(Skripsi)
Oleh
Indah Pratiwi
Jurusan : Fisika
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
i
ABSTRAK
Oleh
INDAH PRATIWI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat elektrik elektroda berbahan dasar
onggok singkong sebagai pasta bio-baterai, pengaruh penambahan formalin pada
onggok singkong terhadap laju korosi dan potensi daya listrik yang dihasilkan
olehbio-baterai berbahan dasar onggok singkong. Kemudian memasukan Cu
kedalam sel baterai yang telah terisi dengan pasta onggok singkong. Perangkat
percobaan terdiri dari 20 sel elektrokimia yang disusun secara seri menggunakan
kabel penghubung dan masing-masing sel diisi pasta onggok singkong sebanyak ±
40 g dan mencampurkan pasta onggok singkong dengan formalin 0%, 2%, 4%
dan 6%. Sel elektrokimia dihubungkan dengan beban LED 3 watt 12 volt selama
72 jam. Data yang diambil adalah massa Zn dan karakteristik listrik meliputi
tegangan, arus, pH dan laju korosi. Dari data tegangan dan arus dihitung nilai
hambatan dalam dan daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
formalin berpengaruh terhadap sifat elektrik dan laju korosi. Semakin besar
penambahan formalin maka laju korosi yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan
nilai daya yang dihasilkan juga semakin besar hal ini karena formalin merupakan
larutan elektrolit lemah. Pada hasil penelitian nilai daya semakin menurun
dikarenakan nilai tegangan dan arus yang nilainya semakin kecil disebabkan
beban yang diberikan berupa lampu sebesar 7 watt selama 72 jam.. Pada pasta
bio-baterai onggok singkong dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% dapat
menghantarkan arus listrik namun diperoleh nyala lampu yang redup.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
ABSTRAK...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Batasan Masalah................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian............................................................................. 5
iii
iv
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................27
B. Alat dan Bahan..................................................................................27
C. Diagram Alir Penelitian.....................................................................29
D. Metode Penelitian..............................................................................30
A. Simpulan..................................................................................................69
B. Saran........................................................................................................69
LAMPIRAN.......................................................................................................72
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
Gambar 4.4. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu pada
pasta onggok singkong tanpa formalin..........................................43
vi
Gambar 4.19. Grafik perbandingan nilai Rin pasta bio-baterai onggok
singkongdengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6%
terhadap waktu.................................................................64
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
viii
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penting dan sebagai sumber daya ekonomis paling utama yang dibutuhkan dalam
berbagai kegiatan. Dalam waktu yang akan datang kebutuhan listrik terus
penduduk maupun perkembangan teknologi. Saat ini energi listrik masih banyak
dihasilkan dari energi yang berasal dari fosil dan tidak dapat diperbarui.
Contohnya batu bara dan minyak bumi. Hal ini menyebabkan semakin
menipisnya cadangan energi listrik. Untuk itu energi alternatif saat ini sangat
berasal dari fosil. Contoh penggunaan energi alternatif adalah panel surya yang
berasal dari sinar matahari, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit
Listrik Tenaga Udara (PLTU) dan energi alternatif yang berasal dari limbah
organik, misalnya penggunaan limbah kulit pisang, kulit durian dan kulit singkong
ix
2
Berdasarkan hasil penelitian Irsan, et, all., (2016) limbah kulit singkong
yang diolah menjadi pasta dengan menggunakan elektroda tembaga (Cu) dan seng
(Zn) dapat mengisi daya handphone. Pada tahun 2018 Sutanto juga melakukan
elektrik pada kulit singkong yang dapat digunakan untuk menghidupkan lampu
LED 1,2 watt. Adapun kelemahan pada penelitian tersebut ialah terjadinya korosi
pada elektroda tembaga (Cu) dan seng (Zn) dikarenakan kandungan asam yang
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 di Indonesia produksi
singkong mencapai 21.790.956 ton, sedangkan untuk daerah Lampung pada tahun
2015 mencapai 7.384.099 ton, atau sekitar 1/3 kali produksi singkong nasional.
telah digunakan oleh industri untuk produksi tepung tapioka dan sebagai subtitusi
makanan pokok (Hikmiyati, et, all., 2009). Proses pengolahan singkong menjadi
tepung tapioka, dihasilkan limbah sebanyak 2/3 bagian atau sekitar 75% dari
bahan mentah. Setiap ton singkong akan dihasilkan 250 kg tapioka dan 114 kg
onggok (Enie, 1989). Hal ini merupakan peluang besar untuk memanfaatkan
tapioka. (Antika, 2014). Pada industri tapioka yang sudah maju, limbah padat
kebanyakan hanya mengandung serat kasar, sedangkan sisa pati yang terikat
sangat sedikit. Lain halnya dengan limbah padatan yang dihasilkan oleh pengrajin
tapioka (industri kecil) pada umumnya onggok masih mengandung pati (Rinaldy
2
3
Kadar sianida pada singkong bervariasi antara 15-400 mg/kg singkong yang
segar. Berdasarkan sifat kimiawi, singkong segar mengandung kadar air tinggi
(60-65 %), kadar sianida (HCN) ada yang beracun (lebih dari 100 ppm), kurang
beracun (50-100 ppm) dan tidak beracun (kurang dari 50 ppm) (Septriani, 2017).
HCN merupakan salah satu elektrolit yang dapat menghasilkan arus listrik,
formalin pada pasta bio-baterai terhadap laju korosi elektroda Cu dan Zn dan
singkong terhadap arus dan tegangan. Bio-baterai dibuat dari limbah onggok
singkong yang digunakan sebagai pengganti pasta batu baterai. Elektroda yang
digunakan yaitu tembaga (Cu) yang digunakan sebagai katoda atau pengoksidasi
(menerima elektron) dan seng (Zn) yang digunakan sebagai anoda atau sumber
digunakan pula elektroda Karbon (C) dan seng (Zn). Pada penelitian ini akan
konsentrasi berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber energi
3
4
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
pasta bio-baterai;
D. Manfaat Penelitian
terbarukan;
4
5
berkelanjutan;
E. Batasan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, batasan masalah pada penelitian ini
1. Elektroda yang digunakan terdiri atas sepasang elektroda positif dan negatif,
3. Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin dengan
5
6
A. Penelitian Terkait
ini menggunakan variasi singkong putih, singkong genjah urang (IR), dan
singkong atau singkong terbaik yang diuji langsung untuk mengisi baterai
LED 1,2 Watt terjadi penurunan menjadi 2,61 V pada singkong jenis IR.
(OCV) sebesar 0,72 V, yang jika diatur 2 seri baterai atau sistem bipolar
7
8
semakin rendah. Dalam penelitian ini diperoleh tegangan sirkuit terbuka (OCV)
0,82 V saat fermentasi 2 hari, kemudian OCV 0,87 V selama fermentasi untuk 3
hari.
(Cu) dengan seng (Zn). Beban yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebanyak 20 sel. Hasil terbaik dari penelitian ini pada rangkaian 20 seri
beban (Vb) sebesar 7,42 V, arus sebesar 0,28 mA, daya sebesar 2,07 mW,
rata 0,98 ± 0,09 V, dan nilai puncak pada kurva daya sebesar 0,25 mW
dengan arus yang stabil berlangsung hingga 2 hari saat diamati ketika
8
9
menggunakan elektroda dari tembaga dan seng (Cu-Zn) dan juga karbon dan seng
(C-Zn) yang dirangkai secara seri. Desain penelitian dirancang menggunakan batu
karakteristik onggok singkong saat diberi beban berupa lampu LED dengan beban
sebesar 2-7 Watt untuk setiap konsentrasi formalin yang berbeda. Kemudian akan
terhadap tegangan dan kuat arus yang dihasilkan serta laju korosi pada elektroda
Cu dan Zn.
C. Teori Dasar
II.1 Singkong
atau berbiji tertutup, Kelas Dicotyledoneae atau biji berkeping dua, Ordo
9
10
tumbuh disegala tanah, tidak memerlukan tanah yang subur asal cukup
gembur, tetapi sebaliknya tidak tumbuh dengan baik pada tanah yang
2.1.
selingan. Daunnya digunakan untuk sayuran yang bergizi tinggi. Selain sebagai
ternak, industri tepung tapioka, tepung singkong bahan baku pembuatan ethanol,
dan gula cair (Putri dan Wikanastri, 2012). Singkong merupakan bahan pangan
yang mudah rusak dan akan membusuk dalam 2-5 hari. Selain daya simpan yang
singkat, susut saat panen dan pasca panen yang tinggi menjadi masalah.
