Epilepsi
Oleh :
Preseptor:
dr. Reno Bestari, Sp. N
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Batasan Masalah
Penulisan makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, diagnosis dan
penatalaksanaan epilepsi.
1.3 TujuanPenulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, epidemiologi,
etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan epilepsi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Epilepsi merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“epilepsia” yang didefinisikan sebagai suatu gangguan umum kronis yang disertai
dengan kejang berulang tanpa alasan, kejang sementara dan/atau gejala dari
aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron di otak.4 Epilepsi
merupakan sebuah gangguan kronik yang ditandai dengan kejang berulang tanpa
provokasi.5 Suatu gangguan otak dapat dinamakan epilepsi sekiranya memenuhi
kondisi12:
1. Terjadi sekurang-kurangnya 2 kejang tanpa provokasi dalam jangka > 24
jam.
2. Terjadi satu kejang tanpa provokasi dan ada kemungkinan terjadi kejang
lebih lanjut yang serupa dengan resiko kekambuhan umum (setidaknya
60%) setelah dua serangan tanpa provokasi, yang terjadi 10 tahun ke depan.
3. Diagnosis sindroma epilepsi (berdasarkan pemeriksaan EEG).
2.2 Epidemiologi
Epilepsi mengenai orang dari seluruh kelompok usia, ras dan kelas sosial.
Kira-kira sebanyak 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi. 1 Suatu
estimasi insidens dan prevelansi terjadinya epilepsi sulit tercapai kerana
identifikasi penderita epilepsi adalah sukar.2 Di Indonesia sendiri, belum ada data
pasti tentang jumlah penderita epilepsi, namun diperkirakan ada sebanyak 1-2
jutaorang. Insiden epilepsi di Indonesia adalah sebanyak 50 kasus per 100.000
orang per tahun sedangkan prevalensi epilepsi adalah 5-10 kasus per 1.000 orang.3
2.3 Etiologi
Kejang pada epilepsi terpicu karena terjadinya pelepasan berlebihan dan
sinkronisasi neuron. Hal ini menganggu kerja normal dari bagian otak yang
terlibat sehingga menyebabkan gejala klinis dan tipe spesifik dari epilepsi. 1
Etiologi epilepsi dapat dibagi menjadi empat, yaitu idiopatik, simptomatik,
kriptogenik danprogresif.7
Epilepsi idiopatik (atau primer) ditentukan oleh genetik dan biasanya
berhubungan dengan karakteristik klinis yang khas dan temuan hasil
elektroensefalografi (EEG) yang spesifik. Epilepsi ini sering terjadi namun
penyebabnya masih belum diketahui. Beberapa penyakit lagka yang didapat
seperti sklerosis tuberculosis dan neurofibromatosis dapat menyebabkan epilepsi
idiopatik. Pasien dengan Trisomy 21 (Down’s syndrome) adapat mengalami
epilepsi idiopaik pada akhir kehidupannya.7Secara umum, epilepsi idiopatik
biasanya mempunyai prognosis baik dan respon dengan baik dengan obat anti
konvulsan.1
Epilepsi simptomatik adalah kondisi yang didapat dan berhubungan
dengan abnormalitas struktural otak. Penyebab epilepsi simptomatik adalah
trauma kepala, trauma saat lahir, gangguan serebrovaskular, infeksi otak,
malformasi kortikal dan tumor otak. Oleh karena itu investigasi yang mendalam
harus dilakukan untuk menggali penyebab epilepsi ini.7Prognosis epilepsi
simptomatik biasanyajelek.Suatu epilepsi dikatakan kriptogenik apabila tidak ada
penyebab abnormalitas yang jelas atau apabila suatu dugaan faktor resiko yang
menjurus ke kondisi epilepsi simpomatik atau didapat. Kira-kira 40% pasien
epilepsi tidak ditemukan penyebab epilepsinya. Namun, angka ini didapatkan
semakin menurun dengan meningkatnya fasilitas neuroimaging terutama MRI.7
Epilepsi dikatakan progresif apabila berhubungan dengan kondisi
neurologi yang semakin menjadi. Epilepsi mioklonik progresif merupakan
sekumpulan gangguan yang terjadi pada penyakit otak degenerative yang
diturunkan serta gangguan metabolik saat lahir. Penyakit yang sering terkait
dengan epilepsi ini adalah adrenoleukodistrofi, penyakit Alper’s dan penyakit
Tay-Sachs.7
Suatu etiologi atau faktor resiko terjadinya epilepsi tergantung pada usia
pasien dan tipe kejang yang bermanifestasi. Penyebab epilepsi tersering pada bayi
adalah hipoksia perinatal dan trauma, gangguan metabolik, malformasi otak
kongenital dan infeksi. Pada anak kecil dan remaja, epilepsi idiopatik sering
terjadi, walaupun trauma dan infeksi juga memainkan peran yang penting.
