Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SOSIOLOGI POLITIK

Disusun Oleh :
SEPTIA WULANDARI (19612011548)
SUSANTI (19612011549)
TRI LESTARI (19612011551)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA PANGKALAN BUN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
sosiologi politik tentang “REKRUTMEN POLITIK”

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua
pihak, bagi kami khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa universitas
Antakusuma di pangkalan bun pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini
belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kam
membutuhkan kritikan dan saran dari Ibu Bapak Dosen yang mambaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….......... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………...... 1
A. LATAR BELAKANG………………………………………………..……………….. 1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………....... 1
C. TUJUAN MAKALAH……………………………………………………………....... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………......... 2
A. JABATAN-JABATAN POLITIK DAN ADMINISTRASI……………………........ 2
B. BENTUK-BENTUK REKRUTMEN POLITIK…………………………………...... 4
C. REKRUTMEN POLITIK DALAM POLITIK INDONESIA…………………........ 5
D. CONTOH KASUS REKRUTMEN POLITIK……………………………………..... 8
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...…….. 10
A. KESIMPULAN………………………………………………………………................ 10
B. SARAN………………………………………………………………………................. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang
terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar
melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih
efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi
fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya.
Dalam sistem politik tersebut terdapat salah satu faktor penting untuk menjaga
eksistensinya, yaitu rekrutmen politik. Rekrutmen politik merupakan salah satu
fungsi yang dimiliki oleh partai politik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rekrutmen politik?
2. Apa saja bentuk dan pola rekrutmen politik?
3. Bagaimana rekrutmen politik di Indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui rekrutmen politik.
2. Untuk mengetahui prosedur dalam rekrutmen politik.
3. untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bentuk dan pola
rekrutmen politik.

1
BAB II
PEMBAHASAN
REKRUTMEN POLITIK

A. JABATAN - JABATAN POLITIK DAN ADMINISTRASI


 Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada
Lembaga-lembaga politik, termasuk partai politik dan administrasi atau
birokrasi oleh orang-orang yang akan menjalankan kekuasaan politik.
 Jabatan – jabatan itu misalnya adalah Perdana Menteri atau Presiden,
Menteri, Gebernur, Anggota dewan setempat atau walikota atau bupati
anggota dalam birokrasi nasional atau birokrasi local dan pegawai sipil,
administrasi negara bagian atau pejabat pemerintah lokal. Ujian oleh
masyarakat terhadap kualitas serta intregritas tokoh masyarakat
biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elite
itu sendiri.
 Di samping jabatan-jabatan itu bias saja meluas sampai pada personal
partai yang tengah berkuasa dan hirarki pemerintah dalam masyarakat
totaliter.
 Ada dua jenis jabatan yang harus diisi oleh orang-orang yang telah
memnuhi syarat melalui rekrutmen politik, yaitu jabatan politis dan
jabatan birokrasi.
 Hal ini dikarenakan antara satu sistem politik di suatu negara dengan
sistem politik di negara lainnya bias berbeda dalam memandang
hubungan antara jabatan politis dengan jabatan administrasi.
 Perekrutan politik pada negara atau masyarakat totaliter, seperti di
Rusia (Uni Sovyet), Eropa timur, Republik Rakyat Cina menjadi kabur,
karena pembedaan yang tidak jelas antara jabatan-jabatan politis dengan
jabatan administrasi (birokrasi)
 Hubungan antara para politisi dan para pelaksana administrasi
(birokrasi) dalam sejumlah sistem politik mempunyai perbedaan.
 Ada yang berusaha memisahkan jabatan politik dan birokrasi dengan
melembagakan satu doktrin netralitas politik dari para administrator.
(contoh di inggeris) sebainya di Amerika.
 Perekrutan politik pada negara atau masyarakat totaliter, seperti di
Rusia (Uni Sovyet), Eropa timur, Republik Rakyat Cina menjadi
kabue, karena pembadaan yang tidak jelas antara jabatan-jabatan politis
dengan jabatan administasi (birokrasi) dalam sejumlah sistem politik
mempunyai perbedaan.