Diperkirakan susut pada saat panen singkong sebesar 7 % dan susut pasca panen
lebih dari 24 % . Susut yang terjadi pada singkong dapat disebabkan oleh faktor
fisik, fisiologis, hama dan penyakit. Susut fisik dapat terjadi akibat kerusakan
10
11
mekanis selama pemanenan dan penanganan, dan akibat perubahan suhu. Susut
fisiologis terutama disebabkan oleh air, enzim dan respirasi. Sedangkan faktor
hama dan penyakit mencakup mikro-organisme (jamur, bakteri, dan virus), insek,
Pada singkong juga mengandung asam sianida (HCN) yang bersifat toksik,
diatas 50 mg/kg. Menurut FAO, singkong dengan kadar 50 mg/kg masih aman
untuk dikonsumsi manusia. Bahaya HCN pada kesehatan adalah pada sistem
pernapasan, di mana oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN dan
HCN/kg berat badan (Winarno, 2004). Adapun kadar HCN dalam beberapa
Tabel 2.2. Kadar HCN dalam Beberapa Jenis Singkong (Rukmana, 1997).
Kadar HCN mg/kg
Varietas Rasa
Umbi Daun
Mangi (di tanah
Enak 32 136
subur)
Mangi (di tanah kering) Pahit 289 542
Enak 33 146
Enak 39 158
Singapura Enak 60 201
Agak Pahit 82 230
Agak Pahit 90 324
Tapi kuru Pahit 130 230
Pahit 206 468
11
12
Sianida sebagai hidrogen sianida, atau salah satu garamnya yang banyak
(reaktif). Sianida tidak stabil dalam air dan dapat dihilangkan dengan perlakuan
biologi atau dengan klronasi. Hal ini mungkin terjadi dalam air hanya sebagai
yang diperoleh pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini diperoleh suspensi
pati sebagai filtratnya dan ampas yang tertinggal sebagai onggok (Astuti, 2016).
Limbah padat industri tapioka adalah ampas tapioka (onggok) yang bersumber
onggok adalah pati dan selulosa. Onggok juga mengandung air dan karbohidrat
yang cukup tinggi serta kandungan protein kasar dan lemak yang rendah. Jumlah
kandungan ini berbeda dan dipengaruhi oleh daerah tempat tumbuh, jenis
menjadi tapioka. Pengetahuan dan teknologi yang dimiliki masih sangat rendah
maka onggok masih mengandung pati dengan konsentrasi yang cukup tinggi
(Chardialani, 2008). Berikut komposisi kimia onggok singkong dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Komposisi Kimia Onggok Singkong (Lamiya dan Mareta, 2010;
Prabawati, 2011; Wikanastri dan Aminah, 2012).
Komposisi Kimia (%) A B C
Air 20,00 60,00 14,51
Protein 1,57 1,00 8,11
Lemak 0,26 0,50 1,29
12
13
(HCN) yang tinggi yaitu sekitar 175 ppm. Rata-rata kadar HCN pada
onggok yang dijemur di tanah sebesar 94,31 ppm dan penjemuran di lantai
semen sebesar 77,56 ppm (Afrian, et,al.,, 2014). Sianida yang tinggi di
mudah menguap dan larut dalam air. Proses pencucian, pengukusan dan
pengeringan kulit ubi kayu memberikan hasil yang sangat signifikan yaitu
2011).
mencapai 9.193.676 ton dengan luas panen sebesar 368.096 ha. Umumnya
dengan kapasitas 700 ton per hari dapat menghasilkan tapioka sebanyak
140 ton per hari dan onggok yang dihasilkan sejumlah 175 ton per hari.
Dari total onggok sebesar 2.174.000 ton per tahun diperoleh potensi etanol
13
14
tertinggi di Indonesia.
produk yang lebih bernilai. Saat ini onggok singkong hanya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak karna pada onggok singkong terdapat protein yang
tinggi, yang baik untuk hewan. Selain itu, onggok singkong juga akan
menjadi asam asetat. Asam asetat merupakan salah satu zat elektrolit. Onggok
singkong juga memiliki kandungan asam sianida (HCN) yang dapat menghasilkan
membentuk ion-ion bermuatan listrik. Reaksi ionisasi yang terjadi pada asam
H CN
HCN
(2.1)
menarik ion negatif dan elektroda negatif akan menarik ion positif. Bahan
elektroda yang ideal adalah yang memiliki konduktivitas yang tinggi, luas
permukaan spesifik yaitu luas permukaan per unit berat sebesar mungkin untuk
14
15
elektron. Seng (Zn) sebagai anoda merupakan elektroda tempat terjadinya reaksi
aktif yang berukuran nano. Karbon aktif paling sering digunakan sebagai
elektroda pada sistem ini, karena memiliki daya serap yang baik.
potensial. Sistem ini dikenal dengan sel volta. Mengingat di kedua ujung
elektroda tersebut. Gaya gerak listrik dari sel merupakan hasil perubahan
Arus listrik dapat mengalir karena seng (Zn) bertindak sebagai anoda
yang bersifat menarik ion negatif (CN-) dan tembaga (Cu) bertindak
sebagai katoda yang bersifat menarik ion positif (H+). Saat pasta onggok
arus listrik mengalir. Pada sebuah rangkaian, hubungan arus dan tegangan
15
16
V
I
R (2.2)
Dimana I merupakan arus listrik (I), V adalah tegangan (V) dan R hambatan
(Ώ). Arus, tegangan memiliki hubungan dengan daya listrik. Daya listrik
merupakan jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam suatu rangkaian
P V .I (2.3)
II.4 Elektrokimia
sejenis dalam larutan. Jika reaksi kimia didorong oleh tegangan eksternal,
maka akan seperti elektrolisis, atau jika tegangan yang dibuat oleh reaksi
reaksi kimia terjadi di mana elektron yang ditransfer antara molekul yang
dalam ruang atau waktu, dihubungkan oleh sebuah sirkuit listrik eksternal
16
17
nitrat (NaNO3) atau kalium klorida (KCl) dalam agar-agar yang dimasukan
dalam pipa U.
17
18
yang menerima elektron disebut katoda. Jadi sebuah sel selalu terdiri dari
II.5 Elektroda
dengan bagian atau media non logam dari sebuah sirkuit misal
Michael Faraday, berasal dari bahasa Yunani elektron yang berarti sebuah
cara. Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau
terjadi reduksi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda
timah, atau seng, tetapi terdapat juga elektroda yang terbuat dari bahan
18
19
elektroda suatu zat tidak mungkin berdiri sendiri, harus ada patokan yang
II.7 Baterai
arus listrik dan beda beda potensial. Komponen utama pada baterai terdiri
dari elektroda dan elektrolit (Kartawidjaja, et,al., 2008). Bahan dan luas
19
20
mentransfer ion. Elektrolit terdiri dari elektrolit cair dan elektrolit padat.
cenderung lebih aman, mudah dipakai, bebas dari kebocoran dan dapat
Zn Cu
(s) (s)
Elektorlit
Gambar 2.1. Proses transfer elektron pada baterai (Kartawidjaja, et,al., 2008).
arus listrik dan beda tegangan. Prinsip kerja baterai (lihat Gambar 2.1.)
sehingga elektron yang berada pada permukaan anoda akan terlepas dan
20
21
atas penemuan itu pada tahun 1866. Sel Leclanche terdiri atas suatu
silinder seng yang berisi pasta dari campuran batu kawi, salmiak, karbon
dan sedikit air (sel ini tidak 100% kering) seng berfungsi sebagai anoda
oksidator. Potensial suatu sel Leclanche adalah 1,5 Volt, sel ini disebut sel
kering asam karena adanya amonium klorida (NH4Cl) yang bersifat asam.
Sel Leclenche tidak dapat diisi ulang (Afif dan Ilham, 2015).
juga sebesar 1,5 Volt, tapi baterai ini dapat bertahan lebih lama (Afif dan
Ilham, 2015).
