Laporan Kasus
ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan endoskop memberikan spesifisitas yang tinggi dalam membedakan
mukosa yang tidak sehat dengan yang sehat sehingga preservasi mukosa sehat dapat dioptimalkan dan
fisiologi mukosiliar dapat dipertahankan. Maksilektomi medial endoskopik adalah prosedur penanganan
tumor jinak untuk mengurangi morbiditas yang ditimbulkan oleh prosedur operasi terbuka. Tujuan:
Untuk mengurangi morbiditas dan tingkat kekambuhan pada penanganan tumor jinak sinonasal.
Kasus: Dilaporkan 2 kasus tumor jinak sinonasal, yaitu inverted papilloma dan schwannoma yang
ditangani secara maksilektomi medial endoskopik dengan mengoptimalkan preservasi mukosa dan
patensi duktus nasolakrimal. Teknik marsupialisasi endoskopik dilakukan untuk menjamin patensi duktus
nasolakrimal dengan bantuan sonde Bowman. Penatalaksanaan: Maksilektomi medial endoskopik dan
marsupialisasi duktus nasolakrimal. Kesimpulan: Maksilektomi medial endoskopik dapat menjadi pilihan
pada penatalaksaan tumor jinak sinonasal karena memberikan keuntungan pada pasien yaitu tidak adanya
sikatriks pada wajah dan preservasi mukosa sehat lebih optimal.
Kata kunci: maksilektomi medial endoskopik, tumor sinonasal, patensi duktus nasolakrimal
ABSTRACT
Background: The use of endoscope provides high specificity in distinguishing healthy and unhealthy
mucosa thus the preservation of healthy mucosa could be optimized and physiologic mucocilliary
transport system could be maintained. Endoscopic medial maxillectomy is a procedure for treating benign
sinonasal tumor, aimed to reduce the morbidity caused by open surgical procedure. Purpose: To reduce
the morbidity and the recurrence rates in the treatment of benign sinonasal tumors. Case report: Two
cases of benign sinonasal tumor which were inverted papilloma and schwannoma, treated by endoscopic
medial maxillectomy with optimal mucosal preservation and nasolacrimal duct patency. Marsupialization
endoscopic technique was performed to ensure the patency of nasolacrimal duct supporting by Bowman
sonde. Management: Endoscopic medial maxillectomy with marsupialization of nasolacrimal duct.
Conclusion: Endoscopic medial maxillectomy could be an optional treatment for benign sinonasal tumor
because the procedure has less facial cicatrix and optimal preservation of healthy mucosa, which are
advantages for the patient.
67
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
68
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
dengan obstruksi nasi sebelah kiri dan dan mudah berdarah. Asal tumor tidak jelas.
kanan sejak 1 tahun lalu dan terasa semakin Pemeriksaan THT yang lain tidak ditemukan
memberat dalam 6 bulan terakhir. Obstruksi kelainan.
nasi dirasakan memberat secara perlahan, Pemeriksaan laboratorium dan
terus menerus, dan tidak dipengaruhi oleh foto toraks dalam batas normal. Hasil
perubahan cuaca atau debu. Sefalgia terutama pemeriksaan histopatologis sebelum operasi
pada daerah wajah dan terdapat hiposmia. adalah inverted papilloma. Pada CT scan
Tidak ada keluhan lain seperti rinore, ingus potongan koronal tampak massa dengan
belakang hidung (post nasal drip), bersin, densitas 45 HU pada seluruh sinus paranasal
epistaksis, dan ingus bercampur darah. dan kavum nasi kanan disertai osifikasi yang
Riwayat operasi Caldwell-Luc kanan tahun mendestruksi dinding medial orbita bilateral,
1999. Pada inspeksi tidak tampak deformitas konka nasi kiri atrofi, kompleks ostiomeatal
pada hidung atau wajah. Pada palpasi tidak non paten, deviasi septum nasi ke kiri, bulbus
ada nyeri tekan ataupun krepitasi. Pada okuli dan orbita dalam batas normal. Tulang-
rinoskopi anterior tampak massa warna tulang lain utuh. Tidak tampak perluasan ke
putih agak hiperemis yang mengisi separuh intrakranial. Kesan adalah massa sinonasal
kavum nasi kanan dan kiri, permukaan disertai kalsifikasi dan destruksi dinding
licin, konsistensi lunak, tidak nyeri tekan, medial orbita bilateral (Gambar 1).
