Anda di halaman 1dari 49

KEPERAWATAN KELUARGA

DI SUSUN OLEH:

1.Ni Komang Devi 18089014017


2.Kadek Dewi Tirta Adriyani Bukian 18089014018
3.I Ketut Edy Sudarma 18089014020
4. I Kadek Erman Purwadi 18089014023
5.Komang Maniasih 18089014033

KEPERAWATAN 6 A

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ida sang hyang widhi wasa atas berkat rahmatnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Keperawatan
Keluarga.Dalam makalah ini membahas tentang pelayanan kesehatan primer,struktur,fungsi dan
tipe keluarga,pengembangan dan kesejahteraan keluarga,teori dan konseptual keluarga,teori
penerapan model keperawatan keluarga,dan trend dan issue keperawatan keluarga dan
manajemen sumber daya.Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca dan berbagai pihak guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya pembaca pada
umumnya.

Bungkulan,5 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1.Latar Belakang ....................................................................................................... 2

1.2.Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

1.3.Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1.Pelayanan Kesehatan Primer.................................................................................. 3

2.2.Struktur,Fungsi,Tipe Keluarga............................................................................... 6

2.3.Perkembangan Dan Kesejahteraan Keluarga………………………………….....12

2.4.Teori Dan Konseptual Keperawatan keluarga……………………………………22

2.5.Teori Dan Penerapan Model Keperawatan keluarga…………………………….29

2.6.Trend Dan Issue Keperawatan keluarga…………………………………………32

2.7.Manajemen Sumber Daya……………………………………………………….36

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 45

3.1.Kesimpulan……………………………………………………………………….45

3.2.Saran……………………………………………………………………………...45

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keperawatan keluarga secara historis mempunyai hubungan dengan keperawatan


komunitas, hasil inilah yang sering membingungkan, apakah itu keperawatan kesehatan
masyarakat, keperawatan komunitas atau keperawatan keluarga, singkatnya keperawatan
keluarga tidak bisa dipisahkan dari keperawatan komunitas beserta keperawatan gerontik.
Keperawatan Keluarga merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari
keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan
sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan
anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga
adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan interaksional,
menggunakan kekuatan keluarga.
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga.
Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien
keperawatan. Secara empiris, kami menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan
kualitas kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat.
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit, sehingga
memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan
anggota keluarga . Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Menurut Yura dan Walsh
(1978), “proses keperawatan merupakan inti dan sari dari keperawatan”. Proses adalah suatu
aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju
pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan
masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga,
kelompok atau komunitas.
Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan, perwatan diri
(self care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti
dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan.

1
1.2.Rumusan Masalah
1.Apa itu pelayanan kesehatan primer?
2.Apa saja struktur,fungsi dan tipe pada keluarga?
3..Apa saja perkembangan pada keluarga dan kesejahteraan pada keluarga?
4.Bagaimana teori dan konseptual keperawatan keluarga?
5.Bagaimana teori dan penerapan model keperawatan keluarga?
6.Apa saja trend dan issue dari kperawatan keluarga?
7.Apa itu manajemen sumber daya?
1.3.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa itu pelayanan kesehatan primer
2.Untuk mengetahui struktur fungsi dan tipe pada keluarga
3.Untuk mengetahui perkembangan pada keluarga dan kesejahteraan pada keluarga
4.Untuk mengetahui teori dan konseptual keperawatan keluarga
5.Untuk mengetahui teori dan penerapan model keperawatan keluarga
6.Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan Keluarga
7.Untuk mengetahui manajemen sumber daya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pelayanan Kesehatan Primer

A. Definisi

Pengertian Pelayanan kesehatan primer Pelayanan Kesehatan Primer adalah strategi yang
dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk.
PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang
diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta
kelestarian yang disertai percaya diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan
sesuatu tentang kesehatan. Primary HealthCare/PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara
umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setaip tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self Detemination).

B. Tinjauan Sejarah PHC

Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO ke 30. pada
konferensi internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada tanggal 12 september 1978,
ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu dengan PHC. resolusi dikenal dengan
Health For All by the Year 2000 (HFA 2000) atau sehat untuk semua ditahun 2000 adalah
merupakan target resmi dari bangsa-bangsa yang tergabung dalam WHO. Pada tahun 1981
setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan strategi PHC untuk merealisasikan
tujuan, WHO membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang
sehat untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah

a. Perkembangan sosial dan ekonomi

b. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan

c. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi.

3
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC adalah
Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986. Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan
kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga
di dalam masyarakat. fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum
berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan
kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta
mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik (Mubarak,2006)

C. Tujuan PHC

a. Tujuan Umum

Menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga


akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.

b. Tujuan Khusus

1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani Pelayanan harus dapat
diterima oleh penduduk yang dialami

2) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani

3) Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

D.Fungsi PHC

a. Pemeliharaan kesehatan

b. Pencegahan penyakit

c. Diagnosis dan pengobatan

d. Pelayanan tindaj lanjut

e. Pemberian sertifikat

E.Unsur - Unsur PHC

a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

4
b. Melibatkan peran serta masyarakat

c. Melibatkan kerjasama lintas sectoral

F.Prinsip Dasar PHC

a. Pemerataan upaya kesehatan

b. Penekanan pada upaya preventif

c. Menggunakan tehnologi tepat guna

d. Melibatkan peran serta masyarakat

e. Melibatkan kerjasama lintas sectora

G.Ruang Lingkup PHC

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta


pengendaliannya.

b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

h. Penyediaan obat-obat essensial

H Ciri - Ciri PHC

a) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

b) Pelayanan yang menyeluruh

c) Pelayanan yang terorganisasi

d) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

5
e) Pelayanan yang berkesinambungan

f) Pelayanan yang progresif

g) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

h) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

I.Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC

a. Mendorong partisipasi aktif dalam pengenbangan dan implementasi pelayanan


kesehatan dan program pendidikan kesehatan

b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu

c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan dirisendiri pada masyarakat

d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat

e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat (Setiadi, 2016)

2.2. Struktur, Fungsi dan Tipe Keluarga

-Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi yang terus
menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh organisasi (keanggotaan
dan pola hubungan yang terus menerus). Hubungan dapat banyak dan komplek seperti: seorang
wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu dll yang semua itu mempunyai
kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Seorang perawat ketika melakukan pengkajian
struktur keluarga bisa menanyakan:

a. Siapa saja yang ada dalam keluarga ini?

b. Siapa yang melakukan tugas itu?

c. Siapa yang mengambil keputusan?