21
22
litium yang kini banyak digunakan adalah baterai litium ion. Baterai litium
ion tidak menggunakan logam litium, tetapi ion litium. Ketika ion litium
melalui suatu elektrolit. Ketika diisi, aliran ion litium dibalik (Afif dan
Ilham, 2015).
dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari
22
23
Logam ini termasuk logam berat non ferro yaitu logam dan paduan
yang tidak mengandung besi (Fe) dan karbon (C) sebagai unsur dasar serta
memiliki sifat penghantar listrik dan panas yang tinggi, keuletan yang
tinggi dan sifat tahanan korosi yang baik. Produksi tembaga sebagian
besar dipakai sebagai kawat atau bahan untuk menukar panas dalam
Seng adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30,
dan massa atom relatif 65,39. Mineral yang mengandung seng di alam
Logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-150 oC. Seng melebur
pada 410 oC dan mendidih pada 906 oC. Seng merupakan unsur yang
melimpah dikerak bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang
23
24
Zn Cu 2 Zn 2 Cu 1,10V (2.6)
terbagi menjadi dua bagian, yaitu katoda seperti tembaga (Cu) sedangkan
anoda seperti seng (Zn). Larutan ion mengalir melalui sepasang elektroda,
elektroda positif akan menarik ion negatif dan elektroda negatif akan
menarik ion positif. Bahan elektroda yang ideal adalah yang memiliki
maka satu jenis pembawa muatan akan terkumpul pada satu konduktor dan
konduktor tersebut terdapat beda potensial. Sistem ini dikenal dengan sel
lain gaya gerak listrik dari sel merupakan hasil perubahan energi kimia
24
25
melalui reaksi redoks. Energi listrik yang dihasilkan dari sel volta
bergantung pada jenis larutan dan elektroda baik jenis material maupun
II.12 Formalin
individu bergabung membentuk suatu satuan dari bobot molar yang tinggi.
letupan. Formalin biasanya terbentuk dari campuran CH2O yang tepu kira
jenis industri seperti pembuatan perabot dan juga digunakan sebagai bahan
dengan protein dan mudah berikatan dengan unsur protein mulai dari
protein setelah terikat dengan unsur kimia dari formalin, maka ia tidak
25
26
korosi.
massa yang terjadi pada suatu sampel yang telah ditimbang, kemudian
26
27
K m
R
ρ At (2.7)
dengan:
t = Waktu (jam).
2.14 Cahaya
panjang antara 380 hingga 700 nm. Memiliki urutan warna ultra ungu,
ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, (inframerah). Pada bidang fisika,
foton. Dalam hal ini menunjukkan bahwa cahaya memiliki sifat sebagai
F
I
(2.8)
27
28
F
K
A (2.9)
banyaknya energi cahaya yang jatuh dalam permukaan dalam satu detik.
cahaya dapat dicari dengan alat luxmeter. Alat ini menunjukkan secara
28
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 - April 2020 di
Pada penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan untuk medukung
3. Batu baterai silinder dry cell merk ABC tegangan 1,5 volt, digunakan sebagai
media penampungan onggok singkong yang akan diuji dan sebagai elektroda
negatif (seng).
4. Tembaga, digunakan sebagai elektroda dan pengganti dari batang karbon pada
5. Kabel dan jepit buaya untuk menghubungkan antar media tempat uji
Penelitian ini diawali dengan studi literatur, preparasi alat dan bahan,
pembuatan dan realisasi sel baterai, pengujian sel baterai dserta analisis data
31
32
Mulai
Studi Literatur
Preparasi Bahan
Ya
Analisis Data
Selesai
D. Metode Penelitian
dalam pasta bio-baterai onggok singkong yang dicampur formalin. Elektroda yang
32
33
yang dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap perancangan sel baterai dan
Secara garis besar proses perancangan sel baterai berbahan dasar onggok
Media uji penampung pasta onggok singkong terbuat dari batu baterai
silinder jenis drycell merk ABC R20S IEC/UM-1/D tegangan sebesar 1,5 volt
dengan diameter 34,2 mm dan tinggi 61,5 mm. Batu baterai tersebut dikelupas
dengan menggunakan tang dan dikeluarkan mangan oksidanya lalu dicuci bersih
singkong yang digunakan adalah onggok singkong basah yang diperoleh dari
Pabrik. Lalu onggok singkong diberi campuran formalin dengan konsentrasi 2%,
4% dan 6%. Onggok singkong yang telah jadi akan berbentuk pasta kemudian
dimasukkan kedalam baterai. Pada satu sel baterai terisi ± 40 g pasta onggok
33
34
yang telah terisi pasta onggok singkong. Desain media uji karakteristik elektrik
Setelah sel baterai terbentuk, sebanyak 20 buah sel baterai disusun dan
2-7 watt. Kemudian dilakukan pengambilan data berupa arus, tegangan dan
34
35
tegangan saat diberi beban (Vb) menggunakan multimeter digital serta laju korosi
pada Cu-Zn. Sedangkan pengujian sel baterai tanpa beban ditunjukkan Gambar
3.5.
watt. Sel baterai yang digunakan berjumlah 20 buah yang telah terisi pasta onggok
dilakukan pengambilan data berupa arus, tegangan dan tegangan saat beban
dilepas (Vbl) menggunakan multimeter digital serta pengambilan data laju korosi
35
36
Karakteristik elektrik yang diukur pada penelitian ini adalah tegangan dan
kuat arus yang dapat diketahui menggunakan multimeter digital dan pengukuran
lama waktu korosi pada elektroda Cu dan Zn. Data pengamatan pada penelitian ini
terdiri dari tegangan saat beban dilepas (Vbl), tegangan saat diberi beban (Vb), arus
(I), data perhitungan berupa daya (P), intensitas cahaya (Iv) dan tingkat korosi
pada Cu dan Zn. Tabel 3.1 - Tabel 3.3 merupakan rancangan tabel data
konsenterasi formalin 2%, 4% dan 6% saat beban dilepas dan saat diberi beban.
Tabel 3.4 adalah tabel uji waktu korosi Cu dan Zn dengan 3 konsentrasi formalin
yang berbeda.
Wakt
Vbl Vb I Rin P Iv
No. u
(volt) (volt) (mA) (kΩ) (mW) (Lux)
(jam)
1 0
2 1
3 2
.. ..
.. ..
73 72
36
37
u
(volt) (volt) (mA) (kΩ) (mW) (Lux)
(jam)
1 0
2 1
3 2
.. ..
.. ..
73 72
Tabel 3.4. Data pengamatan waktu korosi pada elektroda Cu dan Zn dengan 3
konseterasi formalin yang berbeda.
Konsntrasi
No. Waktu (jam) Zn (%)
Formalin
1 12
2 24
.. ..
6 72
37
38
konsentrasi formalin terhadap tegangan, arus, daya, hambatan dalam dan laju
korosi yang dihasilkan oleh alat. Rancangan analisis data dari penelitian ini akan
diplot dalam bentuk grafik seperti digambarkan pada Gambar 3.6 berikut.
20
16
Vbl, Vb, i, P, I
12
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu (Jam)
terhadap laju korosi tembaga terhadap waktu yang akan diplot dalam bentuk
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu (Jam)
38
39
terhadap laju korosi tembaga yang akan diplot dalam bentuk grafik seperti
20
18
Laju Korosi (mm/jam)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi Formalin(%)
konsenterasi formalin yang akan diplot dalam bentuk grafik seperti Gambar 3.9
berikut.
20
18
16
14
Daya (watt)
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi Formalin (%)
39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dililit sebagai katoda. Sedangkan elektroda Zn sebagai anoda yang berasal
dari seng baterai dry cell merk ABC R20S IEC/UM-1/D tegangan sebesar 1,5 volt
dengan diameter 34,2 mm dan tinggi 61,5 mm. Selain bertindak sebagai anoda,
seng baterai digunakan sebagai tempat uji karakteristik elektrik pasta onggok
singkong. Jumlah sel baterai yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 20 sel
memiliki kandungan asam sianida (HCN) yang dapat menghasilkan arus listrik
disusun dan dihubungkan secara seri lalu ditempatkan dalam sebuah wadah,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Setiap sel baterai diisi pasta onggok
Pengujian dilakukan dengan pasta onggok singkong dan pasta onggok singkong
4% dan 6%.
terdiri dari 20 sel bio-baterai yang disusun dan dihubungkan secara seri. Bio-
baterai pada penelitian ini terbuat dari seng baterai yang diisi dengan pasta
42
onggok singkong sebagai sumber penghasil daya listrik. Pada penelitian ini, data
karakterisitik listrik berupa tegangan tanpa beban, tegangan dengan beban, arus
dan intensitas cahaya. Data pengamatan karakterisik elektrik diambil setiap satu
jam sekali selama 72 jam. Pengukuran laju korosi dilakukan setiap 12 jam sekali
selama 72 jam.