dan tidak mudah berdarah. Diduga suatu
polip nasi. Pemeriksaan nasoendoskopi Ditegakkan diagnosis inverted
kavum nasi kiri tidak ada kelainan, kavum papilloma dan dilakukan tindakan ekstirpasi
nasi kanan tampak massa seperti polip yang tumor dengan maksilektomi medial
menutupi kavum nasi bagian posterior, endoskopik.
massa bergranul, permukaaan tidak rata,
Gambar 1. CT scan potongan koronal tampak perselubungan dengan densitas 45HU pada sinus etmoid dan
maksila bilateral disertai gambaran hiperostosis pada lamina papyracea, prosesus unsinatus, bula etmoid, dan
konka media kanan (tanda lingkaran)
69
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
1 bulan terakhir dan terdapat ingus belakang Ditegakkan diagnosis polip nasi
hidung. Sefalgia terutama pada kepala inflamasi kanan dengan diagnosis banding
sebelah kanan dan terdapat hiposmia. Tidak inverted papilloma. Dilakukan tindakan
ada keluhan lain seperti rinore dan bersin. ekstirpasi tumor dengan maksilektomi
medial endoskopik.
Pada inspeksi tidak tampak deformitas
pada hidung ataupun wajah. Pada palpasi
tidak ada nyeri tekan atau krepitasi. Pada DISKUSI
rinoskopi anterior tampak massa yang
mengisi seluruh kavum nasi kiri, warna putih Pada kedua kasus diatas, prinsip teknik
kelabu, permukaan licin, konsistensi lunak, dan pendekatan operasi yang dilakukan
tidak nyeri tekan, dan mudah berdarah. hampir sama. Debulking dengan tang polip
Pemeriksaan nasoendoskopi kavum nasi dan dilanjutkan dengan menggunakan
kanan tampak massa seperti polip yang microdebrider. Evaluasi kavum nasi
menutupi seluruh kavum nasi kanan, dilakukan untuk menilai pelekatan dan asal
permukaaan licin dan mudah berdarah. Asal tumor. Kedua kasus tersebut diputuskan
tumor tidak jelas. Pemeriksaan THT yang dilakukan tindakan maksilektomi medial
lain tidak ditemukan kelainan. setelah melihat massa sudah melekat pada
dinding nasoantral sesuai dengan sifat
Pemeriksaan laboratorium dan foto inverted papilloma dan ideal untuk dilakukan
toraks dalam batas normal. Biopsi telah prosedur tersebut.
dilakukan sebelum operasi dan hasil
pemeriksaan histopatologis menunjukkan Maksilektomi medial endoskopik
polip inflamasi. dilakukan dalam keadaan anestesi umum.
Hidung diberikan dekongestan topikal
Pada CT scan potongan koronal tampak berupa oxymetazolin. Pengamatan awal
massa isodens dengan densitas 23,75 dilakukan menggunakan endoskop 0 derajat
HU pada kavum nasi kanan meluas ke menilai besar dan perluasan tumor, konka
etmoid dan tidak didapatkan perluasan ke media, septum nasi, dan konka inferior.
