Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai
oleh Sanusi Hardjadinata, seorang gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang,
Federasi Afrika Tengah menolak untuk hadir karena masih diserang oleh penjajah.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan dihadiri
oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA.
Konferensi ini menghasilkan Basic Paper on Racial Discrimination, Basic Paper on
Radio Activity dan Declaration on the Promotion of World Peace and Co-
operation. Dokumen ini kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung yang berisi tentang
“pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerja sama dunia” di mana terkandung
prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Berikut 10 poin Deklarasi
Bandung:
1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat
di dalam piagam PBB
2) Menghorrmati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3) Mengakui persamaan semua suku bangsa dn persamaan semua bangsa, besar maupun
kecil
4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negri
negara lain
5) Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian
ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya
terhadap negara lain
7) Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum), ataupun cara
damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam
PBB
9) Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional
Peran Indonesia dalam KAA sangat strategis. Peran tersebut, yaitu :
1) Pemrakarsa. Indonesia menjadi salah satu negara pemrakarsa diselenggarakannya
KAA bersama panca negara. Indonesia ikut serta dalam dua konferensi sebelum
diadakannya KAA.
2) Tempat Konferensi. Tempat KAA pertama kali adalah di Indonesia. Tepatnya di
Gedung Merdeka, Bandung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955. Konferensi
pendahuluan sebelum diadakannya KAA juga terjadi di Indonesia, yaitu Konferensi
Bogor. Penyelenggraan KAA yang kedua juga diadakan di Indonesia, yaitu pada
tanggal 19 sampai 23 April 2015 di Jakarta dan pada tanggal 24 April di Bandung.
Pada KAA yang kedua ini dihadiri oleh 89 negara Asia Afrika dari 109 negara yang
ada.
3) Panitia Konferensi. Penyelenggraan KAA pertama di Indonesia, selanjutnya panitia
penyelenggartan juga dilakukan oleh tokoh Indonesia.
Ketua Panitia Penyelenggara KAA adalah Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa
Barat saat itu.
Ketua KAA adalah PM Ali Sastroamidjoyo
Sekjend KAA adalah Ruslan Abdul Gani, Sekjen Kementerian Luar Negeri
Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan adalah Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
Ketua Komite Ekonomi adalah Prof Ir.Rooseno, Menteri Ekonomi Indonesia
Pembukaan KAA diberikan sambutan oleh Presiden Soekarno
4) Kerjasama. Setelah diadakannya KAA sampai kini, Indonesia masih melakukan
kerjasama dnegan negara-negara Asia Afrika berdasartkan politik luar negeri bebas
aktif.
Misi Garuda
Ide awal munculnya Pasukan Garuda karena adanya konflik di Timur Tengah pada 26
Juli 1956. Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap
Mesir sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara lainnya. Dalam Sidang
Umum PBB, Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Perason, mengusulkan agar dibentuk
pemelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui dan pada tanggal 5 November
1956 Sekretaris Jenderal PBB membentuk United Nations Emergency Forces (UNEF).
Indonesia pun menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam UNEF. Indonesia
telah mengirimkan Misi Garuda I sampai Misi Garuda XXVI-C2. Menurut data Kementerian
Luar Negeri pada Senin, 21 Maret 2016, Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10
pasukan pemeliharaan perdamaian PBB dari 124 negara. Saat ini, pemerintah Indonesia telah
menugaskan 2.843 personel TNI dan POLRI yang bertugas di 10 Misi Pemeliharaan
Perdamaian PBB.
Kontribusi pasukan Indonesia ke Misi Pemeliharaan PBB merupakan wujud
pelaksanaan mandat Konstitusi yang mengamanatkan Indonesia untuk “ikut melaksanakan
ketertiban dunia”. Selain itu,pengiriman pasukan ini sebagai sarana peningkatan kapasitas
dan profesionalisme personel TNI dan POLRI.
Selain sebagai negara pelopor berdirinya GNB, Indonesia memiliki peran yang cukup
besar dalam organisasi tersebut, di antaranya:
Sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal digagasnya
Gerakan Nonblok
Sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini karena
Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam mengundang
mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.
Menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang berlangsung pada 1-7
September 1992 di Jakarta dan Bogor.
Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya kembali dialog utara-selatan, yaitu
dialog yang memperkuat hubungan antara negara berkembang (selatan) terhadap negara maju
(utara). Hingga tahun 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan pada 2012 telah
memiliki 120 negara sebagai anggota.
