TINJAUAN PUSTAKA
A. Phlebitis
1. Pengertian
Phlebitis merupakan inflamasi pembuluh vena yang biasanya terjadi
karena kerusakan pada dinding vena yang menyebabkan pelepasan
mediator inflamasi dan pembentukan bekuan (Jordan, 2004).
2. Penyebab
Penyebab iritasi vena oleh alat intravena, obat-obatan, dan/atau infeksi
(Weinstein, 2000). Phlebitis lebih cenderung terjadi pada infus yang asam
atau alkalis atau yang sangat pekat (Jordan, 2004).
Phlebitis dapat terjadi akibat trauma mekanis atau iritasi kimia (seperti
akibat elektrolit intravena, terutama kalium dan magnesium, serta obat)
(Berman, 2009).
Darmawan (2008) menyatakan bahwa penyebab phlebitis sebagai berikut:
a. Pemasangan
Pemberian cairan infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena pada pasien dengan bantuan perangkat infus.
Tindakan tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Tindakan penatalaksanaan infus yang buruk, pasien akan terpapar pada
resiko terkena infeksi nosokomial berupa phlebitis.
b. Lama Pemasangan
Kontaminasi infus dapat terjadi selama pemasangan kateterintravena
sebagai akibat dari cara kerja yang tidak sesuai prosedurserta
pemakaian yang terlalu lama. The Center for Disease Controland
Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk
membatasi potensi infeksi.
8
9
f. Perawatan infus
Perawatan infus bertujuan untuk mempertahankan tehnik steril,
mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah, pencegahan/
meminimalkan timbulnya infeksi, dan memantau area insersi sehingga
dapat mengurangi kejadian phlebitis.
William & Wilkins (2006) menyatakan bahwa setelah infus IV
terpasang, fokus pada mempertahankan terapi dan mencegah
komplikasi. Pelaksanaan tindakan perawatan rutin dan khusus serta
menghentikan infus ketika terapi selesai. Tindakan perawatan rutin
membantu mencegah komplikasi.
William & Wilkins (2006, h.70-77) menyatakan bahwa perawatan
infus dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur di rumah sakit,
meliputi:
1) Memeriksa atau mengamati bagian pemasangan intravena dari
tanda-tanda peradangan infeksi setiap hari.
2) Perawat harus mencuci tangan dan memakai sarung tangan setiap
kali melakukan perawatan infus terutama di lokasi venipuncture.
3) Mengganti balutan/ plester pada area insersi infus setiap 48 jam
sekali. Peralatan yang dibutuhkan yaitu:
a) Alkohol swab
b) Plester, kasa steril 2x2, plester transparan
c) Sarung tangan steril
Cara mengganti balutan plester yaitu
a) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
b) Pegang jarum atau kateter di tempat dengan tangan yang tidak
dominan untuk mencegah gerakan yang dapat menyebabkan
infiltrasi, kemudian dengan lembut lepaskan pita
c) Menilai bagian venipuncture dari tanda-tanda infeksi
(kemerahan dan nyeri)
d) Jika perawat mendeteksi adanya tanda-tanda ini, lakukan
tekanan pada daerah tersebut dengan pada kain kasa steril dan
13
2. Sasaran
Sasaran pemberian cairan intravena (IV) adalah untuk memperbaiki atau
mencegah ketidakseimbangan cairan elektrolit atau untuk memberikan
terapi medikasi intravena (Nurachmah, 2000).
Terapi cairan intravena memberikan cairan tambahan yang mengandung
komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus- menerus selama
periode tertentu. Cairan dapat bersifat isotonis (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%
dalam air, Ringer laktat, dll), hipotonis (NaCl 5%), atau hipertonis
(Dekstrosa 10% dalam NaCl, Dekstrosa 10% dalam air, Dekstrosa 20%
dalam air) (Nurachmah, 2000).
3. Tujuan
Nurachmah (2000) menyatakan bahwa tujuan prosedur terapi intravena
adalah:
a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin,
protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut
b. Memulihkan keseimbangan asam-basa
c. Memulihkan volume darah
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
4. Peralatan
Tamsuri (2009) menyatakan bahwa peralatan yang digunakan dalam
pemasangan infus adalah:
a. Infus set
b. Cairan infus
c. Standar infus
d. Torniket
e. Jarum infus
f. Pengalas
g. Gunting dan plester
h. Pompa elektronik (jika diperlukan)
i. Lidi kapas
16
d. Periksa botol infus yang menggantung pada label dan tidak diijinkan
lebih dari 24 jam. Periksa botol infus dari keretakan, kebocoran dan
kerusakan lainnya. Periksa perubahan warna dan kekeruhan.
