
pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Pendirian ASEAN dipelopori oleh lima negara,
yaitu:

 Singapura : S. Rajaratnam
 Thailand : Thanat Khoman
 Malaysia : Tun Abdul Razak
 Indonesia : Adam Malik
 Filipina : Narciso Ramos

Meski ASEAN adalah asosiasi negara-negara Asia Tenggara, tapi kenyataannya


belum semua negara di wilayah Asia Tenggara tergabung dalam ASEAN.

Negara-negara anggota ASEAN saat ini. (Sumber: play.google.com) .

Tujuan ASEAN

 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan budaya di


kawasan Asia Tenggara.
 Mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan terhadap
keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara negara di kawasan dan
kepatuhan terhadap asas Piagam PBB.
 Meningkatkan kerja sama dan saling membantu antar anggota demi kepentingan
bersama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
administratif.
 Menyediakan bantuan satu sama lain dalam bentuk fasilitas-fasilitas latihan dan
penelitian.
 Kerjasama yang lebih besar dalam bidang pertanian, industri, perdagangan,
pengangkutan, komunikasi serta usaha peningkatan standar kehidupan rakyat.
 Memajukan studi-studi masalah Asia Tenggara.
 Memelihara dan meningkatkan kerjasama yang bermanfaat dengan organisasi-
organisasi regional dan internasional yang ada.
Kerjasama ASEAN

Hasil yang telah dicapai oleh ASEAN adalah sebagai berikut:

1) Pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan meniadakan tarif bea masuk
terhadap barang yang berasal dari sesama negara anggota untuk meningkatkan skala
pasar internasional dan melakukan proteksi terhadap pengusaha domestik dalam
menghadapi persaingan dari luar kawasan.
2) Penetapan peraturan dan perjanjian penanaman modal untuk memperkuat posisi
tawar-menawar negara anggota dalam menghadapi negara yang lebih maju.
3) Mengembangkan kebijakan industri regional untuk menasionalisasi dan
mengonsentrasikan perusahaan lokal. Tujuannya agar menjadi primadona bagi suatu
kawasan, seperti tekstil dan agroindustri.
4) Mendirikan proyek industri ASEAN.
5) Membentuk dana devisa bersama negara-negara anggota yang memerlukan, dana
tersebut diatur dalam ASEAN Swaparrangement.
6) Menentukan tarif rendah untuk jenis barang hasil produksi negara anggota ASEAN.
7) Pengunaan Satelit PALAPA.
8) Menghindarkan pajak ganda antaranggota ASEAN.
9) Mendirikan pusat-pusat penelitian tentang pertanian, biologi, pengobatan, bahasa
Inggris, dan sebagainya.
10) Tukar pelajar dan mahasiswa antaranggota ASEAN.
11) Kerja sama siaran televisi bersama.
12) Penanggulangan bersama masalah narkoba.
13) Penangulangan bahaya terorisme.
Peran Indonesia dalam ASEAN :
1) Sebagai salah satu pendiri ASEAN. Indonesia adalah salah satu dari lima negara
pemrakarsa berdirinya ASEAN. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dasar
berdirinya ASEAN adalah deklarasi Bangkok, dimana deklarasi tersebut ditanda
tangani oleh menteri luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN. Indonesia telah
dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa negara yang berada di luar
ASEAN, dimana Indonesia telah mampu menciptakan stabilitas regional di kawasan
Asia Tenggara.
2) Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN. Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa
kepemimpinan Presiden Suharto (tahun 2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN,
dimana dengan gaya kepemimpinannya Indonesia mampu menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Pada masa
kepemimpinannya, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan serangkaian
pertemuan seperti :
 Asean Ministerial Meeting (Pertemuan Tingkat Menteri Asean)
 Asean Regional Forum (Forum Kawasan Asean)
 Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulangan
berbagai masalah yang terjadi, dan lain sebagainya.
3) Indonesia juga memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada pertemuan ASEAN
ministerial meeting ke-5 di Singapura melalu menteri luar negeri Adam Malik. Hal
tersebut ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN.
4) Indonesia juga telah menyampaikan makalah yang berjudul reflection dalam rangka
mengajak para anggota ASEAN yang lain untuk mengevaluasi kesepakatan ekonomi
sebelumnya, dimana kesepakatan tersebut berkaitan dengan program kerjasama
sektoral di berbagai bidang.
5) Sebagai Tuan Rumah KTT Asean. Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk
mengadakan beberapa kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT
ASEAN yang pernah diselenggarakan di Indonesia antara lain adalah :
 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di Bali.
Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat
ASEAN yang berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya
adalah putra Indonesia yang bernama H.R. Dharsono
 KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali.
Dalam KTT tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean
(Asean Community) yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, serta
keamanan.
 KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di Jakarta
 KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember
2011 di Bali. Dalam Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang Kawasan
bebas senjata nuklir di Asia tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ)
6) Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Indonesia telah banyak
membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia Tenggara, yaitu dengan
membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh negara anggota ASEAN
lainnya.
 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara
Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam Konferensi
Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya perjanjian damai.
 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL)
dengan pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut
sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di
Indonesia.

