Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH METODOLOGI RISET

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Z DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI PADA KASUS GASTRITIS”

Dosen Pengampu: Ners. Apriyani Puji Hastuti S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:

Asfary Zahidah Pangestuti 181008

POLITEKNIK KESEHATAN RS DR SOEPRAOEN

KOTA MALANG

TAHUN 2019/2020

1
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul........................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................... ii
Kata Pengantar.......................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................. 2
1.4 Manfaat.................................................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................ 3
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................. 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka........................................................................... 4
2.1 Konsep Gastritis..................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Gastritis.......................................................................... 4
2.1.2 Etiologi............................................................................................ 4
2.1.3 Tanda dan Gejala.............................................................................. 5
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 5
2.1.5 Klasifikasi......................................................................................... 6
2.1.6 Komplikasi........................................................................................ 7
2.1.7 Penatalaksaan.................................................................................... 8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis.................................................. 9
2.2.1 Pengkajian......................................................................................... 9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 11
2.2.3 Intervensi.......................................................................................... 12
2.2.4 Implementasi..................................................................................... 16
2.2.5 Evaluasi............................................................................................. 20
2.3 Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi.................................................... 20
2.3.1 Definisi............................................................................................. 20
2.3.2 Penyebab........................................................................................... 20
2.3.3 Tanda dan Gejala Mayor.................................................................. 21
2.3.4 Tanda dan Gejala Minor................................................................... 21
2.3.5 Kondisi Klinis Terkait...................................................................... 21
2.4 Kerangka Konsep.................................................................................. 22
BAB 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................... 23
3.1 Desain................................................................................................... 23
3.2 Batasan Istilah....................................................................................... 23
3.3 Format Askep........................................................................................ 23
3.4 Analisa Data.......................................................................................... 23

2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25
LAMPIRAN ............................................................................................... 26
Lampiran 1. BAB 1 Sebelumnya................................................................. 26
Lampiran 2. Spiderwab................................................................................ 27
Lampiran 3. Format Asuhan Keperawatan.................................................. 28

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Medotologi
Riset yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.Z dengan Masalah
Keperawatan Defisit Nutrisi pada Kasus Gastritis” sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Proposal ini penulis susun guna memenuhi tugas Metodologi Riset.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Proposal ini dengan sebaik-


baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.

Malang, Januari 2020

Penulis

4
5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat peradangan
dinding lambung. Secara global penyakit gastritis terbanyak disebabkan oleh
Helicobacter pylori. Gejala gastritis adalah nyeri uluhati, perut kembung,
hilang nafsu makan, mual dan muntah. Banyak penderita gastritis mengalami
anoreksia, hal ini disebabkan karena hilangnya nafsu makan, juga timbul mual
dan muntah. Sehingga penderita gastritis akan mengalami ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Menurut World Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%),
China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan
awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Persentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, dan angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia,2011).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah
satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2012).Angka kejadian
gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Penyakit gastritis ini selain disebabkan oleh Helicobacter pylori juga dapat
disebabkan oleh stres maupun gaya hidup yang tidak sehat seperti
mengonsumsi alkohol, atau obat mengiritasi lambung. Pola makan yang tidak
teratur juga dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit gastritis. Patofisiologi
gastritis diawali terinfeksi atau terjadi inflamasi pada lapisan mukosa lambung.
Ketika terjadi inflamasi pada lapisan mukosa produksi asam lambung, enzim
pepsin, dan zat-zat pelindung lainnya akan berkurang.

1
Penyakit gastritis ini dapat dicegah dengan cara menjaga pola makan,
berhenti mengonsumsi alkohol, obat-obat NSAID, merokok, menghindari stres.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga penting dilakukan untuk
mengurangi resiko terinfeksi oleh Helicobacter pylori.Dengan cara
menerapkan higiene yang baik dan benar. Seperti mencuci tangan dengan
sabun dan air yang bersih setalah dari kamar mandi dan sebelum makan, bahan
makan sayur maupun buah harus dicuci bersih, serta diolah dengan baik
sebelum dimakan, air minum yang aman dan bersih.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengkajian pada penderita penyakit gastritis?
1.2.2 Apa saja diagnosa pada penderita penyakit gastritis?
1.2.3 Bagaimana intervensi pada penderita penyakit gastritis?
1.2.4 Bagaimana implementasi pada penderita penyakit gastritis?
1.2.5 Bagaimana evaluasi pada penderita penyakit gastritis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada Tn.Z dengan masalah keperawatan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh deangan
penyakit gastritis