e. Mengubah administrasi set pada infus
7. Tindakan Pemecahan Masalah untuk Penatalaksanaan Infus Intravena
Johnson dkk (2005) menyatakan bahwa tips pemecahan masalah untuk
penatalaksanaan infus intrevena sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tips Pemecahan Masalah untuk Penatalaksanaan Infus Intravena
No Masalah Tindakan
1 Ruang tetesan terisi penuh Tutup klem regulator, putar wadah cairan
ke bawah dan peras cairan dari ruang
tetesan sampai terisi setengahnya atau
agak di bawahnya
No Masalah Tindakan
6 Cairan menetes tetapi juga Hentikan IV dan mulai lagi pada tempat
bocor ke dalam jaringan lain
sekitar tempat fungsi Tempatkan air hangat di atas tempat
infiltrasi dan tinggikan ekstremitas. Kaji
ulang dengan sering.
8. Penghentian Infus
Infus dihentikan atas pesanan dokter atau terjadi infiltrasi pada sisi
intravena atau terjadi iritasi (Weinstein, 2000). Inspeksi adanya phlebitis
pada lokasi fungsi minimal tiap 8 jam. Jika phlebitis terdeteksi, hentikan
infus dan berikan kompres hangat pada area fungsi vena. Jangan
menggunakan vena yang cidera ini untuk infus selanjutnya (Berman,
2009).
9. Komplikasi Terapi Intravena
Weinstein (2000) menyebutkan komplikasi terapi intravena yaitu:
a. Phlebitis
b. Infiltrasi
c. Emboli udara
d. Emboli dan kerusakan kateter
e. Kelebihan beban sirkulasi
f. Reaksi pirogenik
Brooker (2009) menyatakan bahwa komplikasi intravena terdiri dari dua
yaitu :
22
Komplikasi lokal
1) Infeksi akibat kontaminasi setiap bagian sistem tersebut.
2) Infiltrasi jaringan terjadi jika cairan diinfus ke dalam jaringan,
bukan ke sirkulasi.
3) Ekstravasasi terjadi jika larutan iritan masuk ke dalam jaringan dan
dapat menyebabkan kerusakan berat termasuk nekrosis jaringan.
Zat tersebut dapat hipertonik (misal natrium bikarbonat 8,4%) atau
obat yang menimbulkan pengaruh vasokonstriksi (misal dopamin)
dan biasanya zat tersebut diberikan melalui jalur vena sentral untuk
meminimalkan masalah potensial ini yaitu inotrop (zat seperti obat,
yang berpengaruh terhadap kontraktilitas miokardium)
4) Phlebitis
a. Komplikasi sistemik
1) Kelebihan beban sirkulasi terjadi jika cairan, terutama normal
salin, diinfus terlalu cepat sehingga meningkatkan volume darah
dan tekanan vena serta dapat mengakibatkan gagal jantung serta
edema paru akut. Oleh karena itu, digunakan alat pengontrol infus
pada pasien yang rentan. Pemeriksaan kecepatan aliran infus secara
teratur dilakukan untuk mendeteksi masalah potensial ini, yang
seringkali terjadi jika kanula “posisional” (yaitu jika posisi lengan
memengaruhi kecepatan aliran)
2) Defisit volume cairan akibat aliran cairan infus terlalu lambat.
3) Septikemia jika bakteri patogen masuk ke dalam aliran darah.
Kondisi ini terutama berbahaya jika banyak bakteri virulen terdapat
di dalam tubuh pejamu yang mengalami gangguan sistem imun.
4) Emboli paru adalah komplikasi yang jarang terjadi, tetapi
mengancam jiwa. Risiko ini diminimalkan dengan menggunakan
sebuah penyaring saat memberikan darah atau larutan berpartikel
serta hanya menggunakan penekanan lembut saat membasuh
kanula yaitu emboli paru
23
C. Kerangka Teori
1. Usia
2. Nutrisi
3. Jenis kelamin
Faktor penyebab :
1. Lama pemasangan
2. Lokasi pemasangan
3. Ukuran kanula vena kateter Kejadian Phlebitis
4. Jenis cairan infus
5. Perawatan infus
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu konsep yang memiliki variasi nilai (Wasis,
2008). Variabel penelitian terdiri dari :
1. Variabel bebas penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan
kejadian phlebitis meliputi lama pemasangan, lokasi pemasangan, ukuran
kanula vena kateter, jenis cairan infus dan perawatan infus.
2. Variabel terikat penelitian adalah kejadian phlebitis
F. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang dirumuskan di
dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2005). Hipotesa penelitian ini
sebagai berikut :
1. Ada hubungan lama pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di Ruang
Rawat Inap RSUD Kraton Pekalongan
2. Ada hubungan lokasi pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di
Ruang Rawat Inap RSUD Kraton Pekalongan
3. Ada hubungan ukuran kanula kateter dengan kejadian phlebitis di Ruang
Rawat Inap RSUD Kraton Pekalongan
25