6
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan keluarga
tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur di dalam keluarga yang
sangat kaku dan fleksibel akan dapat merusak fungsi didalam keluarga.

Menurut Friedman (1986) fungsi dalam keluarga merupakan apa yang dikerjakan dalam
keluarga sedangkan fungsi keluarga meliputi proses yang digunakan dalam keluarga untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Proses ini meliputi komunikasi antar anggota keluarga, tujuan,
pemecahan konflik, pemeliharaan, dan pengunaan sumber internal dan eksternal. Tujuan
reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam 36 keluarga memerlukan dukungan secara
psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan
menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi, perilaku yang menyimpang dsb.
Tujuan yang ada didalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang
jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan
pemecahan masalah.

-Fungsi Keluarga Yang Berhubungan Dengan Struktur

a. Struktur egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam


menyampaikan pendapat (demokrasi)

b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong kejujuran dan kebenaran
(honesty dan authenticity)

d. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan

e. Struktur yang bebas: tidak adanya peraturan yang memaksakan (permissiveness)

f. Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)

g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stres emosional)

-Fungsi Keluarga menurut Friedman (1992) adalah:

a) Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,


membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stres.
7
b) Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping; memberikan feedback; dan memberikan petunjuk dalam pemecahan
masalah.

c) Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anaknya

d) Fungsi ekonomi: keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya dan


kepentingan di masyarakat.

e) Fungsi fisik: keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan


untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

-Fungsi Keluarga menurut BKKBN (1992)

a. fungsi keagamaan

b. fungsi sosial budaya

c. fungsi cinta kasih

d. fungsi melindungi

e. fungsi reproduksi

f. fungsi sosialisasi dan pendidikan

g. fungsi ekonomi

h. fungsi pembinaan lingkungan

Fungsi keluarga dengan orang tua (usila)

Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada usila dan
memfokuskan pada:

1. memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh,

2. memberikan kenyamanan dan support emosional,

3. mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat

4. menanamkan perasaan pengertian hidup dan memanajemen krisis

8
-Tipe Keluarga

Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan.
Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayaan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka Ners. perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga

1. Tradisional

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan isteri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu
rumah.

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan isteri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.

d. The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

e. The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan, dll.

f. The single-parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).

g. Commuter family

9
Kedua orang tua bekerja di kota yng berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkmpul pada anggota keluarga
pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelmpok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon, dll.

j. Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

k. The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2. Non Tradisional

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.

b. Th e stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

10
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan failitas yang sama, pengalaman yang sama;
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ‘marital


partners’.

f. Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawianan karena beberapa alasan
tertentu.

g. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling
merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya. h. Group network failmy

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan kelurga/saudara di dalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.

j. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.

11
k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencri ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

2.3.Perkembangan Dan Kesejahteraan Keluarga

A. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengn remaja. Menurut
Rodgers (Friedman,1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secar umum seluruh keluarga mengikuti pol yang sama.Tiap tahap perkembangan
membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengn sukses.

Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan wanita (isteri)
membentuk keluarga melalui perkwinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
Karena masih banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang
dimaksud dengan meninggalkan keluarga disini bukan secara fisik. Namun secr psikologis
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Dua orang yang membentuk keluarga perlu
mempersiapkan kehidupn keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersam serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi dsb.
Tugas perkembangan selengkapny dapat dilihat pada table 1.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


I. Pasangan Baru (Keluarga Baru) a. Membina hubungan intim yang
memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman, kelompok social
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

12
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu: keluarga suami, isteri serta
kelurga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya
dan mulai membina hubungn baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-
masing. Hal ini yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu yang tepat untuk
mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.

Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama) Keluarga yang menantikan
kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami
isteri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting (table 2)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga“Child-bearing” a) Persiapan menjadi orang tua
(Kelahiran Anak Pertama) b) Adaptasi dengan perubahan anggota
keluarga: peran, interaksi, hubungan
seksul dan kegaiatan
c) Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasngan
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhn bayi. Sering terjadi dengan kelahiran
bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Peran
utama Ners keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan
merawat bayi serta bagimana bayi berespon. Ners perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan
bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat
tercapai.

Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai sat kelahiran anak pertama berusia 2.5 tahun dan berakhir saat anak be
rusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini dapat dilihat pada table3.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengan Anak a) Memenuhi kebutuhan anggota kelurga
Prasekolah seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan

13
rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara kebutuhan ank yang lain juga
harus terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik
di dalam maupun di luar keluarga (keluarg
lain dan Lingkungan sekitar)
e) Pembgian waktu untuk individu, pasngan
dan anak (tahap paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh
dan kembang anak
Kehidupan kelurga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat tergantung pada orang tua.
Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami
isteri dan pekerjaan (purna wktu/paruhwaktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek
keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan
perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan hubungan kerja sama antar suami
isteri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak
khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia
12 tahin. Pada fase ini pada umumnya keluarga mencapai jumlah anggota kelurga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas dio sekolah, masing -masing anak
memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yng mempunyai aktivitas yang
berbeda dengan anak. Untuk itu kelurga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan
(table 4)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan

14
Keluarga dengan Anak Sekolah a. Membantu sosialisasi anak: tetngga,
sekolah dan lingkngan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya
kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga

Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialissi baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah.