B. Hasil Penelitian
dan kuat arus berupa Bio-baterai yang telah dibuat kemudian dioperasikan tanpa
beban dan dengan beban berupa lampu LED 7 watt 12 volt selama 72 jam.
dan arus DC 200 μA – 10 A, intensitas cahaya diukur dengan Lightmeter tipe LX-
101A dengan range pengukuran 0 - 5x104 lux, yang berfungsi untuk mengetahui
seberapa terang cahaya lampu, serta besar laju korosi dihitung menggunakan
tipe TL-series dengan ketelitian sebesar 0,001 gram. Adapun gambar instrumen
pengukuran yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3. Instrumen pengukuran multimeter digital Heles Ux37 (a) Luxmeter
LX-101A (b) Timbangan digital tipe TL-Series (c)
42
43
yaitu arus (I), tegangan saat beban dilepas (Vbl), tegangan saat diberi beban (Vb)
dan daya (P). Hal yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik elektrik pada
pasta bio baterai onggok singkong tanpa formalin dengan cara memasukan pasta
baterai diberikan sebanyak ± 800 g pasta onggok singkong untuk 20 buah batu
baterai, sehingga setiap batu baterai terisi 40 g pasta onggok singkong tanpa
formalin. Setelah itu memasang elektroda Cu pada bagian tengah baterai yang
telah terisi pasta onggok singkong dan menghubungkan setiap batu baterai dengan
kabel yang disusun secara seri. Kemudian mengukur karakteristik elektrik pasta
untuk mencari hambatan dalam (Rin) menggunakan persamaan 2.2 dan daya (P)
tanpa formalin yang diperoleh berupa data Vb, Vbl dan I terhadap waktu seperti
pada Tabel 4.1 dan diperoleh grafik hubunganya seperti Gambar 4.4
43
44
Tabel 4.1 Data pengukuran dan perhitungan karakteristik elektrik pasta onggok
singkong tanpa formalin
44
45
onggok singkong tanpa formalin selama 72 jam. Pada tabel yang di highlight
adalah data hasil pengukuran setiap 12 jam selama 72 jam. Hasil pengukuran
pertama menunjukan nilai Vbl sebesar 15,24 V, Vb sebesar 7,36 V dan arus yang
mengalir sebesar 0,60 mA, setelah 12 jam nilai Vbl sebesar 15,98 V, Vb sebesar
7.40 V dan arus yang mengalir sebesar 0,62 mA, setelah 24 jam nilai Vbl sebesar
17,29 V, Vb sebesar 7,51 V dan arus yang mengalir sebesar 0,76 mA, setelah 36
jam nilai Vbl sebesar 17,41 V, Vb sebesar 7,64 V dan arus yang mengalir sebesar
0,81 mA, pada 48 jam nilai Vbl sebesar 19.27 V, Vb sebesar 7,51 V dan arus yang
mengalir sebesar 0,7 mA, pada 60 jam nilai Vbl sebesar 18,33 V, Vb sebesar
7,36V dan arus yang mengalir sebesar 0,43 mA, dan pada 60 jam nilai Vbl sebesar
18,21 V, Vb sebesar 7,30 V dan arus yang mengalir sebesar 0,43 mA. Data
sedangkan I dominan datanya menurun. Grafik hubungan Vbl, Vb, dan I terhadap
Gambar 4.4. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu pada pasta onggok
singkong tanpa formalin
45
46
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa Vbl memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan Vb. Hal ini disebabkan karena Vbl tidak memiliki beban
dibandingkan Vb sedangkan Vb memiliki nilai yang lebih rendah dari Vbl karena
frekuensi dipengaruhi oleh beban daya yang disuplai, apabila semakin besar daya
menunjukan bahwa semakin lama waktu fermentasinya nilai tegangan dan arus
dan Rita (2017) jika konsentrasi ion H+ pada suatu larutan meningkat maka ion
OH- akan menurun dan ion H+ dapat dengan mudah bergerak di dalam larutan
12V 7 watt, namum cahaya yang dihasilkan masih redup. Hal ini disebabkan
karena pengaruh daya dimana semakin besar daya membuat arus listrik semakin
besar sehingga nyala lampu menjadi terang begitupun sebaliknya semakin kecil
daya membuat arus listrik semakin kecil sehingga nyala lampu menjadi redup
46
47
Gambar 4.6
7
32
Rin (kΩ)
P (mW)
28
6
24
5
20
16
4
12
8 3
4
2
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
Gambar 4.6. Hubungan antara Rin dan P terhadap waktu pada pasta onggok
singkong tanpa formalin
waktu pada pasta onggok singkong tanpa formalin selama 72 jam. Pada grafik
menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengujian maka nilai Rin dominan
47
48
semakin meningkat dan nilai Rin maksimal sebesar 29.391 kΩ pada jam ke-67.
Sedangkan untuk P semakin lama waktu pengujian maka nilai P yang dihasilkan
besar Rin dalam suatu rangkaian maka arus yang mengalir semakin kecil, yang
berarti arus yang mengalir berbanding terbalik dengan hambatan dalam dan
berbanding lurus dengan tegangan seperti dalam Hukum Ohm. Sehingga semakin
besar tegangan dan arus maka daya yang dihasilkan semakin meningkat.
Karakteristik yang akan diamati yaitu arus, tegangan saat beban dilepas, tegangan
saat diberi beban dan daya. Pengisian elektrolit dalam baterai diberikan sebanyak
± 800 g pasta onggok singkong untuk 20 buah batu baterai, sehingga setiap batu
baterai terisi 40 g pasta onggok singkong tanpa formalin. Setelah itu memasang
elektroda Cu pada bagian tengah baterai yang telah terisi pasta onggok singkong
dan menghubungkan setiap batu baterai dengan kabel yang disusun secara seri.
formalin sebesar 6,20. data karakteristik elektrik pasta onggok singkong tanpa
48
49
formalin yang diperoleh berupa data Vb, Vbl dan I terhadap waktu seperti pada
Tabel 4.2
Tabel 4.2 Data pengukuran dan perhitungan karakteristik elektrik pasta onggok
singkong dengan formalin 2%
49
50
singkong dengan formalin 2% selama 72 jam. Pada tabel yang di highlight adalah
data hasil pengukuran setiap 12 jam selama 72 jam. Hasil pengukuran pertama
menunjukan nilai Vbl sebesar 15,35 V, Vb sebesar 7,43 V dan arus yang mengalir
sebesar 0,66 mA, setelah 12 jam nilai Vbl sebesar 16,37 V, Vb sebesar 7,41 V dan
arus yang mengalir sebesar 0,62 mA, setelah 24 jam nilai Vbl sebesar 14,21 V, Vb
sebesar 7,27 V dan arus yang mengalir sebesar 0, 58 mA, setelah 36 jam nilai Vbl
sebesar 14,53 V, Vb sebesar 7,22 V dan arus yang mengalir sebesar 0,56 mA,
pada 48 jam nilai Vbl sebesar 15,25 V, Vb sebesar 7,15 V dan arus yang mengalir
sebesar 0,47 mA, pada 60 jam nilai Vbl sebesar 15,31 V, Vb sebesar 7,15 V dan
arus yang mengalir sebesar 0,41 mA, dan pada 72 jam nilai Vbl sebesar 15,09 V,
Vb sebesar 7,12 V dan arus yang mengalir sebesar 0,30 mA. Grafik hubungan
50
51
Gambar 4.7. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu pada pasta onggok
singkong dengan formalin 2%
Gambar 4.7 menunjukkan nilai Vbl menunjukkan nilai yang tidak stabil.
Dimana pada jam ke-7 hingga jam ke-20 mengalami peningkatan namun setelah
itu terus mengalami penurunan. Untuk nilai Vb dominan stabil namun mengalami
penurunan namu tidak signifikan dan Vbl memiliki nilai yang lebih tinggi
stabil dan dominan mengalami penurunan. Penurunan arus ini juga disebabkan
oleh kandungan glukosa pada onggok singkong (Hotang, et, al., 2019).
baterai onggok singkong tanpa formalin mampu menyalakan lampu LED DC 12V
7 watt, namum cahaya yang dihasilkan masih redup. Hal ini disebabkan karena
pengaruh daya dimana semakin besar daya membuat arus listrik semakin besar
sehingga nyala lampu menjadi terang begitupun sebaliknya semakin kecil daya
membuat arus listrik semakin kecil sehingga nyala lampu menjadi redup (Fajri, et
51
52
Gambar 4.9
36 6
Rin
P
5
30
4
24
P (mW)
Rin (kΩ)
18
2
12
1
6 0
0 11 22 33 44 55 66
Jam ke-
Gambar 4.9. Hubungan antara Rin dan P terhadap waktu pada pasta onggok
singkong dengan formalin 2%
waktu pada pasta onggok singkong tanpa formalin selama 72 jam. Nilai P
menunjukan puncak pada jam ke-21 dengan nilai 5,185 mW namun nilai P I terus
mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang semakin
kecil sehingga daya yang dihasilkan juga semakin kecil. Sedangkan nilai Rin
semakin lama waktu pengujian maka nilai Rin dominan semakin meningkat dan
nilai Rin maksimal sebesar 26,519 kΩ pada jam ke-72. Hal ini dipengaruhi oleh
arus yang semakin kecil sehingga menghasilkan Rin yang meningkat sesuai
dengan hukum ohm besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar
52
53
dengan hambatanya.