Penyebab epilepsi pada orang dewasa bervariasi. Kedua epilepsi idiopatik dan
epilepsi yang berhubungan dengan trauma saat lahir biasanya bermanifestasi pada
saat dewasa. Penyebab epilepsi pada orang dewasa yang lain termasuk cedera
kepala, alkohol, tumor otak dan penyakit serebrovaskular. Pada beberapa negara
berkembang, penyakit parasitik seperti sisterkosis dan malaria dapat memicu
terjadinya epilepsi.7
2.4 Klasifikasi
2.5.1 Bangkitanumum
Bangkitan ini terjadi pada semua area otak. Terjadi gangguan kesadaran
pada awal onset epilepsi. Kadang-kadang dapat diawali dengan kejang parsial
simpleksatau kejang parsial kompleks. Hal ini dinamakan sebagai kejang umum
tonik- klonik sekunder.5
a) Tonik-klonik (Grand Mal)
Merupakan jenis yang umumnya terjadi. Biasanya dimulai dengan
kehilangan kesdaran dan penderita akan menangis. Pasien akan terjatuh apabila
berdiri, tubuh menegang (tonik) dan diikuti dengan sentakan otot (klonik). nafas
pada pasien ini dangkal dan terputus sehingga biir dan kulit tampak kebiruan.
Dapat terjadi akumulasi air liur di mulut, dan disertai dengan darah apabila lidah
tergigit. Dapat disertai dengan kehilangan kontrol kandung kemih. Biasanya
kejang berlangsung selama ≥ 2 menit. Pasien sering mengalami periode
kebingungan, agitasi dan tidur setelah serangan. Kadang- kadang, sakit kepala dan
nyeri dirasakan setelahserangan.5
b) Absans (Petit Mal)
Tipe kejang ini biasanya terjadi pada masa anak-anak (bisa juga terjadi
pada orang dewasa), pasien didapatkan seringkali keliru dengan melamun dan
tidak dapat memberikan perhatian. Biasanya ditemukan riwayat yang sama pada
keluarga. Kejang ini diawali dengan mendadak, di mana pasien menatap, tanpa
ekspresi, tanpa respon dengan menghentikan aktifitas yang sedang dilakukan.
Sering terjadi kedipan mata atau gerakan mata yang menghadap edke atas. Durasi
kejang ± 10 detik dan berhenti dengan tiba-tiba. Setelah serangan, penderita
kembali sadar dan melanjutkan aktifitas seperti normal, tanpa adanya ingatan
tentang serangan yang terjadi. Penderita tetap mempunyai tingkat kecerdasan
yang normal. Biasanya teratasi seiring dengan pubertas.5
c)Mioklonik
Kejang tipe berlangsung sebentar, dengan sentakan otot yang kuat pada
ekstremitas atas. Pasien biasanya menjatuhkan atau menumpahkan sesuatu setelah
serangan. Kesadaran tidak terganggu, namun pasien merasakan kebingungan dan
mengantuk sekiranya episode kejang berlangsung terus dalam waktu yang singkat.
Tipe kejang ini dapat menjadi lebih berat yaitu sebagai tipe kejang tonik-klonik.5
d) Tonik
Kejang tipe ini terjadi mendadak dengan manifestasi kekakuan pada otot
seluruh tubuh, sehingga pasien yang berada daam posisi berdiri, menjadi kaku dan
terjatuh. Pemulihan pada tipe kejang ini adalah sebentar namun cedera masih
dapat bertahan. Kejang ini dapat terjadi saat pasien sedang tidur.5
e)Atonik
Tipe ini terjadi mendadak, pasien kehilangan kekuatan otot sehingga
merasa lemas dan dapat terjatuh dari posisi berdiri. Dapat disertai dengan cedera
dan luka pada kepala. Tidak disertai dengan kehilangan kesadaran. Pemulihan dari
serangan adalah cepat kecuali apabila ada cedera.5
2.5.2 BangkitanParsial/Fokal
Pasien dengan kejang fokal terjadi pada satu bagian otak tetapi dapat difus
ke bagian otak lain. Jika terjadi penyebaran, disebut sebagai kejang umum
(sekunder), dan sering menjadi kejang tonik-klonik. Sekitar pada 60% penderita
epilepsi terjadi kejang fokal dan kadang-kadang kejang tipe ini tidak mampan
dengan pemberian obat antikonvulsan.4,5
a) Parsial Simpleks
Kejang tipe ini juga dikenal sebagai “aura” atau “warning” dan
bermanifestasi sebelum kejang parsial kompleks atau kejang tonik-klonik.