nasofaring dan intrakranial serta tidak ada Tahap pertama adalah debulking untuk
tanda destruksi tulang sekitar. Konka media mengecilkan tumor dan menentukan asal
dan inferior tampak atrofi dengan kompleks serta pelekatan tumor. Jika tumor berasal
ostiomeatal paten. Tulang lain kesan utuh. dari etmoid dan meluas ke sinus maksila,
Kesan adalah massa sinonasal (Gambar 2). ataupun sebaliknya, debulking dilakukan
menggunakan microdebrider dengan
memperhatikan mukosa septum dan konka
inferior. Saat debulking, secara periodik
dilakukan inspeksi untuk mengamati
pelekatan tumor dan struktur sebelumnya,
tumor dan tempat pelekatannya harus
direseksi komplit.1,4
Tahap kedua adalah identifikasi
ostium sinus maksila dengan melakukan
unsinektomi sehingga ostium alamiah
Gambar 2. CT scan potongan koronal tampak sinus maksila terlihat. Ostium alamiah
massa isodens dengan densitas 23,75 HU pada kavum
nasi kanan meluas ke etmoid dan tidak didapatkan
dilebarkan dan inspeksi dilakukan kembali
perluasan ke nasofaring dan intrakranial serta tidak untuk melihat ada atau tidaknya pelekatan
ada tanda destruksi tulang sekitar. tumor pada struktur ini. Setelah dilakukan
70
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
71
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
Gambar 4. a. Insersi sonde Bowman no. 000 Evaluasi dilakukan dua minggu setelah
melalui punktum superior duktus nasolakrimal. b. operasi secara endoskopik. Tidak tampak
Ujung sonde Bowman pada kavum nasi yang keluar adanya pertumbuhan massa tumor yang
melalui lubang yang dibuat pada sakus lakrimal baru dan mukosa sinonasal baik. Follow
(marsupialisasi) up pascaoperasi sangat diperlukan untuk
mengatasi komplikasi yang timbul dan untuk
mengetahui rekurensi secara cepat sehingga
Teknik maksilektomi medial endoskopik dapat direseksi segera. Busquets dan Hwang6
untuk penanganan tumor jinak sinonasal menyatakan bahwa mayoritas kekambuhan
sangat disukai untuk meminimalisasi terjadi pada 2 tahun pertama dan evaluasi
morbiditas dan rekurensi tumor. Keuntungan dengan endoskopi dapat membantu dalam
dari pendekatan secara endoskopik adalah mendeteksi kambuhnya inverted papilloma
jaringan yang berdekatan dapat secara secara lebih cepat.
seksama dievaluasi dan dibedakan dengan
mukosa sehat. Keuntungan lainnya adalah Pada kasus 2, hasil biopsi setelah operasi
visualisasi bersudut dan pembesaran adalah Schwannoma yang merupakan tunor
lapangan operasi yang memungkinkan jinak yang berasal dari sel Schwann pada
paparan lebih jelas ke dalam rongga selubung saraf. Scwhannoma dapat terjadi
hidung dan sinus paranasal. Keterbatasan pada seluruh tubuh, tetapi paling banyak
pendekatan endoskopik adalah saat massa ditemukan pada daerah kepala dan leher.
tumor meluas ke ekstranasal atau lokasi tumor Schwannoma sinonasal sangat jarang terjadi,
berada pada daerah yang sulit dijangkau oleh berkisar 4% dari keselurahan Schwannoma
instrumen endoskopik. Pemilihan prosedur yang terjadi di kepala leher. Schwannoma
maksilektomi medial endoskopik kedua sinonasal bisa berasal dari sinus atau
kasus ini didasarkan pada hasil pemeriksaan septum.5,7 Namun, pada kasus ini asal tumor
tidak bisa ditentukan karena massa tumor
72
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
73
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Maksilektomi medial endoskopik
7. Kayahan EM, Cakmak O, Donmez FY. 8. Rajagopal S, Kaushik V, Irion K, Herd ME.
Sinonasal Schwannoma of the middle Schwannoma of the nasal septum. Br J
turbinate. Diagn Interv Radiol. 2010; 16: Radiol. 2005; 79: 16-8
129-31.
74