2
 Ada yang berusaha memisahkan jabatan politis dan birokrasi dengan
melembagakan satu doktrin nertalitas dari para administrasi. (contoh di
inggeris) sebaliknya di Amerika.
 Fungsi perekrutan politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk
kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampiran dalam
media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk
jabatan tertentu dan sebagainya.
 Fungsi rekrutmen politik ini dapat juga disebut fungsi seleksi
kepemimpinan.
 Seleksi kepemimpinan dalam suatu struktur politik dilakukan secara
berencana dan teratur sesuai dengan kaidah atau norma-norma yang ada
serta harapan masyarakat.
 Beberapa persyarakat diperlukan untuk mendudukin jabatan pimpinan
baik peryaratan fisik, mental spiritual, serta aspek intelektual.
 Kondisi social ekonomi sampai batas-batas tertentu juga sering menjadi
bahan pertimbangan untuk mendukung segala kegiatan seorang
pemimpin yang terkadang harus berkorban secara pribadi, walaupun
banyak juga terjadi sebaliknya.
 Seorang pemimpin juga diharapkan dapat mengerti dan menghayati
aspirasi serta kebutuhan orang-orang yang di pimpinnya.
 Seorang pemimpin sebagai pendukung peran dapat muncul karena
semata-semata sebagai pimpinan alam dan yang dibina serta
dikembangkan oleh sebuah sistem tertentu.
 Seorang pemimpin yang baik dan berwibawa dipengaruhi oleh dua
unsur yaitu unsur bawaan dari unsur binaa.

 Finer menyebutkan beberapa sifat ideal seorang pimpinan, yaitu :


1. Kesadaran
Seorang pemimpin harus dapat menguasai fakta-fakta yakni
pengetuan yang diperlakukan agar dapat menjalankan jabatannya.
2. kebutuhan pandangan
Seorang pimpinan harus mampu menghubungkan berbagai cabang
pengetauan yang penting bagi kedudukannya.ketetapan jiwa.
3. Ketetapan jiwa
Seorang pemimpin harus memiliki emosi dan sikap, yang dapat
menguasai setiap permasalahan.
4. Keyakinan
Seorang pemimpin memiliki berbagai ide dan prinsip-prinsip.
5. Kreativitas

3
Menemukan hal-hal yang baru dan menerapkan dalam
kebijaksanaanya.
6. Kepekaan hati
Terpanggil oleh hati nuraninya dan rasa tanggung jawab.
7. Keberanian
Harus berani menanggung resiko dan tidak menyerah pada perasaan.
8. Kemampuan memukau
Kualitas melalui gaya pidato, permunculan yang tepat kepandaian.

B. BENTUK-BENTUK REKRUTMEN POLITIK


 Sistem perekrutan politik melalui du acara khusus yaitu seleksi
pemilihan melalui ujian khusus serta latihan.
 Kedua cara ini memiliki banyak sekali beragama dan banyak diantara
mempunyai implikasi penting bagi perekrutan politik.
 Salah satu bentuk yang paling tertua dalam perekturan politik untuk
memperkokoh kedudukan pemimpin-pemimpin politik adalah dengan
penyortinan atau penarikan undian. (Yunani kono).
 untuk mencegah dominasi jabatan dari posisi-posisi kuasaan oleh orang
tua atau kelompok individu tertentu adalah dengan giliran atau rotasi.
 Di perancis, presiden dan wakil presiden dewan federal swiss
memnagku jabatan selama setahun dan tidak boleh langsung dipilih
untuk masa jabatan berikutnya.
 Di Amerika serikat, seorang presiden hanya boleh memangku jabatan
selama dua periode.
 Bentuk perekrutan yang lain adalah dengan perebutan kekuasaan
dengan jalan menggunakan kekerasan. (coup d’etat, revolusi, intervensi
militer dari luar, pembunuhan atau kerusuhan rakyat)
 Cara perekrutan yang berkesinambungan :
 Patronage yaitu bagian dari sistem penyuapan dan korupsi yang
rumit.
Ko-opsi (co-option), yaitu pemilihan anggota-anggota baru atau
pemilihan seorang ke dalam suatu badan oleh anggota-anggota yang
ada. Pemilihan ini didasarkan pada kualitas yang dimiliki calon.
 Konvensi, bahwa seseorang itu secara normal untuk menjadi anggota
parlemen, harusmemperlihaykan berbagai kemampuan yang
memungkinkan dirinya memenuhi tuntutan-tuntutan yang ajukan
oleh suatu sistem peerintah parlementer dan kampanye pemilihan
yang efektif, kemampuan untuk menandatangi tuntunan-tuntunan
perdebatan di parlemen. Kemampuan untuk memikul tanggang
jawab kepada jabatan yang tinggi dan sebagainya.

