2. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi kita semua, hingga saat ini Indonesia
masih dilanda pandemic Covid-19.COVID-19 merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (serever acute resipiratory
syndrome coronavirus 2 atau SARSCoV -2). Covid-19 banyak membawa dampak baik
maupun buruk bagi semua mahkluk hidup dan alam semesta.Segala daya dan upaya
sudah dilakukan pemerintah guna memperkecil kasus penularan Covid-19.Tak
terpungkiri salah satu nya adalah kebijakan belajar online, atau dalam jaringan (daring)
untuk seluruh siswa/i hingga mahasiswa/i karena adanya pembatasan sosial.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu proses belajar dari rumah.
Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu
keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar
elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam ruang kelas.
Artinya, e-learning bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan belum
mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka karena metode interaksi
tatap muka konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan pembelajaran online atau
e- learning.Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering menjadi habatan
dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018). Namun dari
kebijakan yang dikeluarkan tentunya tidak dapat memastikan semuanya akan berjalan
sebagaimana mestinya disemua kalangan, khusus nya sekolah didesa-desa yang
kekurangan fasilitas berupa teknologi terpadu guna menunjang proses pembelajaran
belajar online.Kurangnya biaya dan fasilitas yang memadai antara guru dengan
siswa/i nya membuat proses pembelajaran online tidaklah seefektif yang diharapkan
1.2 Identifikasi Masalah
Jadi dari latar belakang diatas dapat disimpulkan indentifikasi masalahnya adalah sebagai
berikut.
1. Dimasa pandemi ini para siswa terhambat kegiatan belajar di sekolah.
2. Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dilarang maka digunakan kegiatan
belajar menggunakan teknologi.
1.5 Tujuan
Dalam proposal ini terdapat beberapa tujuan yang hendak ingin dicapai yang
merupakan indikator dasar pembuatan aplikasi ini :
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran online yang dilakukan pihak
sekolah untuk para siswanya.
2. Sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar di masa pandemi.
3. Membantu para siswa belajar untuk mendalami materi di rumah.
1.6 Manfaat
Adapun maksud dan tujuan dari pembelajaran Online / Daring ini adalah untuk
membantu anak sekolah memahami materi yang disampaikan, menjaga anak-anak tetap
berada dirumah tatapi masih bisa belajar agar tetap terjaga kesehatan selama pandemi ini.
3. TINJAUN PUSTAKA
1.1 Kajian Teori / Landasan Teori
Menurut KBBI Kemendikbud, Daring adalah akronim dari dalam jaringan. Artinya
terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Merinci kegiatan-kegiatan
daring di antaranya, webinar, kelas online, KKN online, hingga kuliah online. Seluruh
kegiatan dilakukan menggunakan jaringan internet dan komputer atau bisa disebut belajar
online. Sedangkan luring adalah akronim dari luar jaringan. Luring diartikan sebagai
terputus dari jejaring komputer.
Adapun jenis kegiatan yang dilakukan Luring yakni menonton acara TVRI sebagai
pembelajaran siswa sekolah juga mengumpulkan karya berupa dokumen. Kegiatan
Luring tidak menggunakan jaringan internet dan komputer, melainkan media lainnya
seperti TV dan dokumen. Metode Pembelajaran Paling Efektif di Masa Pandemi :
1. Project Based Learning
Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat
Edaran Mendikbud no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan
utama untuk memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi,
gotong royong, dan empati dengan sesama. Menurut Mendikbud, metode project
based learning ini sangat efektif diterapkan untuk para pelajar dengan membentuk
kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Metode
pembelajaran ini sangatlah cocok bagi pelajar yang berada pada zona kuning atau
hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang satu ini, tentunya juga harus
memerhatikan protokol kesehatan yang berlaku.
2. Daring Method
Untuk menyiasati ketidak kondusifan di situasi seperti ini, metode daring bisa
dijadikan salah satu hal yang cukup efektif untuk mengatasinya. Dilansir dari
Kumparan, Kemendikbud mengungkapkan bahwa metode daring bisa mengantasi
permasalahan yang terjadi selama pandemi ini berlangsung. Metode ini rupanya bisa
membuat para siswa untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah dengan baik.
Seperti halnya membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar
rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online.
3. Luring Method
Luring yang dimaksud pada model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan.
Dalam artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan
memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang berlaku. Metode ini sangat pas
buat pelajar yang ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama dengan protocol
ketat new normal. Dalam metode yang satu ini, siswa akan diajar secara bergiliran
(shift model) agar menghindari kerumunan. Dikutip dari Kumparan, model
pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi
penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pendemi ini. Metode ini dirancang
untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak berbelit saat disampaikan
kepada siswa. Selain itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi
mereka yang kurang memiliki sarana dan prasarana mendukung untuk sistem daring.
4. Home Visit Method
Seperti halnya metode yang lain, home visit merupakan salah satu opsi pada
metode pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti kegiatan belajar
mengajar yang disampaikan saat home schooling. Jadi, pengajar mengadakan home
visit di rumah pelajar dalam waktu tertentu.
5. Integrated Curriculum
Metode pembelajaran ini disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Prof.
Zainuddin Maliki. Dikutip dari JPNN.com, mantan Rektor Universitas
Muhammadiyah Surabaya ini menyampaikan bahwa pembelajaran akan lebih efektif
bila merujuk pada project base. Yang mana, setiap kelas akan diberikan projek yang
relevan dengan mata pelajaran terkait. Metode pembelajaran yang satu ini tidak
hanya melibatkan satu mata pelajaran saja, namun juga mengaitkan metode
pembelajaran lainnya. Dengan menerapkan metode ini, selain pelajar yang
melakukan kerjasama dalam mengerjakan projek, dosen lain juga diberi kesempatan
untuk mengadakan team teaching dengan dosen pada mata kuliah lainnya.
6. Blended Learning
Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan
sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka
melalui video converence. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan
pembelajaran dari jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain.
Dikutip dari sibatik.kemendikbud.go.id, Yane Henadrita mengungkapkan bahwa
metode blended learning adalah salah satu metode yang dinilai efektif untuk
meningkatkan kemampuan kognitif para pelajar.
1.3 Hipotesis
Berikut beberapa hipotesis dalam Kegiatan sistem pembelajaran online / daring
selama pandemi diantanya :
1. Hanphone = Rp. 1.500.000,-
2. Paket Data = Rp. 70.000,-
Total = Rp. 1.570.000,-
4. TINJAUN PUSTAKA
1.1 Jenis dan pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif dengan pendekatan induktif.
Arikunto (2006:7) menjelaskan bahwa ”penelitian eskploratif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya sesuatu”. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi keefektifan
sistem pembelajaran online di SD PUNCEL 01 selama masa pandemic Covid-19.dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh spradley dalam
Sugiyono (2007:49) dinamakan social situation atau situasi soaial yang terdiri dari tiga
elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktifitas. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini
penelitian dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat
tertentu. Serta pendekatan induktif, menurut Tim Dosen Upi (2015:151) adalah
pendekatan yang menekankan poses berpikir yang mengutamakan suatu masalah,
pengumpulan data, hipotesis, analisis data, dan kesimpulan (pemecahan masalah).
5. DAFTAR PUSTAKA
https://www.dqlab.id/data-analisis-pahami-teknik-pengumpulan-data
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/teknik-pengumpulan-data-dan-instrumen-
penelitian/
http://diknas.okukab.go.id/berita/detail/pembelajaran-di-masa-pandemi-covid19
https://reykaafirdhaulisia.wordpress.com/2017/11/25/contoh-proposal-e-learning/