Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TEORI PENUNJANG

2.1 pengertian karbon aktif

Karbon aktif adalah karbon yang telah diproses dengan cara diaktivasikan
sehingga mmiliki pori dengan luas permukaan yang sangat besar sehingga mampu
meningkatkan daya adsorpsinya. Karbon aktif merupakan material yang memiliki
diameter pori dengan
ukuran skala molekul (nanometer) yangmemiliki gaya Van derWaals yang
kuat(Arfan, 2006). Karbon aktif (activated carbon)merupakan adsorben yang
banyak digunakanpada pengolahan air, maupun pengolahan airlimbah karena
memilki kemampuan untukmenyerap senyawa organik dan anorganik.

2.2 Bahan bahan karbon aktif

2.2.1 Ampas Tebu

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas merupakan limbah yang


dihasilkan dari proses pemerahan atau ekstraksi batang tebu. Dalam satu kali
proses ekstraksi dihasilkanampas tebu sekitar 35-40 % dari berat tebu yang
digiling secara keseluruhan. Dari sekianbanyak ampas tebu yang dihasilkan, baru
sekitar 50% yang dimanfaatkan misalnya sebagaibahan bakar dalam proses
produksi dan transportasi tebu dari lahan pertanian ke tempatpemerahan. Namun
selebihnya masih menjadi limbah yang perlu penanganan lebih seriusuntuk diolah
kembali. Disamping itu, ampas tebu dijual untuk dimanfaatkan sebagaitambahan
bahan baku pembuatan kertas (Birowo, 1992).Ampas tebu umumnya digunakan
sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energiyang diperlukan pada pembuatan
gula. Selain itu, ampas tebu dapat juga digunakan sebagaipakan ternak, bahan
baku serat, papan plastik, dan kertas. Kaur et al., (2008) mengemukakanbahwa
ampas tebu tanpa diarangkan dapat dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam
beratseperti seng, kadmium, tembaga, dan timbaledengan efisiensi berturut-turut
sebesar 90, 70,55, dan 80%

Ampas tebu memiliki sifatfisik yaitu berwarna kekuning-kuningan,


berserat(berserabut), lunak, dan relative membutuhkan tempat yang luas untuk
penyimpanan dalamjumlah berat tertentudibandingkan dengan penyimpanan
dalam bentuk arang dengan jumlah yang sama. Ampas tebu yang dihasilkan dari
tanaman tebu tersusun atas penyusunpenyusunnyaantara lain air (kadar air
44,5%), serat yang berupa zat padat (kadar serat52,0%) dan brix yaitu zat padat
yang dapat larut, termasuk gula yang larut (3,5%). Secara kimiawi, komponen
utama penyusun ampas tebu adalah serat yang didalamnya terkandung selulosa,
poliosasepertihemiselulosa dan lignin. Susunan ketigakomponen tersebut dalam
ampas tebu hamper sama dengan susunan yang ada dalam tanaman monokotil
berkayu lunak
Ampas tebu merupakan salah satu bahan yang cukup potensial
dikembangkan sebagai karbon aktif karena ketersediaannya yang melimpah dan
nilai ekonominya belum tinggi. Ampas tebu dapat diperoleh dari industri yang
menggunakan tebu sebagai bahan baku yakni:pabrik pabrik gula yang tersebar di
Pulau Jawamaupun di luar Pulau Jawa, usaha kecil berupapembuatan gula merah
disamping itu sekarang tumbuh usuha mikro yang berbahan baku tebumisalnya
minuman es tebu
Pada saat ini pemanfaatan ampas tebu sebagaian besar digunakan sebagai
bahan bakar tambahan pada boiler, media tanam,bahan tambahan pupuk dan yang
tidak termanfaatkan dibuang tanpa mengalami pengolahan sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan yang pada akhirnya menyebabkan lingkungan menjadi
tidak sehatserta berkurang nilai estetikanya. Berdasarkan paparan tersebut
diperlukan solusi untukmenangani masalah ampas tebu denganmemanfaatkan
ampas tebu dibuat menjadikarbon aktif, sehingga dapat mempunyai nilaitambah
dan meningkatkan daya dukunglingkungan.Karbon aktif berupa karbon
amorfterdiri dari karbon bebas serta