4
 Di Negara-negara Demokrasi Barat, seleksi calon pemimpin
dilakukan dalam organisasi partai, partisipasi seluas-luasnya hanya
terbatas pada mereka yang menjadi anggota partai politik.
 Di negara berkembang, proses perekrutan dalam sistem politik
mungkin dilakukan lewat saluran informal berdasarkan kelompok-
kelompok tradisional, kesukuan, kesukuan,etnis, atau kedaerahan.
Aktivitas perekrutan politik di masyarakat berkembang, prosesnya
cenderung berlangsung relatif tidak sistematis.
Sedangkan dalam masyarakat taotaliter perekrutan politik
berlangsung secara sangat sistematis.

C. REKRUTMEN POLITIK DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA


 Rekrutmen politik yang ada di Indonesia dapat dilihat dari
pengalaman yang ada selama perjalanan bangsa ini.
 Dalam UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik Bab XI
tentang Rekrutmen partai politik mengatur bagaimana partai politik
melakukan rekrutmen kepentingan suatu partai politik.
 Pengaturan rekrutmen oleh partai politik diatur pada pasal 29 ayat
(1),(2) dan (3) sbb :
 Pada pasal 29 ayat (1) :
Parpol melakukan rekrutmen terhadap warga negara Indonesia untuk
menjadi :
a. Anggota partai politik
b. Bakal calon anggota DPR dan DPRD
c. bakal calon presiden dan wakil presiden dan
d. bakal calon kepala daerah dan wakil kepada daerah.
 Ayat (2) Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara demokratis dan terbuka sesuai dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga serta peraturan perundang-undangan.
 Ayat (3) penetapan atas rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan dengn keputusan pengurus partai politik
sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
 Pada Masa Orde Baru, proses rekrutmen politik tidak dilaksanakan
berdasarkan pada kualitas, namunfungsi rekrutmen merupakan
kelanjutan dari fungsi menari dan mempertahankan kekuasaan.
Contohnya : PNS dan ABRI diberikan di dalam pemerintah yang
melebihi porsinya. Sebenarnya tidak menjadi masalah apabila PNS
dan ABRI diberikan posisi di dala pemerintahan, jika mereka benar-
benar dianggap mampu dalam menjalankan yugas yang
diamanahkan. Namun, posisi PNS dan ABRI disini bukanlah untuk

5
menunjang konerja pemerintah, melainkan sebagai suatu langkah
untuk mempertahankan Legitimasi Soeharto sebagai penguasa.
 Pada Masa Sekarang (Reformasi) posisi TNI dan PNS tidak menjadi
alat untuk mempertahankan kedudukan politik, proses rekrutmen
politik lebih menjunjung tinggi asas demokrasi dan transparansi.
Presiden tidak lagi dapat mengontrol rekrutmen politik karena dipilih
langsung oleh rakyat. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah
perubahan segnifikan dalam masyarakat politik. Proses rekrutmen
parlemen berlangsung lebih terbuka dan kompetitif, dengan ampur
tangan yang minimal dari tangan-tangan penguasa dan birokrasi.
 Perubahan ini bersifat transisional dan belum sempurna sehingga
tidak mempunyai kontribusi yang pasti terhadap konsolidasi
demokrasi, khususnya di sector masyrakat politik.
 Dalam kontekks rekrutmen politik parlemen, ada sejumlah gejla
yang tidak kondusif bagi proses membangun demokrasu. Proses
rekrutmen tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif.
 Pihak kandidat sama sekali tidak mempunyai rasa tanggungjawab
terhadap konstituen yang menjadi basisnya karena dia hanya
“mewakili” daerah pemilihan (bukan konstituen), sehingga untuk
membangun akuntabilitas dan responivitas menjadi sangat lemah.
 Sebaliknya masyarakat juga tidak mengenal siapa yang bakal
mewakilinya, yang kelak akan membawa dan
mempertanggungjawabkan mandate. Masyarakat juga tidak bias
menyampaikan saran dan pendapat untuk mempengaruhi kandidat-
kandidat yang duduk dalam daftar calon, karena hal ini merupakan
otoritas penuh partai politik.
 Proses dialog yang terbuka antara partai dengan masyarakat ampir
tidak ada, sehingga tidak ada kontrak social dimana masyarakat bias
memberikan mandat kepada partai.
 Masyarakat memang berpartisipasi dalam proses rekrutmen, yakni
dengan memberikan hak pilih dalam pemilu. Tetapi pilihan dari
masyarakat itu bukanlah partisipasi yang sebenarnya, kecuali hanya
sebagai ritual politik yang menempatkan masyarakat sebagai obyek
mobilisasi.
 Dalam proses rekrutmen tidak dibangun relasi (linkage) yang baik
antara partai politik dan masyarakat pemilih.
 Masyarakat pemilih hanya dipandang secara numerik sebagai angka-
angka, bukan sebagai jonstituen yang harus dihormati dan
diperjuangkan.