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui pengkajian pada penderita penyakit gastritis

1.3.2.2 Mengetahui diagnosa pada penderita penyakit gastritis

1.3.2.3 Mengetahui intervensi pada penderita penyakit gastritis

1.3.2.4 Mengetahui implementasi pada penderita penyakit gastritis

1.3.2.5 Mengetahui evaluasi pada penderita penyakit gastritis

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Bagi institusi pendidikan poltekkes RS dr. Soepraoen diharapkan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan referensi
bagi perputakaan dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian lebih
lanjut, baik penelitian serupa atau penelitian yang lebih kompleks
mengenai asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kasus
penyakit gastritis.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah,memperluas wawasan dan memberikan pengalaman
langsung bagi peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian serta
mengaplikasikan berbagai teori dan konsep mengenai gastritis.
1.4.2.2 Bagi Masyarakat
Menambah informasi pada masyarakat tentang asuhan keperawatan
penyakit gastritis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gastritis

2.1.1 Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak


dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis
adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut (Hirlan, 2009).

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa


lambung yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis
atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015). Gastritis merupakan
peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
suferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada
lambung (Sukarmin, 2011).

2.1.2 Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus,


atau parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis
akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi
makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga
dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit,
Stromberg & Dallred, 2016). Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis
adalah sebagagi berikut :

4
a. Infeksi bakteri

b. Sering menggunakan pereda nyeri

c. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan

d. Stres

e. Autoimun

2.1.3 Tanda dan Gejala

Gejala gastritis yang dirasakan dapat berbeda-beda pada setiap


penderita. Akan tetapi, kondisi ini bisa juga tidak selalu menimbulkan
gejala. Beberapa contoh gejala gastritis adalah :

a. Nyeri yang terasa panas dan perih diperut bagian uluhati


b. Perut kembung
c. Cegukan
d. Mual
e. Muntah
f. Hilang nafsu makan
g. Cepat merasa kenyang saat makan
h. Buang air besar dengan tinja berwarna hitam
i. Muntah darah
Pada kasus gastritis erostif dapat menyebabkan luka atau
pendarahan pada lambung, gejala yang muncul adalah muntah darah dan
tinja berwarna hitam.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang

a.    EGD (Esofagogastriduodenoskopi) yaitu tes diagnostik kunci untuk


perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat
ulkus jaringan / cedera.
b.    Minum barium dengan foto rontgen yaitu dilakukan untuk
membedakan diganosa penyebab / sisi lesi.

5
c.    Analisa gaster yaitu dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster,
dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-
Ellison.
d.    Angiografi yaitu vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak
dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi
kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
e.    Amilase serum yaitu meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456).

2.1.5 Klasifikasi

a. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada


sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:

1) Gastritis akut erosif


Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
2) Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi
erosi 15 yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa
lambung tersebut. ( Hirlan, 2001)

6
b. Gastritis Kronis

Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan


permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :

1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta


perdarahan dan erosi mukosa.

2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan


mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya


nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis,
dan hemoragik.

2.1.6 Komplikasi

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)


Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena,
berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat
dan jarang terjadi perforasi.
b. Gangguan penyerapan vitamin B 12
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B12, akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan
anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah
antrum pylorus.

Komplikasi yang lainya adalah :


1) Syok
2) Perforasi
3) Radang selaput perut

7
4) Kanker lambung
2.1.7 Penatalaksaan

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan


intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan
antasida dan istirahat.

3) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan


asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

4) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan


cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin
yang menyebabkan iritasi.

5) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,


Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
(Dermawan, 2010)

b. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

1) Tirah baring

2) Mengurangi stress

3) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti
pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24
jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara
bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya
berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)

8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis

2.2.1 Pengkajian

a. Pola Pemeliharaan Kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan


kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan
kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek
kesehatan.

b. Pola Nurtisi –Metabolik

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,


nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah,
makanan kesukaan.

c. Pola Eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit.


Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi
(oliguri, disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak
tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion
(ROM), riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman
nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru.

e. Pola Kognitif Perseptual

Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori


meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif
didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap
persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan

9
orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda
yang lain). Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri,
kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat
bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat
kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.

f. Pola Istirahat-Tidur

Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.


Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.

g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga
diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai sistem
terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan
lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga
sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam
pandangan secara holistik. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian
terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non
verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau relaks.

h. Pola Peran dan Hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien


terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.
Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang
passive/agresif terhadap orang lain, masalah keuangan dll.

i. Pola Reproduksi/Seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan


dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,

10
pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual,
pemeriksaan genital.

j. Pola mekanisme koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan


penggunaan systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani
stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode
koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress.

k. Pola Keyakinan Dan Spiritual

Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk


spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan
dan budaya, berbagi denga orang lain, bukti melaksanakan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama
selama sakit (Perry,2005) (Asmadi, 2008).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Hipovolemia (kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan, mual,


muntah dan anoreksia.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
c. Nyeri akut behubungan dengan inflamasi lambung.

11
2.2.3 Intervensi

a. Hipovolemia (kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan, mual,


muntah dan anoreksia.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala
keperawatan selama 3x24 jam hipovolemia (mis. Frekuensi nadi,
diharapkan status cairan nadi teraba lemah, tekanan darah
membaik, dengan kriteria hasil : menurun, tugor kulit menurun,
- Kekuatan nadi meningkat membran mukosa kering volume
(5) urine menurun, halus, lemah)
- Tugor kulit meningkat (5) 2. Monitor intake dan output
- Frekuensi nadi membaik (5) 3. Hitung kebutuhan cairan
- Tekanan darah membaik (5) 4. Berikan posisi modified
- Membran mukosa membaik Trendelenburgf
(5) 5. Berikan asupan cairan oral
6. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
8. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. Albumin,
Plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk
darah

12
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
diharapkan status nutrisi makanan
membaik, dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi makana yang disukai
- Porsi makan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
dihabiskan meningkat (5) jenis nutrien
- Berat badan membaik (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan
- Indeks Massa Tubuh (IMT) selang nasogastrik
membaik (5) 6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
9. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis Piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik
dengan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori
tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
15. Hentikan pemberian makanan
melalui selang NGT jika asupan
oral dapat ditoleransi
16. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
18. Kolaborasi pemberian medikasi

13
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemtik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

c. Nyeri akut behubungan dengan inflamasi lambung.


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam durasi, frekuensi, kualitias,
diharapkan tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non
- Meringis menurun (5) verbal
- Sikap protektif menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang
- Gelisah menurun (5) memperberat dan memperingan
- Kesulitan tidur menurun (5) nyeri
- Frekuensi nadi membaik (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respons nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
10. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terpi musik, aromaterapi,
kompres hangat/dingin, terapi

14
bermain)
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencehayaan,
kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
14. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

15
2.2.4 Implementasi

a. Hipovolemia (kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan, mual,


muntah dan anoreksia.

Intervensi Implementasi
1. Periksa tanda dan gejala 1. Memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. Frekuensi hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi, nadi teraba lemah, nadi, nadi teraba lemah, tekanan
tekanan darah menurun, tugor darah menurun, tugor kulit
kulit menurun, membran menurun, membran mukosa
mukosa kering volume urine kering volume urine menurun,
menurun, halus, lemah) halus, lemah)
2. Monitor intake dan output 2. Memonitor intake dan output
3. Hitung kebutuhan cairan 3. Menghitung kebutuhan cairan
4. Berikan posisi modified 4. Memberikan posisi modified
Trendelenburgf Trendelenburgf
5. Berikan asupan cairan oral 5. Memberikan asupan cairan oral
6. Anjurkan memperbanyak 6. Menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari 7. Menganjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak perubahan posisi mendadak
8. Kolaborasi pemberian cairan 8. Mengkolaborasikan pemberian
IV isotonis (mis. NaCl, RL) cairan IV isotonis (mis. NaCl,
9. Kolaborasi pemberian IV RL)
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, 9. Mengkolaborasikan pemberian
NaCl 0,4%) IV hipotonis (mis. Glukosa
10. Kolaborasi pemberian cairan 2,5%, NaCl 0,4%)
koloid (mis. Albumin, 10. Mengkolaborasikan pemberian
Plasmanate) cairan koloid (mis. Albumin,
11. Kolaborasi pemberian produk Plasmanate)
darah 11. Mengkolaborasikan pemberian
produk darah
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.