Biasanya tidak ada penurunan kesadaran dan durasi serangan adalah selama< 1
menit.5
b) Parsial Kompleks
Tipe serangan ini bervariasi, tergantung pada bagian otak dan dimulai dan
penyebaran yang terjadi. Sebagian besar dimulai dengan tatapan kosong,
kehilangan ekspresi / samar-samar dan penampilan bingung. Pada pasien dengan
serangan ini, kesadaran dapat terganggu dan pasien kemungkinan tidak akan
merespon. Dapat disertai dengan perilaku yang tidak biasa. Perilaku umum pada
serangan ini termasuk mengunyah, gelisah, berjalan di sekitar dan bergumam.
Durasi kejang ini adalah selama 30 detik sampai 3 menit. Pasien sering bingung
dan kadang-kadang tidak ingat apa-apa setelah serangan.5,9
2.6 Diagnosis
Suatu penentuan diagnosis epilepsi haruslah dilakukan sesuai dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap.10
Anamnesis
Suatu wawancara yang lengkap baik sama pasien, keluarga pasien, orang
yang merawat atau saksi mata haruslah dilakukan untuk menentukan suatu
serangan kejang itu adalah kejang atau bukan. Beberapa pertanyaan tentang
kejadian sebelum, selama dan sesudah serangan kejang harus ditanyakankarena
dokter tidak dapat melihat sendiri serangan kejang yang terjadi pada pasien.10
PemeriksaanPenunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menentukan
diagnosis pasti epilepsi.9 Pemeriksaan yang dapat dilakukantermasuk:
1. PemeriksaanLaboratorium10
Biasanya dilakukan atas indikasi. Untuk menyingkirkan suatu kelainan
dini metabolik, haruslah diperiksa kadar glukosa darah serta pemeriksaan
elektrolit (kalsium dan magnesium) Indikasi pemeriksaan ini dilakukan adalah
untuk penapisan dini racun/toksik, pemeriksaan serologis, kadar vitamin dan
nutrient lainnya. Sekiranya ada kecurigaan adanya sindroma tertentu, pemeriksaan
laboratorium yang harus diperiksa adalah asam amino, asam organik, NH3, enzim
lysosomal, serum laktat dan serum piruvat. Sedangkan untuk kecurigaan infeksi
system saraf pusat akut, seharusnya dilakukan lumbalpungsi.6
2. Pemeriksaan Elektroensefalografi(EEG)10
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
elektroensefalografi(EEG).Perekamanpemeriksaaninisebaiknyadilakukan pada
waktu sadar dalam keadaan istirahat, pada waktutidur,dengan stimulasi fotik dan
hiperventilasi. Pemeriksaan EEG sesuai sebagai pemeriksaan penunjang, karena:
• Pemeriksaan ini merupakan alat diagnostik utama untuk mengevaluasi pasien
dengan serangan kejang yang jelas atau yang meragukan. Hasil pemeriksaan
EEG akan membantu dalam membuat diagnosis, mengklasifikasikan jenis
serangan kejang yang benar dan mengenali sindrom epilepsi.
• Dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik dan neurologi, pola
epileptiform pada EEG ( spikes and sharp waves) sangat mendukung
diagnosis epilepsi. Adanya gambaran EEG yang spesifik seperti “3- Hzspike-
wave complexes” adalah karakteristik ke arah sindrom epilepsi yangspesifik.
• Lokalisasi dan lateralisasi fokus epileptogenic pada rekaman EEG dapat
menjelaskan manifestasi klinis daripada “aura” maupun jenis serangan kejang.
Pada pasien yang akan dilakukan operasi, pemeriksaan EEG ini selalu
dilakukan dengan cermat.