6
 Berbagai organisasi masyarakt hanya ditempatkan sebagai
underbow, untuk dijadi mesin politik yang memobilisasi massa,
bukan sebagai basis perjuangan politik partai. Sebaliknya, pihak
aktivasi organisasi masyarakat tidak memandang partai politik
sebagai bagian dari Gerakan social (social movement) untuk
mempengaruhi kebijakan dan kontol negara, melainkan hanya
sebagai “kendaraan politik” untuk meraih kekuasaan.
 Akibatnya, para anggota DPR/DPRD hanya berorientasi pada
kekuasaan dan kekayaan bukan pada misi perjuangan partai yang
berguna bagi masyarakat. Bahkan ketika berhasil menduduki jabatan
legislative, mereka melupakan basisi dukungan massa yang telah
mengangkatnya meraih kekuasaan.
 Kebanyakan anggota DPRD mengakaikan forum atau partisipasi
ekstraparlementer, karena mereka mengklaim bahwa DPRD menjadi
Lembaga perwakilan paling abash dan partisiasi itu tidak di atur
dalam undang-undang atau peraturan daerah.
 Dalam proses rekrutmen,parta politik sering menerapkan pendekatan
“asal omot” terhadap kandidat yang dipandang mampu menjadi
“mesin politik”.
 Pendekatan ini cenderung mengabaikan aspek legitimasi, komitmen,
kapasitas, dan misi perjuangan.
 Para mantan perwira militer dan pejabat diambil bukan karena
mempunyai visi-misi, melaikan karena mereka mempunyai sisa-sisa
jaringan kekuasaan.
 Para pengusaha di comot karena mempunyai duit banyak yang bias
digunakan secara efektif untuk dana mobilisasi hingga money
polities
 Para selebriti diambil karena mereka mempunyai banyak penggemar.
 Para ulama (yang selama ini menjadi menjaga moral) juga diambil
karena mempunyai pengikut massal tradisonal.
 Partai politik secara mudah mengambil tokoh ormas, inteltual, atau
akademisi di kampus yang haus akan kekuasaan dan ingin
menjadikan parta politik sebagai jalan untuk mobilitas vertikal.
 Sementara para aktivis, intelektual maupun akademisi yang
konsisten pada misi perjuangannya tidak mau bergabung atau sulit
diajak beragbung ke partai politik, sebab dalam partai politik tidak
terjadi dialektika untuk memperjuangkan idealism.
 Sekarang pendekatan ‘asal comor” yang dilakukan partai semakin
kentara ketika undang-undang mewajibkan kouta 30% kursi untuk
kaum perempuan.

7
 Proses pemilihan umum dan proses rekrutmen bekrja dalam konteks
“massa mengambang” yang kuranf terdidik dan kitis.
 Dalam jangka Panjang masyarakat Indonesia tidak memperoleh
Pendidikan politik secara sehat sehingga menghasilkan jutaan
pemilih tradisional yang sangat rentan dengan praktik-praktik
bomilisasi (mobilizwd voters).
 Sekarang meski ada kebebasan yang terbuka, Pendidikan politik
secara sehat belum terjadi.
 Partai politik tidak memainkan peran yang memaidai dalam
Pendidikan politik kepada masyarakat.
 Sampai sekarang sebagian besar rakyat Indonesia adalah silent
majority, yang tenang, apatis (masa bodoh) dan tidak kritis dalam
menghadapi proses politik.
Akibatnya budaya politik yang partisipatif (civic curtul) belum
terbangun. Kondisi seperti ini tentu saja tidak memungkinkan
terjadinya tekrutmen secara terbuka dan partisipatif.