16
Intervensi Implementasi
1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengidentifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan 2. Mengidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan intoleransi makanan
3. Identifikasi makana yang 3. Mengidentifikasi makanan yang
disukai disukai
4. Identifikasi kebutuhan 4. Mengidentifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya 5. Mengidentifikasi perlunya
penggunaan selang penggunaan selang nasogastrik
nasogastrik 6. Memonitor asupan makanan
6. Monitor asupan makanan 7. Memonitor berat badan
7. Monitor berat badan 8. Memonitor hasil pemeriksaan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
laboratorium 9. Melakukan oral hygiene sebelum
9. Lakukan oral hygiene makan, jika perlu
sebelum makan, jika perlu 10. Memfasilitasi menentukan
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis Piramida
pedoman diet (mis Piramida makanan)
makanan) 11. Menyajikan makanan secara
11. Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang sesuai
menarik dengan suhu yang 12. Memberikan makanan tinggi serat
sesuai untuk mencegah konstipasi
12. Berikan makanan tinggi 13. Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah kalori tinggi protein
konstipasi 14. Memberikan suplemen makanan,
13. Berikan makanan tinggi jika perlu
kalori tinggi protein 15. Menghentikan pemberian
14. Berikan suplemen makanan, makanan melalui selang NGT jika
jika perlu asupan oral dapat ditoleransi
15. Hentikan pemberian 16. Menganjurkan posisi duduk, jika
makanan melalui selang perlu

17
NGT jika asupan oral dapat 17. Mengajarkan diet yang
ditoleransi diprogramkan
16. Anjurkan posisi duduk, jika 18. Mengkolaborasikan pemberian
perlu medikasi sebelum makan (mis.
17. Ajarkan diet yang Pereda nyeri, antiemtik), jika
diprogramkan perlu
18. Kolaborasi pemberian 19. Mengkolaborasikan dengan ahli
medikasi sebelum makan gizi untuk menentukan jumlah
(mis. Pereda nyeri, kalori dan jenis nutrien yang
antiemtik), jika perlu dibutuhkan, jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

c. Nyeri akut behubungan dengan inflamasi lambung.


Intervensi Implementasi
1. Identifikasi lokasi, 1. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
frekuensi, kualitias, kualitias, intensitas nyeri
intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 3. Mengidentifikasi respons nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
non verbal 4. Mengidentifikasi faktor yang
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
memperberat dan nyeri
memperingan nyeri 5. Mengidentifikasi pengetahuan
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
dan keyakinan tentang nyeri 6. Mengidentifikasi pengaruh
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
budaya terhadap respons 7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
nyeri pada kualitas hidup
7. Identifikasi pengaruh nyeri 8. Memonitor keberhasilan terapi