ASEAN
ASEAN merupakan singkatan dari Association of Southeast Asian Nation atau Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Latar belakang berdirinya organisasi ini didasarkan pada
letak geografis, kepentingan nasional, persamaan nasib, dan kebudayaan.ASEAN didirikan
pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Pendirian ASEAN dipelopori oleh lima negara,
yaitu:
Singapura : S. Rajaratnam
Thailand : Thanat Khoman
Malaysia : Tun Abdul Razak
Indonesia : Adam Malik
Filipina : Narciso Ramos
Tujuan ASEAN
1) Pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan meniadakan tarif bea masuk
terhadap barang yang berasal dari sesama negara anggota untuk meningkatkan skala
pasar internasional dan melakukan proteksi terhadap pengusaha domestik dalam
menghadapi persaingan dari luar kawasan.
2) Penetapan peraturan dan perjanjian penanaman modal untuk memperkuat posisi
tawar-menawar negara anggota dalam menghadapi negara yang lebih maju.
3) Mengembangkan kebijakan industri regional untuk menasionalisasi dan
mengonsentrasikan perusahaan lokal. Tujuannya agar menjadi primadona bagi suatu
kawasan, seperti tekstil dan agroindustri.
4) Mendirikan proyek industri ASEAN.
5) Membentuk dana devisa bersama negara-negara anggota yang memerlukan, dana
tersebut diatur dalam ASEAN Swaparrangement.
6) Menentukan tarif rendah untuk jenis barang hasil produksi negara anggota ASEAN.
7) Pengunaan Satelit PALAPA.
8) Menghindarkan pajak ganda antaranggota ASEAN.
9) Mendirikan pusat-pusat penelitian tentang pertanian, biologi, pengobatan, bahasa
Inggris, dan sebagainya.
10) Tukar pelajar dan mahasiswa antaranggota ASEAN.
11) Kerja sama siaran televisi bersama.
12) Penanggulangan bersama masalah narkoba.
13) Penangulangan bahaya terorisme.
Peran Indonesia dalam ASEAN :
1) Sebagai salah satu pendiri ASEAN. Indonesia adalah salah satu dari lima negara
pemrakarsa berdirinya ASEAN. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dasar
berdirinya ASEAN adalah deklarasi Bangkok, dimana deklarasi tersebut ditanda
tangani oleh menteri luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN. Indonesia telah
dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa negara yang berada di luar
ASEAN, dimana Indonesia telah mampu menciptakan stabilitas regional di kawasan
Asia Tenggara.
2) Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN. Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa
kepemimpinan Presiden Suharto (tahun 2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN,
dimana dengan gaya kepemimpinannya Indonesia mampu menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Pada masa
kepemimpinannya, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan serangkaian
pertemuan seperti :
Asean Ministerial Meeting (Pertemuan Tingkat Menteri Asean)
Asean Regional Forum (Forum Kawasan Asean)
Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulangan
berbagai masalah yang terjadi, dan lain sebagainya.
3) Indonesia juga memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada pertemuan ASEAN
ministerial meeting ke-5 di Singapura melalu menteri luar negeri Adam Malik. Hal
tersebut ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN.
4) Indonesia juga telah menyampaikan makalah yang berjudul reflection dalam rangka
mengajak para anggota ASEAN yang lain untuk mengevaluasi kesepakatan ekonomi
sebelumnya, dimana kesepakatan tersebut berkaitan dengan program kerjasama
sektoral di berbagai bidang.
5) Sebagai Tuan Rumah KTT Asean. Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk
mengadakan beberapa kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT
ASEAN yang pernah diselenggarakan di Indonesia antara lain adalah :
KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di Bali.
Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat
ASEAN yang berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya
adalah putra Indonesia yang bernama H.R. Dharsono
KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali.
Dalam KTT tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean
(Asean Community) yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, serta
keamanan.
KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di Jakarta
KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember
2011 di Bali. Dalam Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang Kawasan
bebas senjata nuklir di Asia tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ)
6) Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Indonesia telah banyak
membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia Tenggara, yaitu dengan
membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh negara anggota ASEAN
lainnya.
Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara
Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam Konferensi
Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya perjanjian damai.
Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL)
dengan pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut
sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di
Indonesia.
Di bidang budaya, OKI secara aktif mendukung pendidikan bagi komunitas muslim di
seluruh dunia. Melalui dana Soidaritas Islam, organisasi ini telah membantuk mendirikan
universitas Islam di Malaysia, Niger, Uganda, dan Bangladesh. Selain bidang politik dan
budaya, OKI juga mendukyng minoritas muslim di seluruh dunia, terutama mereka yang
didiskriminasi. Oleh karena itu, OKI aktif mendukung kaum minoritas di Bulgaria dan
Filipina.