Organisasi Konferensi Islam (OKI)


Organisasi ini berdiri pada tanggal 25 September 1969 di Rabat, Maroko, setelah para
pemimpin sejumlah negara Islam mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam.
Organisasi Konferensi Islam ini kemudian berubah nama menjadi Organisasi Kerjasama
Islam pada 28 Juni 2011.
Organisasi ini lahir sebagai reaksi negara-negara Islam atas tindakan Israel yang
membakar Masjid Al-Aqsa pada 21 Agustus 1969. Pembentukan OKI antara lain ditujukan
untuk meningkatkan solidaritas Islam di antara negara anggota, mengkoordinasikan kerja
sama antarnegara anggota, mendukung perdamaian dan keamanan internasional, serta
melindungi tempat-tempat suci Islam, dan membantu perjuangan pembentukan negara
Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Seiring perkembangan zaman, OKI tidak hanya menangani masalah politik terutama
masalah Palestina, tetapi juga turut serta menangani permasalahan ekonomi, sosial, budaya,
dan ilmu pengetahuan.

Lambang OKI. (Sumber: wawasansejarah.com).


Jika menelaah resolusi yang telah dikeluarkan oleh OKI selama ini, terlihat bahwa
organisasi tersebut telah menjadi forum alami untuk mengangkat masalah-masalah yang
mempengaruhi dunia Islam. Namun, OKI sangat selektif dalam memilih masalah mana yang
akan ditanganinya jika permasalahan itu di luar isi resolusi.
Di bidang politik, Oki secara teratur menyerukan penarikan tentara Israel dari wilayah
Palestina, pengakuan hak orang Palestina, dan Palestine Liberation Operation(PLO) sebagai
perwakilan sahnya. Oki juga bekerja aktif meski tanpa banyak efektif praktis melalui Komite
Perdamaian Islam yang didirikan pada 1981, untuk mencoba mengakhiri konflik Israel dan
Dunia Arab.

OKI berpengaruh pula dalam mengkordinasi gerakan oposisi internasional terhadap


serbuan Soviet ke Afghanistan. Di tempat lain, sekretaris jenderal menawarkan untuk
menengahi perang saudara di Somalia dan mengecam pemerintah India atas
ketidakmampannya melindungi kaum muslim setelah perusakan Masjid Babri di Ayodzya
pada akhir 1992.

Di bidang budaya, OKI secara aktif mendukung pendidikan bagi komunitas muslim di
seluruh dunia. Melalui dana Soidaritas Islam, organisasi ini telah membantuk mendirikan
universitas Islam di Malaysia, Niger, Uganda, dan Bangladesh.  Selain bidang politik dan
budaya, OKI juga mendukyng minoritas muslim di seluruh dunia, terutama mereka yang
didiskriminasi. Oleh karena itu, OKI aktif mendukung kaum minoritas di Bulgaria dan
Filipina.

Dalam OKI, beberapa peran Indonesia adalah:

 Memfasilitasi upaya penyelesaian konflik antara Pemerintah Filipina (GRP)


dengan Moro National Liberation Front (MNLF) dengan mengacu kepadaFinal Peace
Agremeent/ Perjanjian Damai, 1996.
 Indonesia memberi dukungan bagi berdirinya negara Palestina yang merdeka dan
berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Dukungan dilanjutkan dengan
pembukaan hubungan diplomatik antara pemerintah RI dan Palestina pada tanggal 19
Oktober 1989.
 Indonesia juga aktif dalam memperkenalkan Islam sebagai agama yang menjunjung
tinggi perdamaian dan toleransi.
 
Jakarta Informal Meeting (JIM)
JIM adalah pertemuan yang dilaksanakan dalam upaya menyelesaikan konflik
Kamboja-Vietnam dengan Indonesia sebagai perantaranya. JIM ini dilakukan karena adanya
invasi Vietnam ke Kamboja tahun 1978. Negara-negara barat yang dipelopori Amerika
Serikat mengutuk invasi tersebut, sedangkan negara-negara blok timur yang dipimpin oleh
Uni Soviet mendukung sikap Vietnam.
JIM telah dilaksanakan sebanyak tiga kali di antara tahun 1988-1990. Pada JIM I,
Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja mengusulkan tiga tahap rencana penyelesaian
Perang Indocina 3. Tiga usul tersebut adalah melakukan gencatan senjata antara kedua belah
pihak, diturunkannya pasukan penjaga perdamaian PBB untuk mengawasi penarikan pasukan
Vietnam dari Kamboja, dan penggabungan semua kelompok bersenjata Kamboja ke dalam
satu kesatuan. Usulan tersebut disetujui dan akan kembali dibahas dalam Jakarta Informal
Meeting kedua.
Pada JIM II, Australia juga turut serta. Melalui perdana menterinya, Gareth Evans,
Australia mengusulkan rancanganCambodia Peace Plan yang berisi:

 mendorong upaya gencatan senjata;


 menurunkan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah yang konflik;
 mendorong pembentukan pemerintah persatuan nasional untuk menjaga kedaulatan
Kamboja sampai pemilihan umum diadakan. 
Pertemuan terakhir JIM (JIM III) membahas tentang pengaturan pembagian
kekuasaan di antara pihak Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja dengan Republik
Rakyat Kamboja dengan membentuk pemerintah persatuan yang dikenal dengan
nama Supreme National Council (SNC).
 
Peran Indonesia setelah JIM
Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting ternyata
mendapat apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh anggota Dewan keamanan PBB
menyetujui upaya pembentukan pemerintahan transisi di Kamboja dengan
membentuk United Nation Transitional Authority in Cambodia (UNTAC)tanggal 28 Februari
1992 berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 745.
Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia mengambil peran dengan mengirimkan
pasukan Kontingen Garuda XII A – XII D untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja.
Bahkan jumlah pasukan Kontingen Garuda Indonesia di UNTAC sebanyak 2.000 personil
militer ataupun polisi. Jumlah ini terbanyak lhodibandingkan pasukan negara lainnya.

Anda mungkin juga menyukai