Karakteristik yang akan diamati yaitu arus, tegangan saat beban dilepas, tegangan
saat diberi beban dan daya. Pengisian elektrolit dalam baterai diberikan sebanyak
± 800 g pasta onggok singkong untuk 20 buah batu baterai, sehingga setiap batu
baterai terisi 40 g pasta onggok singkong tanpa formalin. Setelah itu memasang
elektroda Cu pada bagian tengah baterai yang telah terisi pasta onggok singkong
dan menghubungkan setiap batu baterai dengan kabel yang disusun secara seri.
formalin sebesar 6,15. data karakteristik elektrik pasta onggok singkong tanpa
formalin yang diperoleh berupa data Vb, Vbl dan I terhadap waktu seperti pada
Tabel 4.3
53
54
Tabel 4.3 Data pengukuran dan perhitungan karakteristik elektrik pasta onggok
singkong dengan formalin 2%
54
55
highlight adalah data hasil pengukuran setiap 12 jam selama 72 jam. Hasil
dan arus yang mengalir sebesar 0,81 mA, setelah 12 jam nilai Vbl sebesar 16,30
V, Vb sebesar 7,41 V dan arus yang mengalir sebesar 0,77 mA, setelah 24 jam
nilai Vbl sebesar 15,86 V, Vb sebesar 7,27 V dan arus yang mengalir sebesar 0, 64
mA, setelah 36 jam nilai Vbl sebesar 16,08 V, Vb sebesar 7,22 V dan arus yang
mengalir sebesar 0,47 mA, pada 48 jam nilai Vbl sebesar 15,26 V, Vb sebesar 7,19
V dan arus yang mengalir sebesar 0,46 mA, pada 60 jam nilai Vbl sebesar 16,20
V, Vb sebesar 7,15 V dan arus yang mengalir sebesar 0,28 mA, dan pada 72 jam
nilai Vbl sebesar 15,79 V, Vb sebesar 7,13 V dan arus yang mengalir sebesar 0,30
mA. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu ditunjukkan Gambar 4.10
Gambar 4.10. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu pada pasta onggok
singkong dengan formalin 4%
55
56
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa Vbl memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan Vb. Hal ini disebabkan karena Vbl tidak memiliki beban
dibandingkan Vb sedangkan Vb memiliki nilai yang lebih rendah dari Vbl karena
frekuensi dipengaruhi oleh beban daya yang disuplai, apabila semakin besar daya
DC 12V 7 watt, namum cahaya yang dihasilkan masih redup. Hal ini disebabkan
karena pengaruh daya dimana semakin besar daya membuat arus listrik semakin
besar sehingga nyala lampu menjadi terang begitupun sebaliknya semakin kecil
daya membuat arus listrik semakin kecil sehingga nyala lampu menjadi redup
56
57
daya diperoleh grafik hubungan antara Rin, P terhadap waktu yang ditunjukkan
Gambar 4.12
40 8
35 Rin (kΩ)
P (mW) 7
30
6
25
5
20
4
15
3
10
5 2
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
Gambar 4.12. Hubungan antara Rin dan P terhadap waktu pada pasta onggok
singkong dengan formalin 4%
waktu pada pasta onggok singkong tanpa formalin selama 72 jam. Nilai P
menunjukan puncak pada jam ke-21 dengan nilai 7,338 mW namun nilai P terus
mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang semakin
kecil sehingga daya yang dihasilkan juga semakin kecil. Sedangkan nilai Rin
semakin lama waktu pengujian maka nilai Rin dominan semakin meningkat dan
nilai Rin maksimal sebesar 32,765 kΩ pada jam ke-62. Hal ini dipengaruhi oleh
arus yang semakin kecil sehingga menghasilkan Rin yang meningkat sesuai
dengan hukum ohm besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar
57
58
dengan hambatanya.
Karakteristik yang akan diamati yaitu arus, tegangan saat beban dilepas, tegangan
saat diberi beban dan daya. Pengisian elektrolit dalam baterai diberikan sebanyak
± 800 g pasta onggok singkong untuk 20 buah batu baterai, sehingga setiap batu
baterai terisi 40 g pasta onggok singkong tanpa formalin. Setelah itu memasang
elektroda Cu pada bagian tengah baterai yang telah terisi pasta onggok singkong
dan menghubungkan setiap batu baterai dengan kabel yang disusun secara seri.
formalin sebesar 5,95. data karakteristik elektrik pasta onggok singkong tanpa
formalin yang diperoleh berupa data Vb, Vbl dan I terhadap waktu seperti pada
Tabel 4.4
58
59
Tabel 4.4 Data pengukuran dan perhitungan karakteristik elektrik pasta onggok
singkong dengan formalin 6%
59
60
highlight adalah data hasil pengukuran setiap 12 jam selama 72 jam. Hasil
dan arus yang mengalir sebesar 0,88 mA, setelah 12 jam nilai Vbl sebesar 16,47
V, Vb sebesar 7,43 V dan arus yang mengalir sebesar 0,77 mA, setelah 24 jam
nilai Vbl sebesar 15,90 V, Vb sebesar 7,28 V dan arus yang mengalir sebesar 0, 63
mA, setelah 36 jam nilai Vbl sebesar 16,11 V, Vb sebesar 7,22 V dan arus yang
mengalir sebesar 0,47 mA, pada 48 jam nilai Vbl sebesar 15,28 V, Vb sebesar 7,19
V dan arus yang mengalir sebesar 0,44 mA, pada 60 jam nilai Vbl sebesar 16,00
V, Vb sebesar 7,15 V dan arus yang mengalir sebesar 0,30 mA, dan pada 72 jam
nilai Vbl sebesar 15,91 V, Vb sebesar 7,13 V dan arus yang mengalir sebesar 0,30
mA. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu ditunjukkan Gambar 4.13
Gambar 4.13. Grafik hubungan Vbl, Vb dan I terhadap waktu pada pasta onggok
singkong dengan formalin 6%
60
61
Gambar 4.13 menunjukkan bahwa Vbl memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan Vb. Hal ini disebabkan karena Vbl tidak memiliki beban
dibandingkan Vb sedangkan Vb memiliki nilai yang lebih rendah dari Vbl karena
frekuensi dipengaruhi oleh beban daya yang disuplai, apabila semakin besar daya
watt, namum cahaya yang dihasilkan masih redup. Hal ini disebabkan karena
pengaruh daya dimana semakin besar daya membuat arus listrik semakin besar
sehingga nyala lampu menjadi terang begitupun sebaliknya semakin kecil daya
membuat arus listrik semakin kecil sehingga nyala lampu menjadi redup (Fajri, et
61
62
daya diperoleh grafik hubungan antara Rin, P terhadap waktu yang ditunjukkan
Gambar 4.15
40 8
Rin
P
35
7
30
6
25
Rin (KW )
P (mW)
5
20
4
15
3
10
5 2
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
Gambar 4.15. Hubungan antara Rin dan P terhadap waktu pada pasta onggok
singkong dengan formalin 6%
waktu pada pasta onggok singkong tanpa formalin selama 72 jam. Nilai P
menunjukan puncak pada jam ke-6 dengan nilai 7,338 mW namun nilai P terus
mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang semakin
kecil sehingga daya yang dihasilkan juga semakin kecil. Sedangkan nilai Rin
semakin lama waktu pengujian maka nilai Rin dominan semakin meningkat dan
nilai Rin maksimal sebesar 32,125 kΩ pada jam ke-58. Hal ini dipengaruhi oleh
arus yang semakin kecil sehingga menghasilkan Rin yang meningkat sesuai
dengan hukum ohm besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar
62
63
dengan hambatanya.
20
0%
19 2%
4%
6%
18
17
Vbl (V )
16
15
14
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
Gambar 4.16. Grafik perbandingan nilai Vbl pasta bio-baterai onggok singkong
dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% terhadap waktu
berbeda-beda. Dari grafik terlihat bahwa pasta bio-baterai onggok singkong tanpa
dengan formalin 2%, 4% dan 6%. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu
63
64
dikarenakan konsentrasi ion H+ pada pasta onggok singkong meningkat maka ion
CN- akan menurun. Sehingga ion H+ dapat dengan mudah bergerak di dalam pasta
onggok singkong tersebut dan mampu menghantarkan listrik (Khairiah dan Rita,
2017). Sedangkan pasta bio-baterai pasta bio-baterai dengan formalin 2%, 4% dan
6% dominan nilainya konstan. Hal ini disebabkan karena formalin ini mampu
dominan konstan.
7,8
0%
7,7 2%
4%
6%
7,6
7,5
Vb (V)
7,4
7,3
7,2
7,1
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% menghasilkan nilai yang berbeda-beda. Dari
64
65
mengalami penurunan. Hal ini juga terjadi pada pasta bio-baterai onggok
singkong dengan formalin 2%, 4% dan 6% yang juga mengalami penurunan. Hal
semakin menurun.
1,0
0%
2%
0,9
4%
6%
0,8
0,7
I (m A)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
singkong dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% menghasilkan nilai yang berbeda-
65
66
beda. Dari grafik menunjukan bahwa keempat jenis pasta bio-baterai dominan
mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan yang dihasilkan yakni
dominan menurun yang bersesuaian dengan Hukum Ohm yakni nilai arus
35
0%
30 2%
4%
6%
25
Rin (kΩ)
20
15
10
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
Gambar 4.19. Grafik perbandingan nilai Rin pasta bio-baterai onggok singkong
dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% terhadap waktu
singkong dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% menghasilkan nilai yang berbeda-
beda. Dari grafik menunjukan bahwa keempat jenis pasta bio-baterai dominan
mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang
66
67
dihasilkan yakni dominan menurun yang bersesuaian dengan Hukum Ohm yakni
dimana nilai kuat arus listrik berbanding lurus dengan teganganya dan berbanding
0%
7 2%
4%
6%
6
P (m W )
0 10 20 30 40 50 60 70
Jam ke-
singkong dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% menghasilkan nilai yang berbeda-
beda. Dari grafik menunjukan bahwa keempat jenis pasta bio-baterai dominan
mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh nilai tegangan dan arus yang
67
68
dihasilkan dominan menurun yang berpengaruh terhadap nilai dayanya yang juga
menurun, karena nilai daya berbanding lurus dengan arus listrik dan teganganya.
0,10
0%
2%
4%
0,08 6%
R (mm/Tahun)
0,06
0,04
0,02
0,00
8 16 24 32 40 48 56 64 72 80
Jam ke-
onggok singkong dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% terhadap waktu. Setiap 12
jam dihitung nilai laju korosinya sampai pada jam ke-72. Dari grafik terlihat
bahwa dari keempat data nilainya dominan meningkat. Data yang memiliki laju
korosi paling tinggi yaitu pasta bio-baterai onggok singkong dengan formalin 0%.
Tingginya nilai laju korosi pasta bio-baterai onggok singkong dengan formalin
68
69
memiliki nilai pH paling tinggi yaitu 6,35. Nilai pH pasta bio-baterai onggok
singkong dengan formalin 4% sebesar 6,15 dan Nilai pH pasta bio-baterai onggok
maka nilai laju korosinya semakin menurun. Dimana laju korosi bio-baterai
onggok singkong dengan formalin 0% nilainya lebih besar dari pasta bio-baterai
onggok singkong dengan formalin 2%, 4% dan 6%. Kemudian nilai pasta bio-
baterai onggok singkong dengan formalin 2% lebih besar dari pasta bio-baterai
onggok singkong dengan formalin 4% dan 6%. Hal ini terjadi formalin dapat
69
70
0,11
Laju Korosi
0,10
0,09
0,07
0,06
0,05
0,04
0% 2% 4% 6%
baterai onggok singkong dengan formalin 0%, 2%, 4% dan 6% terhadap formalin.
memiliki nilai yang tertinggi yaitu 0,1022 mm/tahun. Data juga terlihat laju korosi
memiliki nilai laju korosi sebesar 0,0614 mm/tahun. Dan Pasta bio-baterai onggok
mm/tahun. Hal ini dipengaruhi kadar formalin pada pasta bio-baterai onggok
70
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
berikut:
0%, 2%, 4% dan 6% untuk nilai Vbl, Vb, I, Rin dan P menghasilkan nilai
yang fluktuatif.
dihasilkan pada pengujian alat pada lampu LED hasilnya lampu redup.
B. Saran
mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena utu, untuk penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 1992. Elektro Kimia dan Kinetika Kimia. Citra Aditya Bakti:
Bandung.
Afrian, F.A., Liman, dan Tantalo, S. 2014. Survei Populasi Kapang dan Kadar
HCN pada Onggok dengan Proses Pengeringan yang Berbeda di Provinsi
Lampung. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 2(2): 70-74.
Gustiyani, D., Hartati, I., Faridah, N.E., dan Oedjijono. 2004. Pengaruh pH dan
Substrat Organik Terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri
Pengoksidasi Amonia. Jurnal Biodeveritas. Vol.5. No. 2.
Alma’arif, A.L., A, Wijaya dan Ir. R.P. D, Murwono. 2012. Penghilangan Racun
Sianida (HCN) Dalam Umbi Gadung Dengan menggunakan bahan
Penyerap Abu. Jurnal Kimia dan Teknologi Industri. Vol. 1(1): 14-20.
Arizal, F., M, Hasbi dan Kadir, A. 2017. Pengaruh Kadar Garam Terhadap Daya
Yang Dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air Garam Sebagai Energi
Alternatif Terbarukan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin. Vol.2(1):
1-5.
72
Astuti, T.D. 2016. Pembuatan Nanoselulosa Dari Limbah Padat Tapioka
(Onggok) Dengan Metode Hidrolisis Asam. Skripsi. Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung
Dan Indikator Ekonami Lainya. Bandar lampung BPS Propinsi Lampung.
Bayuseno, A.P. 2009. Analisa Laju Korosi Pada Baja Untuk Material Kapal
Dengan Dan Tanpa Perlindungan Cat. Jurnal Teknik Mesin. Vol (11):3.
32-34.
Devendra, C. 1977. Cassava as a Feed Source for Ruminants. In: Nestle B. And
Graham, M. Cassava as Animal Feed. Canada: IDRC.
Fadli, U.M., B, Legowo dan Purnam,B. 2012. Demonstrasi Sel Volta Buah Nanas
(Ananas Comosus L. Merr). Jurnal Aplikasi Fisika. Vol. 2(2): 176-183.
Fajri, D.U., Wibawa, U dan Rini, .N.H. 2014. Hubungan antara Tegangan dan
intensitas Cahaya pada Lampu Hemat Energi Fluorescent Jenis SL
(Sodium Lamp) dan LED (Light Emitting Diode). Jurnal Teknik Elektro
Hikmiyati, N dan Yanie, N,S. 2009. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit
Singkong melalui Proses Hidrolisa Asam. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Hotang, R.H., Sarwuna, D., Munfatun, E.S., dan Togibasa, O.2019. Pengaruh
Kandungan Glukosa terhadap Arus Listrik pada Biobaterai dari Pasta
Elektrolit Ketapang. Jurnal FLUX. Papua: Universitas Cendrawasih. Vol.
15. No 2.
Julisman, A., I.D, Sara dan Siregar, R.H,. 2017. Prototipe Pemanfaatan Panel
Surya Sebagai Sumber Energi Pada Sistem Otomasi Atap Stadion Bola.
Jurnal Online Teknik Elektro. Vol. 2(1): 35-42.
Khairiah, dan Rita D. 2017. Analisis Pengaruh Penambahan Massa Ragi dan
Lama Waktu Proses Fermentasi terhadap Nilai Tegangan Listrik Pasta
Limbah Kulit Durian (Durio Zibethinus). Jurnal Ilmu Fisika dan
Teknologi. Medan: Universitas Muslim Nusantara Alwashliyah Medan.
Vol. 1(2): 16-22.
40
Lamiya dan Mareta. 2010. Penyiapan Bahan Baku dalam Proses Fermentasi untuk
Pakan Ternak. (http:// eprints.undip.ac.id/11310/1/Laporan_final_Lamiya
%26Mareta.pdf). [20 Maret 2019]. Diakses Pukul 20.05 WIB.
Putri, S.W.A dan Wikanastri H. 2012. Kajian Kadar Protein, Serat, HCN dan Sifat
Organoleptik Prol Tape Singkong dengan Subtitusi Tape Kulit Singkong.
Jurnal Pangan dan Gizi. Vol. (3)6: 17-24
Saleh, N., M, Rahayu., S.W, Indiati., B.S. Radjit., S, Wahyuningsih. 2013. Hama,
Penyakit dan Gulma pada Tanaman Ubi Kayu. IAARD Press. Jakarta.
Selparia, E., M, Ginting dan Syech, R,. 2015. Pembuatan Dan Pengujian Alat
Untuk Menentukan Konduktivitas Plat Seng, Multiroof Dan Asbes. Jurnal
Online Mahasiswa FMIPA. Vol. 2(1): 191-197.
41
Sumanzaya, T., Supriyanto, A., dan Gurum, A.P. 2019. Analisis Karakteristik
Elektrik Onggok Singkong sebagai Pasta Bio-Baterai. Jurnal Teori dan
Aplikasi Fisika. Vol. 7. No. 2.
Supardi, A., Susilo, J., dan Faris. 2014. Pengaruh pembebanan terhadap
Karakteristik Keluaran Generator Induksi I fase pada system Pembangkit
Pikohidro. Simposium Nasional Teknologi Terapan. Hal 1-8.
Vielt, T.V., C.M.M, Lakemond dan R.W, Visschers. 1984. Rheology and
Structure of Milk Protein Gels. Current Opinion Colloid Interface
Science. Horwood Ltd: England.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusuf, S. 2008. Laju Korosi Pipa Baja A106 Sebagai Fungsi Temperatur dan
Konsentrasi NaCl Pada Fluida Yang Tersaturasi Gas CO2. Thesis.
Universitas Indonesia. Depok.
42
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Tabel 1. Data penelitian dan perhitungan pasta onggok singkong tanpa formalin
41
Tabel 2. Data penelitian dan perhitungan pasta onggok singkong dengan formalin
2%
Iv
waktu Vbl Vb I P (Lux Keadaan
No (Jam) (V) (V) (mA) Rin (mW) ) Lampu
1 0 15.35 7.43 0.66 12.000 4.906 3 Redup
2 1 15.30 7.42 0.64 12.317 4.749 3 Redup
3 2 15.28 7.44 0.64 12.260 4.759 3 Redup
4 3 15.31 7.39 0.64 12.365 4.732 3 Redup
5 4 15.29 7.37 0.63 12.571 4.645 3 Redup
6 5 15.35 7.43 0.64 12.369 4.756 3 Redup
7 6 15.38 7.42 0.66 12.066 4.897 3 Redup
8 7 16.52 7.39 0.64 14.263 4.729 3 Redup
9 8 16.52 7.32 0.64 14.375 4.687 3 Redup
10 9 16.53 7.37 0.64 14.320 4.716 3 Redup
11 10 16.58 7.42 0.62 14.777 4.601 3 Redup
12 11 17.07 7.39 0.66 14.679 4.875 3 Redup
13 12 16.37 7.41 0.64 14.000 4.742 3 Redup
14 13 17.03 7.43 0.66 14.538 4.908 3 Redup
15 14 16.07 7.38 0.64 13.573 4.725 3 Redup
16 15 16.36 7.42 0.64 13.983 4.746 3 Redup
17 16 16.37 7.41 0.62 14.425 4.601 3 Redup
18 17 15.24 7.48 0.61 12.702 4.570 3 Redup
19 18 16.03 7.41 0.65 13.238 4.824 3 Redup
20 19 16.61 7.34 0.63 14.732 4.617 3 Redup
21 20 16.52 7.32 0.69 13.281 5.073 3 Redup
22 21 15.80 7.31 0.71 11.974 5.185 3 Redup
23 22 16.15 7.31 0.62 14.266 4.528 3 Redup
24 23 15.31 7.26 0.59 13.671 4.273 3 Redup
25 24 14.21 7.27 0.58 11.992 4.207 3 Redup
26 25 15.86 7.27 0.58 14.799 4.221 3 Redup
27 26 15.80 7.24 0.54 15.869 3.904 3 Redup
28 27 15.78 7.24 0.53 16.099 3.842 3 Redup
29 28 15.17 7.23 0.54 14.698 3.907 3 Redup
30 29 16.25 7.21 0.59 15.325 4.253 3 Redup
31 30 16.25 7.21 0.59 15.331 4.251 3 Redup
32 31 15.14 7.19 0.58 13.709 4.170 3 Redup
33 32 16.15 7.19 0.58 15.475 4.161 3 Redup
34 33 15.86 7.17 0.57 15.228 4.094 3 Redup
35 34 15.80 7.17 0.57 15.173 4.080 3 Redup
36 35 14.56 7.17 0.56 13.192 4.015 3 Redup
42
37 36 14.53 7.22 0.56 13.055 4.043 3 Redup
38 37 15.12 7.20 0.55 14.430 3.953 3 Redup
39 38 15.22 7.19 0.54 14.789 3.904 3 Redup
40 39 15.14 7.19 0.55 14.472 3.950 3 Redup
41 40 15.17 7.18 0.53 15.054 3.810 3 Redup
42 41 15.47 7.21 0.53 15.627 3.812 3 Redup
43 42 15.17 7.18 0.52 15.375 3.733 3 Redup
44 43 15.22 7.18 0.50 16.211 3.561 3 Redup
45 44 15.48 7.18 0.49 16.921 3.515 3 Redup
46 45 14.23 7.17 0.48 14.736 3.435 3 Redup
47 46 14.76 7.18 0.47 16.151 3.368 3 Redup
48 47 15.18 7.19 0.48 16.643 3.450 3 Redup
49 48 15.25 7.19 0.47 17.175 3.375 3 Redup
50 49 15.02 7.17 0.46 17.083 3.293 3 Redup
51 50 15.07 7.16 0.47 16.986 3.343 3 Redup
52 51 15.02 7.16 0.44 17.904 3.142 3 Redup
53 52 15.07 7.17 0.42 18.811 3.012 3 Redup
54 53 15.02 7.15 0.44 17.914 3.143 3 Redup
55 54 15.07 7.17 0.42 18.780 3.016 3 Redup
56 55 15.02 7.16 0.42 18.729 3.003 3 Redup
57 56 15.07 7.15 0.42 18.887 3.000 3 Redup
58 57 15.07 7.16 0.41 19.308 2.933 3 Redup
59 58 15.15 7.15 0.41 19.520 2.932 3 Redup
60 59 15.23 7.14 0.41 19.740 2.926 3 Redup
61 60 15.31 7.15 0.41 20.102 2.904 3 Redup
62 61 15.37 7.17 0.39 21.152 2.781 3 Redup
63 62 15.45 7.14 0.38 21.870 2.712 3 Redup
64 63 15.55 7.14 0.37 22.768 2.638 3 Redup
65 64 15.61 7.13 0.36 23.609 2.562 3 Redup
66 65 15.11 7.16 0.34 23.314 2.442 3 Redup
67 66 14.58 7.14 0.34 21.906 2.424 3 Redup
68 67 15.35 7.14 0.33 24.955 2.348 3 Redup
69 68 15.07 7.12 0.32 24.901 2.272 3 Redup
70 69 15.61 7.14 0.32 26.552 2.278 3 Redup
71 70 15.29 7.12 0.32 25.574 2.275 3 Redup
72 71 15.05 7.12 0.30 26.375 2.141 3 Redup
73 72 15.09 7.12 0.30 26.519 2.141 3 Redup
43
Tabel 2. Data penelitian dan perhitungan pasta onggok singkong dengan formalin
4%
wakt
u Vbl Vb I P Iv Keadaan
No (Jam) (V) (V) (mA) Rin (mW) (Lux) Lampu
1 0 15.96 7.63 0.81 10.321 6.183 3 Redup
2 1 16.40 7.61 0.88 9.989 6.700 3 Redup
3 2 16.42 7.58 0.81 10.913 6.160 3 Redup
4 3 16.34 7.48 0.88 10.080 6.578 3 Redup
5 4 15.98 7.41 0.81 10.568 6.027 3 Redup
6 5 16.10 7.43 0.95 9.116 7.064 3 Redup
7 6 17.01 7.42 0.99 9.693 7.338 3 Redup
8 7 16.50 7.40 0.99 9.223 7.298 3 Redup
9 8 16.30 7.34 0.92 9.739 6.751 3 Redup
10 9 16.32 7.37 0.85 10.529 6.267 3 Redup
11 10 16.35 7.42 0.88 10.163 6.522 3 Redup
12 11 16.23 7.39 0.83 10.659 6.126 3 Redup
13 12 16.30 7.41 0.77 11.488 5.733 3 Redup
14 13 16.45 7.44 0.78 11.560 5.801 3 Redup
15 14 15.16 7.38 0.80 9.766 5.877 3 Redup
16 15 16.03 7.42 0.79 10.899 5.864 3 Redup
17 16 15.43 7.45 0.79 10.110 5.878 3 Redup
18 17 15.55 7.50 0.75 10.739 5.620 3 Redup
19 18 16.00 7.41 0.75 11.399 5.585 3 Redup
20 19 16.03 7.34 0.74 11.734 5.434 3 Redup
21 20 15.65 7.32 0.75 11.102 5.490 3 Redup
22 21 16.07 7.32 0.71 12.324 5.200 3 Redup
23 22 16.62 7.31 0.68 13.696 4.969 3 Redup
24 23 15.96 7.27 0.65 13.364 4.728 3 Redup
25 24 15.86 7.27 0.64 13.432 4.651 3 Redup
26 25 15.95 7.27 0.58 14.989 4.212 3 Redup
27 26 16.67 7.24 0.56 16.847 4.051 3 Redup
28 27 16.30 7.24 0.57 15.895 4.125 3 Redup
29 28 16.62 7.23 0.58 16.195 4.191 3 Redup
30 29 15.96 7.21 0.56 15.638 4.035 3 Redup
31 30 15.86 7.21 0.54 16.035 3.891 3 Redup
32 31 15.95 7.19 0.55 15.947 3.952 3 Redup
44
33 32 16.35 7.19 0.51 17.973 3.663 3 Redup
34 33 16.27 7.17 0.45 20.237 3.223 3 Redup
35 34 16.21 7.17 0.47 19.207 3.375 3 Redup
36 35 16.11 7.17 0.48 18.618 3.443 3 Redup
37 36 16.08 7.22 0.47 18.850 3.393 3 Redup
38 37 15.88 7.20 0.48 18.083 3.454 3 Redup
39 38 14.93 7.19 0.41 18.878 2.948 3 Redup
40 39 14.95 7.19 0.39 19.897 2.805 3 Redup
41 40 15.03 7.18 0.35 22.410 2.514 3 Redup
42 41 15.02 7.21 0.34 23.016 2.445 3 Redup
43 42 14.97 7.18 0.34 22.957 2.438 3 Redup
44 43 14.98 7.18 0.35 22.319 2.508 3 Redup
45 44 14.93 7.17 0.34 22.600 2.463 3 Redup
46 45 14.88 7.17 0.45 17.133 3.225 3 Redup
47 46 15.80 7.18 0.43 20.078 3.084 3 Redup
48 47 14.51 7.19 0.46 15.925 3.307 3 Redup
49 48 15.26 7.19 0.46 17.580 3.299 3 Redup
50 49 15.29 7.17 0.42 19.325 3.011 3 Redup
51 50 15.87 7.17 0.36 24.167 2.580 3 Redup
52 51 15.67 7.16 0.32 26.594 2.290 3 Redup
53 52 15.57 7.17 0.31 27.097 2.222 3 Redup
54 53 15.46 7.16 0.30 27.678 2.147 3 Redup
55 54 15.80 7.18 0.33 26.121 2.371 3 Redup
56 55 14.50 7.16 0.35 21.031 2.500 3 Redup
57 56 15.96 7.15 0.30 29.498 2.136 3 Redup
58 57 16.00 7.18 0.30 29.422 2.153 3 Redup
59 58 16.11 7.15 0.29 30.921 2.071 3 Redup
60 59 15.94 7.14 0.29 30.368 2.070 3 Redup
61 60 16.20 7.15 0.28 32.336 2.001 3 Redup
62 61 16.01 7.16 0.27 32.765 1.934 3 Redup
63 62 15.98 7.14 0.30 29.532 2.138 3 Redup
64 63 16.07 7.14 0.30 29.789 2.141 3 Redup
65 64 16.10 7.13 0.28 32.036 1.996 3 Redup
66 65 16.01 7.16 0.28 31.607 2.005 3 Redup
67 66 15.98 7.14 0.30 29.478 2.142 3 Redup
68 67 16.07 7.14 0.29 30.816 2.070 3 Redup
69 68 15.83 7.12 0.30 29.033 2.137 3 Redup
70 69 15.79 7.12 0.30 28.900 2.136 3 Redup
71 70 15.93 7.10 0.29 30.448 2.059 3 Redup
72 71 15.83 7.11 0.29 30.069 2.063 3 Redup
73 72 15.79 7.13 0.30 28.978 2.130 3 Redup
45
Tabel 2. Data penelitian dan perhitungan pasta onggok singkong dengan formalin
6%
Iv
waktu Vbl Vb P (Lux Keadaan
No (Jam) (V) (V) I (mA) Rin (mW) ) Lampu
1 0 16.01 7.66 0.88 9.459 6.762 3 Redup
2 1 16.31 7.61 0.89 9.806 6.751 3 Redup
3 2 16.50 7.58 0.81 11.048 6.142 3 Redup
4 3 16.45 7.52 0.88 10.141 6.621 3 Redup
5 4 16.00 7.44 0.81 10.651 6.005 3 Redup
6 5 15.73 7.47 0.94 8.792 7.019 3 Redup
7 6 17.06 7.44 0.99 9.750 7.338 3 Redup
8 7 16.32 7.40 0.96 9.299 7.101 3 Redup
9 8 16.36 7.42 0.91 9.862 6.724 3 Redup
10 9 16.40 7.40 0.87 10.391 6.413 3 Redup
11 10 16.20 7.42 0.87 10.065 6.477 3 Redup
12 11 16.37 7.41 0.83 10.831 6.128 3 Redup
13 12 16.47 7.43 0.77 5.743 5.743 3 Redup
14 13 16.50 7.48 0.78 11.568 5.834 3 Redup
15 14 15.22 7.43 0.79 9.853 5.872 3 Redup
16 15 15.22 7.47 0.79 9.810 5.899 3 Redup
17 16 16.09 7.48 0.78 10.992 5.862 3 Redup
18 17 16.03 7.57 0.75 11.233 5.700 3 Redup
19 18 16.30 7.47 0.76 11.679 5.650 3 Redup
20 19 16.49 7.37 0.74 12.315 5.456 3 Redup
21 20 16.33 7.33 0.75 12.000 5.500 3 Redup
22 21 16.10 7.36 0.71 12.310 5.228 3 Redup
23 22 16.50 7.34 0.68 13.461 4.993 3 Redup
24 23 16.01 7.31 0.65 13.385 4.754 3 Redup
25 24 15.90 7.28 0.63 13.606 4.613 3 Redup
26 25 15.99 7.29 0.57 15.187 4.178 3 Redup
27 26 16.41 7.27 0.56 16.414 4.047 3 Redup
28 27 16.52 7.26 0.57 16.234 4.140 3 Redup
29 28 16.50 7.26 0.58 15.931 4.209 3 Redup
30 29 15.99 7.24 0.56 15.634 4.054 3 Redup
46
31 30 15.90 7.23 0.54 16.054 3.904 3 Redup
32 31 15.80 7.23 0.53 16.179 3.832 3 Redup
33 32 16.37 7.22 0.50 18.198 3.632 3 Redup
34 33 16.29 7.23 0.44 20.780 3.156 3 Redup
35 34 16.24 7.19 0.47 19.421 3.354 3 Redup
36 35 16.13 7.20 0.48 18.604 3.458 3 Redup
37 36 16.11 7.22 0.47 19.052 3.371 3 Redup
38 37 15.74 7.20 0.48 17.792 3.454 3 Redup
39 38 14.95 7.22 0.41 18.854 2.960 3 Redup
40 39 14.98 7.17 0.39 20.009 2.798 3 Redup
41 40 15.05 7.20 0.35 22.438 2.519 3 Redup
42 41 15.05 7.22 0.33 23.495 2.406 3 Redup
43 42 14.99 7.20 0.33 23.375 2.400 3 Redup
44 43 14.99 7.19 0.34 22.955 2.444 3 Redup
45 44 14.95 7.20 0.36 21.843 2.568 3 Redup
46 45 14.90 7.18 0.45 17.156 3.231 3 Redup
47 46 15.61 7.18 0.43 19.760 3.062 3 Redup
48 47 14.51 7.19 0.46 16.024 3.283 3 Redup
49 48 15.28 7.19 0.44 18.554 3.138 3 Redup
50 49 15.20 7.17 0.42 19.119 3.011 3 Redup
51 50 15.33 7.16 0.31 26.355 2.221 3 Redup
52 51 15.68 7.16 0.31 27.505 2.219 3 Redup
53 52 15.58 7.16 0.31 27.140 2.221 3 Redup
54 53 15.49 7.15 0.30 27.789 2.145 3 Redup
55 54 15.47 7.17 0.33 25.141 2.366 3 Redup
56 55 14.52 7.33 0.34 24.361 2.130 3 Redup
57 56 15.95 7.15 0.29 29.997 2.097 3 Redup
58 57 16.22 7.17 0.30 29.852 2.175 3 Redup
59 58 16.36 7.15 0.29 32.125 2.050 3 Redup
60 59 15.93 7.14 0.29 29.998 2.093 3 Redup
61 60 16.00 7.15 0.30 29.489 2.146 3 Redup
62 61 16.03 7.16 0.30 29.556 2.149 3 Redup
63 62 15.97 7.14 0.29 30.099 2.094 3 Redup
64 63 16.05 7.14 0.30 29.700 2.141 3 Redup
65 64 16.17 7.13 0.28 32.274 1.996 3 Redup
66 65 16.03 7.16 0.28 31.717 2.005 3 Redup
67 66 15.76 7.14 0.30 28.722 2.142 3 Redup
68 67 16.09 7.14 0.31 28.882 2.212 3 Redup
69 68 16.01 7.12 0.30 29.611 2.137 3 Redup
70 69 15.89 7.14 0.29 30.543 2.047 3 Redup
71 70 15.93 7.13 0.30 29.344 2.138 3 Redup
72 71 15.98 7.12 0.29 30.563 2.063 3 Redup
73 72 15.91 7.13 0.30 29.311 2.134 3 Redup
47
48
vii