2.2.2 cangkang buah karet


Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia [19]. Perkebunan karet Indonesia
terluas di dunia. Pada tahun 2012, luasnya mencapai 3,4 juta Ha, atau 15% dari
luas total perkebunan di Indonesia seluas 22,76 juta Ha. Indonesia dengan
produksi sebesar 3,04 juta ton merupakan negara produsen karet alam terbesar ke-
2 di dunia. Dengan produksi tersebut, ekspornya mencapai sebesar 2,4 juta ton
[1]. Pemanfaatan tanaman karet masih terbatas pada getahnya saja, sedangakan
bagian-bagian yang lain dari tanaman ini seperti batang, buah dan cangkang buah
karet merupakan limbah yang belum termanfaatkan.
Adsorpsi merupakan proses yang menunjukkan kemampuan adsorbat
untuk menempel pada bahan penjerap. Penerapan proses adsorpsi yaitu pada
pemisahan polutan terlarut atau untuk mengambil kembali bahan yang bernilai
memiliki nilai lebih namun berjumlah sedikit pada suatu campuran [5].
Penggunaan bahan-bahan lignoselulosa alami sebagai adsorben sangat baik untuk
mengikat logam berat dari dalam larutan melalui langkah-langkah metabolisme
atau kimia-fisika [2]. Karbon aktif dari bahan lignoselulosa, khususnya karbon
aktif yang diproduksi dari limbah pertanian belum sepenuhnya termanfaatkan dan
tak bernilai ekonomis, hal ini disebabkan belum adanya penanganan dan inovasi
yang memberikan nilai lebih terhadap limbah pertanian tersebut.
Cangkang buah karet (Hevea brasiliensis) adalah jenis limbah pertanian
yang menyebabkan masalah seperti pencemaran lingkungan di perkebunan karet
[7]. Limbah hasil pertanian sebagai produk dan hasil samping dari pertanian dan
pengolahan produk pertanian merupakan bahan baku melimpah yang dapat
digunakan langsung atau diubah oleh proses kimia yang cukup sederhana untuk
meningkatkan nilai dari segi ekonominya [8]. Cangkang buah karet memiliki
kandungan lignin sebesar 21,60 dan Selulosa 61,04 %. Lignin dan selulosa adalah
senyawa organik yang termasuk dalam golongan senyawa polimer. Polisakarida
yang memiliki gugus –OH sehingga dapat digunakan sebagai karbon aktif [9].
Dari data di atas dapat diketahui cangkang buah karet merupakan bahan
baku yang sangat potensial untuk dijadikan karbon aktif. Beberapa penelitian yang
telah dilakukan, yaitu pembuatan karbon aktif dari cangkang kulit buah karet
dengan aktivator H3PO4 7%, 100 mesh [10]. Karbon aktif dari serbuk kayu karet
menggunakan H3PO4 60% sebagai agen aktivasi dengan rasio perbandingan 1;
1,5 dan 2 pada temperatur aktivasi 400 oC dan 500 oC [4].
Timbal dapat menyebabkan kerusakan parah pada sistem saraf, ginjal, otak dan
sistem reproduksi bahkan pada tingkat mg/L. Ion logam timbal yang ada di air
limbah dari berbagai industri seperti penyimpanan asam baterai, solder, lukisan,
pigmen, pestisida, peleburan, pelapisan logam, pertambangan, dan pertanian. Oleh
karena itu, pengembangan metode yang dapat diandalkan untuk menghilangkan
Pb(II) dalam air menjadi penting supaya bahaya besar terhadap lingkungan dan
organisme dapat dihindari [14].

Proses adsorpsi terhadap logam terutama logam Pb(II) telah banyak dilakukan
oleh beberapa peneliti dengan melakukan variasi Ph dalam menjerap ion Pb(II),
Zn(II) dan Fe(II) ion-ion logam berat [12].
Pada penelitian ini dibuat karbon aktif dari cangkang buah karet yang diaktivasi
dengan asamfosfat untuk diaplikasikan dalam menjerap logam Pb(II).
2.3 Proses pembuatan karbon aktif
Secara umum, proses pembuatan karbon aktif terdiri dari 3 tahapan, yaitu
dehidrasi, karbonisasi, dan aktivasi.
1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses penghilangan kandungan air yang terdapat dalam
bahan baku karbon aktif dengan tujuan untuk menyempurnakan proses
karbonisasi dan dilakukan dengan cara menjemur bahan baku di bawah sinar
matahari atau memanaskannya dalam oven.

2. Karbonisasi
Karbonisasi (pengarangan) adalah suatu proses pemanasan pada suhu
tertentu dari bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen yang sangat terbatas,
biasanya dilakukan di dalam furnace. Tujuan utama dalam proses ini adalah untuk
menghasilkan butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang rapi.
Karbonisasi akan menyebabkan terjadinya dekomposisi material organik bahan
baku dan pengeluaran pengotor. Sebagian besar unsur non-karbon akan hilang
pada tahap ini. Pelepasan unsur-unsur yang volatil ini akan membuat struktur
pori-pori mulai terbentuk/pori-pori mulai terbuka. Seiring karbonisasi, struktur
pori awal akan berubah.
Karbonisasi melibatkan dua proses utama yaitu proses pelunakan dan
penyusutan. Kedua proses ini berkaitan dengan sifat-sifat hasil akhir produk
karbonisasi. Selama proses pelunakan akan terjadi pembentukan pori yang diikuti
dengan dekomposisi yang sangat cepat pada interval suhu yang sangat pendek.
Setelah proses pelunakan, arang akan mulai mengeras, kemudian menyusut
dimana penyusutan arang juga memiliki peran dalam pengembangan porositas.
Suhu saat pelunakan terjadi dan tingkat pelunakannya akan tergantung pada bahan
dasar dan rata-rata pemanasannya.
Karbonisasi dihentikan bila tidak mengeluarkan asap lagi. Penambahan
suhu memang diperlukan untuk mempercepat reaksi pembentukan pori. Namun,
pembatasan suhu pun harus dilakukan. Suhu yang terlalu tinggi, seperti di atas
1000oC akan mengakibatkan banyaknya abu yang terbentuk sehingga dapat
menutupi pori-pori dan membuat luas permukaan berkurang serta daya
adsorpsinya menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses karbonasi yaitu :
a. Waktu karbonisasi
Bila waktu karbonisasi diperpanjang maka reaksi pirolisis semakin
sempurna sehingga hasil arang semakin turun tetapi cairan dan gas makin
meningkat. Waktu karbonisasi berbeda-beda tergantung pada jenis-jenis dan
jumlah bahan yang diolah.
b. Suhu karbonisasi
Suhu karbonisasi yang berpengaruh terhadap hasil arang karena semakin
tinggi suhu, arang yang diperoleh makin berkurang tapi hasil cairan dan gas
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya zat zat terurai dan
yang teruapkan
3. Aktivasi
Pada proses karbonisasi, daya adsorpsi karbon tergolong masih rendah
karena masih terdapat residu yang menutupi permukaan pori dan pembentukan
pori- pori belum sempurna. Maka dari itu, perlu dilakukan proses aktivasi untuk
meningkatkan luas permukaan dan daya adsorpsi karbon aktif.
Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan
sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, M.T. dan T. Sinaga, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aktivasi yaitu :