Tahap V. Keluarga dengn Anak Remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta pada tahap-tahap sebelumnya, pada
tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan yang dapat dilihat pada table 5.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengn Anak Remaja a) Memberikan kebebasan yang seimbang
dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya
b) Mempertahankan hubungan yang intim
dalam keluarga
c) Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang. Hindari
perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.
d) Perubahan system peran dan peraturan
untuk tumbuh kembang keluarga.

15
Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing
anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan
dengn peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dn remaja karena anak
menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasny sementara orang tua mempunyai hak
untuk mengontrol aktivitas anak,. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap
hormonis.

Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan
utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan yang lebih rinci dapat diliht pad table 6.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengan Anak Dewasa a. Memperluas keluarga inti menjadi
(Pelepasan) keluarga besar
b. Memperthnkan keintimn psngn
c. Membantu orang tua suami/isteri yang
sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untukmandiri di
masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan
rumah tangga

Kelurga mempersiapkan anaknya yang tertu untuk membentuk kelurga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua anak meningglkan rumah,
pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan sumi isteri seperti fase awal. Orang tua
akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa “kosong” karena anak-anak
sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukn

16
aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara hubungan dengan
baik.

Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit
karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk
mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan berikut (table 7)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga Usia Pertengahan a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungn yang
memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan

Setelah semua anak meningglkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan
kesehatan dengan berbagai aktivitas: pola hidup yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin,
menikmati hidup dan pekerjaan dsb. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman
sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak
dan cucu) sehingg pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek. Hubungan antar
pasangan perlu semakin dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian
masingmasing pasangan.

Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meningggal. Proses lanjut usia
dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan
kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan social, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya
produktivitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini
diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut (table 8)

17
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
Keluarga Usia Lanjut a. Memperthankan suasana rumah yang
menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan
pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami isteri
dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak
dan social masyarakat
e. Melakukan life review

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakn tugs utama keluarga pada
tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri dari pada tinggal
bersama anaknya. Menurut riset day and Day (1993), wanita yang tinggal dengan pasangannya
memperlihatkan adaptasi yang lebih positif 92 dalam memasuki masa Tanya dibandingkn
dengan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan
“life review” dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini
berguna agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

B.Kesejahteraan Keluarga

-Konsep Keluarga Sejaktera

1. Keluarga Sejahtera Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah; mampu
memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materil yang layak; bertaqwa kepada tuhan yme;
memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antar anggota keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.

2. Keluarga Unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas suami-istri atau suami-istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

18
3. Keluarga Berencana Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan; pengaturan kelahiran; pembinaan ketahanan keluarga;
peningkatan kesejahteraan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, sejahtera

4. Kualitas Keluarga Kondisi keluarga mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,


sosial budaya, kemandirian keluarga, mental, spiritual, dan nilai-nilai agama merupakan
dasar mencapai keluarga sejahtera

-BKKBN (1992)

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami
isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya

-Keluarga Sejahtera

Keluarga yang dibentu berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan
serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan mayarakat dan
lingkungan. Yang dimaksud keluarga sejahtera adalah suatu kondisi dimana para keluarga-
keluarga di dalam masyarakat telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat
dasar (atl: sandang, pangan, papan, keehatan, pendidikan, lapangan kerja, serta ibadah dan
muamalah), sosial, psikologis, maupun yang bersifat perkembangan serta telah dapat
memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

-Keluarga Berencana

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinan ketahanan keluarga, peningkatan keejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

-Kualitas Keluarga

Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk
mencapai keluarga sejahtera.

-Kemandirian Keluarga

19
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pembangunan, mendewasakan usia perkawinan, membina dan meningkatkan ketahanan
keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan kesejahteraan keluarga,
berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab.

-Ketahanan Keluarga

Kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.

-Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan social budaya yang membudaya dalam
diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan
jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu system. Sebagai
sistem keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal
di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi dan
interdepensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan system terbuka sehingga
dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaitu lingkungannya (masyarakat), dan sebaliknya
sebagai sub system dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat
(supra system).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia
sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi bila keluarga sebagai titik
sentral pelayanan Keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota
keluarga yang sehat dalam mewujudkan masyarakat yang sehat.

C. Tahapan Keluarga Sejahtera

1. Keluarga Pra Sejahtera

20
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum
seluruhnya terpenuhi, seperti: spritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Contoh
kebutuhan dasar:

a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga

b. Pada umumnya keluarga seluruh anggota keluarga makan dua kali per hari

c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah &
berpergian

d. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah 5. Bila anak sakit dan atau pasangan
usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan

2. Keluarga Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan sosial psiologisnya, seperti pendidikan, KB, interaksi dalam
keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. Pada keluarga sejahtera I,
kebutuhan dasar (1-5) telah terpenuhi Contoh kebutuhan sosial psikologis:

a. Anggota belum melaksanakan ibadah secara teratur

b. Paling sedikit satu minggu sekali, keluarga menyediakan daging/ikan/telor

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun

d. Luas lantai rumah paling kurang

e. meter persegi untuk tiap penghuni rumah

f. Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dalam keadaan sehat

g. Paling urang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas berpenghasilan tetap

h. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin

i. Seluruh anak usia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini

j. Bila anak hidup dua tau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
ontraepsi (kecuali sedang hamil)

21
3. Keluarga Sejahtera II

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya & kebutuhan sosial
psiologisnya (1-14), tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung & memperoleh informasi Contoh kebutuhan pengembangan:

a) . Memenuhi upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama

b) . Sebagian penghailan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga

c) . Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari & kesempatan itu dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga Ikut serta dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

d) . Mengadakan rekreasi di luar rumah paling kurang satu kali per enam bulan

e) . Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah 21. Anggota keluarga


mampu menggunakan sarana transportai sesuai kondisi rumah

4. Keluarga Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psiologis, dan
pengembangan (1-21), tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi, seperti sumbangan materi, dan
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan suka rela memberikan sumbangan
bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi

b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus


perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat

5. Keluarga Sejahtera III Plus

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis,


pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan 68 aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi

2.4.Teori Dan Konseptual Keperawatan Keluarga

22
A.Teori
Teori adalah suatu sel interaksi kontruksi (konsep), definisi dan proposisi yang
menghasilkan suatu pandangan sistemik dan fenomena dan pengkhususan hubungan antara
variable dengan tujuan yang menjelaskan dan memprediksikan fenomena (kerlinjger, 1979,
hal 9)
B.Model konseptual
Model Konseptual adalah salah satu yang mencerminkan realita dengan menempatkan
kata-kata yang merupakan konsep ke dalam model dengan cara yang sama dengan pembuat
model pesawat mode pesawat memasang sayap,badan pesawat dan cockpit.
Teori keperawatan dan model konseptual

 Orientasi system.
- system periaku dari Johnson
- model konseptual system dari Neuman
 Orientasi perkembangan.
- model konseptual perawtan diri dari Orem
 Orientasi interaksi dan system.
- model adaptasi dari Roy
- model system terbuka dari King
 Orientasi system dan perkembangan.
- model proses kehidupan dari Roger.

 Model Sistem dari Neuman.


Pada publikasi Neuman taun 1970-an tentang model sistemnya, ia tidak membahas
keluarga. Dalam komplikasi akhir dari bab tentang model ini Neuman, disunting oleh
Neuman (1982) model terwsebut diperluas yang berhubungan dengan keluarga sehingga
penerima asuhan kepeerawatan termasuk keluarga. Dua bab dari naskah yang terakhir ini

23
menerapkan model dari Neuman untuk system keluarga (Reed, 1982) dan terapi keluarga
(Goldblum-Graff dan Greff, 1982). Dalam bab ini keluarga diuraikan sebagai target yang
tepat baik untuk pegkajian dan intervensi perimer, sekunder dan tersier. Proses keperawatan
digunakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan praaktik. Keperawatan (Faw Cett,
1984). Belakangan ini Mischke-Berkey dkk (1989) dengan tekun mengadaptasi model dari
Neuman untuk digunakan dalam pengkajian dan intervensi keluarga. Model dari Neuma
karena konsep keluarga telah diidentifikasi dan diterapkan, tampak agak bermanfaat untuk
membimbing praktik keperawatan keluarga.

 Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem.


Teori orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan dari, system perawatan
berorientasi pada individu.individu (klien) dianggap sebagai penerimaan asuhan
kepaerawatanyang utama. Keluarga dipandang sebagai factor syarat dasar bagi anggota
keluarga (klien) atau sebagai kontek utama di mana individu berfungsi. Perawat juga
membantu memberi perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat
individu yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini mereka diaggap sebagai
individu dari pada keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983).

Orem tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat di gabungkan ke dalam
model praktik perawatan tersebut. Tadyah 1985, akan tetapi, melaksanakan tugas untuk
menguraikan bagaimana struktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat diartikulasika
dengan model dari Orem. Karena unit analisis membedakan antara dua teori tersebut,
artikulasi yang diuraikan Tadych tersebut bersifat pelengkap meskipun filosofi perawatan diri
cukup relevan dengan keperawatan keluarga, konsep saat ini dari Orem tidak memberikan
konsep mendasar untuk bekerja dengan keluarga sebagai klien. Chin,1985. mengatakan
bahwa satu alasan mengapa terdapat kekurangan dari kemampuan penerapan model dari
orem pada keluarga sebagai sebuah unit adalah bahwa syarat-syarat perawatan diri bagi
keluarga berbeda dengan untuk individu. Hal ini tentunya merupakan suatu kemajuan dalam
upaya untuk menggunakan syarat-syarat perawatan diri yang berorientasi pada individu dari
Orem untuk mengkaji keluarga. Upaya-upaya selanjutnya seperti ini sangat diperlukan,
seingga teori Orem akan lebih bermanfaat untuk beerja dengan keluarga sebagai klien.

Model dari Orem

24
Perilaku peerawatan diri

Kapasitas Perawatan diri yang


perawatan diri diperlukan peutik

Deficit perawat dri

Kemampuan
keperawatan

 Model System Terbuka dari King.


King memandang keluarga sebagai system social dan konsep utama dalam
modelnya.Keluarga diperlukan baik sebagai kontek maupun klien.

King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila terpanggil
untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi masalah atau
keadaan sakit (1983 hal. 1982). King terus menguraikan modelnya sebagai perawat
pembantu untuk membantu anggaota keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi maslah dan
megambil keputusan, karena model tersebut beroriantasi padasistemdan intervensi dengan
perluasan isi keluarga yang lebih jauh, model tersebut cukup bermanfaat dalam keperawatan
keluarga.

25
System tradisional dari King

Persepsi Umpsn bslik

Penilaian
Individu A

Tindakan

Reaksi Interaksi Transaksi

IndividuB
Tindakan

Penilaian

Persepsi Umpsn bslik

 Model Adaptasi dari Roy.

26
Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok, organisasi, social, serta
komunitas dapat dijadikan unit analisisdan focus praktik keperawatan, karena para perawat
mengkaji orang sebagai system yang adaptif, meraka perlu mengkaji keluarga bila keluarga
merupakan focus perawatan..Intervensi keperawatan mempertinggi stimulasi (fokal,
konstektual dan residual) untuk meningkatkan adaptasi dari system keluarga (Roy 1983,hal
275). Perbaikan da perluasan konsep keluarga lebih lanjut sangat diperlukan,tetapi terdapat
kongruensi dan aplikabilitas yang mendasar dari model ini keperawatan keluarga Karena itu
teori adaptasi dati Roy tampaknya juga tetap menjanjikan dalam batasan menguraikan atau
menjelaskan fenomena keperawatan keluarga,padahal Roy mengatakan bahwa masalah
keperawatan melibatkan mekanisnme koping yang tidak efektif, yang menyebabkan respon
yang tidak efektif, merusak integritas individu tersebut. Gagasan ini dapat diperluas hingga
keunit keluarga dimana pola koping keluarga yang tidak efektif menimbulkan masalah-
masalah yag berubungan dengan fungsi keluarga (Mc Cubbin dan Figley, 1983). Masalah
teori ini menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam menipulasi
lingkungan mereka, kedua gagasan tersebut memiliki arti yang penting daam kesehatan.