• Gambaran EEG yang abnormal interiktal bisa saja tidak menunjukan adanya
epilepsi sebab hal demikian dapat terjadi pada sebagian kecil orang-orang
normal oleh karena itu hasil pemeriksaan EEG saja tidak dapat digunakan
untuk menetapkan atau meniadakan diagnosis epilepsi.
• Suatu fokus epileptogenik yang terlokalisasi pada pemeriksaan EEG mungkin
saja dapat berubah menjadi multifokus atau menyebar secara difus pada pasien
epilepsianak.
• Pada EEG ada dua jenis kelainan utama yaitu aktivitas yang lambat dan
epileptiform, bila pada pemeriksaan EEG dijumpai baik gambaran
epileptiform difus maupun yang fokus kadang kadang dapat membingungkan
untuk menentukan klasifikasi serangan kejang kedalam serangan kejang
parsial atau serangan kejangumum.
3. PemeriksaanVideo-EEG10
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada keraguan untuk memastikan diagnosis
epilepsi atau serangan kejang yang bukan oleh karena epilepsi atau bila pada
pemeriksaan rutin EEG hasilnya negatif tetapi serangan kejang masih saja terjadi,
atau juga perlu dikerjakan bila pasien epilepsi dipertimbangkan akan dilakukan
terapi pembedahan. Biasanya pemeriksaan Video - EEG ini berhasil membedakan
apakah serangan kejang oleh karena epilepsi atau bukan dan biasanya selama
perekaman dilakukan secara terus menerus dalam waktu 72 jam, sekitar 50 – 70 %
dari hasil rekaman dapat menunjukkan gambaran serangan kejangepilepsi.
4. PemeriksaanRadiologi
5. PemeriksaanNeuropsikologi10
Pemeriksaan ini mungkin dilakukan terhadap pasien epilepsi dengan
pertimbanganakan dilakukan terapi pembedahan. Pemeriksaan ini khususnya
memperhatikan apakah ada tidaknya penurunan fungsi kognitif,demikian juga
dengan pertimbangan bila ternyata diagnosisnya ada dugaan serangan kejang yang
bukan epilepsi.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan epilepsi adalah untuk mengontrol kejang dengan
pemberian obat anti epilepsi yang sesuai, tanpa menimbulkan efek samping. 2,11
Penatalaksanaandenganobatantiepilepsiseharusnyadimulaisetelah menegakkan
diagnosis epilepsi. Pemberian obat anti epilepsi dimulakan setelah terjadi dua atau
lebih kejang tanpa provokasi, setelah mengedukasi penderita dan keluarga
penderita tentang resiko dan keuntungan dari pemberian obat anti epilepsi.11
b. Fenitoin (300-600 mg/hari per oral dibagi menjadi satu atau duadosis).
c. Karbamazepine (800-1200 mg/ hari per oral dibagi menjadi tiga hingga empat
dosis). Obat ini merupakan obat pilihan untuk pasien epilepsi pada kehamilan.
Nama : Nn M
Usia : 14 tahun
Pekerjaan :Pelajar
Agama :Islam
StatusMenikah : Belummenikah
Keluhan Utama
Kejang berulangsejak 2 minggusebelumdatangkePoli Saraf RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Status Generalis
Keadaanumum : Baik
Kesadaran : Composmentis Cooperatif, GCS 15
(E4M6V5) Tekanandarah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Status Internus
Mata :
Kanan : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidakikterik
Kiri : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidakikterik
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
JVP 5-2 cmH2O.
Toraks :
Paru:
Inspeksi : Simetris kiri dankanan
Palpasi : Fremitus simetris kiri dan kanan Perkusi :Sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing(-/-).
Jantung:
Inspeksi : Iktus tidakterlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RICV
Perkusi : Batas jantung atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari medial
LMCS RICV.
Auskultasi : Bunyi jantung teratur, bising (-)
Abdomen:
Inspeksi : Tidak tampakmembuncit
Palpasi: Hepar dan lien tidak teraba, defans muscular (-), nyeritekan(-),
nyeri lepas(-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Punggung :
Tidak ada kelainan
Ekstremitas :
Udem tidak ada
Status Neurologis
1. GCS 15 (E4 M6 V5)
2. Tanda Rangsangan Meningeal:
a. Kaku kuduk(-)
b. Brudzinky I(-)
c. Brudzinky II(-)
d. Kernig(-)
3. Tanda peningkatan tekananintrakranial:
a. Muntah proyektil tidakada.
b. Sakit kepala tidakada.