18
pada kualitas hidup komplementer yang sudah
8. Monitor keberhasilan terapi diberikan
komplementer yang sudah 9. Memonitor efek samping
diberikan penggunaan analgetik
9. Monitor efek samping 10. Memberikan teknik
penggunaan analgetik nonfarmakologis untuk
10. Berikan teknik mengurangi rasa nyeri (mis. Terpi
nonfarmakologis untuk musik, aromaterapi, kompres
mengurangi rasa nyeri (mis. hangat/dingin, terapi bermain)
Terpi musik, aromaterapi, 11. Mengkontrol lingkungan yang
kompres hangat/dingin, memperberat rasa nyeri (mis.
terapi bermain) Suhu ruangan, pencehayaan,
11. Kontrol lingkungan yang kebisingan)
memperberat rasa nyeri 12. Memfasilitasi istirahat dan tidur
(mis. Suhu ruangan, 13. Mempertimbangkan jenis dan
pencehayaan, kebisingan) sumber nyeri dalam pemilihan
12. Fasilitasi istirahat dan tidur strategi meredakan nyeri
13. Pertimbangkan jenis dan 14. Menjelaskan penyebab, periode,
sumber nyeri dalam dan pemicu nyeri
pemilihan strategi 15. Menjelaskan strategi meredakan
meredakan nyeri nyeri
14. Jelaskan penyebab, periode, 16. Menganjurkan memonitor nyeri
dan pemicu nyeri secara mandiri
15. Jelaskan strategi meredakan 17. Menganjurkan menggunakan
nyeri analgetik secara tepat
16. Anjurkan memonitor nyeri 18. Mengajarkan teknik
secara mandiri nonfarmakologis untuk
17. Anjurkan menggunakan mengurangi rasa nyeri
analgetik secara tepat 19. Mengkolaborasikan pemberian
18. Ajarkan teknik analgetik, jika perlu
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

19
19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2.2.5 Evaluasi

a. Status cairan membaik

b. Status nutrisi membaik

c. Tingkat nyeri menurun

2.3 Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi

2.3.1 Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

2.3.2 Penyebab

a. Ketidakmampuan menelan makanan

b. Ketidakmampuan mencerna makanan

c. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

d. Peningkatan kebutuhan metabolisme

e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)

f. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

20
2.3.3 Tanda dan Gejala Mayor

Sebjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal

2.3.4 Tanda dan Gejala Minor

Sebjektif Objektif
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen 2. Otot penguyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebih
8. Diare

2.4.5 Kondisi Klinis Terkait


a. Stroke
b. Parkinson
c. Mobius syndrome
d. Cerebral palsy
e. Cleft lip
f. Amyotropic lateral sclerosis
g. Kerusakaan neuromuskular
h. Luka bakar
i. Kanker
j. Infeksi
k. AIDS
l. Penyakit Crohn’s
m. Enterokolitis
2.5 Kerangka Konsep

21
Input Proses Output

- Ketidakmampuan - Berat badan


menelan makanan menurun minimal
- Ketidakmampuan 10% dibawah
mencerna makanan rentang ideal
- Bising usus
- Ketidakmampuan hiperaktif
mengabsorbsi
- Otot penguyah
nutrien
lemah
- Peningkatan - Otot menelan
kebutuhan lemah
metabolisme - Membran mukosa
Status Nutrisi
- Faktor ekonomi pucat
Membaik/Terpenuhi
(mis. Finansial - Sariawan
tidak mencukupi) - Serum albumin
turun
- Faktor psikologis
(mis. Stress, - Rambut rontok
berlebih - Porsi makan
keengganan untuk
makan) - diare yang dihabiskan
meningkat (5)
- Berat badan
- Syok
membaik (5)
- Perforasi
- Indeks Massa
- Radang selaput
Tubuh (IMT)
perut
membaik (5)
- Kanker lambung

Defisit Nutrisi

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain
3.1.1 Desain Penelitain : Studi Kasus
3.2 Subjek Penelitian
Tn. Z dengan masalah keperawatan defisit nutrisi pada kasus gastritis
3.3 Batasan Istilah
3.3.1 Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi
dan infeksi
3.3.2 Defisit Nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
3.3.3 Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet 2007,
dalam Haryanto 2008). Pengkajian harus dilakukan secara
komperhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual.
3.3.4 Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual
atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah status kesehatan klien (Herdman, 2012).
3.3.5 Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994)
3.3.6 Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994)

23
3.3.7 Evaluasi diartikan sebagai proses yang disengaja dan sistematik
dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilaiatau kelayakan dari
sesuai dengan membandingkan pada kriteria yangdiidentifikasi atau
standar sebelumnya (Wilkinson 2007)
3.4 Format Askep
3.4.1 Recorder
3.4.2 Alat Pemeriksaan Fisik
3.5 Analisa Data
3.5.1 Triangulasi Waktu
3.5.2 Triangulasi Sember :
1) Pasien
2) Keluarga
3) Tenaga medis

24
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai