Anda di halaman 1dari 3

Ejaan Bahasa Indonesia 

(disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak


tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Nah, sebelum EBI
berlaku, kita memiliki beberapa jenis ejaan lho. Mau tau apa saja ejaannya? Berikut adalah
ejaannya :

1. Ejaan Van Ophuysen


Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Ejaan ini ditetapkan tahun 1901. Perancang ejaan Van Ophuysen adalah orang
Belanda yakni Charles Van Ophusyen dengan dibantu Tengku Nawawi yang bergelar
Soetan Ma’moer dan M. Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini menggunakan huruf latin dan
bunyinya hampir sama dengan tuturan Belanda.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip
dengan tuturan Belanda, antara lain:

 huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah, sajang.


 huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-
kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).
 tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi
hamzah, seperti pada kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf
tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa
Belanda sampai saat ini.

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi


Edjaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama yang
dimiliki bahasa Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk
mengganti ejaan Van Ophuysen yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan
ejaan resmi pertama yang disusun oleh orang Indonesia.
Ejaan republik juga disebut dengan ejaan Soewandi. Mr. Soewandi merupakan
seorang menteri yang menjabat sebgai menteri Pendidikan dan
kebudayaan. Perbedaan ejaan Soewandi dengan ejaan Van Ophuysen ialah:
a. Huruf oe diganti dengan u.
Contohnya dalam ejaan Van Ophuysen penulisannya ‘satoe’, dalam ejaan Republik
menjadi ‘satu’.
b. Huruf Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf K.
Contohnya: maklum, pak, tak, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
Contohnya: kupu2, main2.
d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan
dengan imbuhan ‘di-‘ pada dibeli, dimakan.
3. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slamet Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). karena
perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya maka diurungkan peresmian
ejaan tersebut.
4. Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015, atas kerja sama dua negara yakni
Malaysia dan Indonesia yang masing-masing diwakili oleh para menteri pendidikan
kedua negara tersebut. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku
yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
tercatat pada tanggal 12 Oktober 1972. Pemberlakuan Ejaan yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah ditetapkan atas dasar keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0196/U/1975.
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada
tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya
merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh  Ejaan Melindo. Para
pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari
Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi
nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan
dan kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967.
Ejaan Baru di Malaysia disebut Ejaan Rumi Bersama (ERB) sementara Indonesia
menggunakan Ejaan yang Disempurnakan (EyD). EyD mengalami dua kali revisi, yakni
pada tahun  1987 dan 2009.

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EyD, antara lain:

 Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
 Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
 Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada
contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-”
pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
 Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EyD adalah:

1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.


2. Penulisan kata.
3. Penulisan tanda baca.
4. Penulisan singkatan dan akronim.
5. Penulisan angka dan lambang bilangan.
6. Penulisan unsur serapan.

5. Ejaan Bahasa Indonesia


Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan EyD adalah:

1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EyD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au,
oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser
dan survei).
2. Penggunaan huruf tebal. Dalam EyD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis
lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.

Anda mungkin juga menyukai