N.II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Baik Baik
Lapangan Pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola Mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan Bulbus Bebas ke segala arah
Strabismus - -
Nistagmus -
Ekso/Endopthalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi Baik Baik
Refleks Konvergensi Baik Baik
N.IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N.VI (Abdusens)
Kanan Kiri
Gerakanmata kemedial
Baik Baik
bawah
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakan rahang Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Mengunyah Baik
Sensorik
Divisi Oftlamika
Refleks Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
Divisi Maksila
Refleks Masseter Baik Baik
Sensibilitas Baik Baik
Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik Baik
N.VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata (+) (+)
Fisura palpebral Baik Baik
Menggerakan dahi Baik Baik
Menutup mata Baik Baik
Mencibir/bersiul Baik
Memperlihatkan gigi Baik
Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik
Hiperakusis (-) (-)
Plika nasolabialis Simeteris
N.VIII (Vestibularis)
Pendengarannormal
Kanan Kiri
Suara berbisik Baik Baik
Detik Arloji Baik Baik
Rinne test Baik Baik
Webber test Tidak ada lateralisasi
Scwabach test
Memanjang Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
Memendek Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
Nistagmus
Pendular (-) (-)
Vertikal (-) (-)
Siklikal (-) (-)
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Baik Baik
Refleks muntah (gag
+ +
reflex)
N.X
N.XI (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris kiri dan kanan
Uvula Ditengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik
Suara Baik
Nadi Teratur
N.XII (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh kekanan (+) (+)
Menoleh kekiri (+) (+)
Mengangkat bahu kanan (+) (+)
Mengangkat bahu kiri (+) (+)
N.XIII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Di tengah
Kedudukan lidah dijulurkan
simetris
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan
Keseimbangan
Romberg test Baik Baik
Romberg test
Baik Baik
dipertajam
Stepping gait Baik Baik
Tandem gait Baik Baik
Koordinasi
Jari-jari Baik Baik
Hidung-jari Baik Baik
Pronasi supinasi Baik Baik
Tes tumit lutut Baik Baik
Rebound
Baik Baik
pheenomen
Superior Inferior
Ekstermitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Tropi Eutropi Eutropi Eutropi Eutropi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Baik
Sensibilitas nyeri Baik
Sensibilitas termis Baik
Sensibilitas kortikal Baik
Stereognosis Baik
Pengenalan 2 titik Baik
Pengenalan rabaan Baik
Sistem Refleks
Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis Triseps (++) (++)
Laring KPR (++) (++)
Masseter (+) (+) APR (++) (++)
Dinding Perut Bulbokavernosa
Atas (-) Creamaster
Tengah (-) Sfingter
Bawah (-)
Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Lengan Tungkai
Hofmann Tromner Babinski
(-) (-) (-) (-)
Chaddoks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
5. FungsiOtonom
BAK :Normal
BAB :Normal
SekresiKeringat :Normal
6. Fungsiluhur
Reflekpalmomental -
DIAGNOSIS KERJA
DiagnosisKlinis : Epilepsi umum tonik-klonik
DiagnosisTopik : Intrakranial
DiagnosisEtiologi : Idiopatik
DiagnosisSekunder :-
PEMERIKSAAN ANJURAN
EEG
TERAPI
Umum:
Istirahat yangcukup
Khusus :
Fenitoin 3x100 mg(PO)
Vitamin B kompleks 1x1 tab(PO)
Edukasi :
Kepada pasien:
Harus patuh minumobat
Kontrol teratur
Kepada keluargapasien :
Beri dukungan kepadapasien
Ciptakan suasana yang nyaman agar pasien tidak stres
Memberikan informasi kemungkinan kejang berulangkembali
Memberikan informasi cara penanganankejang :
Tetap tenang dan tidakpanik
Kendurkan pakain yang ketat terutama disekitarleher
Jika tidak sadar posisikan pasien terlentang dengan kepala miring,
bersihkan muntahan di mulut atau hidung, jangan memasukkan sesuatu
ke dalammulut
Observasi dan lihat kejangnya berapalama
Tetap bersama pasien selamakejang
Segera bawa ke RS jika kejang lebih dari 5menit
PROGNOSIS
Quoadsanam : Dubia adbonam
Quoadvitam : Dubia adbonam
Quo ad functionam : Dubia adbonam
BAB IV
DISKUSI