a. Waktu perendaman
Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan
atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat membentuk
senyawa tar.
b. Konsentrasi aktivator
Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktivasi maka semakin kuat
pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa untuk keluar melewati mikropori
karbon semakin porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi karbon
aktif tersebut. Karbon semakin banyak mempunyai mikropori setelah dilakukan
aktivasi, hal ini terjadi karena aktivator telah mengikat senyawa-senyawa tar sisa
karbonisasi keluar dari mikropori arang, sehingga permukaannya semakin porous.
c. Ukuran
Semakin kecil ukuran atau diameter arang maka akan semakin besar daya
serap karbon aktif tersebut karena pori-porinya semakin banyak.
Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu aktivasi secara kimia
dan aktivasi secara fisika (Kinoshita, 1988).
a. Aktivasi secara fisika
Aktivasi fisika adalah proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan bantuan panas, uap dan gas N2. Aktivasi secara fisika dapat
dilakukan dengan pemanasan secara langsung dengan oksidasi gas. Gas-gas yang
sering digunakan yaitu antara lain uap air, karbon dioksida, O2 dan N2. Gas-gas
tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang,
sehingga memperluas permukaannya dan menghilangkan konstituen yang mudah
menguap serta membuang produksi tar atau hidrokarbon-hidrokarbon pengotor
pada arang. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam aktivasi secara fisika adalah
jenis gas yang digunakan, suhu aktivasi dan laju alir gas pengoksida
b. Aktivasi secara kimia
Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia. Aktivasi secara kimia biasanya
menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium klorida (CaCl2),
magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium hidroksida (NaOH),
natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl).
Karbon aktif yang dihasilkan dengan menggunakan aktivasi kimia
memiliki distribusi pori yang cocok digunakan sebagai adsorben tanpa
pengolahan tahap lanjut. Dalam hal ini, karbon aktif yang diolah adalah karbon
yang bersifat asam sehingga mereka tidak murni bila dibandingkan dengan karbon
aktif menggunakan aktivasi fisika. Kelemahan dari aktivasi kimia dalam
pembuatan karbon aktif adalah perlunya mencuci sisa bahan anorganik yang
masih melekat dalam karbon aktif dan memberikan dampak negatif (polusi) yang
mengakibatkan masalah yang serius. Karbon aktif dengan aktivasi kimia biasanya
berbentuk bubuk. Apabila bahan baku butiran digunakan, maka akan dihasilkan
pula karbon aktif butiran. Karbon aktif ini memiliki kekuatan mekanik yang
lemah, dan tidak cocok digunakan untuk adsorpsi fasa gas.
2.4 Sifat- sifat karbon aktif
Karbon aktif memiliki sifat-sifat yaitu diantaranya yaitu luas permukaan
dan porositas (porosity).
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel karbon aktif mempengaruhi proses kecepatan adsorpsi, tetapi
tidak mempengaruhi kapasitas adsorpsi yang berhubungan dengan luas
permukaan karbon.
2. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan karbon aktif maka akan semakin meningkatkan daya
serap karbon aktif tersebut.
3. Porositas (Porosity)
Selama proses aktivasi, terjadi proses pemisahan antara komponen berkarbon
dengan komponen non-organik sehingga membentuk suatu ruang yang disebut
dengan pori.

Adapun standar karbon aktif dapat dilihat pada tabel


Jenis Persyaratan Parameter
Parameter
Kadar Mak. 15 %
Kadar Mak. 10 %
Kadar Zat Menguap Mak. 25 %

Tabel 1. Komponen Penyusun Serat Ampas Tebu

Komponen Kandungan (%)


Selulosa 45
Pentosan 32
Lignin 18
Komponen lainnya 5
Sumber : Material Handbook Thirteenth

Anda mungkin juga menyukai