Bagan dari callista Roy : peoses adaptasi

Input Proses Output

 Stimulus Mekanisme Perilaku kosong Adaptasi


 Tingkat koping dan respon
adaptasi  Fisiologi
tidak efektif
 Regular  Citra diri
 kognator  Perilaku peran
 Dependensi
mutual

27
Umpan balik

 Model Proses Kehidupan dari Roger.


Dalam teori Roger, focus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan umat mausia.
Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi simfonis anatara manusia dan
lingkungannya (Meleis 1985). Dalam-dalam tulisan yang terdahulunya dari tahun 1970
hingga 1980, roger tidak berbicara tentang keluarga. Tetapi pada tahun1983 Roger
menegaskan bahwa model konseptualnya dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada
induvidu. Bagi Roger, keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi keluarga
yang tidak bisa dikurangi, bersifat empat dimensi,negentropik, yang menjadi focus studi
dalam keperawatan.Wall (1981) secara jelas memperlihatkan kongruensi dan aplikabilasi
teori Roger untuk pengkajian keluarga yang mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan
konsep Roger tentang saing melengkapi, resonansi dan helicy untuk meguraikan system
keluarga. Peninggalan Roger ini secara jelas dikaitkan dengan teori sistem umum dan karena
orientasi ini maka ada suatu kesesuaian antara teori keperawatan dari Roger dan keperawatan
keluarga.

Teori keperawatan : latihan dasar untuk keperawatan professional

Lahan manusia

(garis waktu linier ) (Garis waktu linier)


28
Masa lalu
Masa yang
akan datang

4D lahan manusia dan relative Sekarang-melihat poin dalam garis


sekarang adalah sama
Melihat 4D dalam relatife saekarang

2.5.Teori Dan Penerapan Model Keperawatan keluarga

A. Penerapan model dan teori asuhan keperawatan keluarga

Asuhan keperawatan yang diberikan pada komunitas atau kelompok adalah sebagai berikut.

1) Pengkajian

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai berikut

a) Inti (core), meliputu: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia
yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta
riwayat timbulnya kelompok atau komunitas

b) Mengkaji delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

29
- Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena
dapat menjadi streeor bagi penduduk.

-Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan penduduk
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.

- Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan


tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyamna atau tidak , apakah sering stres akibat
keamana dan keselamatan yang tidak terjamin.

- Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.

- Pelayan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat/
memantau gangguan yang terjadi.

- Sistem komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan
di masyarakat tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan
penyakit. Misalnya media televisi, radio, koran yang diberikan pada masyarakat.

- Sistem ekonomi,tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah


pendapatan yang diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau
sebaliknya dibawah upah minimum. Hal ini terkait dengan upaya pelayanan kesehatan
ditujukan pada anjuran untuk mengonsumsi jenis makanan sesuai kemampuan ekonomi
masing-masing

- Rekreasi, apakah terssedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat
dijangkau oleh masyarakat. Rekreasi hendaknya dapat digunakan masyarakat untuk
membantu masyarakat untuk membantu mengurangi stressor.

2) Diagnosis keperawatan

Diagnosis ditegakkan berdasrkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang


ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen P (problem atau masalah), E (etiology
atau penyebab), dan S (symptom atau manifestasi/data penunjang). Misalnya, resiko
tinggi peningkatan gangguan penyakit kardiovaskuler pada komunitas di RT 01 RW 10

30
kelurahan somowinangun sehubungan dengan dengan kurangnya kesadaran masyarakat
hidup sehat ditandai dengan:

- 0,15 ditemukan angka dirawat dengan gangguan kardiovaskular

- 50% RT 01 RW 10 mengonsumsi lemak tinggi

- Didapatkan 20% saja yang kebiasaan berolahraga

- Informasi tentang gangguan kardiovaskuler kurang.

3) Perencanaan intervensi

Perencanaaan intervensi yang dapat dilakukan dengan diagnosis keperawatan komunitas


yang muncul di atas adalah:

- Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler

- Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi

- Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler melalui


pemeriksaan tekanan darah

- Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi yang
beresiko

- Lakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan fungsi jantung

-Lakukan kerja sama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk memperbaiki
lingkungan atau komunitas apabila ditemui ada penyebab stressor

- Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4) Implementasi

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
bersifat:

- Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di komunitas

31
- Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini berperilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

- Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit


kardiovaskuler.

- Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan


komunitas.

5) Evaluasi/penilaian

- Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi

- Menilai kemajuan yang dicapai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi


keperawatan

-Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

2.6.Trend Dan Issue Keperawatan Keluarga

1. Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang “menjamur” atau sedang disukai dan digandrungi
oleh orang banyak dan sesuai dengan fakta.Trend merupakan suatu alur yang menuju ke
arah mana pasar bergerak dan suatu pola dari peristiwa-peristiwa atau perilaku yang sama-
sama dialami oleh semakin banyak orang. Trend juga merupakan hal yang sangat mendasar
dalam pendekatan analisa dan merupakan salah satu gambaran ataupun informasi yang
terjadi saat ini yang biasanya sedang populer di kalangan masyarakat.
2. Issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadiaan yang dapat di perkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang dan merupakan sesuatu yang sedang di bicarakan
banyak orang tetapi masih belum jelas fakta atau buktinya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik garis besar untuk trend dan isue keperawatan
merupakan sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang peraktek ataupun
mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta atau tidak, trend dan isue keperawatan
tentunya menyangkut aspek legal dan etis dalam dunia keperawatan.(Nasir, 2009). Jadi,

32
trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan sedang
hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan keluarga.

-Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:


1. Global
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
b. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya semakin
meluas.
c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang
tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga
yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak serta
menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan
menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun
pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan keluarga di rumah tapi
perlu disosialisasikan.
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
2. Pelayanan
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
3. Pendidikan

33
a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

4. Profesi
a. Standar kompetensi belum disosialisasikan.
b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

-Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di
Indonesia :
1. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum adanya
perawat keluarga secara khusus di negara kita.
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
5. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
6. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
7. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
8. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun pedoman
pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
9. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas transportasi
yang cukup.
10. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
11. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.

34
12. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

Trend dan Isu Nasional :


1. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
2. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
3. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
4. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan masyarakat seperti
diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga
yang tidak mampu.

-Dampak Perubahan
1. Praktik keperawatan
a. Pengurangan anggaran
Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema,di satu sisi dia harus terus
mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan, dilain pihak pemerintah memotong
alokasi anggaran untuk pelayan keperawatan.
b. Otonomi dan akuntabilitas
Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di pemerintahan,
merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan otonomi dan akuntabilitas perawat
indonesia. Peran serta tesebut perlu di tingkatkan terus dan di pertahankan. Kemandirian
perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya
otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang harus di persiapkan.

c. Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam praktek keperawatan
bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan.
d. Tempat praktik

35
Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan
klinik(RS);komunitas;dan praktik mandiri di rumah/berkelompok (sesuai SK MENKES
R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan).

e. Perbedaan batas kewenangan praktik


Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang pendidikan,
sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan.
-Tantangan Pendidikan Keperawatan
Di masa depan pendidikan keperawatan dihadapkan pada suatu tantangan dalam
meningkatkan kualitas lulusannya dituntut menguasai kompetensi-kompetensi profesional.
Isi kurikulum program pendidikan ke depan, juga harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
-Tantangan Perubahan Iptek
Riset keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan dasar yang harus dilaksanakan oleh
perawat di era global. Meningkatnya kualitas layanan, sangat ditentukan oleh hasil kajian-
kajian dan pembaharuan yang dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian.(Kuntoro, 2010,
hal. 149-150)

2.7.Manajemen Sumber Daya

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana
mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara
efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal)
bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu
konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia- bukan mesin - dan bukan semata menjadi
sumber daya bisnis.
Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut para
ahli:
1. Menurut Melayu SP. Hasibuan.

36
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan
efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
2. Menurut Henry Simamora
MSDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa dan
pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok bekerja.
MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan personalia,
pengembangan karyawan, pengeloaan karir, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan
perburuhan yang mulus.
3. Menurut Achmad S. Rucky
MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis, pendayagunaan,
pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah organisasi secara efektif untuk
mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal oleh organisasi tersebut
dalam mencapai tujuan-tujuannya.
4. Menurut Mutiara S. Panggabean
MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan,
pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
5. Menurut Mutiara S. Panggabaean
MSDM adalah kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi
pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja,
penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan
hubungan kerja.
Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukan demikian
pentingnya manajemen sumber daya manusia di dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan
dan masyarakat. Jadi, Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenagakerja
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam usaha pencapaian tujuan perusahan
permasalahan yang dihadapi manajemen bukan hanya terdqapat pada bahan mentar, alat-alat

37
kerja, mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, namun juga menyakup karyawan
(SDM) yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut. Namun, perlu diingat bahwa
sumber daya manusia sendiri sebagai faktor produksi, seperti halnya faktor produksi lainnya,
merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan mengasilkan keluaran (output).

B. Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam setiap kegiatan atau aktivitas organisasi dari waktu ke waktu selalu timbul masalah-
masalah. Untuk mengatasi masalah–masalah yang timbul ada beberapa pendekatan sesuai
dengan periodenya. Maksudnya pendekatan yang lebih akhir menunjukkan lebih baru ditinjau
dari segi waktunya. Namun sampai sekarang pun masih ada pimpinan perusahaan yang
menggunakan pendekatan lama dalam mengatasi permasalahan. Di bawah ini dikemukakan tiga
pendekatan: Pendekatan Mekanis, Pendekatan Paternalisme, dan, Pendekatan Sistem Sosial.

1. Pendekatan Mekanis (klasik)

Perkembangan di bidang Industri dengan penggunaan mesin–mesin dan alat–alat elektronika


membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi kerja.

Dalam pendekatan mekanis, apabila ada permasalahan yang berhubungan dengan tenaga kerja,
maka unsur manusia dalam organisasi disamakan dengan faktor produksi lain, sehingga
pimpinan perusahaan cenderung menekan pekerja dengan upah yang minim sehingga biaya
produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan sikap bahwa tenaga kerja harus
dikelompokkan sebagai modal yang merupakan faktor produksi. Dengan hal ini maka di
usahakan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah namun bisa di manfaatkan semaksimal
mungkin dan memperoleh hasil yang lebih besar untuk kepentingan pemberi kerja. Pendekatan
ini cukup dominan di negara–negara industri barat sampai dengan tahun 1920 – an.
2. Pendekatan Paternalisme (Paternalistik)

Dengan adanya perkembangan pemikiran dari para pekerja yang semakin maju dari para pekerja,
yang menunjukkan mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungan manajemen atau pimpinan
perusahaan mengimbangkan dengan kebaikan untuk para pekerja. Paternalisme merupakan suatu
konsep yang menganggap manajemen sebagai pelindung terhadap karyawan, berbagai usaha
telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan supaya para pekerja tidak mencari bantuan dari pihak
lain. Pendekatan ini mulai hilang pada waktu periode tahun 1930–an.

38
3. Pendekatan Sistem Sosial (Human Relation)

Manajemen Sumber Daya Manusia atau personalia merupakan proses yang kompleks. Dengan
kekomplekan kegiatan manajemen Sumber Daya Manusia, maka pimpinan perusahaan mulai
mengarah pada pendekatan yang lain yaitu pendidikan sistem sosial yang merupakan suatu
pendekatan yang dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan faktor – faktor lingkungan.
Setiap ada permasalahan, maka diusahakan dipecahkan dengan sebaik mungkin dengan resiko
yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga kerja maupun pemberi kerja.

C. Proses Tahapan Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Recruitment (pengadaan),

Pengadaan Manajemen Sumber Daya Manusia Recruitment disini diartikan pengadaan, yaitu
suatu proses kegiatan mengisi formasi yang lowong, mulai dari perencanaan, pengumuman,
pelamaran, penyarigan sampai dengan pengangkatan dan penempatan. Pengadaan yang
dimaksud disini lebih luas maknanya, karena pengadaan dapat merupakan salah satu upaya dari
pemanfaatan. Jadi pengadaan disini adalah upaya penemuan calon dari dalam organisasi maupun
dari luar untuk mengisi jabatan yang memerlukan SDM yang berkualitas.
Jadi bisa berupa recruitment from outside dan recruitment from within. Recruitment from within
merupakan bagian dari upaya pemanfatan SDM yang sudah ada, antara lain melalui pemindahan
dengan promosi atau tanpa promosi. Untuk pengadaan pekerja dari luar tahapan seleksi
memegang peran penting. Seleksi yang dianjurkan bersifat terbuka (open competition) yang
didasarkan kepada standar dan mutu yang sifatnya dapat diukur (measurable). Pada seleksi
pekerja baru maupun perpindahan baik promosi dan tanpa promosi, harus memperhatikan unsur-
unsur antara lain; kemampuan, kompetensi, kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian.
Tahapan pemanfaatan SDM ini sangat memegang peranan penting, dan merupakan tugas utama
dari seorang pimpinan. Suatu hal yang penting disini adalah memanfaatkan SDM atau pekerja
secara efisien, atau pemanfaatan SDM secara optimal, artinya pekerja dimanfaatkan sebesar-
besarnya namun dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan batas-batas kemungkinan
pemanfaatan yang wajar. Orang tidak merasa diperas karena secara wajar pula orang tersebut
menikmati kemanfaatannya.

39
Prinsip pemanfaatan SDM yang terbaik adalah prinsip satisfaction yaitu tingkat kepuasan yang
dirasakan sendiri oleh pekerja yang menjadi pendorong untuk berprestasi lebih tinggi, sehingga
makin bermanfaat bagi organisasi dan pihak-pihak lain. Pemanfaatan SDM dapat dilakukan
dengan berbagai cara, mulai dari yang paling mudah dan sederhana sampai cara yang paling
canggih. Pemanfaatan SDM perlu dimulai dari tahap pengadaan, dengan prinsip the right man on
the right job.
2. Maintenance (pemeliharaan)

Pemeliharaan atau maintenance merupakan tanggung jawab setiap pimpinan. Pemeliharaan SDM
yang disertai dengan ganjaran (reward system) akan berpengaruh terhadap jalannya organisasi.
Tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk membuat orang yang ada dalam organisasi betah
dan bertahan, serta dapat berperan secara optimal. Sumber daya manusia yang tidak terpelihara
dan merasa tidak memperoleh ganjaran atau imbalan yang wajar, dapat mendorong pekerja
tersebut keluar dari organisasi atau bekerja tidak optimal.
Pemeliharaan SDM pada dasarnya untuk memperhatikan dan mempertimbangkan secara
seksama hakikat manusianya. Manusia memiliki persamaan disamping perbedaan, manusia
mempunyai kepribadian, mempunyai rasa, karya, karsa dan cipta. Manusia mempunyai
kepentingan, kebutuhan, keinginan, kehendak dan kemampuan, dan manusia juga mempunyai
harga diri. Hal-hal tersebut di atas harus menjadi perhatian pimpinan dalam manajemen SDM.
Pemeliharaan SDM perlu diimbangi dengan sistem ganjaran (reward system), baik yang berupa
finansial, seperti gaji, tunjangan, maupun yang bersifat material seperti; fasilitas kendaraan,
perubahan, pengobatan, dll dan juga berupa immaterial sepert: kesempatan untuk pendidikan dan
pelatihan, dan lain-lain. Pemeliharaan dengan sistem ganjaran ini diharapkan dapat membawa
pengaruh terhadap tingkat prestasi dan produktitas kerja.

3. Development (pengembangan).
Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang ada didalam suatu organisasi
perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan perkembangan organisasi. Apabila
organisasi ingin berkembang yang diikuti oleh pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangaan SDM, terutama untuk
pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian.

40
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh
suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau
keterampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu.
Untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu dilakukan analisis kebutuhan atau
need assessment, yang menyangkut tiga aspek, yaitu:
a. Analisis organisasi, untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana organisasi melakukan pelatihan
bagi pekerjanya”,
b. Analisis pekerjaan, dengan pertanyaan : “Apa yang harus diajarkan atau dilatihkan agar pekerja
mampu melaksanakan tugas atau pekerjaannya” dan,

c. Analisis pribadi, menekankan “Siapa membutuhkan pendidikan dan pelatihan apa”. Hasil
analisis ketiga aspek tersebut dapat memberikan gambaran tingkat kemampuan atau kinerja
pegawai yang ada di organisasi tersebut.

D. Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Peranan karyawan bagi sebuah perusahan berupa keterlibatan mereka dalam sebuah
perencanaan, sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Berbicara mengenai
peranan tenaga kerja, harus dibedakan antara mereka yang memiliki pekerjaan dan mereka yang
bekerja. R.Kyosaki menyebutnya dalam empat tingkatan (quadrant) yaitu self employed,
employe, pebisnis dan investor. Karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain dengan
menjual jasa mereka; waktu, tenaga dan pikiran untuk perusahan dan mendapat kopensasi dari
perusahan tersebut. Namun berbicara mengenai tenaga kerja ini masih umum. Karena ada yang
tidak bekerja, yang bekerja (pada orang lain/negara/swasta) dan mereka yang bekerja sendiri.
Dalam MSDM yang ingin ditelah adalah karyawan (mereka yang menjual jasa-pikiran, tenaga
dan waktu- kepada orang lain atau perusahaan. Disini terjadi sebuah ikatan atau kontrak
mengenai hak dan kewajiban masing-masing.
1. Perencanaan
Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja (Preparation and selection). Persiapan.
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan
menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan perkiraan/forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu, dan lain
sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu faktor