D. CONTOH KASUS REKRUTMEN POLITIK

DINAMIKA REKRUTMEN POLITIK CALON KEPALA DAERAH


DALAM PILKADA SERENTAK TAHUN 2015 (Kasus Dewan
Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Kabupaten Wonogiri)

Ada kandidat kuat dari PDI Perjuangan yaitu kandidat petahana, namun
kemudian kandidat petahana tidak mendapatkan rekomendasi dari DPP
PDI Perjuangan. Dalam proses penelitian ini penulis mengadopsi teori
Rahat dan Hazan tentang empat hal penting yang dapat menunjukkan
bagaimana pengorganisasian partai politik dalam rekrutmen politik (2001),
dengan menggunakan pendekatan analisa deskriptif kualitatif. Dalam
objek penelitian ini penulis memfokuskan pada aktifitas/proses rekrutmen
politik yang dijalankan oleh DPC PDI Perjuangan kabupaten Wonogiri.
Menggunakan metode wawancara pada kandidat dan pimpinan partai,
observasi, studi pustaka, dan dokumentasi, kemudian diolah hingga
menghasilkan data primer untuk kemudian dituliskan menjadi sebuah data
penelitian. Dalam melaksanakan proses rekrutmen politik ada 3 orang
yang mendaftar menjadi kandidat calon bupati Wonogiri dari PDI
Perjuangan, mereka adalah Danar Rahmanto (kandidat petahana), Joko

8
Sutopo (Ketua DPC PDI Perjuangan Wonogiri), Ir.Joko Purnomo, MH.
Dalam proses rekrutmen DPC PDI Perjuangan kabupaten Wonogiri hanya
patuh terhadap aturan yang sudah ditentukan pusat (DPP). Penyeleksiaan
calon juga dilaksanakan di pusat dan dengan orang-orang yang sudah
ditugaskan oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai. Dalam pengambilan
keputusan siapa yang akan mendapatkan rekomendasi menjadi
kewenangan penuh pusat, Dewan Pimpinan Pusat mengadakan
musyawarah internal partai untuk kemudian menentukan siapa yang akan
mendapatkan rekomendasi. Joko Sutopo adalah nama yang mendapatkan
rekomendasi dari pusat. Karena beliau telah mengikuti semua proses
rekrutmen, selain itu beliau juga memiliki beberapa keunggulan yang
memang tidak dimiliki kandidat lain. DPC PDI Perjuangan kabupaten
Wonogiri seharusnya melakukan pengumuman secara menyeluruh supaya
masyarakat Wonogiri mengetahui bahwa PDI Perjuangan membuka
pendaftaran calon bupati, supaya lebih transparan dan juga sebagai
pendidikan politik untuk masyarakat Wonogiri secara luas. Pada saat
pelembagaan panitia rekrutmen politik perlu melibatkan orang di luar
partai, supaya netralitas dalam rekrutmen politik selalu terjaga.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada
lembaga-lembaga politik, termasuk partai politik dan administrasi atau
birokrasi oleh orang-orang yang akan menjalankan kekuasaan politik.
Fungsi perekrutan politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk
kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampiran dalam media
komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan
tertentu dan sebagainya.
Di Negara-negara Demokrasi Barat, seleksi calon pemimpin dilakukan
dalam organisasi partai, partisipasi seluas-luasnya hanya terbatas pada
mereka yang menjadi anggota partai politik. Sedangkan di negara
berkembang, proses perekrutan dalam sistem politik mungkin dilakukan
lewat saluran informal berdasarkan kelompok-kelompok tradisional,
kesukuan, kesukuan,etnis, atau kedaerahan.
Pada Masa Orde Baru, proses rekrutmen politik tidak dilaksanakan
berdasarkan pada kualitas, namunfungsi rekrutmen merupakan kelanjutan
dari fungsi menari dan mempertahankan kekuasaan.
Pada Masa Sekarang (Reformasi) posisi TNI dan PNS tidak menjadi
alat untuk mempertahankan kedudukan politik, proses rekrutmen politik
lebih menjunjung tinggi asas demokrasi dan transparansi.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan dalam


bentuk penulisan atau lainnya kami minta maaf. Oleh kerena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapakan. Terima
kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Soewarno,edy. Tanpa Tahun. Resume sosiologi politik. Pangkalan


bun: Universitas antakusuma.

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/8902

11

Anda mungkin juga menyukai