41
internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi, departemen yang ada, dan
lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan lain
sebagainya.
2. Rekrutmen & Seleksi
Rekrutmen tenaga kerja/Recruitment. Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau
kandidat pegawai, karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan
sdm oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperlukan analisis jabatan yang ada untuk
membuat deskripsi pekerjaan/job description dan juga spesifikasi pekerjaan/job specification.
1. Seleksi tenaga kerja/Selection. Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja
yang tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan
setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup/cv/curriculum vittae milik
pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil
dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil
kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja/interview dan proses seleksi
lainnya.
Menurut Cut Zurnali (2010), sebuah organisasi atau perusahaan harus dapat mencari dan
menarik calon karyawan yang memiliki kemampuan bekerja dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi, yang biasa disebut sebagai pekerja pengetahuan (knowledge worker).
Mengutip pendapat Drucker (2002:135): Kontribusi manajemen yang paling penting yang
dibutuhkan pada abad ke-21 ini adalah meningkatkan produktivitas kerja pengetahuan
(knowledge work) sekaligus meningkatkan produktivitas pekerja pengetahuan (knowledge
worker). Produktivitas kerja pengetahuan (knowledge work) berarti perusahaan meningkatkan
cakupan kerjanya pada pemanfaatan teknologi yang berbasis pengetahuan, termasuk didalamnya
memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
meningkatkan profitabilitas sekaligus memperkuat daya saing (competiveness) perusahaan.
Kerja pengetahuan adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan atau setiap
organisasi, baik organisasi laba (perusahaa atau korporasi) maupun organisasi nirlaba (seperti
kantor-kantor pemerintah atau NGO). Sedangkan peningkatan produktivitas pekerja pengetahuan
(knowledge worker) bermakna bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin pengetahuan dan
kemampuan para pekerja pengetahuan dalam menjalankan setiap pekerjaan atau tugas yang
diberikan perusahaan kepada mereka.

42
Cut Zurnali (2010) mendefinisikan pekerja pengetahuan atau knowledge worker (K-Worker)
sebagai karyawan sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk mendesain, membangun,
menguji, memelihara, dan mengoperasikan infrastuktur dan aplikasi keorganisasian dengan
sentuhan teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien sekaligus dapat memberikan kepuasaan bagi para stake holder organisasi
tersebut.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cut Zurnali tersebut, dapatlah ditarik sebuah
kesimpulan bahwa pada era sekarang ini sudah saatnya sebuah departemen SDM merekrut
karyawan-karyawan dengan kualifikasi knowledge worker agar sebuah organisasi atau
perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, sekaligus memberikan
keuntungan kepada para stake holder organisasi tersebut, tidak hanya pada saat ini tapi juga di
masa depan.
3. Pelatihan, Pengembangan & Penilaian Prestasi
 Pengembangan dan evaluasi karyawan (Development and evaluation). Tenaga kerja yang
bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada
dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja
yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat
penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
 Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai (Compensation and protection).
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi atau
perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar
tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun
dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan
kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan
kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu. Kompensasi atau
imbalan yang diberikan bermacam-macam jenisnya yang telah diterangkan pada artikel lain
pada situs organisasi.org ini.
4. Promosi, Pemindahan dan Pemisahan

43
 Promosi adalah sebuah jenis transfer yang meliputi penugasan kembali seorang pegawai
pada sebuah posisi yang kemungkinan besar diberikan pembayaran yang lebih tinggi dan
tanggung jawab, hak dan kesempatan yang lebih besar. Demosi, kadang-kadang disebut
transfer ke bawah, adalah sebuah jenis transfer meliputi pemotongan pembayaran, hak dan
kesempatan.
 Pemisahan, disebut juga pemberhentian, bahkan sering disebut downsizing, adalah
perpindahan sementara atau tidak definitif seorang pegawai dari daftar gaji. Umumnya
adalah untuk mengurangi kelebihan beban biaya tenaga kerja dan permasalahan keuangan
perusahaan semakin serius.
 Terminasi adalah tindakan manajemen berupa pemisahan pegawai dari organisasi karena
melanggar aturan organisasi atau karena tidak menunjukkan kinerja yang cukup.
 Pemberhentian sukarela adalah pemisahan pegawai dari organisasi atas inisiatif organisasi
atau kemauan pegawai sendiri.
 Pengunduran diri adalah pemisahan pegawai yang telah menyelesaikan masa kerja
maksimalnya dari organisasi atau umumnya di kenal dengan istilah pensiun.

44
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Kerawatan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang diberi via praktek keperawatan
kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.. Keberhasilan keperawatan di R.S
dapat menjadi sia – sia jika dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Keluarga sebagai titik sentral
pelayanan kesehatan. Keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan
mewujudkan masyarakat yang sehat. Askep yang diberikan berdasarkan pada masalah
kesehatan dari setiap anggota keluarga. Agar Pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
diterima oleh keluarga maka diharapkan para perawat harus mengerti dan memahami
tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya,
perlu pemahaman setiap tahap perkembangan dan tugas perkembangan.

3.2.Saran
1. Diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya sehingga status
kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.
2. Mahasiswa dan perawat dapat memahami karakteristik budaya termasuk didalamnya
adalah bahasa daerah agar proses keperawatan dapat berlangsung dengan baik.

45
DAFTAR PUSTAKA

__________ 2008. Asuhan Keperawatan Tuberculosis (TBC).http://www.indonesianursing.com


[didownload tanggal 13 desember 2009]

Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Kautsar. 2008. Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti. http://www.


kautsarku.wordpres.com [didownload tanggal 13 desember 2009]

Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.


http://www.piogama.ugm.ac.id [didownload tanggal 13 desember 2009]

http://mushofatulmasdathoriya.blogsome.com/2007/06/01/konsep-keperawatan-keluarga/

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d42b93092f433c6874269925ee6a4c0f27589e3a.pdf

46

Anda mungkin juga menyukai